Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT RT 06 (NO SARA)

Status
Please reply by conversation.
RT 06
Chapter 12
Note :
Dilarang meng copy cerita ini tanpa izin. Jikalau ingin me-repost ,mau copas, mohon nama penulis dicantumkan dan izin dulu melalui DM,. harap cantumkan watermark nama ane Ruang_imajinasi. Jikalau ketauan akan ane kejar akun nya.

Terimakasih ...

Cerita sebelumnya ...
Chapter 11





"Dek..emmm...kakak berangkat dulu yaa..." ucap Robi dengan penuh ragu ketika dia akan berangkat.

Itulah ucapan pertama Robi ketika dia akan pergi lagi menuju tempat kerjanya karena akan berlibur di Villa milik Fauzi. Dia sebenarnya ragu akan menyapa adiknya yang masih berselimut Hello kitty yang di dalamnya terdapat tubuh indah yang baru dia lihat lagi.

Ingatan kejadian tak manuk akal terjadi begitu indah sekali. Robi tak bisa melupakan kejadian itu, otaknya terus traveling. Penisnya kembali menegang ketika dia masuk ke kamar melihat daging kenyal adiknya itu yang tidak tertutupi selimut berwarna pink kesayangan nya.

"Apa aku coba saja ya? Aahhh...itu adik guee...tapi kan dia binal..." ucap Robi menimbang pilihan.

Dia harus tetap bersikap seperti biasa, dia tidak ingin ada miss komunikasi dengan adiknya itu, walau dia juga tidak menyangka kalau adiknya itu sangat binal sekali , sangat cocok dengan dirinya yang memang sudah mulai menikmati sex.

"Dek..." ucap Robi.

Matanya tidak berpaling menuju payudara sekal itu dengan puting berwarna pink kecoklatan. Tangan nya terus menggoyangkan kaki Evi supaya dia bangun.

"Deekkk..." ucap Robi sekali lagi.

"Emmmhh...iyaa...kakk...ehhh..."

Evi terkejut ketika melihat Robi sudah berada di kamar nya. Selimut nya dia naikan untuk menutupi bagian payudaranya yang terekspos itu. Bayang-bayang kejadian tadi masih teringat jelas di kepalanya. Mereka berdua terdiam lagi, tidak ada yang saling menyapa beberapa saat sampai akhirnya Robi memberanikan diri untuk memulainya. Robi duduk di tepi ranjang dengan Evi yang ikut duduk juga.

"Dekk..emmm..kakak berangkat dulu ya..kamu nanti minta temenin Teh Anisa saja ya.." ucap Robi .

"Iiyaa...iyaa..kak..." jawab Evi sambil menunduk malu.

Robi lalu bangun dari ranjang, dia bergegas keluar , sesekali dia melirik adiknya itu. Evi langsung menurunkan pandangan nya ketika Robi menatap matanya. Evi malu dengan kejadian tadi, tapi dia juga tidak ingin membuat kakaknya bersikap dingin kepadanya. Evi kemudian bangkit juga lalu membawa selimut itu, tangan nya berusaha menggenggam tangan kakaknya.

"Kakkk..." ucap Evi lirih.

"Hemmm...iya Dek..." tanya Robi.

"Emmm...hati-hati yaa...kabarin kalau sudah sampai.." ucap Evi yang berhasil menggenggam tangan Robi.

"Pasti Dek...emmm...yaa sudah kakak berangkat ya...pakai baju ya Dek, dingin udah sore juga.." ucap Robi sambil tersenyum.

Evi tersipu malu dengan ucapan kakaknya itu, dia melepas tangan Robi lalu membiarkan Robi berangkat meninggalkan nya malam ini.

Robi berjalan keluar kontrakan, dia seperti tak semangat, memikirkan kejadian siang tadi. Tatapan nya begitu datar seakan memiliki sebuah masalah, di sepanjang jalan gang, terdapat Arina yang diam-diam memperhatikan nya, Arina yang melihat Robi berjalan seperti itu lalu bertanya.

"Haii..Mas Robi...mau kemana sore-sore gini?" Tanya Arina.

"Ehh..Arin..emm..mau pergi Rin.." jawab Robi singkat.

"Oohhh..ya sudah, mau mampir dulu Mas?" Tanya Arina lagi.

"Lagi buru-buru Rin,, permisi.." jawab Robi lagi.

Arina hanya bisa tersenyum, Robi tak menyadari kalau Arina berpakaian dengan sangat seksi sekali, memakai celana gym berwarna peach tanpa dalaman memperlihatkan belahan vagina nya yang tembam itu.

"Kapan kita bisa berduaan Mas?" Tanya Arina dalam hati.

Langkah Robi sangat pelan, ucapan kepada Arina itu hanya fiktif belaka. Di kepalanya masih terus memikirkan adiknya yang akan dia tinggali sendirian malam ini. Apalagi ketika tubuh mulusnya sekali lagi mampu menghipnotis dirinya itu.

"Dekk...maafin kakak.." ucap Robi lirih.

Sebenarnya Robi akan keluar gang, sudah melewati rumah Bu Widya juga, namun pikiran nya kacau. Dia kembali menuju kontrakan nya dengan tergesa-gesa. Dia juga tak melihat Arina lagi di gang itu, dia hanya melihat Anisa yang baru saja membuka pintu. Robi tersenyum singkat lalu membuka pintu kontrakan nya.

Disana Evi masih terdiam mematung di tepi ranjang menyaksikan kakaknya yang kembali pulang. Kedua insan bersaudara itu saling menatap, Robi mendekati adiknya itu di dalam kamar lalu membuka selimut yang dikenakan oleh Evi.

"Kakk..." ucap Evi pasrah.

Robi hanya diam saja. Dia lalu membuka baju dan celana yang dia pakai sambil tetap menatap tubuh telanjang adiknya itu. Evi juga hanya bisa diam membisu saja, tangan nya berdiam di pinggir ranjang tanpa menutupi tubuhnya itu. Robi sudah bertelanjang bulat seperti adiknya lalu mendekati Evi. Evi sama sekali tidak merasa risih, impian nya yang ingin mencoba bersetubuh dengan kakaknya itu selangkah lagi akan terwujud. Robi lalu berjalan mendekati Evi dengan tatapan yang begitu horny.

"Maafkan kakak Dek..." ucap Robi.

Evi tidak menjawab, Robi menidurkan Evi di ranjang. Kedua mata itu saling menatap, wajah mereka semakin dekat. Robi memberanikan diri memajukan wajahnya , bibirnya mendekati bibir Evi dann...

Cuphh....

Sebuah ciuman singkat mendarat di bibir Evi. Ciuman pertama bagi kakak dan adik itu. Robi memagut pelan bibir lembut Evi yang natural itu. Kepalanya silih bergantian ke kanan dan ke kiri, kemudian bibir Robi mencari dimana letak lidah adiknya itu.

"Ehhmm...." desah kecil Evi.

"Tampar kakakk Dek..." ucap Robi sesaat setelah ciuman itu dia lepas.

"Kenapa kak?" Tanya Evi dengan nafas yang terdengus keras itu.

"Tampar saja..." pinta Robi lagi.

Plakkk...

"Maaf kak..." sebuah tamparan pelan mendarat di pipi Robi.

"Kakak tau ini salah, tapi kakak ga bisa bohong Dek, kamu buat kakak jadi horny. Izinin kakak buat nyobain tubuh aadek" pinta Robi kemudian.

Evi hanya tersenyum, dia akhirnya bisa mendapatkan sebuah penis lagi. Dia dengan senang menjawab pertanyaan itu .

"Adek izinin kak, ayoo cobain aja. Dari pada penasaran kan.." jawab Evi dengan senyuman nya.

"Makin cantik dan seksi aja kamu Dek , ternyata dibalik baju longgar kamu, terdapat sebuah keindahan yang jarang di eskpos." Puji Robi.

"Makasih kak, cobain aja sekarang, nanti kakak bisa telat acaranya" pinta Evi lagi.

"Iya Dek.."

Mereka berdua tersenyum dan kembali berciuman mesra. Ciuman kali ini sangat hot sekali dimana Evi semakim agresif dan tak ingin melepas bibir kakaknya itu di bibirnya. Tangan Robi meremas kedua payudara Evi dengan begitu lembut, Suara desahan Evi semakin indah saja jika di dengar sangat dekat.

Deru nafas Robi tak beraturan, dia juga seakan tak sabar mencicipi daging nikmat adiknya itu. Ciuman nya turun menuju leher, menghisap kedua payudaranya secara bergantian.

"Ahhh...kakk..." desah Evi lagi.

Jilatan lidah Robi akhirnya menuju puncak kenikmatan, dihadapan nya sudah tersaji vagina perawan berwarna pink. Tatapan mesum Robi menyeringai di depan vagina itu.

"Jangan dilihat aja kak, cobain ayooo...ssstt..." pinta Evi.

"Baiklahh..."

Robi mengeluarkan lidahnya lagi, dia menjilati setiap inchi sampai membuka vagina Evi. Klitorisnya dia cari, pengalaman terbaru nya setelah bercinta dengan Angelina membuat Robi menjadi ketagihan. Evi melenguh kenikmatan, kedua tangan nya meremas kedua payudaranya.

Kepala Robi terlihat naik turun tanpa jeda, Evi tersenyum kegirangan. Dia akan memberikan seluruh tubuhnya untuk kakak tercinta nya. Desahan nya tiada henti sampai akhirnya Evi mengaalamai orgasme yang pertama. Tubuhnya bergetar dengan paha nya mengapit kepala Robi sampai tidak bisa bergerak.

"Uuhhhh...sssttt...enakkk...kakk...."

Robi melepaskan rangsangan nya, dia melihat wajah Evi dengan tatapan tajam. Wajahnya sangat basah akibat cairan cinta Evi yang menyembur sangat deras.

"Hihihihihi...basah bangettt kakk...kasiannn...sini Adek bersihin..." ucap Evi tertawa kegirangan.

"Huuhhh...dasar kamu Dek...enak yaa..?" Tanya Robi sambil mendekat kearah wajah Evi.

Evi hanya tersenyum saja, Robi kemudian berbaring disamping Evi yang langsung dibalas Evi dengan ciuman di sekitar wajahnya. Evi membersihkan sisa cairan itu menggunakan bibirnya. Robi merasa kegelian oleh tingkah Adiknya itu, ciuman Evi kemudian turun menuju selangkangan Robi yang sudah menegang keras. Evi begitu terpana dengan penis kakaknya itu, jemari lembutnya langsung meremas pelan dan mengocoknya.

"Sstt..lembut banget sih Dek..." puji Robi kepada Evi.

"Lembutan pake ini kak pasti kakak ketagihan..." ucap Evi yang langsung mengulum penis kakaknya itu.

"Ahhh...Dekk....bener-bener lembut ini..." desah Robi.

Robi menggelinjang nikmat, dia merasakan kuluman dan hisapan mulut Evi begitu kuat. Lidah Evi bergoyang di sekitar batang penisnya itu. Robi memainkan rambut Evi sambil menahan kenikmatan tiada tara. Hisapan nya tidak berbeda jauh dengan Angelina, jika ada Angelina disini, pasti Robi akan dengan senamg hati melayani dua wanita ini.

"Ahahh....dekk...sini memek mu..." ucap Robi.

"Hihihi...69 ya kak, yukkk..." ucap Evi kegirangan.

Evi lalu mengarahkan vagina nya ke wajah Robi, dia juga langsung turun menuju penis kakaknya itu. Dia melahap lagi penis yang semakin keras dan keras. Kepalanya tak henti-henti nya naik turun di atas selangkangan Robi.

Sementara itu, Robi menjilati seluruh permukan vagina Evi, begitupun lubang anus nya yang nampak sudah bulat akibat sering dimasukan oleh dildo yang dipakai Evi. Robi sendiri penasaran dengan lubang belakang adiknya itu.

"Sstt...Dekk...emmm...stop...stop...masukin yaa..." pinta Robi.

"Emmm...tap...tapi kakk..." ucap Evi lirih.

"Kenapa?" Tanya Robi.

"Adek masih perawan kak. Emmm...adek mintaa kakak mainnn belakang yaa..." pinta Evi kepada Robi.

"Serius Dek kamu masih perawan?" Tanya Robi.

Evi hanya mengangguk, dia takut jika ucapan nya akan membuat kakaknya kecewa. Evi masih memandang Robi dengan tatapan memelas, dia memang ingin melepas keperawanan, namun dia tetap takut.

"Okee Dek...tak masalah,, jaga perawan kamu yaa..." ucap Robi sambil berlalu pergi meninggalkan Evi.

"Tapi..kak...kakkk..." teriak Evi.

Robi berjalan menuju kamar mandi, dia merasa frustasi setelah tau jika Evi masih menjaga kesucian nya. Dia benar-benar tidak menyangka jika adiknya itu memang tidak ingin melepas kesucian nya. Robi termenung sebelum sesaat kemudian Evi muncul di kamar mandi.

"Kakk...." ucap Evi lirih.

"Hmmmm...iya Dek..." tanya Robi.

"Kakak marah?" Tanya Evi lagi.

"Enggakk..Dek...kakak lagi kencing..." jawab Robi.

"Hmmm...ya sudH kak.." jawab Evi.

Evi lalu diam kembali di tepi ranjang berselimutkan Hello kitty, dia merasa bersalah setelah tau jika dirinya menolak bercinta melalui vagina nya. Evi sendiri belum yakin jika kakaknya mau bermain dengan lubang belakang.

Robi lalu keluar dari kamar mandi, dia menuju Evi yang sedang berbaring di ranjang dan membelakangi dirinya. Punggung mulus dan bongkahan pantat yang tidak tertutup selimut itu terlihat menggairahkan. Robi yang tadi merasakan nafsu nya menurun, kembali mendadak naik.

"Dekk..." ucap Robi kemudian duduk disamping adiknya itu.

"Hmmm...iya kak..." jawab evi yang kemudian melepas selimut nya itu menampilkan payudaranya yang kencang.

"Kakak mau tanya, sejauh apa hubungan kamu tentang sex?" Tanya Robi.

"Maaf kak, Adek cuma sampe main lubang belakang. Adek ngaku salah kak, adek memang tak seperti kakak bayangkan. Adek punya nafsu gede.hikss..hikss..." jawab Evi sambil menangis.

"Terus...apa kamu tidak bisa menjaga sampai menikah?" Tanya Robi lagi.

"Entahlah kak..nafsu birahi adek tinggi..adek kalau tiap hari tidak masturb, adek serasa ada beban di kepala. Adek mohon jangan laporin ke mamah dan papah kak" pinta Evi sambil akam bersujud di kaki Robi.

"Bangun Dek...jangan kaya gitu..." ucap Robi seraya membangunkan adiknya yang akan bersujud di kaki nya.

"Kakak sudah bilang tadi, kakak memang bernafsu sama kamu. Jujur saat kamu masturb kemarin malam, kakak sebenarnya mengintip sampai ranjang kakak basah kuyup. Terus tadi siang juga kakak lihat kamu sangat horny sekali, dan kamu sering melakukan ke lubang belakang. Apa kamu sering bercinta dengan pacarmu lewat lubang itu...?" Tanya Robi.

"Ii..iiyaa..kak..maaff..." jawab Evi sambil tetap menunduk.

"Maafin adek ga bisa jaga diri..hikss..hikss..." lanjut Evi sambil menangis.

"Terus kakak ingin tanya sekali lagi, kenapa waktu masturb kamu nyebut ingin dientot sama kakak, apa kamu bernafsu dengan kakak kamu sendiri?" Tanya Robi.

"Iyaa..kak...kakak itu perfect dimata Adek. Hubungan sedarah mematahkan perasaan Adek. Semenjak Adek sering main sama pacar, terus kangen kakak yang merantau kesini, Adek jadi inget kakak terus. Apalagi saat tadi siang kakak masturb depan Adek, buat Adek makin ingin bercinta dengan kakak.." jawab Evi malu-malu.

"Kakak boleh usir adek sekarang juga, asal adek ingin bercinta lebih dulu kak. Adek sayang sama kakak..hikss..hikss..." lanjut Evi lagi.

"Hmmmm...yaa..ampunn...Dek....kakak ga setega itu ngusir kamu. Kamu akan tetap jadi Adek kakak, sudah ya jangan nangis lagi..." ucap Robi.

Robi lalu memeluk tubuh telanjang Evi seperti dirinya. Tangisan Evi membasahi dada bidang miliknya. Pelukan hangat nya mampu membuat Evi berhenti menangis dan menjadi tenang. Robi mengusap kedua pipi adiknya itu yang sudah basah. Senyuman manis menghiasi wajah Evi , dia menatap kakaknya itu dengan tatapan sayu.

"I love you kak..." ucap Evi.

"Iya Dek..." jawab Robi.

Tangan Evi terlepas dari pinggang Robi, jari jemari nya turun menuju selangkangan Robi dan menggenggam lembut penis kakaknya itu. Robi melirik sebentar ke arah selangkangan nya, lalu berbalik lagi menuju wajah Evi. Kedua wajah mereka saling menatap, bibir Robi mendekati bibir Evi dan mereka kembali berciuman.

Ciuman hangat Robi kembali dia berikan kepada Evi yang disambut dengan ciuman agresif oleh Evi. Ciuman yang sangat liar sekali di kamar itu.

Evi kemudian mengulum lagi penis itu sampai benar-benar basah. Dia lalu naik menuju penis itu dan mengarahkan menuju lubang anus nya. Ini pertama kali nya bagi Evi bercinta dengan orang berbeda dan ini merupakan sex pertama nya bukan dengan pacarnya.

"Ahhhhh...."

Teriak evi ketika penis besar Robi perlahan masuk ke dalam lubang itu.

"Sssttt....emmmm...."

"Ouhhh...Dekkk....serettt..bangettt..ini..." keluh Robi.

"Kontol kakak kebesaran...ahhh..." ucap Evi.

Tubuhnya semakin turun , lubang anus nya dia turunkan secara perlahan. Mata Evi terpejam dengan bibir bawah dia gigit kencang. Evi menarik nafas , dia berusaha untuk bergerak pelan. Anus nya dia diamkan agaar memberikan sedikit adaptasi kepada penis baru itu.

Evi menggerakan pinggang nya secara perlahan . Penetrasi nya semakin lama semakin lancar. Suara kesakitan Evi sekarang berubah menjadi suara kenikmatan. Kedua tangan nya dia tumpu di dada kakaknya itu, namun Robi ingin membuat fantasi baru.

"Tangan nya di ikat ya Dek..." pinta Robi.

"Hahh...nanti Adek susah geraknya..." ucap Evi.

"Biar kamu bisa menikmati, mau yaa..." ucap Robi tersenyum.

Evi hanya menganggukan kepalanya, dia kemudian turun dari penis Robi membuat penis itu terlepas di lubang anusnya. Robi kemudian mencari tali untuk mengikat kedua tangan nya. Dia tersenyum senang ketika adiknya itu mau menuruti dirinya. Setelah selesai mengikat, Robi membelai rambut panjang Adiknya itu.

"Dahhh...enak gak Dek..?" Tanya Robi.

Belum sempat Evi menjawab ucapannya, Robi sudah melumat bibir Evi, mengecapnya dan menghisap nya dengan rakus, membuat Evi mau tidak mau harus mengimbanginya saat berciuman sambil berdiri itu.

Beruntung Robi menopang kepala Evi, jika tidak Evi akan terjatuh dan tidak bergerak. Ikatan ini membuat nya susah melakukan apapun, apakah Robi tidak ingin melepaskanya.

"Aahh..." Akhirnya Evi bisa menghirup udara segar sekilas, karena Robi tiba tiba bangkit dan membuat mereka berdua duduk.

Dengan posisi seperti ini membuat Evi sedikit leluasa untuk bergerak, kini Robi tidak lagi menopang kepala adiknya itu. Justru kini tangannya mulai mengeluarkan penisnya yang sudah menegang itu, Evi bisa merasakannya menyentuh penis itu.

Langsung saja Evi mulai membelainya, meskipun sedikit susah namun gerakannya masih bisa membuat Robi mengeluarkan desahannya. Evi terus membelainya, sebagai gantinya Robi meremas kedua bokong Evi bahkan sesekali dia juga menampanya.

"Aakkhh." Robi tiba tiba menurunkan Evi membuatnya menjadi menungging.

Dia langsung mengarahkan penisnya di vagina Evi, sebelum itu Robi meludahi penisnya. sendiri agar basah dan mudah masuk

"Aaahh... Ahh..." Evi mendesah keenakan ketika Robi menggesek gesekkan penisnya di vagina Evi.

"Kamu siap sayang?" Pertanyaan Robi membuat Evi merasa tidak sabar.

"Tapi kak, ko di lubang vagina Adek? Please jangan kak.." pinta Evi.

"Baiklah.. " Robi langsung memasukkan penisnya hingga terasa penuh di dalam lubang anus itu. Penis itu akhirnya masuk dengan mudah sekarang.

"Aahh... Aahhh.." Evi terus mendesah setiap kali Robi mengeluarkan penisnya dan memasukkannya kembali.

Lubang belakang itu kini mulai terasa basah, Evi bisa merasakan otot otot lubang anus nya berkedut kedut. Dia melihat kakak nya itu memejamkan matanya merasakan kedutan dinding anus nya yang terasa kuat menyedot penisnya.


VAgina Evi
"Kamu bisa membuat kakak menggila Dek..."

Lalu Robi langsung bergerak dengan sangat cepat, membuat Evi langsung mendesah keenakan. Ini yang Evi inginkan, rasa nikmat tanpa henti.

"Dek..." Robi menghentak hentakkan pinggulnya dengan kuat sampai menimbulkan suara keras saat mencapai bokong Evi.

"Terus kakk..... aahh... shit..." Evi terus meracau meminta lebih dan lebih.

Robi kini menarik rambut adiknya itu sampai mendongak ke belakang, membuat nya jadi sulit untuk membuka mata Evi. Robi sepertinya menyukai gaya seperti ini, berulang kali dia selalu melakukan ini saat memakai gaya ini.

"Kakkk...Robiii......."

Evi akhirnya orgasme setelah tadi hanya dibuat keenakan oleh kakaknya itu.

Kemudian Robi melepaskan penisnya, ia berpindah ke depan wajah Evi menyodorkan penisnya. Tanpa pikir panjang Evi langsung menerimanya, membuatnya masuk penuh ke dalam mulut mungil adiknya itu.

"Mmpphh... Mmpph."

Evi terus mendesah dalam kuluman ini, Robi kini memegang kuat kepala adiknya itu, Memaksa memasukkan penisnya lebih dalam lagi.

Air mata Evi mulai keluar, penisnya terasa sampai di tenggorokannya. Menusuknya sedari tadi, memberi Evi sensasi tersedak terus menerus. Namun Robi masih belum mau menyudahinya.

"Aahhhh.."

Robi dan Evi mendesah bersamaan saat penisnya dia keluarkan dari dalam mulut Evi. Robi kini merubah posisinya menjadi duduk, lalu dia menarik Evi ke atas sampai dia duduk di atas perut Robi. Lagi dan lagi ikatan tangan ini membuat Evi kesusahan dalam bertumpu.

Robi mulai membantu Evi untuk mengangkat bokongnya, lalu dia mulai memasukkan penisnya kembali.

"Aakhhh." Evi mendesah saat penisnya masuk ke lubang anusnya .

Beruntung sekali Robi menggunakan gaya ini, jadi Evi bisa menggerakkan bokongnya sesuka hatiku. Evi langsung menggoyangkan bokongnya, membuat penis Robi berasa di jepit oleh lubang anusnya.

"Aahhh... Adekkk..." Robi mendesah tertahan.

Kini tangannya mencengkram kuat bokong Evi.

"Aaahhh.. Ahhhkkkk..."

Evi menjerit ketika Robi menggenjotnya dengan cepat. Evi bahkan seketika sudah merasa ingin keluar. Tiba tiba Robi melepas ikatan di tangan Evi, membuatnya langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Robi. Evi langsung melumat habis bibir Robi, kini mereka berdua nmendesah dalam lumatan.

Gerakan Robi semakin cepat, begitu pun dengan Evi yang semakin mencengkram kuat punggungnya, mungkin besok itu akan meninggalkan bekas. Evi memejamkan matanya ketika gelombang kenikmatan mulai terasa..

"AAAAAAAA..."

Evi dan Robi mendongakkan kepala ketika mereka berdua mencapai klimaks masing masing, bahkan di sisa sisa akhir Robi masih terus menghentak hentakkan penisnya.

Deru nafas mereka berdua saling beradu, bibir Evi saling melumat dengan Robi. Di sisa sisa tenaga Evi menatap mata Robi, dan mereka berdua tersenyum senang.



.

.

.

.

.

To be continued...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd