Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Runtuhnya Kesetiaan Zaujah (Kisah Nyata)

entahlah....mngkin sdh jd naluri dan ego seorang laki2 dlm penaklukkan ...smakin sulit dan unik semakin menantang ada kepuasan dan sensasi trsendri buat kita para mahkluk be belalai...
 
11. Asa dan Terbitnya Mentari

POV Author


Pagi yang cerah di kediaman keluarga Budi dan Fika, setelah beberapa hari sebelumnya yang selalu membawa mega, namun pagi ini matahari perlahan menampakkan sinarnya, hangat dan lembut.

Fika yang pagi itu sudah dibuat beberapa kali orgasme oleh Rezky, nampak begitu ceria wajahnya, nampak sekali raut wajahnya yang senantiasa tersungging senyum sembari tangannya aktif memasak untuk sarapan bagi anak, suaminya dan khususnya untuk sang pujaan hati.

Fika ingin memberikan masakan dengan cita rasa yang terbaik yang mampu diolahnya. Meskipun dari kecil Fika sosok yang dimanja orang tuanya, sehingga hampir dia tidak pernah menyentuh pekerjaan dapur sebelumnya, namun semenjak dia memutuskan hijrah mau tidak mau akhirnya Fika harus mulai melakukan pekerjaan rumah khusunya memasak.

Berbekal google search, Fika mencoba beberapa resep masakan rumahan, yang ajaibnya menurut keluarga besarnya yang pernah mencicipi masakannya, tangan Fika dinilai tidak gagal dalam mengolah bahan makanan, rasanya biasa dikatakan istimewa. Mungkin Fika hanya perlu penataan layout saja kalau mau belajar agar penampilan masakan lebih estetik. Namun siapa perduli, toh masakan itu untuk dimakan di rumah dan tidak untuk dijual.

Pagi itu Fika mengolah ayam goreng saus Inggris, kebetulan kemarin dia membeli ayam kampung yang kemudian dia simpan di freezer untuk stok lauk. Dengan piawai Fika meracik bumbu-bumbu tanpa menakarnya seolah tangannya adalah neraca berjalan, semua dimasukkan berdasarkan perasannya, terlebih pagi ini dia begitu bahagia.

Pukul 06.00, Fika sudah selesai masak dan meletakkannya di meja makan. Sementara itu Budi yang sudah siap berangkat kerja tengah sibuk mengambil nasi dan lauk, sedangkan Nanda juga sudah siap berangkat dan menunggu sambil sarapan. Rezky belum kembali dari masjid semenjak dia berangkat shalat subuh tadi. Dia merasa sungkan bertemu dengan Budi, mengingat pagi itu beberapa kali istri tercintanya dia setubuhi hingga orgasme beberapa kali.

Namun demikian, namanya perbuatan dosa senantiasa membuat pelakunya ingin dan ingin lagi mengulangi. Begitu pula dengan Rezky, dia masih sangat penasaran ingin menikmati tubuh sintal Fika dengan sepuas-puasnya. Karena yang dia rasakan pagi tadi, banyak yang harus ditahan agar tidak membuat keributan di dini hari.

Pukul 07.30, akhirnya Rezky tiba kembali di rumah Fika lewat halaman belakang. Dan di depan dapur sudah ada pak Hasan dan Bu Arum, orang tua kandung Fika dan sekaligus pakpuh (bapak sepuh) dan bupuh (ibu sepuh) dari Rizal yang sedang duduk di kursi kayu sambil menikmati kopi dan kicauan burung yang hinggap dirimbunnya pepohonan.

“rajin sekali nak” sambut bu Arum

“kebetulan pas lagi senggang bupuh” balas Rezky yang menirukan Rizal memanggil Bu Arum.

“jam berapa sampai tadi malam nak Rezky? Katanya Fika, mas Rezky selesai persiapan acara hingga malam?” tanya pak Hasan

“nggih pakpuh, kemarin jam 23.45 saya baru pulang. Karena banyak yang harus disiapkan” kilah Rezky mencari alasan.

“dijaga kesehatannya lho nak Rezky, kerja memang harus semangat tapi kesehatan tetaplah harus diutamakan” nasehat dari Bu Arum, yang mana dengan Budi menantunya sendiri tidak pernah beliau memberikan perhatian seperti itu.

“Hee iya bupuh, tidak kerasa memang kalau sudah sibuk di lapangan” Rezky tersenyum malu.

“ayo mas Rezky sarapan dulu, sudah disiapkan tadi sama Fika di meja makan” sambung pak Hasan.

Karena ditawari oleh pak Hasan, akhirnya Rezky berjalan masuk rumah dan bertujuan untuk sarapan. Sementara itu, Fika dengan gugup dan hati berdebar berdiri dibalik tembok dapur mendengarkan percakapan orangtuanya dengan sang pujaan hati.

Meskipun seusai bercinta pagi tadi didapur mereka sempat melakukannya deep talk, namun tak urung Fika menjadi seperti gadis yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta kepada lawan jenis. Dalam hatinya begitu besar perasaan menggebu yang senantiasa mendambakan paras Rezky yang rupawan.

Fika baru berani keluar dari dapur ketika Rezky sudah masuk rumah untuk sarapan. Karena jarak antara meja makan yang ada di dalam rumah sisi belakang dengan dapur tidak begitu jauh maka Rezky dapat mendengar obrolan pak Hasan dan Bu Arum dengan Fika.

“mbak, kamu katanya mau cari seserahan untuk lamarannya Rizal?” tanya pak Hasan

“iya kung (panggilan cucu pada kakek), tapi papanya Nanda masih repot terus jadi belum bisa nganterin” Fika memanggil papanya sama seperti Nanda.

“papa juga lagi capek e mbak, gak bisa nganterin kamu. Lha kamu kenapa kok gak berangkat sendiri aja, mobil juga ada kalau memang tempatnya jauh” imbuh pak Hasan.

“Fika enggak ngerti ancer-ancernya kung, takut nyasar. Kan tau sendiri Fika gak bisa baca map” balas Fika yang tengah berdiri di gawang pintu.

“nak Rezky kira-kira repot apa ndak ya hari ini?” tanya bu Arum tiba-tiba karena terlintas sebuah ide.

“ha? Mau minta tolong mas Rezky ti (panggilan cucu pada neneknya)” sahut Fika

“iya mbak, biar segera didapat apa yang dicari dan disiapkan sebaik-baiknya” tanggap bu Arum

Jantung Fika serasa mau copot antara merasa gugup dan gembira. Begitu juga dengan Rezky yang dari tadi tidak tenang menikmati sarapan ayam goreng saus Inggris yang spesial Fika buatkan untuknya. Seolah Iblis seperti memberikan jalan baginya untuk dapat kembali menggasak memek ummahat shalihah tersebut.

Sejurus kemudian, bu Arum datang menghampiri Rezky yang tengah menyantap sarapannya.

“nak Rezky hari ini ada repot ndak?” tanya bu Arum sopan.

“tidak bupuh, acara di SMP sudah dapat dihandle teman-teman dari Malang” balas Rezky.

“gini nak Rezky, ibu mau minta tolong misal nak Rezky tidak keberatan” imbuh bu Arum.

“iya, tidak apa-apa bupuh, Rezky senang bisa membantu di sini”

“alhamdulillah, jadi ibu minta tolong nak Rezky buat nganterin Fika belanja kebutuhan untuk seserahan lamarannya Rizal, apakah bisa?”
bu Arum memastikan.

“bi bbii saa bupuh, insyaallah Rezky antarkan habis ini” jawab Rezky gugup.

“terima kasih banyak lho mas Rezky. Habis ini ibu sampaikan ke Fika supaya dia segera siap-siap, mas Rezky dilanjutkan dulu makannya” jawab bu Arum yang kemudian meninggalkan Rezky untuk melanjutkan sarapannya.

“gimana, Rezky bisa anterin?” tanya pak Hasan saat melihat istrinya keluar dari pintu rumah menuju dapur.

“alhamdulillah bisa, mbak ayo segera siap-siap biar bisa segera berangkat” jawab bu Arum memerintah anak perempuannya.

“iya ti” jawab Fika singkat.

Dengan kecepatan konstan, mobil Jimny yang dikemudikan oleh Rezky menyusurui jalan raya. Belum ada sepatah percakapan diantara mereka semenjak 20 menit mereka berangkat, seolah keduanya sama-sama ragu untuk memulai obrolan.

“eh, kita kok diam-diam an gini ya” Akhirnya Fika membuka obrolan.

“hehehe, iyaa nih mbak. Gak tau kenapa rasanya jadi canggung”

“ya mas Kiky sih diem mulu dari tadi, Fika kan jadi takut ngajakin ngobrol nanti dikira mengganggu orang lagi nyetir”

“mbak Fika juga diem aja malah sejak Rezky pulang dari masjid tadi hayo”

“Kiky kira mbak Fika marah”
imbuh Rezky

“ihhh marah kenapa coba mas”

Rezky dapat melihat senyum Fika meskinya saat itu dia menggunakan masker sebagaimana biasanya ketika keluar rumah selain untuk mengantarkan anak sekolah ataupun pergi kajian.

“mmmm mbak, kalau boleh sih, kalau boleh aja lho ya” tanya Rezky memutuskan kalimat dengan sengaja.

“kalau boleh apa mas?” Fika terpancing dengan apa yang hendak disampaikan Rezky.

“janji gak boleh marah tapi...” Rezky menatap Fika dengan senyumnya.

“iii iyaa janji, apaan emang?” Fika malu-malu karena Rezky tersenyum kepadanya.

“maskernya dilepas aja dong mbak, kan gak ada asap atau debu yang masuk ke mobil” pinta Rezky dengan sedikit menggoda.

“oalah, kirain apa, hehehe” jawab Fika malu-malu.



“gini, udah kan” dan tak lama Fika melepaskan masker yang dikenakannya.

Nampak wajah anggun nan teduh yang kini dapat dengan leluasa dipandang oleh Rezky. Fika yang hari itu keluar rumah dengan menggunakan hijab lebar dan gamis warna hijau botol terlihat begitu cantik dan menawan.

“makasih ya mbak cantik” puji Rezky.

Jantung Fika tersentak saat Rezky kembali memujinya dengan “mbak cantik”, karena pikirannya kembali traveling pada kejadian pagi tadi saat di sumur dan dapur dimana ketika itu Rezky memujinya dan kemudian mereka bercinta dengan penuh hasrat.

“lho, mbak Fika kok melamun jadinya?” tanya Rezky

“ehhh mas Rezky ini gombal mulu ah”

“siapa sih yang gombal mbak, Kiky serius bilang mbak Fika itu memang cantik”
tangan kiri Kiky yang tadi memegang kemudi, dia lepaskan untuk meraih tangan Fika.

Fika yang seperti mendiamkan, membuat Rezky dengan tenang memegang tangan kanan wanita yang bukan menjadi mahramnya itu.

"Tangan mbak Fika halus ya?” Fika terdiam seribu bahasa, dan itu disadari oleh Kiky.

“mm halus apaan sih mas, tangan yang biasa didapur kok halus” balas Fika sambil tersenyum simpul

“iya halus banget, apalagi ....” kembali Kiky memutuskan kalimatnya.

“apalagi apa mas?” kejar Fika dengan penasaran.

“waktu megang ‘ini’ tadi pagi” jawab Kiky sementara arah matanya menunjukkan pada selangkangannya yang sudah tegak dan keras.

Bersambung . . .
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd