Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT RT 06 (NO SARA)

Status
Please reply by conversation.
RT 06
CHAPTER 16


Note :

Dilarang meng copy cerita ini tanpa izin. Jikalau ingin me-repost ,mau copas, mohon nama penulis dicantumkan dan izin dulu melalui DM,. harap cantumkan watermark nama ane Ruang_imajinasi. Jikalau ketauan akan ane kejar akun nya.


Terimakasih ...


Cerita sebelum-nya
CHAPTER 15






*** Minggu malam... ***

Pertempuran nikmat yang Evi lakukan membuat tubuhnya lelah. Dia mendapat serangan dari lima orang sekaligus. Ahmad , Hadi, Anisa , Arina dan Oktavia membuat Evi melayang kenikmatan. Dia lemas, tubuhnya tak berdaya. Dia mengalami pingsan setelah mendapat beberapa sperma di dalam lubang anus nya, wajahnya dan juga payudaranya. Lubang nya menjadi perih akibat beberapa tusukan dari penis Hadi dan Ahmad itu.

Dengan tubuh yang lemah, ketiga perempuan itu membantu membersihkan tubuh Evi yang sudah berlumuran sperma. Anisa membuat ramuan agar Evi kembali prima secara cepat, sementara Arina dan Oktavia membantu memandikan Evi dan memakai pakaian nya lagi.

Evi kemudian siuman setelah Anisa memberikan cipratan air di wajahnya, dia seperti orang yang habis pingsan lama. Dia linglung dengan kondisi badan yang segar bugar. Evi kemudian meminum ramuan yang tadi Anisa buat.

"Minum sampai habis, supaya kamu bisa prima lagi." Ucap Anisa.

Evi kemudian meminumnya. Di dalam ramuan itu terdapat beberapa bahan herbal, dan bisa mengenyangkan perut. Tubuh Evi seperti tersetrum listrik, sehabis minum ramuan itu, dia seakan tak merasakan sakit di tubuhnya. Padahal dia sudah bertempur selama semalaman tanpa henti dari malam sampe subuh, dilanjut pagi sampai siang tadi.

"Jam berapa ini?" Tanya Evi.

"Jam 7 malam sayang, kamu nyenyak sekali tadi. Gimana permainan nya, enak?" Tanya Anisa.

"Aku tak merasakan apa-apa teh, tapi..." ucap Evi tertahan.

"Tapi kenapa?" Tanya Anisa heran.

Evi merasakan kenikmatan yang luar biasa di vagina nya. Lubang anus nya pun dia tidak merasa perih, padahal tadi dia bilang tidak merasakan apa-apa. Aneh, ini aneh. Evi berulangkali bergelut dengan pikiran nya.

"Tapi aku bisa merasakan sebuah penis yang nikmat di lubang anus dan juga mulutku. Suami teteh sama kak Hadi membuat aku puas.." ucap Evi yang seakan tak percaya dengan kondisinya.

"Hmmm... jadi kamu bisa kan bantu teteh buat main sama kakak kamu?" Tanya Anisa.

"Iyaa...iyaa..bisa teh.. beri Evi waktu." Ucap Evi.

"Okee... tak masalah sayang..." jawab Anisa.

"Yang lain kemana teh?" Tanya Evi.

"Lagi main dirumah pak RT, jadi teteh mastiin kamu buat sadar dulu. Tadi dibantu Oktavia ko, namun dia langsung pergi lagi kerumah." Jawab Anisa enteng.

Mata Evi menatap langit kamar Anisa. Dia merasa heran dengan tubuhnya. Dia juga mengingat kejadian kemarin hari yang sudah membuatnya puas.

Tok..tokk..tokk..

Suara pintu terdengar di kontrakan Anisa. Anisa kemudian membuka nya dan dia tersenyum senang. Seorang lelaki tampan yang baru saja pulang liburan mengetuk pintu rumahnya. Senyuman ramah khas Anisa menyambut tamu gagah perkasa itu.

"Mbakk.. ada Evi disini?" Tanya Robi.

"Ada... lagi dikamar Mas, mau masuk ?" Tanya Anisa.

"Hemmm... boleh kalau begitu." Jawab Robi.

"Silahkan masuk.." ucap Anisa.

Robi kemudian masuk, dia lalu duduk di ruang tamu menunggu adiknya itu datang. Tak berapa lama Evi muncul di kamar Anisa dan langsung memeluk kakaknya itu.

"Kakkk...hikss..hikss..." ucap Evi sambil menangis.

"Iya Dek.. kenapa kamu menangis?" Tanya Robi sambil mengusap rambut Evi yang sudah berpakaian lengkap dengan hijab nya.

"Hikss.. hikss... " Evi hanya bisa menangis.

"Dia kangen kakak nya, biasa namanya juga adik.." jawab Anisa menimpali pertanyaan Robi.

"Maafin kakak ya.. kamu sudah makan?" Tanya Robi.

Evi hanya mengangguk. Di pikiran nya merasa bimbang. Di satu sisi dia sudah mendapat kepuasan, di satu sisi lagi, dia haru membantu Anisa untuk bercinta dengan kakak nya itu.

"Pulang yuk Dek.. ga enak sama Teh Anisa. " ajak Robi kepada adiknya.

"Gapapa ko Robi, Evi sedari tadi main ko disini. Dia senang ko.." jawab Anisa.

"Iya Mbak, gapapa deh aku ajak Evi ke kamar saja. Yuk Dek.." ajak Robi lagi.

"Iyy..iya kak.. duluan saja keluar.." ucap Evi.

Robi lalu mengangguk, dia menunggu di ruang tamu. Anisa lalu mendekati Evi dan terus merayu nya agar dia bisa membantu untuk bercinta dengan kakaknya.

"Malam ini, bisa?" Tanya Anisa.

"Hah... yang bener saja teh.. caranya ?" Tanya Evi.

Anisa membisikan sesuatu kepada Evi, Evi mendengar dengan serius ucapan Anisa. Setelah panjang lebar, Evi lalu pamit untuk menemui kakaknya.

"Evi pulang dulu ya Teh, terimakasih" ucap Evi tersenyum.

"Mbak makasih ya, sudah jagain Evi.." ucap Robi.

"Gapapa ko, itung-itung nemenin teteh kan ya" ucap Anisa.

"Iya Teh.."

"Ya sudah kami permisi ya Mbak" sahut Robi.

"Iyaa.." jawab Anisa.

Anisa terus memberi kode kepada Evi dan Evi hanya mengacungkan jempol nya saja. Sesampainya di kontrakan, Robi kemudian berbaring di ranjang yang dia tinggalkan selama 1 hari itu.

"Aaahhh.... enak nyaa..." ucap Robi sambil meregangkan kedua tangan nya.

"Mandi dulu kak biar seger.." ucap Evi.

"Iya Dek.. kamu gapapa kan?" Tanya Robi.

"Gapapa ko. Nih Adek senyum..." jawab Evi sambil tersenyum.

"Terus tadi nangis kenapa coba" tanya Robi.

Evi lalu memdekati kakak nya itu dan duduk di tepi ranjang. Dia kemudian memeluk mesra kaka nya itu.

"Adek.. kangen kak.. " lirih Evi mengutarakan isi hati.

"Iyaa.. maafin kakak yaa..." ucap Robi.

"Cium sini..." pinta Evi.

"Ehh... Dek... " jawab Robi terkejut dengan sikap Adiknya itu.

"Kenapa? Gamau ciuman sama Adek?" Tanya Evi.

"Bukan.. gitu... kaget aja loh kakak.. ya udah sini... " jawab Robi.

Evi tersenyum, dia lalu menjatuhkan tubuh Robi kembali berbaring di ranjang. Evi lalu mencium bibir kakaknya itu dengan begitu romantis. French kiss singkat dia berikan dengan nafas yang menggebu. Tak lama kemudian Evi melepas ciuman nya.

"Mandi dulu sana, terus kakak makan udah itu minum minuman di gelas itu ya" suruh Evi.

"Itu minuman apa?"

"Dari Teh Anisa. Dia kasih buat kakak, kakak kan habis perjalanan jauh, itu obat herbal biar cepat segar badan nya. " ucap Evi menjelaskan ramuan itu.

"Oohh.. ya sudah kakak mandi dulu ya.." ucap Robi.

"Iyaa.. adek juga mau masak buat kakak." Jawab Evi.

Evi lalu menyiapkan makan malam buat kakak tercinta nya itu. Sambil menyiapkan ramuan, Evi memasak dengan penuh cinta. Selesai memasak, dia membawa masakan itu ke ruang tamu.

"Wuihhh... sudah jadi nih..." ucap Robi yang sedang mengeringkan rambutnya.

"Iya dong... Adek gitu loh..ya udah sana makan" ucap Evi.

"Iyaa Dek.. ayo makan sekalian.." ajak Robi.

"Adek sudah makan kak, kakak saja.." ucap Evi.

Robi kemudian makan dengan lahap nya. Evi menemani sang kakak untuk makan malam. Mereka berdua seakan seperti suami istri, Evi begitu cekatan mempersiapkan makan untuk orang rumah. Beberapa menit kemudian, Robi selesai makan malam. Dia kemudian meminum ramuan yang dibuat oleh Anisa itu.

"Emmm... enak banget ini minuman nya , seger lagi.." ucap Robi.

"Iya kak, Teh Anisa yang buat, Adek juga ga ngerti itu apa tapi enak ke badan." Ucap Evi menjelaskan ramuan itu.

"Iya Dek.. kapan-kapan suruh bikin lagi.. hehe..." pinta Robi kepada Adiknya.

"Iyaa kak, tapi ada syaratnya.." pinta Evi.

"Syarat ? Syarat apa Dek?" Tanya Robi penasaran.

Evi tersenyum, dia kemudian berdiri di depan kakak nya. Dia membuka jilban, kemeja panjang dan juga rok yang dia pakai. Tak lupa juga dalaman yang masih menempel dia lepas.

"Dek..." tanya Robi lirih.

"Entotin Adek kak, Adek kangen..." ucap Evi kepada Robi.

"Serius Dek?" Tanya Robi lagi.

"Atau kakak mau sekalian sama Teh Anisa? Kata nya kakak sering curi-curi pandang ya sama dia.." ucap Evi genit.

"Ehhh... engga.. engga.. Dek. Bohong itu..." ucap Robi.

"Hihihi jangan bohong kak, Evi bisa nebak pikiran kakak ko. Kakak pengen kan entotin Teh Anisa. Jujur aja kak.. gapapa Adek ga marah ko.." ucap Evi yang sedang meremas kedua bukit payudara nya.

"Apalagi memek nya tembem loh kak. Adek sudah lihat tadi, hihihi... tembem nya segini lah kaya Adek.. coba jilat memek Adek, bayangin ini memek Teh Anisa.." rayu Evi kepada kakaknya.

Evi mendekati ke arah Robi. Vagina nya dia arahkan ke wajah Robi dan secara reflek , Robi membuka lidahnya. Dia kemudian menjilati vagina itu dengan penuh nafsu. Lidahnya mencari bongkahan daging kecil perangsang wanita.

"Acchh....akkhhh.... gimana kak, enak?" Tanya Evi.

"Hmmpphh.. iya Dek... tebel banget ini " ucap Robi sambil menekan nekan vagina itu.

"Jadi bener kan kakak pengen entotin Teh Anisa?" Tanya Evi.

Robi hanya mengangguk, dia malu untuk mengungkapkan yang sebenarnya. Evi kemuddian mendekatinya untuk berciuman singkat.

Evi kembali berdiri bangkit, lalu dia kembali mengarahkan vagina itu. Desahan nya semakin kencang di malam hari itu.

"Ahhh... enak... kak... ssttt... " desah Evi.

"Ahh...kak.. mauu...entott.. adek atau Teh Anisaa...emmm..." ucapnya di sela-sela kenikmatan birahi nya.

"Emmm.. terserah Adek... " jawab Robi.

"Kontol kakak kuat ya , entotin adek dulu terus teh Anisa, gimana?" Tawar Evi.

"Hahh... masa kaya gitu sih Dek.. mana kuat kontol kakak.." ucap Robi memprotes penawaran adiknya itu.

"Suuttt.... ayoo ikut Adek.. " ucap Evi sambil menarik lengan Robi.

"Ikutt.. kemana ? Pakai baju dulu lah Dek... " ucap Robi.

"Udahahh... ayoo... " ucap Evi yang menarik lengan Robi dengan kencang.

Robi melihat kearah depan agar tidak ada seorang pun melihat tubuhnya telanjang. Namun Evi begitu cuek dengan kondisi ini, dia kemudian mengetuk pintu rumah Anisa yang berada di sebelah kontrakan nya.

"Tehh... Teh Anisa..." teriak Evi sambil mengetuk pintu itu.

"Iyaaa... Dekk... " jawab Anisa yang tak kalah berteriak dari dalam.

Ceklek..

Pintu terbuka, Anisa lalu tersenyum senang. Ramuan yang diberikan kepada Evi benar-benar manjur. Dengan tubuh yang masih berbalut gamis panjang, Anisa menyambut kakak beradik itu.

"Sudah siap rupanya.. " ucap Anisa.

"Ini buat teteh. Kak Robi siap entotin teh Anisa. " ucap Evi yang membuat Robi nampak keheranan.

Bagaimana tidak , adiknya itu mulai berbicara bahasa dewasa. Apakah Anisa yang mengajarkan nya? Tanya Robi pada dirinya sendiri.

"Baiklah ayo masuk.. kita lakukan ritual nya.. " ucap Anisa sambil masuk ke dalam.

Evi mengangguk, dia lalu menarik lengan Robi secara kasar. Robi kembali terheran-heran dengan sikap adiknya itu. Dia hanya bisa berdiam diri agar nadau birahi yang sudah tumbuh dia tuntaskan malam ini.

Mereka berdua lalu duduk di sofa, sementara Anisa membuat sedikit ramuan untuk ritual malam ini.

"Diminum Mas, biar kuat entotin Mbak.." ucap Anisa.

"Ii..iya Mbakk... "

Glegg..glegg...

Ekspresi Robi sedikit pusing sehabis meminum ramuan itu. Dia merasa ada yang tidak beres dengan ramuan ini. Anisa masih tersenyum sinis, mungkin lebih menyerupai senyum iblis.

"Kalian sudah ngentot kan? " tanya Anisa.

"Be...belumm..." jawab Robi.

"Plakkk... jangan bohong Mas.. " ucap Anisa setelah menampar pipi Robi.

"Benar... kita ga ngentot.. cumaa..."

Plakk...plak...

"Jujur.." pinta Anisa.

"Iyaa.. iyaa kita sudah ngentot. Cuma main belakang..." jawab Robi.

"Dekk.. kenapa kaya gini sih..." ucap Robi berbisik kepada adiknya.

"Hahaha... kamu sudah salah besar Mas, kami sudah melanggar aturan. Disini harusnya jangan main sama saudara sendiri. Walau disini bebas melakulam sex, tapi lebih bagus main dengan tetangga disini. Apa hukuman nya yang bagus ini Pak RT ?" Tanya Anisa sambil menatap Robi.

Evi sendiri malah tersenyum sedari tadi, dia sudah menjadi bagian warga RT 6 seutuhnya. Kenapa bisa? Efek ramuan itu sudah tercampur dengan tubuh Evi. Sementara Robi dia baru saja meminum ramuan itu jadi efek nya belum ada.

"Pak RT ? Aku Robi Mbak.." jawab Robi.

"Lakukan saja ritual nya Anisa. Kamu sebagai calon Ratu besar di RT 6 hanya tinggal selangkah lagi menjadi Ratu disini menggantikan istriku yang akan habis masa hidupnya." Ucap Pak RT yang tiba-tiba ada di rumah Anisa.

"Baiklah Pak RT. " jawab Anisa kepada Pak RT.

"Ini yang aku tunggu Mas. mAs Robi sering liatin aku kan, Mas tergoda kan? Jangan bilang tidak Mas. Aku sudah goda Mas biar bisa disetubuhi, tapi Mas malah setubuhi adik sendiri." Ucap Anisa.

"Ayo entot aku Mas. Puasin aku seperti kamu memuaskan adikmu itu." Ucap Anisa lagi.

"TIDAK... AKU TIDAK AKAN MELAKUKAN ITU.. AYO DEKKK.. KITA PERGI DARI SINI... " hardik robi yang nampaknya tak percaya dengan situasi disini.

"Mau kemana kamu Mas ? Hahahaha... " tanya Anisa.

"DIAM KAMU,, TERNYATA DISINI ADA RITUAL ANEH HAHH..." ucap Robi yang nampak bernafsu itu.

"AYO DEKK.. JANGAN DIAM SAJA..." ajak Robi kepada adiknya itu.

Evi hanya diam saja, wajahnya berubah datar ketika kakak nya itu mengajak nya pulang. Robi menarik tubuh Evi dengan kencang. Dia lalu berusaha masuk ke dalam kontrakan nya, namun terhalang oleh beberapa orang.

"MINGGIR..." teriak Robi ketika Pak RT menghalangi jalan nya.

"Hahahaha.. kamu tidak akan bisa kabur Mas... "ucap Anisa dengan tertawa khas nya.

"Mending sini Maa, kita ngentot disini, aku sudah telanjang loh.. memek aku juga udah siap dikontolin nihhh...hahahahaa..." ucap Anisa lagi.

Robi berbalik badan dan melihat keindahan luar biasa di tubub Anisa. Sudah cantik, berkulit putih dan perfect. Namun tipu daya wanita itu dia lepas seutuhnya. Dia fokus untuk berjalan menuju kamar dan membawa pakaian yang berserakan tadi saat akam bersetubuh dengan Evi.

Robi lalu menarik paksa tangan Evi, namun Evi masih terdiam dan mengucapkan sebuah kata yang membuat Robi tercengang.

"Pinjem dulu seratus, hehehe... bercanda..."

"Adek betah disini kak, adek ga bisa pergi dari sini. Adek ingin tinggal disini.." pinta Evi kepada Robi.

"Tidak Dek, disini berbahaya, ayo pulang.. pakai pakaian kamu Dek.." suruh Robi kepada adiknya.

Namun Evi masih terdiam, Robi lalu memasang gamis itu secara acak2an tanpa dalaman. Dia melakukam itu dihadapan Pak RT dan beberapa orang yang berkumpul di rumah Anisa.

Langkah Robi terus berjalan, dia kemudian berjalan menuju pintu luar. Dia melihat bu widya sedang disetubuhi oleh bebrapa orang laki-laki di halaman rumahnya. Namun saat melihat Robi, adegan itu langsung berhenti, begitupun dengan Robi yang menghentikan langkaah kaki nya.

"Dek Robi, mau kemana , sini entot ibu. " ucap Bu Widya.

"Jebakan.. ini jebakan.." ucap Robi berkomat kamit.

"Hahahaha... mau kemana kamh Mas. Sini balik. Adikmu sudah dibawa oleh suamiku. Kamu sedang membawa boneka loh ahhaha..." teriak Anisa yang membuat Robi berbalik badan.

Robi terkejut ketika dia menggenggam sebuah boneka, padahal tadi dia memegang Evi.

"Kenapa ini terjadi? Dimana kamu Dek? Sebenarnya ada apa sih..." geruru Robi dalam hati.

"Ayo sana Dek Robi kalau gamau entot ibu, Anisa lagi nunggu tuh. Jika kamu mau keluar dari sini, turuti sjaa kemauan dia.." ucap Bu Widya memberi saran.

"Kemauan dia aneh Bu.. " jawab Robi.

"Lohh.. cuma ngentot kan? Kamu juga sudah ngenton sama adikmu kan? Jangan munafik Robi..AYO SANA... HAHAHAHA..."

Seketika pula Bu Widya mendadak seperti Anisa. Robi bergidik ngeri dengan apa yang menimpanya. Dia merinding, tatapan bu widya dan beberapa orang itu membuat tubuhnya lemas.

Dia mematung di depan pagar rumah Bu Widya, namun tangan nya digenggam oleh 4 tangan. Robi melirik ke kanan dan ke kiri ketika Hadi dan Ahmad memegang tangan Robi. Robi terkejut sekali, dia seakan memberontak, namun kekuatan nya begitu lemah. Ahmad dan Hadi begitu enteng membawa tubuh kekar Rkbi dan menuju rumah Anisa.

Bughh....

Sebuah pukulan mendarat di perut Robi membuat nya menjadi mual. Matanya seakan tak kuasa untuk membuka , matanya tettutup rapat setelah mendapat sebuah pukulan keras di perutnya.

"Eggg...kena..paa.. kalian...memukulku.." tanya Robi.

Namun tak ada jawaban dari kedua orang itu, Robi hanya bisa pasrah dan semoga mendapat keajaiban dari semua ini.

Matanya sedari tadi terpejam, hanya suara langkah kaki dengan tubuh tergontai. Robi di baringkan di kamar Anisa. Semua orang sudah berkumpul di rumah Anisa yang akan menjadi Ratu besar di RT 6.

Di dalam kamar hanya tersisa dua orang saja, anisa dan Robi , sementara yang lain nya berada di luar kamar.

Anisa kemudian merangkak ke tepi ranjang dimana Robi sudah sadar yang tidak bisa menggerakan kaki dan tangan nya karena sudah diikat oleh Hadi dan Ahmad tadi.

Tubuh Robi memberontak , dia berusaha melepaskan ikatan itu dengan sekuat tenaga.

"Percumaaa... kamu tidak akan bisa lepas. Kamu puasin aku sekarang, jika ingin bebas dari sini.. " ucap Anisa sambil memberi pelumas ke tangan nya.

"MANA EVI.. DIMANA ADIK AKU.... " teriak Robi.

"Suttt... ga usah teriak-teriak. Dia aman ko di tempat lain. Kamu juga nanti entot sama dia ya, biar kamu bisa bebas.. hihihi..." ucap Anisa.

"Baj*ngann.. dasar pelac*rrr..." teriak Robi.

Plak... plakk.. plakk...

"Wow... lembut sekali mulut kamu Mas. Juhhh... emmm... Juhh... " ucap Anisa sambil meludah ke arah Robi.

"KAMU BOLEH BERONTAK, TAPI SAAT AKU MENGGOYANG KONTOL INI. KAMU AKAN BERLUTUT KEPADAKU.. " Ancam Anisa kepada Robi.

"Emmppg... emmpp.. empp..."

Robi tidak bisa menjawab, mulutnya sudah ditutupi oleh lakbam hitam. Tubuhnya terus memberontak ingin dibebaskan.

Anisa lalu meremas pelan penis Robi, dia memijat setiap inci batang penis itu. Remasan nya begitu halus, penis itu lambat laun menjadi mengeras. Anisa begitu senang dengan penis ini yang sangat mudah terangsang.

"Emmphh...empphh..empphh.."

Sebenarnya Robi ingin berbicara kepada Anisa jika kocokan nya begitu nikmat. Dalam hatinya Robi memuji perlakuan lembut Anisa mengocok penis nya, berbeda jauh dengan yang dilakukan oleh Angelina dan adiknya.

Mata Robi terpejam menahan nikmat. Teknik yang diberikan Anisa lebih unggul dibanding kedua wanita tadi. Penis itu kini sudah mengeras dengan ketegangan maksimal. Tubuh Anisa lalu menungging dan menjilati setiap inci batang penis itu.

Mulutnya mulai penuh dengan menghisap penis besar panjang milik Robi. Kepalanya naik turun tanpa henti. Kocokan di sekitar penis nya mampu membuat Robi kelojotan.

JUH... juhh.. Juhhh..

Anisa memberi sedikit ludah kepada penis itu agar lebih licin lagi. Tangan nya terus mengocok penis itu, sementara mulutnya sibuk memainkam buah zakar itu.

"Emmpp... enak juga kontolnya.. aku masukin ya Mas.. memek aku sudah basah nih.. mau jilat ga ? Ohh ya mulutnya masih pake lakban ya.. upss.. maaff.. " ucap Anisa genit.

Srettttt....

Lakban itu terbuka, mulut Robi sejatinya ingin bersumpah serapah dengan Anisa, namun karena rangsangan yang diberikan kepadanya membuat Robi menjadi urung melakukan itu.

Anisa merangkak naik, dia memberikan vagina nya kepada Robi untuk dia hisap, dan juga dijilati.

"Ayoo.. mainkam sesukamu sayang.. " pinta Anisa kepada Robi.

Robi lalu menjilati vagina itu dengan rakusnya. Dia seakan kerasukan jin sange yang selalu horny ketika melihat memek mulus wanita. Di dalam hatinya sebenarnya dia tak ingin melakukan itu, dia terpaksa agar Anisa bisa melepaskan dirinya dan juga membebaskan Evi yang entah dimana.

"Ahh.. ahh... enak juga lidahnya.. akhhh.. sudah.. aku mau entot, ga mau kalau keluar di mulut kamu Mas.. " ucap Anisa sambil mundur mencari penis itu.

Anisa kemudian membuka kakinya, memasukan penis besar itu untuk membelah vagina nya. Wajahnya meringis ketika kepala penis itu baru saja masuk.

"Ahhh... gede banget ini kontol.. " keluh Anisa.

"Ayoo cepet.. " ucap Robi tak sabar.

Jelbb...

"Ahhh... enakkkkk..."

"Ouhh.. ouh... ahhh.. ahh..."

Plok..plok..plokk..

Goyangan Anisa begitu liar, baru saja dia memasukan penis itu ke vagina nya, dia langsung bergoyang brutal dan liar. Genjotan nya begitu keras menimbulkan sensasi luar biasa bagi Robi.

"Ini yang aku inginkan Mas.. ahh... " desah Anisa kemudian.

Anisa begitu liar sekali. Dia ingin memuaskan nafsu birahi kepada Robi. Goyangan nya dia lakukan dengan tempo sedang. Vagina nya bergerak ke arah depan dan belakang, berputar dan diakhiri dengan tubuh yang naik turun.

Kini posisi Anisa memunggungi Robi. Dia memperlihatkan bongkahan pantat nya yang putih mulus itu. Ingin rasanya Robi meremas pantat itu namun dia tak bisa karena tangan nya berhasil di ikat oleh Anisa.

Bagi Robi, ini merupakan kenikmatam tersendiri, namun dia tak mau terlena, ada adiknya yang sedang disekap oleh sebagian orang. Dia tak menyangka akan terjadi seeprti ini.

"Ouchh.. ouchhh.. ouchhh... enak sekalii..." teriak Anisa di sela-sela genjotan nya.

Penis itu keluar masuk dengan mulusnya di vagina Anisa. Wanita yang sehari-hari memakai pakaian longgar dan jilbab yang menutupi dada nya, ternyata menyimpan sebuah keindahan yang memang harus di ekspos. Pantas saja dia akan menjadi Ratu di RT 6 ini.

"Ahhh.. ahhh.. ahh.. keluar... aku keluar sayang.. oohhh.h.. enak sekali kontol kamu ahhh.. " tubuh Anisa bergetar, dia mengalami orgasme pertamanya.

Tubuhnya sengaja dia simpan untuk ritual selanjutnya. Dia kemudian turun dan mengulum penis itu. Setiap inci di batang penis itu Anisa hisap sampai tak tersisa.

Kocokan tangan mulusnya begitu halus sekali, sisa orgasme nya bercampur dengan air ludah yang selalu dia berikan.

"Keluarin sayang. Aku ingin menelan sperma kamu... emmpp.. emmppmm.. " desah Anisa.

"Cepat bereskan, aku ingin bertemu adik ku.. " ucap Robi kepada Anisa.

"Hahahaha... buat apa ? Dia akan tinggal disini sayang... " ucap Anisa.

"Makk..sudnyaa.. ?" Tanya Robi terheran-heran.

"Ayoo.. cepet keluarin dong, itu kan yang kamu mau... emmpp... " ucap Anisa sambil kembali mengulum penis itu.

"Heyy.. maksud kamu apa Mbak bicara seperti tadi.. ?"

"Heyy... heyy... arrgghhhh...."

Robi seakan frustasi, dia tak mengerti arah pembicaraan nya itu. Mulut Anisa masih sibuk mengulum penis itu tanpa henti. Kocokan yang diberikan oleh Anisa membuat Robi merasa keenakan. Dia ingin meledakan sperma nya saat ini, Anisa yang sudah berpengalaman tentu tau jika Robi akan mengeluarkan kenikmatan itu.

"Ayoo.. sayang.. emm.. iyaa.. dikit lagi... yaa.. begitu... emmpp... ayooo...."

Crot... crott.. crott.t...

Beberapa tembakan berhasil keluar dari penis Robi dan mengenai wajah Anisa. Anisa sendiri nampak tersenyum dengan keberhasilan ritual yang dia lakukan malam ini. Sperma itu dia telan dengan habis sampai tetes terakhir. Dia kemudian berdiri menuju ranjang dan memeluk Robi.

"Kita tidur maalam ini yaa... biarkan saja adikmu itu ga usah dipikirin.. " ucap Anisa dengan tatapan genit.

"Bajingan kamu, apa yang sebenarnya terjadi hah ? Apa salah aku sama Evi sampai kalian berbuat sepertti ini?" Tanya Robi kepada Anisa.

"Suttt.... jangan dipikirin sayang.. nikmati saja tubuh ku lalu kamu akan bebas.. yuk tidur.. " ajak Anisa kepada robi.

Malam itu mereka berdua tidur bersama. Ini merupakam kebahagiaan bagi Anisa yang sudah lama menantikan malam seperti ini, namun menjadi malam mengerikan bagi Robi.

Walau dia tidak mendapat luka serius, tapi dia mendapat ancaman serius dengan terus memikirkan Evi yang entah berada dimana. Robi menjadi khawatir jika Evi menjadi budak sex bagi beberapa orang disini. Dia sangat menyesal telah pergi berlibur meninggalkan nya.

Tak terasa air mata nya mengalir di pipi nya, Robi merasa berada di tempat neraka. Walau kenikmatan dia dapatkan tetapi menyelamatkan adiknya itu lebih penting.

"Aku harus bisa, aku harus selamatkan Evi. Evi. Tunggu kakakmu ya Dek.. " ucap Robi dalam hati.

Robi menunggu Anisa yang akan tertidur lelap. Dia juga berusaha melepaskan ikatan di tangan dan kaki nya. Berbagai cara dia lakukan, namun hasilnya nihil.

"Bangs4tttt... kenapa susah amat ini... " ucap Robi yang emosi ketika dia gagal melepas tali itu.

Robi berusaha berpikir tenang. Dia memikirkan cara untuk melepas tali itu. Dia perlahan mengingat ketika latihan bela diri bersama guru nya itu. Dia diajarkan untuk bisa melepaskan diri dari musuh dengan teknik dasar.

Dia pernah belajar melepaskan diri dari tali yang kondisi nya sama dengan saat ini. Dia kemudian mengingat step by step yang diucapkan gurunya itu.

Sambil berusaha mengingat itu, dia juga sambil menggerakan tubuhnya agar bisa terlepas dari tali yang mengikat tubuhnya. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Robi bisa terlepas dari tali itu.

"Yess... " ucapnya girang.

Dengan tubuh telanjang, Robi bangkit dari ranjang dan melihat Anisa sudah tertidur lelap dengan tubuh telanjang nya. Dia kemudian perlahan turun dan berhati-hati saat akan keluar dari kamar karena tadi di ruang tamu banyak orang menunggu kedatangan nya setelah dihajar oleh Hadi dan Ahmad.

"Ko kosong? Kemana mereka?" Tanya Robi kepada diri sendiri ketika di ruang tamu itu benar-benar tidak ada orang.

Dia kemudiam keluar kontrakan dengan memperhatikan sekitar, namun lagi-lagi situasi memang kosong. Robi sudah tak mempunyai rasa malu, dia berjalan keluar kontrakan dengan tubuh telanjang.

Dia mencari kearah rumah Pak RT yang disinyalir menjadi tempat dimana Evi disekap. Robi berjalan perlahan di gang itu, suasana yang sepi nampak hanya dia seorang. Kemudian dia sampai di rumah Pak RT dan tak menemukan jejak apapun.

Robi lalu berputar mengelilingi area sekitar rumah Pak RT, namun hasilnha jelas nihil.

"Bangsaayyttt... dimana sih... " ucap Robi frustasi.

Robi kemudian menyusuri gang dan dia akhirnya menemukan sebuah tempat yang terhalang oleh gerbang di RT 6 ini yang mungkin itu tempat dimana Evi berada.

Robi berusaha mendekati tempat itu namun ketika dia membuka gerbang itu dia terkena cahaya yang begitu menyilaukan matanya yang mendadak muncul di depan nya.

"arrrgghhh...." teriak Robi ketika cahaya itu mendekatinya secara cepat.

Matanya terpejam , dia masih bertahan agar terhindar dari cahaya itu. Ketika cahaya itu sudah hilang, Robi kemudian membuka mata. Dia melihat kearah depan dan terkejut dengan apa yang dia lihat.

Malam itu, gang RT 6 dipenuhi oleh cahaya lilin yang gemerlap, dan suasana misterius memenuhi udara. Penduduk RT 6 berkumpul di sekitar meja, memegang tangan satu sama lain. Mereka mulai melantunkan mantra misterius sambil menyalakan lilin-lilin tersebut. Cahaya dari ritual tersebut semakin kuat, dan Evi yang sedang berbaring melihat itu merasa takjub dengan apa yang dia lihat.

"Evi... aku yakin itu bukan kamu Dek.." ucap Robi dalam hati.

Ritual tersebut melibatkan nyanyian kuno, tarian khusus, dan elemen-elemen lain yang tak terduga. Semua itu bertujuan untuk menjaga harmoni di RT 6.

Saat ritual berlangsung, tiba-tiba saja Evi terjebak dalam cahaya yang menyilaukan, seperti kakaknya tadi. Robi mencoba mendekatinya, tetapi tidak bisa meraihnya. Evi berteriak ketakutan, namun semakin lama, ia semakin tenggelam dalam cahaya itu dan kemudian.

Robi kemudian berlari mendekati beberapa orang itu. Dia sangat khawatir dan marah atas apa yang terjadi pada adiknya. Dia tidak mengerti mengapa tetangga-tetangga lainnya membiarkan hal ini terjadi. Dia meminta penjelasan, tetapi mereka hanya menjawab dengan cara yang diam dan tak menanggapi omongan Robi. Mereka tetap fokus membaca mantra demi mantra yang mereka ucapkan.

Robi merasa putus asa dan bersalah karena telah membawa Evi ke dalam situasi ini. Dia mencoba mencari cara untuk mengembalikan adiknya, Mereka merasa bahwa cinta dan kepercayaan adalah kunci untuk menghentikan ritual dan membebaskan Evi.

Saat ritual berlangsung, Robi berusaha masuk ke dalam lingkaran cahaya dengan penuh keyakinan. Dia berusaha memeluk Evi dengan erat, dan cahaya tersebut mulai memudar.

Penyamaran Robi nampak begitu mulus, dia lalu mendekati Evi , membiarkan sebagian orang yang sedang khusyu membaca mantra ktu

"Dek..." ucap Robi ketika dia sampai di dekat adiknya itu.

"Iya kak... " jawab evi dengan senyuman yang tak biasanya.

Robi masih belum menyadari jika Evi sudah bukan lagi menjadi adik yang dia sayangi. Perbedaan sikap yang ditunjukan Evi berbeda dengan wajah pucat pasi yang Evi ekspresikan.

Evi kembali ke pelukan kakaknya, dan mereka berdua menyadari pentingnya cinta dan kepercayaan dalam menghadapi hal-hal yang tak terduga.

Namun, ketika Robi mencoba mengajak Evi pergi, tiba-tiba cahaya itu muncul lagi,mereka terjebak dalam cahaya yang menyilaukan. Evi berteriak, tetapi semakin lama, suaranya semakin lemah, dan mereka berdua lenyap di dalam cahaya itu.

"Hahahaha... dasar bodoh, sudah baik-baik aku suruh kamu tidur sama aku, malah mengganggu acar aku. Akibatnya begini kan. Hahaha... " ucap Anisa yang dengan amarah kecilnya merasa kesal dengan Robi.

Robi kemudian dipindahkan dan dibaringkan bersama adiknya , Evi. Sementara Anisa dan beberapa orang tadi melanjutkan mantra yang sudah mewarisi selama ribuan tahun. Sebentar lagi Anisa akan melakukan ritual sebagai RATU di RT6 untuk kehidupan abadi.
.
.
.
.
.
To be conticrott..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd