Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Rumble X Riot!

Status
Please reply by conversation.
Mantap gan.....
Mirip cerita the pitcher....

Numpang bikin tenda gan.....
Sambil nungguin apdetan....

Sampai tamat ya gan...
Awas kalo gak...
 
up up upp! :haha:
update dong om :pandaketawa:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
:Paws::Paws:

:kopi::papi:
wajib tinggalin jejak
di sini..​

ini Elang kudu belajar :remas:
jurus cakar ku cing:malu:
 
Sepertinyahh seruu :hore:

Helen si wanita perkasaaa :haha:
 
seru nih kayaknya.

:beer:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
EPISODE I: Bagian Tiga




"Pokoknya Helen paling tokcer lah!" puji Gilang ketika selesai mendengar kejadian tadi yang diceritakan oleh Jon.

Dira, yang sedari tadi menyimak, hanya bisa menggelengkan kepala. "Elo makan apa sih Hel? Perasaan bodi ga jauh beda, tapi kok ya tenaga kayak monster?"

Helen kulihat hanya tersenyum kecil. Aku tak mengerti akan sikapnya yang tak bisa ditebak itu. Dia bisa jadi begitu lucu, kemudian bisa... yah, nakal. Tapi juga bisa sesadis pembunuh. Malah, kurasa dari semua anak lelaki di kelas ini, tak ada yang bisa menyaingi Helen.

"Tapi ini ga bisa dibiarin!" bentak Hilman sambil menggebrak meja. "Kelas dua udah mulai main curang! Kita mesti waspada mulai sekarang, serangan bisa dateng kapan aja!"

"Tapi selama masih ada Helen, ga ada yang bisa nguasain kelas kita. Angkatan kelas tiga sekalipun," balas Sapto.

"Emang kita mau ngandelin Helen terus-terusan?" Ah, Jon membalas. Ada benarnya juga apa yang dia bilang.

Semua yang ada di kelas serentak memandang Helen. Yang dipandangi cuma senyum-senyum sambil sesekali tertawa renyah.

"Kita mesti atur strategi," kata Jon lagi.

Strategi. Aku seperti bukan berada di sekolah, tapi di medan perang. Tak heran murid-murid sekolah ini selalu bersemangat, adrenalin mereka dipacu tiap harinya. Tapi ketika Jon membicarakan strategi, dia terlihat lebih fokus dari yang lain, lebih peduli, tapi juga lebih bisa mengontrol diri. Tipikal yang bisa dijadikan ketua, sementara Helen adalah kartu truf kita. Senjata pamungkas, yang hanya dikeluarkan dalam kondisi terdesak.

Sementara mereka membahas strategi, aku lebih tertarik untuk memperhatikan personalia mereka. Jon sudah jelas, bisa diandalkan baik untuk berkelahi maupun atur strategi. Sementara Sapto, dia kurang serius dan terkesan gegabah, tapi solidaritasnya tinggi. Hilman sendiri, yang notabene adalah pacar Nia, adalah sosok yang bertemperamen tinggi dan selalu bersemangat, tapi kurang bisa menganalisa keadaan. Sementara Dira, adalah cewek tomboy berambut bondol yang sepertinya mengagumi sosok Helen. Iya, bisa kulihat dari sorot matanya yang selalu memperhatikan gadis sangar itu.

"Yang, temenin aku ke kamar mandi yuk?" tiba-tiba, Nia muncul lalu merangkul Hilman dari belakang.

"Bilang aja elo mau ngewe, Ni! Bhahaha," ejek Sapto.

"Eh anjing, jaga lo kalo ngomong! Cewe gue nih!" Hilman bereaksi, membalas ejekan Sapto dengan penuh emosi.

"Jangan dulu. Situasi lagi panas, takutnya yang ada elo berdua di incer," giliran Jon memperingatkan.

Diincar? Tiba-tiba terbersit ide bagus di kepalaku. Tapi aku tidak yakin mereka akan langsung setuju dengan ide ini.

"Sebentar," aku memotong pembicaraan. "Untuk menguasai satu kelas, berarti kita harus mengalahkan yang dianggap pimpinan di kelas itu kan?"

Mereka mengangguk bersamaan. Terutama Helen, yang kini memandangku dengan tatapan tajam. Seakan aku adalah mangsa yang bisa dia terkam kapan saja. Dan karena aku baru tahu reputasinya yang mengerikan, maka tatapan saja sudah bisa membuat mentalku melemah seketika.

"Ngg... jadi, aku punya strategi. Gimana... ngg... kalo... kita gunakan umpan?" lanjutku.

"Umpan gimana?" tanya Jon.

"Gini, Hilman sama Nia ke kamar mandi. Tapi, beberapa dari kita stand by sambil ikuti mereka. Kasih interval lima menit, itu waktu yang cukup buat penyerang yang tadi untuk mempelajari situasi dan terpancing umpan kita. Dari keadaan, aku bisa tebak mereka pasti masih panas dan berniat balas dendam.

"Nah, terus baru deh kita nyusul kesana buat bantuin Hilman. Gimana?"

Gilang bertanya padaku, "terus boss mereka kalo ikut gimana? kita pasti kewalahan."

"Soal itu...."


***


Sekarang aku, Helen, dan Jon tengah berada di dalam kelas 2-B. Satu-satunya penghuni kelas 2-B yang tersisa adalah Darrel, yang katanya adalah penguasa kelas. Beberapa teman-temannya tumbang, setelah dihajar Helen dan Jon bersama-sama. Untung saja mereka hanya menyisakan sedikt orang untuk berjaga-jaga di dalam kelas. Sisanya?

"Licik lo, bangsat! Lo nyerang pas kondisi kelas lagi kosong! Ini ga fair!"

"Terus apakabar elo yang tadi nyerang kelas gue, nyet?!" balas Jon.

"Jadi," kini Helen ikut bicara, "semua sesuai perhitungan. Analisa Elang emang keren. Ga masalah kan nyerang kelas yang kosong selama boss nya ada di dalem?"

Aku yang menepi dekat pintu, hanya tersenyum kikuk. Tapi, sesaat Helen menengok ke belakang, ke arahku.

Dia menatapku dalam-dalam, lalu mengerlingkan mata. "Aku utang satu ciuman sama kamu ya, hihi."

Dibilang begitu, tubuhku lunglai. Aku terduduk, meresapi kata-katanya yang membuat kuping panas karena malu.

"Yah, Elang emang bener. Diliat dari mereka yang tadi nyerang kelas kita, karakter boss nya ini ga mau terjun langsung dan milih ngandelin anak buahnya," kata Jon dengan nada mengejek. "Otomatis kalo kita kasih pancingan, anak buah mereka bergerak ke arah yang kita pancing. Lo ngincer dua orang yang mau mesum di toilet pake ngirim temen-temen lo buat ngeroyok? Dih, bego. Terus yang jaga sini siapa?" tambah dia.

Helen balik badan, lalu berdiri di sampingku. Dia menatap Jon yang tengah pasang badan, menghadapi Darrel yang juga bersikap serupa. Pertarungan satu lawan satu ini sepertinya akan seru.

"Anjing! Elo licik, bangsat!" Darrel berteriak lantang, lalu menyeruak ke arah Jon. Satu tinju kanan dilesakkan mengarah ke muka.

Tapi Jon dengan sigap menangkis denga lengan kiri. Lalu dia menyarangkan satu tinju balasan yang telak menghajar pelipis Darrel. Pelipisya sobek, dan Darrel kehilangan keseimbangan. Hal ini dimanfaatkan oleh Jon dengan melompat sambil mengarahkan tinju susulan ke muka Darrel.

"Bangsaaaaattthh!" Darrel terjerembab ke lantai, darah menetes dari bibir yang luka. Meski begitu, dia tetap berusaha bangun dan melakukan tendangan yang sukses menghantam perut Jon. Seketika Jon terpental ke belakang, dan Darrel langsung menghajar pipi Jon. Disaat yang bersamaan, Jon menyarangkan tinju balasan yang telak mengenai rahang Darrel. Keduanya terpental ke belakang, tapi Jon bisa mempertahankan keseimbangan jadi dia tetap berdiri meski lututnya gemetar.

Tapi tidak dengan Darrel. Tinju telak di rahang membuatnya tumbang. Boss kelas 2-B itu seketika pingsan. Jon menang K.O!

Jadi ini yang namanya berkelahi sungguhan! Seru, panas, dan pokoknya lebih banyak adrenalin yang memacu kerja jantung!

"Waw, lumayan." Helen bertepuk tangan. "Maaf kakak kelas, mulai sekarang kalian jadi kacung kita yaaaa~"

Aku, Jon, dan Helen pergi meninggalkan kelas ini. Jon berjalan tertatih di belakang, sementara Helen menemaniku berjalan beriringan.

"Kamu," sapanya padaku, setengah berbisik. "Kayaknya bakat kamu bukan untuk berantem deh. Jarang-jarang loh, yang masuk sini bisa gunain otaknya daripada otot."

"Eh, masa?"

"Kalo begini, kita pasti bisa nguasain seisi sekolah. Kamu mau bantuin aku, kan?"

Aku sebenarnya ingin bilang bahwa aku ingin pindah sekolah saat kelas dua nanti, tapi Helen menggenggam tanganku erat. Dia juga menatapku dengan pandangan mengiba yang sulit untuk kutolak permintaannya.

"Please?"

"Ya-yaudah," jawabku.

"Oh iya, bahasa kamu kaku banget sih. Dibawa santai aja~"

"O-oke, iya a-aku bawa santai aja."

Helen tiba-tiba mendekatkan bibirnya ke telingaku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat dan membuat geli.

"Ke kamar mandi, yuk? Jagoan harus ngambil hadiahnya, loh~"

Di akhir kalimatnya, ditutup dengan sapuan lidahnya pada telingaku. Aku merinding seketika, tapi tak bisa berkutik ketika Helen menuntunku menuju kamar mandi.

Sepertinya, sekolah ini cukup menyenangkan juga.


(Bersambung...)
 
Elang :papi: keren from zero to hero

elang yang lemah jadi otak strategi perang berpasangan dengan helen sang perkasa akan menguasai sekolah Karya Nusa
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd