Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT RT 06 (NO SARA)

Status
Please reply by conversation.
RT 06
CHAPTER 09


Note :
Dilarang meng copy cerita ini tanpa izin. Jikalau ingin me-repost ,mau copas, mohon nama penulis dicantumkan dan izin dulu melalui DM,. harap cantumkan watermark nama ane Ruang_imajinasi. Jikalau ketauan akan ane kejar akun nya.

Terimakasih ...



Cerita sebelumnya
Chapter 8




Pov: Evi

"Sialan...duhh...kenapa aku ceroboh gini sihh..." ketus Evi dalam hati.

Pagi hari tiba, Evi panik karena dia terbangun dengan baju yang terbuka. Vagina nya masih terlihat jelas, begitupun dengan payudaranya yang sudah membulat kencang. Dia kemudian membetulkan piyama yang dia kenakan dan berjalan kecil menuju ruang depan untuk melihat kakak nya itu apakah dia masih tidur atau sudah bangun.

"Fyuhh...untung kak Robi masih tidur, kalau udah bangun aku malu pastinya" ucapnya dalam hati.

Evi lalu membereskan selimut dan sprei yang berantakan akibat masturbasi semalam. Di tengah-tengah aktivitas nya dia tersenyum sendiri mengingat kelakukan mesum yang selalu dia lakukan setiap malam. Dia tak menyangka akan melakukan hal nekat di kontrakan kakak nya itu.

Waktu sudah menunjukan pukul 6 pagi, Evi berusaha untuk menyiapkan segala kebutuhan kak Robi di pagi hari. Dia kemudian berjalan ke arah ruang depan untuk membangunkan kakaknya itu. Saat sampai di depan, dia tidak sengaja melihat tonjolan panjang dan besar di celana boxer kakaknya itu. Mata Evi terbelalak, dia tak menyangka jika penis kakaknya akan sebesar itu jika tegang.

"Kaakkk.... besar banget sihh.. sstt.ko Evi baru tau yaa...ssst..." ucap Evi dalam hati.

Evi harus menahan birahi di pagi hari itu, dia kemudian terus melangkah membangunkan Robi yang tertidur lelap itu.

"Kak..bangun..sudah pagi.." ucap Evi mencoba membangunkan kakaknya.

"Kakkk...." teriak Evi.

"Eemmhhh....yaaa...Dekk...." ucap Robi sambil nguliat (kalau di translate ke bhs indonesia yang berarti meregangkan tubuh saat bangun tidur alias menggeliat).

"Sudah jam 6 kak, mau kerja kan?" Tanya Evi sambil sesekali melirik ke arah penis kakak nya.

"Iyaahhh...dekk..." jawab Robi dengan bermalasan.

"Mau pakai air anget? Mau bikin kopi? Mau sarapan apa ga?" Tanya Evi mencecar beberapa pertanyaan.

"Emmm...pake air anget, trus bikin kopi" jawab Robi.

"Ko ga sarapan?" Tanya Evi lagi.

"Kakak males Dek..kopi saja ya.." jawab Robi sambil tersenyum.

Sontak saja senyuman itu menambah birahi Evi di pagi hari.

"Iya sudah, adek bikinin dulu ya.." ucap Evi.

Robi hanya mengangguk, tubuhnya kembali direntangkan untuk memejamkan mata lagi.

Beberapa saat kemudian Evi berbalik lagi menuju ruang depan setelah air panas sudah siap.

"Kakkk...." teriak Evi.

Robi yang masih mengantuk itu nampak tak membuka mata. Dia masih tertidur pulas walau tubuhnya digoyangkan beberapa kali oleh Evi. Evi terus berusaha untuk membangunkan kakaknya itu.

"Ahhh..dasar cowo, dibangunin susah banget sihh..."

Evi mulai kesal dan bete. Dia sudah berbagai cara untuk membangunkan Robi, kekesalan nya mulai mereda saat matanya kembali menuju ke arah selangkangan Robi. Tenggorokan nya menelan ludah , penis kakaknya itu nampak semakin tegang. Evi sekali lagi mencoba membangunkan Robi, tetapi hasilnya nihil.

Hasil nihil itu Evi coba untuk menyentuh area sensitif milik kakak kandung nya. Tangan kiri Evi berusaha untuk bergerak ke arah penis Robi. Dengan sangat hati-hati Evi semakin dekat dengan penis besar itu. Namun saat akan berhasil menyentuh, tiba-tiba...

"Eeennggghhh....." Robi menggeliat lagi dengan sangat lama.

Evi nampak panik berusaha menjauhkan tangan kiri nya dari penis itu. Wajahnya seketika mengeluarkan keringat dingin, lalu terdengar pula suara dari Robi memanggil dirinya.

"Dekk..." ucap Robi.

"Ii..iyaa...Kak.." jawab Evi.

"Airnya sudah matang belum?" Tanya Robi.

"Suu...suuu...sudah kak.." jawab Evi gugup.

"Kamu kenapa Dek kaya habis lihat hantu saja.." tanya Robi.

Evi hanya menggelengkan kepala nya, dia tak mugkin jujur dengan apa yang dia perbuat tadi. Evi harus mencari alasan masuk akal supaya kakaknya itu tidak curiga.

"Dekkk..." tanya Robi.

"Ii..iya kak.." jawab Evi.

"Malah bengong...sudah matang belum airnya?" Tanya Robi lagi.

"Su..sudah kak..."

"Oohh ya sudah...jangan banyak bengong loh kamu.." ucap Robi.

Evi berusaha sabar untuk tak melawan nafsu birahi nya. Dia menarik napas dan menghembuskan nya.

"Habis kakak kebiasaan deh kalau tidur suka kebluk" ucap Evi sambil tertawa kecil.

"Maaklum kakak cape kerja. Ya sudah kakak mandi dulu ya." Ucap Robi yang kemudian bangkit dari tempat tidurnya.

Saat Robi bangkit, lagi lagi penis nya mengacung keras dan hampir mengenai Evi yang duduk di depan nya. Evi hanya bisa menelan ludah nya sendiri begitu besar dan panjang penis kakak nya itu, sangat berbeda dengan pacarnya.

"Kakkk...serius ga sih itu ? Gede bangett...adek jadi pengen lihat...sstt.." desah Evi didalam batin nya.

Langkah Robi menghilang dengan sangat cepat, dengan cepat pula dia sadar kalau kini dia sendirian di depan. Evi membereskan selimut dan juga bantal bekas tidur kakak nya lalu dia pergi ke dapur untuk membuat kopi.

Selesai mandi, Robi lalu meminum kopi buatan adik nya. Sambil berpakaian kerja, Robi sesekali menyeruput tipis kopi itu.

"Nanti kakak pulang jam 1 Dek, terus sorenya kakak berangkat lagi. Kamu gapapa ditinggal sendirian?" Tanya Robi sambil memakai kaos kaki nya.

"Iya kak gapapa, masih ada teh Anisa ko, jadi Adek ada yang jagain" jawab Evi.

"Ya sudah kalau begitu, kakak berangkat dulu. Kamu nanti sarapan ya, terus mandi udah itu ganti sprei kamar kamu, tadi kakak lihat sangat basah kayanya" ucap Robi sambil tersenyum.

Senyuman penuh tanda tanya bagi Evi.

Deggg....

Seketika jantung Evi berdetak sangat kencang. Dia begitu panik jika akibat masturbasi nya membuat sprei itu basah kuyup.

"Dekk...malah bengong lagi kamu, ya sudah kakak berangkat ya..assalamualaikum" ucap Robi.

",ehhh...iyakak..waalaikumsalam..hati-hati kak.." jawab Evi.

Sepeninggal kakak nya, Evi merasa bersalah, apakah kegiatan setiap malam nya dia diketahui oleh kakak nya? Kalau memang kakaknya tau, itu akan membuat dirinya sangat malu, karena dirinya termasuk anak yang penurut dan tidak macam-macam.

"Gara-gara kamu sayang , aku jadi maniak seperti ini" ucapnya menyesal setelah mendapat kenikmatan dari pacarnya.

Walau menyesal, tapi Evi sangat menikmati nya. Kemudian dia membereskan sprei yang basah itu, lalu dia membuat sarapan dan mandi. Wajahnya nampak cantik dengan balutan kaos longgar dan rok panjang dipadukan kerudung ala anak sekolah.

"Tokk..tokkk..tokk..."

Suara ketukan pintu terdengar di kontrakan Evi, saat Evi membuka pintu ternyata Teh Anisa. Evi seketika tersenyum menyambut tetangga kakak nya itu.

"Evii..." ucap Anisa yang sudah cantik dengan kerudung dan juga gamis nya.

"Tehh Anisa, mari masuk." Ucap Evi.

"Iya Evi..gimana jadi kan hari ini?" Tanya Anisa.

"Hari ini? Emang kenapa Teh?" Tanya Evi yang lupa dengan janji nya kemarin.

"Lohh...kamu lupa?" Tanya Anisa menggoda.

"Beneran Teh , Evi lagi kalut, duduk dulu Teh, mau minum apa?" Tanya Evi.

"Ga usah repot-repot, ya sudah kita di rumah Teteh saja atau mau disini?" Tanya Anisa

"Emmm...bebas aja Teh" jawab Evi.

"Ya sudah dirumah Teteh saja yuk" ajak Anisa.

Evi menyambut ajakan itu, dia lalu berpindah tempat menuju tempat sebelah. Di dalam rumahnya, Anisa membuka kerudung beserta gamis lalu dia berpakaian seksi hanya menggunakan tanktop dan leging pendek nya. Anisa lalu tersenyum ke arah Evi agar Evi paham rencana hari ini. Seketika pula Evi mencoba mengingat rencana Anisa itu.

"Teh...maaf aku lupa kalau hari ini ada janji sama teteh." Ucap Evi menyesali nya.

"Gapapa sayang..." jawab Anisa singkat.

"Semalam aku ceroboh sekali Teh, aku malah masturbasi dan malah ketiduran. Untung saja kak Robi tidak lihat kalau lihat mungkin dia nafsu." Ucap Evi menjelaskan.

"Emmm....berarti kakak mu belum tau sisi liar kamu?" Tanya Anisa.

"Entahlah..." jawab Evi.

"Evi...semenjak kemarin kamu main disini dan kita berkeringat bersama, Teteh merasa nyaman. Selain bermain dengan Arina maupun Oktavia, kamu memang akan jadi penerus mereka disini. Makanya teteh pengen minta tolong sama kamu supaya kakak kamu bisa main dengan teteh.." ucap Anisa.

"Trus suami teteh?"

"Mas Ahmad tak masalah ko, toh dia juga pernah ngesex sama wanita disini. Di RT 06 semuanya sex bebas, tidak ada rintangan apapun demi melakukan hal itu. Dan asal kamu tau , teteh ini sering diperebutkan untuk bermain dengan beberapa lelaki. Padahal banyak yang muda bahkan seumuran ibu nya Arina saja masih segar." Ucap Anisa sambil memainkan jilbab Evi itu.

"Tapi Evi belum pernah ngesex Teh, cuma main belakang saja..Evi pengen perawan Evi buat suami nanti." Ucap Evi.

"Cocok sekali..teteh sangat suka main belakang juga ko. Pantes vagina kamu masih segar ternyata perawan.." Anisa begitu senang mendengar nya.

"Jadi apa rencana kita hari ini?" Tanya Evi yang penasaran.

"Kamu mau main sama siapa?" Tanya Anisa berbalik.

"Maksudnya?" Evi nampak heran dengan pertanyaan itu.

"Kita kan kemarin sudah saling merasakan kenikmatan, apa kamu mau sama wanita lagi atau laki-laki?" Tanya Anisa lagi sambil membelai pipi Evi.

"Tapi...laki-laki...siapa teh?" Tanya Evi setengah panik.

"Mas Ahmad.." ucap Anisa.

"Suami teteh?" Tanya Evi terheran heran.

Anisa hanya mengangguk. Evi nampak lesu saat mendengar tawaran itu. Evi bingung harus pilih yang mana. Di satu sisi dia rindu penis, tetapi satu sisi lagi dia ingin bermain dengan Anisa yang membuatnya kentang di hari kemarin.

"Bagaimana?" Tanya Anisa.

"Entahlah..Evi belum siap Teh kalau itu, apalagi itu suami teteh." Ucap Evi.

"Berarti kamu menolak penis ya? Memang nya kamu ga kangen sama penis?" Tanya Anisa .

"Emmm....yaaa..sama pacar sih kangen..tapi kan..." ucap Evi tertahan.

"Tapi apa?" Tanya Anisa kemudian.

"Emmm...Evi pengen kaya kemarin lagi Teh. Evi merasakan hal yang belum pernah Evi rasakan. Apalagi kemarin sangat kentang sekali..." ucap Evi.

"Jadi kamu mulai suka beradegan sesama jenis Dek?" Tanya Anisa .

"Iya Teh..." jawab Evi sambil mengangguk.

Anisa mulai lebih dekat dengan Evi, tangan nya membelai pipi mulus Evi. Wajahnya semakin dekat dan mereka berciuman mesra. Dua wanita muda yang terpaut jauh usia nya namun bila disatukan nampak tak berbeda jauh. Ciuman pelan Anisa di bibir Evi begitu lembut sekali. Mata Evi terpejam menikmati rangsangan oleh Anisa itu.

"Teteh buka ya" pinta Anisa kepada Evi untuk membuka kerudung dan kaos yang dikenakan Evi.

Evi hanya bisa pasrah saja, tubuhnya sudah dikelilingi hawa nafsu yang tinggi. Birahi dibalik pakaian agamis nya tak mampu dia bendung. Rok yang dikenakan pun langsung Evi lepas beserta CD pink kesukaan nya. Anisa pun tak mau ketinggalan, tanktop beserta leging nya dia lepas juga. Kini mereka berdua bertelanjang bulat di area ruang tamu itu.

"Seksi..." puji Anisa kepada Evi.

"Teteh juga.." puji Evi kemudian

Mereka kembali berciuman mesra saling membelit lidah dan bertukar ludah. Tangan kiri Anisa meremas lembut payudara Evi itu, Evi bersikap pasif saat Anisa sangat aktif memberikan kepuasan kepada mainan baru nya itu.

"Di kamar saja yuk.." ajak Anisa.

Evi mengangguk saja , dia mengikuti langkah kaki Anisa menuju kamarnya. Di dalam kamar yang luas itu Evi di dorong untuk berbaring. Anisa kemudian naik menuju ranjang tempat dia selalu bercinta. Diciumnya kembali bibir Evi dengan nuansa romantic. Lidahnya dia hisap begitu pelan. Jilatan nya kemudian turun menuhu payudara Evi dan dihisap secara bergantian.

"Ahh..." desah Evi.

Payudara Evi sudah basah oleh ludah Anisa yang sangat bernafsu oleh tubuh seksi Evi. Ciuman nya kini turun menuju sekitar selangkangan Evi. Evi terus mengerang menikmati permainan birahi bersama seorang wanita itu. Jilatan Anisa begitu lihai menyapu seluruh vagina Evi, vagina yang masih segar, vagina yang masih perawan. Anisa nampak tak sabar mendapatkan cairan perawan dari tubuh Evi.

"Tehh..ahh..ahh...aku..akuu..mau pipiss ahhhh..." racauu Evi sambil meremas kedua payudara nya.

Anisa terus saja memainkan lidahnya di area vagina Evi. Beberapa saat kemudian cairan itu akhirnya tiba di ujung vagina nya, Evi mendapat orgasme pertama nya. Dia squirt membasahi wajah Anisa yang masih dijepit oleh paha nya. Dengan sekali sedot, Anisa menyapu habis cairan cinta itu. Tangan nya kemudian memainkan lubang anus yang akan dia mainkan bersama dildo kesayangan nya.

"Oucchh...tehh...kasih Evi nafas dong...ahhh...nikmat...enakk..." desah Evi lagi.

Anisa tak menghiraukan himbauan Evi, dengan memasukan jarinya ke lubang anus itu, lidahnya pun menjilati vagina Evi lagi. Tubuh Evi kelojotan, dia tak mampu menahan gelombang orgasmee keduanya, cairan squirt itu tumpah lagi membasahi rambut Anisa.

Anisa tersenyum, baru sebentar saja bermain, Evi sudah K.O 2x. Anisa lalu mencium bibir Evi dan disambut hangat olehnya. Jarinya tak berhenti keluar masuk di kedua lubang adik Robi itu.

"Baru aja sebentar Dek sudah keluar dua kali, enak ya?" Tanya Anisa.

"Ehmm...iyaa..." jawab Anisa pelan

"Dengan pacarmu sampai berapa kali?" Tanya Anisa lagi.

"Dua kali juga lama Teh, ini teteh jago banget..evi suka." Puji Evi.

"Mau lebih enak lagi gak?" Ucap Anisa.

"Ehmmm..memang nya bagaimana? Kan kita sama-sama perempuan, bagaimana bisa selain menjilati?" Tanya Evi keheranan.

Anisa hanya tersenyum, dia lalu bangkit dari ranjang dan berlalu pergi menuju lemari nya. Dia kemudian mencari dildo yang sudah dibentuk untuk menempel di pinggang nya seakan menyerupai penis. Dildo itu terdapat sebuah tali dan akan dipasang di sekitar vagina nya.

"Dengan ini, kamu pasti sudah melihat kan adegan Oktavia dan Arina kemarin di rumah nya" ucap anisa.

"Hah...bagaimana teteh tau?" Tanya Evi.

"Sayang...mereka tau ko kamu ngintip, dan mereka juga ingin kamu masuk dalam kenikmatan mereka. Bagaimana kalau kita melakukan nya sama seperti mereka?" Ajak Anisa.

"Tapi...aku ingin melepas...." ucap Evi tertahan.

"Lewat belakang. Teteh tau ko kamu pasti ingin memakai kontol kan buat merawanin nya?" Tanya Anisa lagi.

Evi hanya mengangguk. Dia memuji pengertian Anisa.

"Jadi bagaimana?" Tanya Anisa lagi.

"Iya Teh, lakukan sesuka teteh. Evi menikmati ko.." ucap Evi.

"Baiklah. Anggap saja teteh pacarmu atau kakak mu ya..." ucap Anisa sambil memasang dildo itu di pinggang nya.

Evi sedikit terkejut saat Anisa menyebut kakak nya. Mana mungkin dia bisa memikirkan bermain bersama kakak nya, sedangkan dia belum pernah melihat penis kakak nya secara langsung.

"Sepong sayang. Anggap ini kontol yang pernah masuk di mulut kamu..." ucap Anisa sambil menyodorkan dildo berwarna peach itu.

Mulut Evi terbuka lalu melahap dildo itu. Evi merasakan hal aneh, dia seakan seperti mengemut sebuah karet dibanding mengemut penis yang berbahan kulit manusia itu. Anisa berusaha meyakinkan dengan speak speak iblis nya supaya Evi nampak terbiasa mengulum dildo itu. Evi berusaha membayangkan jika dildo itu merupakan penis pacarnya maupun penis kakak nya yang sangat besar itu.

Evi begitu lihai memaju mundurkan kepalanya sampai habis menelan dildo itu. Dildo itu dia lumuri menggunakan sedikit ludah lalu mengocoknya. Tak terbesit sedikitpun dia akan melakukan hal ini, dia juga tak ada pikiran jika ada dua bentuk alat kelamin dihadapan nya. Dia hanya fokus untuk menjilati dildo itu.

"Pinter...teteh suka...bolehkah teteh masukan sekarang?" Tanya Anisa.

"Iya Teh.." jawab Evi sambil mengangguk.

"Berbaring lah.." pinta Anisa.

Evi kemudian berbaring, dia lalu mengangkang kan kaki nya. Anisa mengarahkan dildo itu menuju lubang anus Evi. Dengan diberi sedikit cairan pelumas, Anisa akhirnya dengan mudah memasukan dildo itu masuk ke dalam lubang anus Evi.

"Akkhh....teehhh...emmmm..." desah Evi.

Kaki evi diangkat ke Pundak Anisa. Anisa terus menggenjot secara perlahan. Meskipun itu penis tiruan tapi Evi begitu menikmati persetubuhan dengan Anisa. Sambil berciuman mesra, Evi menahan erangan yang diberikan kenimatan oleh Anisa.

"Enakk...enak...teh...lebih cepat tehh..." pinta Evi.

Anisa lalu menuruti apa yang Evi mau, dia mempercepat sodokan nya dan Evi memainkan vagina nya sendiri. Tak lama kemudian , Evi kembali orgasme yang ketiga. Dia squirt lagi dan membuat kasur Anisa nampak basah kuyup. Anisa lalu berhenti menggenjot lubang anus Evi dan berciuman mesra dengan Evi. Anisa mencabut dildo itu lalu mengarahkan ke wajah Evi.

"Kulum lah sayang..." pinta Anisa.

Evi dengan sigap mengulum dildo yang keluar dari lubang anusnya. dia mengulum begitu menikmati sekali. Nafsu Evi mulai bangkit lagi, nafasnya berderu lebih cepat. Kuluman nya semakin cepat maju mundur. Anisa membelai rambut Evi pertanda dia sudah menjadi anak buahnya.

"Masukin lagi ya Teh..." pinta Evi.

Evi langsung menunggingkan tubuhnya dengan bergaya ala doggy style. Dia tidak menunggu jawaban dari Anisa terlebih dahulu. Anisa begiu senang anak buahnya sudah menjadi haus sex saat ini. Anisa lalu mengarahkan dildo itu untuk kedua kalinya dengan gaya doggy style.

"Akkhhh....tusuk lebih dalam teh ahh...ahh..." pinta Evi lagi yang langsung di unboxing oleh Anisa.

"Plak...plak..plak..."

Anisa menampar pantat Evi dengan keras, dia begitu cepat menusukan dildo itu di lubang anusnya. Jari Evi bermain di sekitar vagina nya sendiri untuk merangsang tubuhnya itu. Anisa lalu meremas payudara Evi lagi sambil berciuman mesra dari samping. Dildo itu terus keluar masuk di lubang itu. Evi sangat bernafsu lagi, dia kembali orgasme untuk ketiga kalinya. Tubuhnya kemudian ambruk dan nampak lemas sekali. Anisa lalu mencabut dildo itu dan mendekati Evi. Dia mencium mesra bibir Evi dan berusaha untuk membangunkan Evi.

Evi dengan lunglai duduk diatas ranjang itu sambil menikmati sisa orgasme nya. Anisa lalu melepas dildo itu dari tubuhnya dan mengarahkan lagi ke bibir Evi untuk di kulum nya lagi. Evi dengan wajah sange nya mengulum dildo itu sampai kering, lalu diberikan nya lagi ke Anisa dan dikulum oleh Anisa. Anisa tersenyum begitupun dengan Evi, mereka mengakhiri persetubuhan itu dengan berciuman mesra.

"Jadi bagaimana perasaan kamu Vi?" Tanya Anisa.

"Aku menyukai nya Teh. " ucap Evi.

"Baiklah, apa kamu mau lubang kamu itu dimasukan oleh kontol?" Tanya Anisa.

"Kontol? Kontol siapa Teh?" Tanya Evi berbalik.

"Malam ini kamu kesini ya, kita pesta.." ajak Anisa.

"Maksud teteh ?" Tanya evi penasaran.

"Teteh ajak kamu main sama Mas Ahmad, gimana?" Ucap Anisa.

"Hah...teteh ko gitu, dia kan suami teteh.." jawab Evi yang nampak terkejut dengan pernyataan Anisa.

"Kan teteh sudah bilang tadi, kalau kamu gamau , kamu ga akan dapat kenikmatan lagi disini. Biarin saja kamu menderita merindukan kontol pacarmu. Belum tentu juga kakak mu akan memberikan kontol ke kamu." Ancam Anisa.

Evi berpikir sejenak. Benar ucapan Anisa barusan, dia memang merindukan sebuah penis yang selalu bersarang di lubang belakang nya. Dia juga memang tersiksa saat berpisah dengan pacarnya itu. Namun dia selalu tahan, karena dia mungkin bisa bebas disini dibanding saat dirumahnya, tapi disini dia harus menahan diri karena belum memasukam batang penis kedalam lubang belakang nya.

"Ya sudah teh, Evi mau, tapi janji yaa jangan ambil perawan Evi." Pinta Evi kepada Anisa.

"Aman..." jawan Anisa tersenyum.

Anisa lalu mengajak Evi untuk mandi, lalu memasak untuk hari itu dan menunggu malam hari untuk merencanakan sebuah "pesta" oleh Anisa.

******

"Angell...angelina..." sapa Robi saat dia baru saja masuk area dealer nya.

"Eh..emm..yaa..Mas Robi..kenapa..." ucap Angelina yang gugup saat perbuatan nya kepergok Robi.

"Lagi lihatin apa sih..." tanya Robi .

"Engghh...enggak ko mas tidak ada apa-apa.." jawab Angelina sambil menggelengkan kepala nya.

Robi yang penasaran lalu mencoba mengintip apa yang tadi Angelina lihat. Dia mengintip sebuah ruangan yang tertutup itu. Dibalik kaca kecil yang menempel di pintu itu, Robi terkejut dengan apaa yang dilihatnya. Dia kembali melirik ke arah Angelina dan membuat wajah Angelina menunduk dan memerah. Robi lalu berjalan menuju Angelina yang masih mematung itu.

"Apa mereka sudah lama?" Tanya Robi.

Angelina hanya mengangguk malu. Robi memegang kedua bahu Angelina, wajah Angelina menatap Robi membuat Robi tersenyum. Wajah Robi lalu mendekati wajah Angelina dan bibir mereka bertemu. Sebuah french kiss di pagi hari menambah suasana kehangatan itu. Bibir mereka saling berpagutan, deru nafas birahi Angelina terasa di hidung Robi.

Robi kemudian melepas ciuman nya, Angelina menatap Robi dengan tatapan sayu, dia sudah terlanjur horny setelah melihat sesuatu dibalik pintu.

"Sorry.." ucap Robi kepada Angelina.

Angelina hanya tersenyum saja. Tubuh dia yang sudah dikerubungi nafsu itu nampak agresif dan langsung mencium bibir Robi. Robi membalas ciuman itu dan terjadi sebuah permainan yang hot. Mereka berciuman sambil berjalan ke sebuah sofa di dalam dealer itu. Lidah mereka saling membalas , sedotan hot bibir Angelina itu membuat Robi kewalahan.

Tangan Angelina lalu mencoba membuka seragam Robi beserta celana nya. Kedua insan tunangan palsu itu bermain tanpa beban, Robi sudah setengah telanjang, dia hanya memakai pakaian dalam saja.

"Curang.." ucap Robi sambil tersenyum genit kepada Angelina.

"Bukainnn..." jawab Angelina tak kalah genit.

"Kalau itu maumu.." ucap Robi.

Tangan Robi kemudian membuka kancing blouse yang Angelina kenakan. Dengan sekali buka, Robi meloloskan pakaian itu melalui kepala Angelina. Bra berwarna peach mulai terlihat yang sangat cocok dengan kulit chindo Angelina. Celana kain yang dia pakai juga tak luput Robi lepas. Kini mereka berdua sudah setengah telanjang. Cd berbahan satin itu nampak mengkilap dan bagi siapa saja yang melihat pasti akan bernafsu.

Angelina kemudian di dudukan, dia lalu meremas penis Robi yang suudah membesar itu . Tangan yang mulus dia coba untuk menurunkam Cd Robi.

"Woww...."

Angelina nampak kagum dengan ukuran penis Robi yang besar itu. Dia juga tak menyangka kalau orang yang sudah menyelamatkan dirinya dari preman jahanam itu mempunyai senjata yang luar biasa. Matanya nampak berbinar terus menatap kejantanan milik Robi.

"Apa mau dilihat saja.." tanya Robi.

"Apa aku boleh memainkan nya?" Tanya Angelina berbalik.

"Tentu saja. Kamu kan tunangan ku.." ucap Robi sambil tersenyum.

"Benarkah? Kita kan baru kenal?" Tanya Angelina.

"Kalau kamu mau, aku juga mau, kalau kamu punya pacar, aku akan menunggu sampai kamu putus.." ucap Robi yang berusaha meyakinkan Angelina.

Angelina tersenyum bahagia. Tanpa Robi tau, dia memang menyukai Robi. Perasaan cinta itu tumbuh setelah dirinya di selamatkan dari preman. Angelina hanya bisa memendam rasa, mungkin ini waktu terbaik nya untuk menyerahkan tubuh mulusnya kepada Robi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Apa kalian hanya akan tersenyum dan mengobrol saja?" Ucap seseorang yang membuat kedua insan dimabuk birahi itu menoleh kearah sumber suara.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To be continued ...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd