Ajang "
HORRIFIC HALLOWEEN C H A L L E N G E", baru saja selesai. Sesuai dengan janji kami para dewan juri (demisioner), di bawah ini adalah rangkuman review para juri terhadap karya yang berhasil mendapatkan posisi pertama, kedua, dan ketiga.
JUARA III
Alurnya dibuat nggak putus, dengan kejadian per chapter langsung dlanjutkan di chapter berikutnya. Cerita terasa compact, penulis bisa mengatur temponya sehingga cerita berjalan smooth.
Chapter 1,2, dikemas apik, meski mirip dengan film horor thailand. Adegan paling bagus adalah saat Tomi foto dengan latar belakang yang sama dengan kamar Naya (meski sekali lagi, mirip dengan film horor Thai, 4bia chapter Happiness lebih tepatnya). Meski dengan cara penyampaian yang lumayan enak dibaca, namun kemiripan dengan scene di film horor thailand tersebut membuat nilai penuh tak bisa dicapai. Sayangnya bagian yang paling seram (menurut saya) itu justru dibanting dengan pernyataan Tomi yang bilang kalo itu cuma foto hasil editan dan hanya bercandaan.
Adegan gore yang muncul digambarkan kurang detail, hingga mengurangi rasa seram yang ditawarkan oleh sang penulis kepada pembaca, mulai dari kematian Manager Resto, Bu Shinta sekeluarga, hingga duo Reni - Tomi. Eksplorasi pov nya juga kurang tajam.
Alasan Tomi untuk menghantui dan mengganggu Naya juga kurang kuat. Nah disini, logika-cerita nya kurang enak.
Tomi yang sebagai sexual predator, dikisahkan suka membeli cewek, contohlah si Reni. Namun,disini karakter sexual predator-nya tidak mengarah ke virgin-predator atau pemburu perawan, sehingga logika-cerita yang dibangun sebagai alasan Tomi menjadi setan gentayangan sangat kurang kuat. Kecuali kalo dikisahkan, si Reni itu juga korban pemerkosaan Tomi.
One hero, One side kick, and one villain. Ga banyak tokoh untuk cerita yg padat bgini,not bad.
Tokoh Naya disini sudah cukup baik, sayangnya nilai Naya tersungkur pada adegan saat dia dengan sukarela menyerahkan keperawanannya pada Tomi. Keterikatan Naya terhadap pentingnya keperawanan diapun kurang tereksplor dengan bagus. Pun demikian, dengan perasaan Naya setelah kehilangan keperawanan tersebut.
Sex Scene lesbian antara Naya dan Reni, enak untuk dibaca. Dengan beberapa catatan di sex scene bagian lain, nampaknya cerita ini memang pantas untuk menduduki peringkat ketiga.
Penilaian :
Penokohan : 7
Alur-Plot : 8
Tingkat Keseraman : 7
Sex scene : 7,5
Jumlah Nilai : 29.5
JUARA II
Cerita ini punya banyak bagian yang terpisah-pisah, tapi semuanya bisa saling terkait erat dengan tingkat keseraman yang berimbang, mulai dari adegan Joko, pria muda yang bunuh diri, eksekusi Jamal, kejadian-kejadian di desa, hingga ending. Penulis bisa memberikan ramuan yang pas
Ada gap yang besar untuk 3 chapter pertama.
Chapter 1 dan 3 itu fungsinya sama sebagai prolog, tapi chapter 2 itu main course nya.
Mulai chapter 4 sampai 6 baru dimulai inti ceritanya, build up cerita dari bagaimana reaksi Tantri, kehebatan si Jamal and twist cerita baru terasa disini.
Chapter 7-8 inti dari cerita ini,klimaks and antiklimaks. Pengalaman Tantri and problem solving yang cukup cerdas klo menurut kita, memang masih sedikit random tapi flashback Tantri itu yang bikin jelas twistnya.
Sex scene, dalam cerita ini suguhan sex secara eksplist tergambarkan dengan pas. Baik momen, maupun gaya sex yang dipilih bisa menyatu dengan tema horor yang disematkan.
Tantri, Pak Tua, dan sahabatnya, semua mendapat peranan yang penting dan lagi-lagi berimbang. Bahkan Jamal juga memperoleh porsi yang pas sebagai seorang antagonis (yang ternyata bukan antagonis yang sesungguhnya), lagi-lagi saya dibikin kagum dengan cara penulis membentuk karakter-karakter tokohnya. Twist soal siapa baik-siapa buruk, membuat cerita ini sangat layak untuk dipelajari.
Nah, disinilah pentingnya riset sebagai penulis. Ada kesalahan fakta yang mengganggu.
Terutama terjadi pada prosesi eksekusi hukuman mati.
Penjelasan mengenai prosesi eksekusi tersebut salah. Pasukan penembak terdiri dari beberapa orang sniper terbaik dari beberapa kesatuan, lantas berada di bawah komnado kejaksaan. Bukan polisi.
Kedua, peluru kosong (dan peluru tajam) tidak disengajakan dipasang di satu atau penembak yang lain, melainkan secara tertutup diacak. Hal tersebut, gunanya supaya di dalam tim penembak tidak saling mengetahui siapa eksekutor sebenarnya.
Ketiga, pada saat tembakan tidak berhasil membuat terpidana meninggal, pemimpin regu bertugas mendatangi dan menembak dari jarak dekat persis di atas telinga.
Nah, diluar segala kekurangannya, menurut penilaian juri, penulis berhasil membuat sebuah cerita panas bertema horor.
Penilaian :
Penilaian :
Penokohan : 6.75
Alur-Plot : 7.25
Tingkat Keseraman : 8.5
Sex scene : 8,5
Jumlah Nilai : 31
JUARA I
Ketiga juri tak perlu membaca angka untuk tahu kalo cerita ini sangat layak untuk menjadi pemenang.
Penokohan kuat ada di karakter Ghea, sedangkan tokoh Jackson digunakan sebagai penguat dan pembangun suasana.
Jackson ini sendiri kurang digali maksimal. Masih banyak yang tak terjelaskan lebih dalam, seperti asal-usul, latar belakang, permainan emosi. Perbedaan dalam membangun suasana seram juga terlihat antara Jackson dengan Ghea, dimana Jackson terkesan datar dalam membangun suasana. Kelebihan ada pada karakter Ghea, yang sukses membawakan nuansa seram lewat caranya mengutarakan kejadian-kejadian yang dia alami
Persepektif orang ketiga pas banget, kita sebagai pembaca cerita dan yang kita baca juga lagi baca cerita, disini feelnya dapet banget. Alurnya jelas maju terus tanpa ada lika liku. Konstan eskalasi dari gangguan ringan hingga pada akhirnya klimaks
Pelan tapi pasti, pergantian suasana nya bagus. Efek surprise terjaga dari depan sampai tamat.
Penggambaran keluguan, dan tipe sex scenenya pas, logis dan sangat menyatu dengan jalan cerita secara keseluruhan.
Pada chapter 1, suasana seram itu masih kurang terasa. Hanya ada beberapa clue yang menyiratkan bahwa gedung itu berhantu.
Lanjut ke chapter 2, suasana seram mulai dibangun pelan-pelan berbekal dari clue chap 1. Sempat merasakan kengerian di chapter 3, karena fakta-fakta perlahan mulai terkuak satu demi satu ttg apa yg sebenarnya terjadi di gedung tersebut.
Memasuki chap 4, dominan di sex scene. Hanya ada sedikit nuansa seram sebagai penutup chapter. Puncaknya, pada chapter 5 semua terjelaskan. Penulis menggunakan twist, yang cukup mengejutkan ketika membaca di chapter terakhir. Kenyataan bahwa gedung yang Jackson huni tak pernah lagi ditempati sejak peristiwa kebakaran, cukup membuat bergidik karena selama ini ia berinteraksi dengan para hantu.
Di akhir cerita, ditutup dengan twist Ghea yang menjadi hantu, membuat saya berpikir bahwa hantu sebenarnya yang berperan disini bukan sang ibu dan kedua anaknya, tapi Ghea. Cukup mengejutkan.
Got nothing to say. Ini cerita yg paling horor. Perfect, nggak perlu terlalu detail sejarah hantunya tapi bener bener suasana yang bikin merinding.
Perspektif orang ketiga pas banget khan. Alurnya jelas maju terus tanpa ada lika liku. Konstan eskalasi dr gangguan ringan hingga pd akhirnya klimaks. Gak ada anti klimaks untuk cerita ini. Pas banget dbiarin menggantung. Bener bener cerita yang padat and solid.
Penilaian :
Penokohan : 7
Alur-Plot : 8.25
Tingkat Keseraman : 8.3
Sex scene : 7,5
Jumlah Nilai : 31.05
Demikian review dari ketiga pemenang lomba.
credit
Sanoo, Andreeejf, Flavus.Banana
Tim Juri
HORRIFIC HALLOWEEN C H A L L E N G E