Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Rumble X Riot!

Status
Please reply by conversation.
TS lagi sekarat. . .
Maksudnya sekarat ide gara2 diburu update
 
a great story....

cerita yg bagus, mudah dicerna sekaligus bikin penasaan
 
Jgn2 TS masuk rm sakit neh.. Digebukin kelas 2a
 
EPISODE IV: Blank





Mereka bilang bahwa hidup hanya sekali, jadi nikmati sebisa mungkin. Hanya sekali, katanya. Tapi hidup tak senikmat itu. Tidak-sama-sekali!

Aku harus menghindari serangan-serangan Naga yang begitu cepat. Tendangan dari kiri, merunduk. Serangan dengan tumit, menangkis. Jaga jarak, berlari, fokus, tangkis, dan terus berulang. Aku sudah tak mengerti untuk apa lagi latihan ini. Untuk apa?

"Fokus ke menghindar! Lawan situ nanti punya serangan yang cepet!" Naga berteriak sebelum melancarkan satu serangan fatal. "Kalo ga bisa menghindar dari serangan ini, udah pasti lo abis sama--"

Aku terlambat. Tendangan Naga telak menghantam dadaku. Aku terpental jauh ke belakang, dan berbaring tertelungkup di lantai. Tak bergerak, nafas tersengal, kepala terasa berputar. Apa ini akhir?

"Bangun, bocah. Hidup itu keras."

Kata-kata yang sama seperti yang Kakek bilang. Katanya, aku terlalu lemah. Terlalu lembut sehingga jadi bulan-bulanan anak-anak lain. Aku tidak punya tekad untuk menjadi kuat. Aku penuh dengan rasa kasihan, sementara mereka tak berlaku sama. Aku adalah wadah besi dengan unsur plastik. Lemah dan rapuh. Aku...

"Saya yakin, situ cuma sedang menahan diri," kata Naga lagi. "Itu bukan gerakan menghindar dari orang yang baru belajar bela diri. Somehow, saya merasa potensimu jauh lebih mengerikan dari ini."

Potensi? Ya, aku ingat. Semenjak masuk ke sekolah ini, dan menjalani hari-hari dengan mereka, aku ingat kembali tentang rasa sakitnya dihajar. Aku ingat rasa nyeri ini, ingat tentang siksaan dan pandangan merendahkan mereka terhadapku, ingat dengan kekejaman kakek dalam menempa tubuhku. Hanya tubuhku, sehingga mentalku menjadi tak stabil.

Adalah Ibu dan Ayah tiriku yang menyelamatkanku dari kekejaman Kakek. Aku dibawa kabur dari tempat Kakek, diperlakukan selayaknya anak kecil pada umumnya. Aku perlahan dibuat lupa tentang kengerian semasa tinggal bersama Kakek. Aku menjadi lembut, baik, dan lemah.

Lemah?

Siapa yang lemah?

Aku?

Aku lemah?!

Mereka bilang begitu?!

Aku tidak lemah! Mereka salah! Seharusnya mereka yang lemah! Mereka yang mengharapkan belas kasihan ketika kuhajar sampai sekarat! Mereka yang seharusnya--

"Bangun!"

Naga menyarangkan tendangan tumit ke arahku. Tapi kini itu bagai gerak lamban di depan sepasang mata ini. Terlalu lamban.

Aku menyeringai. Perasaan berdebar ini sudah lama tak kurasakan. Adrenalin, detak jantung, merasa terancam, haus akan pertarungan, dan rasa yang tak terpuaskan. Ini seru, seru, seru, seru, seru, seru! Jadi, mana yang seharusnya dipatahkan lebih dulu?

Mari, kutunjukkan apa itu kengerian.


***


"Uuuh, kok aku bisa dirumah sakit sih Hel?"

Aku tersadar dan mendapati diri berada di kamar yang asing. Bukan kamar Helen, apalagi kamar kostku. Ini tempat yang berbeda, dan ketika aku tersadar, Helen langsung panik. Setelah suasana mereda, Helen pelan-pelan menjelaskan bahwa aku kini berada di rumah sakit.

"Kamu bener-bener ga inget yang?"

Aku menggeleng pelan. Hal terakhir yang kuingat adalah ketika aku kena tendang Naga saat sedang menjalani latihan. Setelah itu, semua menjadi gelap. Lalu ketika sadar, aku sudah berada disini. Tapi kenapa bisa?

"Kamu istirahat aja. Kata dokter, besok kamu bisa pulang." Helen mengusap keningku. "Aku nginep kok, jagain kamu. Yang penting istirahat dulu," katanya lagi.

Satu hal yang aku sadari, tubuhku terasa pegal dan nyeri. Agak kaku, juga dada yang terasa sesak. Sebenarnya apa yang terjadi?

Tapi Helen bersikeras tak mau menjelaskan apa yang terjadi di aula latihan, meski aku mendesaknya berkali-kali. Sikapnya juga menjadi lebih lembut; tapi bisa kurasakan sikapnya seperti korban yang merasa terancam. Aku yang menyerah untuk mendapatkan jawaban, memilih untuk kembali memejamkan mata. Tapi, bagaimana dengan Naga?

Dan kenapa bayang tentang Kakek yang sempat kulupakan, kini perlahan datang kembali? Yang baru bisa kuingat, beliau adalah sosok yang keras. Tapi ketika aku ingin mengingat lebih jauh, seakan ada yang menghalangi. Aku tak ingat bagaimana hidupku ketika tinggal dengan Kakek. Yang jelas, tubuhku gemetar setiap mencoba mengingat hal tersebut. Seperti sekarang.

"Kamu kok gemeteran? Dingin ya? Ac nya mau dinaikin aja suhunya?"

Aku menggeleng. "Aku cuma mau istirahat dulu," jawabku.


***


Hari Sabtu. Aku sudah diizinkan pulang oleh dokter, dan kini sedang beristirahat di kamar kost. Aku masih bertanya-tanya, tentang apa yang sebenarnya terjadi di aula latihan waktu itu. Ketika keluar dari rumah sakit, aku berpapasan dengan Naga di lobi. Tubuhnya penuh perban dan luka lebam, tapi tetap gagah dan ceria. Entah apa yang terjadi, tapi Naga juga enggan memberitahukan penyebab luka-luka lebamnya itu. Semua masih menjadi misteri, tapi aku yakin ini berhubungan denganku.

"Besok ya... gimana caranya bisa menang dari Kai?" tanyaku pada diri sendiri, sambil memandangi langit-langit.

Terdengar ketukan di pintu. Siapa yang bertamu? Ah, kalau bukan ibu kost berarti...

"Aku masuk deh ya~"

Kepala Mira muncul dari balik pintu yang membuka. Lalu disusul tubuhnya yang mungil itu. Kini, gadis ini berjalan mendekatiku yang sedang berbaring di kasur lantai. Kuperhatikan, gaya pakaiannya kali ini cukup menggoda. Gaun musim panas, memperlihatkan bahu dan leher jenjangnya, juga paha mulus Mira. Uuuh, apa lagi ini?

"Gimana datanya? Dapet?" tanya Mira langsung pada maksudnya.

Aku menggeleng pelan. "Ga tau, kemarin itu tiba-tiba ngeblank. Pas sadar udah dirumah sakit, dan bingung kenapa bisa. Sori tentang datanya, tapi emang gue sendiri bingung...."

Mira mengangkat bahu. "Yaudah gampang itu. Tuan Elang ga ke sekolah hari ini?"

"Kan ini Sabtu, ya libur lah. Gimana sih?"

"Tapi kok Mii-chan lihat Helen sama Jon di kelas ya tadi?"

"Dikelas gimana?"

"Tadi Mii-chan habis dari perpustakaan sekolah, terus lewat kelas tuan Elang. Disana ada mereka, entah lagi apa."

Aku bangkit dan duduk menghadap Mira. "Jangan bohong ah. Tadi Helen bilang mau ke mall kok!"

"Tuan Elang ga percaya Mii-chan? Padahal, Mii-chan selalu jujur..." Mira memandangku penuh makna, "mereka mau apa ya dateng ke sekolah pas lagi sepi dan ga ada kegiatan begini? Jangan-jangan, mereka berbuat hal yang sama yang tuan Elang perbuat sama Nia pas di loker... kemarin? Hihi."

"Jangan bercanda! Gue sama Nia kemaren itu terpaksa, lagi Helen itu--"

"Mungkin Helen beralih ke cowok yang lebih gentle dan berinisiatif duluan," katanya, sinis. "Tuan Elang bukannya penakut? Kalau bukan ceweknya yang mulai duluan, Elang selalu pasif kan?"

Aku menggeram. Sisi kelelakianku terusik oleh kata-kata Mira.

"Makanya... yang pengecut itu selalu ditinggal. Soalnya..."

"Jaga omongan lo. Gue masih nahan diri. Jangan sampe lo kayak Nia kemaren."

Tapi Mira, semakin memprovokasiku. Dia mendekat, dan dengan wajah nakal menggoda, dia bertanya, "emang bisa?"

Cukup! Aku menerkamnya, bagai harimau yang kelaparan akan mangsa. Aku menindih tubuh Mira, mencengkeram kedua lengannya, dan dengan penuh amarah aku menatapnya tajam.

"Jangan nyesel ya. Ini gara-gara lo pokoknya."

Tapi Mira malah tersenyum. "Mii-chan pasrah kalau itu mau tuan Elang. Kamu... mau... pake... aku...?"

Seharusnya aku bisa memperkosanya sekarang juga, tapi...

"Keluar."

Mira hanya diam memandangiku.

Aku lalu melepaskan cengkeraman di kedua lengannya, dan tak lagi menindihnya. Aku duduk, sambil tetap menatapnya tajam. "Keluar dari kamar gue, sekarang."

"Tapi..."

"SEKARANG!"

Mira kembali angkat bahu. Sebelum pulang, dia menyerahkan sebuah kamera digital dengan layar yang menyala terang; memperlihatkan foto dua orang yang kukenal baik sedang duduk berhadap-hadapan di dalam kelas yang sepi.

"Aku ga bohong kan? Dia cuma manfaatin kamu aja, ga lebih," kata Mira sebelum keluar dari kamarku.

"Gue tau kok. Gue tau..."

Suasana kamar ini kembali sepi. Aku masih terpaku memandangi foto yang ada di hadapanku. Rasanya, aneh. Dadaku panas, dan kepalaku penuh dengan pikiran-pikiran buruk. Ingin rasanya kuhajar keduanya, tapi buru-buru akal sehatku menepis pikiran itu jauh-jauh.

Sebaiknya aku fokus ke hari besok. Meski aku tahu, hasilnya pasti sudah jelas.

Aku pasti mati.




(Bersambung...)
 
Mungkin, aku akan mati,
tapi aku tak ingin mati dengan cara yang konyol.. :galau:
Love make me strong.. , Your love makes me strong
Demi meyakinkan Helen..., pasti akan kuterjang,
sampai titik darah penghabisan, menghancurkan semua tembok kemustahilan :rose:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
kentang sekentang kentangnya, penasaran akut sangat tidak baik buat kesehatan, Dilanjut suhu please :ampun:, tapi makasih updatenya :jempol: Pesen kursi buat update, karcisnya gue booking suhu di cek frezernya
 
mungkin si elang blm bisa mengeluarkan kemampuanya 100%,kalo udah pasti ga ada yang bisa ngalahin dia..
 
kayaknya elang juga jagoan ya........?
mungkin ada trauma yang menghambat dan menghalangi potensi elang.
kayaknya seru, kalau benar helen dan jon main dibelakang elang
 
Ane kalo baca crta ini kayak ngrasa prnah bca di komik tokoh yg sprti elang, dya g suka brklahi, tp kalo dh bangkit amrh ny, iblis dlm dri dya bklan jd bngkit, g ad yg bsa ngelawan plus g bklan ingt kjadian stlh itu... :haha: kereennn ni... Ayoo semangaat suhu buat Update slnjut nya.. :haha:
 
Bimabet
Gak bisa koment semua serba mendadak. . .
Pertanyaanya "WHY kog tau2 udah berantem" tapi salut buat ts bisa ngebangun suasana tegang ente stuntman the raid ya gan gila bisa gni yah
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd