Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SALAH SASARAN - Ipar-Iparku yang Ahhh... Sudahlah (NO SARA!)

CHAPTER 40



Apa yang bakal kalian lakukan di saat berada di posisiku saat ini?

Kaburkah?

Langsung menyerangkah?

Atau malah langsung memutuskan sambungan telfon kalian karena bingung dan speechless?

Kalo aku?

Tentu saja ku sikapi dengan biasa saja tanpa terkesan menggebu-gebu, terkesan jika aku memang yang lebih kebelet untuk mendapatkannya.

“Ar… kok diam?” suara Nira kembali terdengar, parau dan bereserak.

Itu menandakan jika kakak iparku ini benar-benar sudah di kuasai aura negatif dalam dirinya.

“Apa yang mesti saya jawab Nir? Saya juga gak tahu akan hal itu, toh! Kita gak ketemu sekarang, kita sedang berjauhan. Tapi, apabila memang mimpi tersebut menjadi kenyataan, entahlah… apakah aku harus tetap melaksanakannya denganmu atau malah kabur, jadinya.” begitu balasku. Cukup bersahaja bukan? Terkesan jika aku masih saja menarik ulur perasaan kakak iparku ini. Intinya, aku tak mau melangkah dengan gegabah, harus penuh perhitungan kawan.

“I… iya juga sih”

“Nah kalo kamu, apa yang akan kamu lakukan jika di hadapkan dalam situasi kita sedang berdua?”

“Au ah, gak bisa aku jawab juga Ar”

“Itu sama dengan saya, Nir….” ku hentikan sesaat, “Btw, saya berharap hal itu kejadian kok”

Si akhwat jelita di seberang malah terdiam mendengarkan ucapan terakhirku ini. Dia mulai berperang dengan batinnya, teman-teman. Percayalah, andai wanita itu berada di hadapanku, dia bakal tertunduk malu, dengan wajah yang tersipu. Tepok jidat!

“Ya udah, kayaknya becandanya udah kejahuan… saya mau lanjut jalan dulu nih, nanti di lanjut ngobrolnya ya. Kalo ada waktu dan tempat yang memungkinkan.” ku pungkasi pada akhirnya acara diam-diaman kakak iparku ini dengan meminta pamit padanya.

“Ya… ya udah. Hati-hati di jalan, salam sama Azita” balasnya.

“Gak mungkin saya sampaikan salam kamu ke dia, bisa perang dunia ke tiga jadinya”

“Eh iya. Hehehehe”

“Kamu cantik kalo tertawa, Nir. Sumpah”

“Nah eh? Kan kamu tidak liat aku sekarang”

“Saya sedang membayangkan saja” balasku. Terobos terooooossss! Haha!

“Dasar kamu. Katanya mau jalan, malah ajakin bercanda lagi”

“Kalo masalah membayangkanmu, saya sedang tidak bercanda, Nira”

“Pfhhh!” akhwat di seberang menarik nafas barusan. Seringaian wajahku kini muncul, tanduk tak kasat mata di atas tempurung kepalaku pun mulai memanjang. Tunggu saja, Nir. Akan ada waktunya, engkau ku taklukkan seperti adik bontotmu.

“Dah ah, gak pulang-pulang saya nya nih, kalo kayak gini”

“I… iya” balas Nira. Dan pada akhirnya, mau tak mau, aku harus rela melepasnya kali ini. Masih banyak waktu, dan aku masih menunggu waktu yang tepat untuk benar-benar menjalankan rencanaku padanya. Hoho!

Well! Aku tak mungkin menceritakan apa yang terjadi setelah kami mengucapkan salam berbalas dengannya, bukan? Jadi ku skip saja. Sampai kapan? Entahlah, ikuti saja kisahku ini, ya bro.​



========================​





Seminggu kemudian………..

Hubunganku dengan Nira, bahkan Azizah sendiri, masih berjalan pada koridornya masing-masing. Baik Nira maupun Azizah yang notabenenya, wanita itu telah hamil besar anak dariku - tidak melakukan hal-hal yang dapat menghancurkan segalanya yang telah ku bangun sedari awal. Bedanya dengan Nira, masih sebatas saling menarik ulur bahasan-bahasan yang yah! Kalian juga pasti pahamlah apa yang ku maksudkan. Azizah, yah sudahlah, tak perlu ku ceritakan pada kalian bagaimana manjanya dia saat ku telfon, selalu saja mengatakan, kapan ya, si dedek di tengokin ayah nya di dalem.

Bagaimana bisa hal itu terjadi, wong kami tinggal tidak sekota. Andai dia berada di Surabaya juga, wah! Jangan tanyakan deh, aku tak akan pernah membiarkan rahimnya mengering. Kan ku basahi setiap saat dengan sperma andalanku, sekalian membuatnya akan semakin sulit untuk melupakan pria bernama Ardan ini.

Ahhh, terlalu panjang narasi yang ku buat untuk mengawali chapter kali ini.

Well!

Hari dan momen yang tentu saja telah kalian nanti-nantikan selama ini, bukan? Momen dimana aku dan Nira akan di pertemukan di kota yang sama?

Yah, hari ini, lebih tepatnya dua jam yang lalu aku mendapatkan telfon dari atasanku langsung, untuk berangkat ke Banjarmasin karena kebetulan kepala cabang di sana baru saja resign dan aku di suruh untuk menjadi PJS selama seminggu sekalian membantu atasanku untuk melakukan perekrutan ASM baru karena dari pihak perusahaan belum ingin melakukan mutasi pejabat yang ada dari area lain. Karena itu sama saja melakukan perombakan besar-besaran lagi.

Kenapa harus aku yang kesana? Entahlah, aku juga tak bertanya ke atasanku mengenai hal ini. Tapi yang aku coba pikirkan, mungkin ASM lain pada baru-baru di daerah terdekat, dan hanya aku lah yang paling senior di daera timur sini.

Apalagi aku juga memiliki SPV senior yang bisa membantuku menghandle pekerjaanku saat ku tinggal pergi selama seminggu. Begitu jugalah pesan atasanku saat ia menelfonku tadi.











Tapi sayangnya, aku ternyata tidak berangkat ke Banjarmasin. Malah atasanku menyuruhku ke Balikpapan karena kebetulan base untuk ASM Kalimantan di ganti dari Banjarmasin ke Balikpapan, karena Balikpapan adalah kota terbesar dan juga kontribusi terbesar di area ini.

Maaf ya teman-teman, aku baru saja mengecewakan kalian karena ternyata aku masih tidak berada sekota dengan Nira. Hahaha!

Aku juga belum mengabarinya jika aku akan ke Kalimantan. Toh! Jika saja aku jadi ke Banjarmasin, kan jauh lebih greget memberinya supprise dadakan seperti ini, dan mulai menantangnya, untuk melaksanakan mimpi itu. Lebih tepatnya mimpi dia sih, karena aku tak pernah sama sekali bermimpi basah dengannya. Hahaha! Kalo membayangkan menyetubuhinya sih, sering.

So! Aku singkat saja ya proses perjalananku hingga tibalah aku di Balikpapan. Kebetulan yang menjemput adalah salah satu Supervisor di kota ini.

Setelah dari Bandara aku memintanya untuk mengantarkanku ke hotel yang telah di booking oleh sekertarisku di Surabaya tadi.

Singkat cerita, aku pun telah tiba di hotel tempatku menginap.

Karena kebetulan waktu sudah menunjukkan pukul 4.30 menit, akhirnya aku pun mengatakan padanya untuk pulang saja, besok pagi saja kita baru akan memulai pekerjaan.



Selesai berpamitan….

Akupun berjalan ke resepsionis.

“Kamar 44, Pak.” Ucap resepsionis cantik itu sambil menyerahkan kartu kunci kamar padaku.

“Terima kasih, Mbak.” Ucapku segera menuju kamar di lantai 4.

Setiba di kamar, aku rebahkan tubuhku.

Setelahnya, yah aku pun mengabari istri dan anakku bahwa aku telah tiba di hotel.

Jadi ku skip saja kejadian ini ya, hingga tiba-tiba ponselku berdering kembali, ternyata atasanku menelfon, mengatakan jika ia akan menyuruh dua orang pendaftar atau pelamar posisi ASM untuk bertemu denganku di hotel malam ini.

Tapi aku pun mengatakan jika ada baiknya aku bertemu dengan mereka di luar saja, jadi ku pinta pada atasanku nomor ponsel keduanya.

Beres semuanya, aku pun bersiap-siap untuk keluar dari hotel, sekalian aja kan untuk makan malam di luar. Sedikit menyesal juga sih menyuruh SPV tadi untuk pulang, kalo gini kan, aku tak perlu repot-repot mobilitas dengan taksi online. Tepok jidat!









Waktu di dinding kamar menunjukkan Pukul 19.00 berarti sudah waktunya aku berangkat saat ini. Dengan memakai jasa taksi online akhirnya aku tiba di sebuah cafe and resto yang lumayan ok tempatnya.

Setibanya di tempat itu, aku mengirim pesan WA ke dua nomor dengan waktu yang berbeda, untuk mengatakan tempat pertemuanku dengan mereka.

Jadinya aku saat ini cukup memesan minuman terdahulu, lagian aku juga belum lapar.

Sambil menunggu, seperti pada orang pada umumnya, pastinya langsung buka Hp-pun mulai berselancar di medsos. Aku membuka Wa, dan melihat-lihat status semua orang yang berada di kontak Wa yang juga baru memasang statusnya sambil menimati secangkir ekspresso coffee di temani alunan musik dari…. Ahmad Band judulnya “MADU TIGA”

Hahahahah…. bisa kebetulan gitu lagunya ya. Tepok jidat!



Kembali mataku tertuju ke status Nira.

“Gerah dan berisik…”

Begitulah statusnya saat ini. Hingga ku putuskan untuk mengomentarinya.

“Kenapa Nir? Nyalain AC aja kalo gerah. Kalo berisik, tinggal kenakan headset aja,”

Send...

Ku tatap layar ponsel pintarku.

Petunjuknya menandakan Nira telah membaca statusku, tapi cukup lama aku menunggu, tak adalagi balasan darinya.

Ya sudahlah...

Ku masukkan ponselku ke dalam saku celana, dan kembali menatap ke jalanan yang masih enggan beristirahat.

Drrrttt…

Ponsel pintarku bergetar pertanda ada notifikasi yang masuk.

Ketika ku buka, ternyata balasan pesan WA dari Nira. Ku rasakan darahku berdesir.

“Ini nih Ar... teman sekamarku ngajakin sodaranya buat ngobrol di kamar. Mana suara mereka pada berisik lagi….”

Aku segera membalasnya.

“Ohh... yang sabar Nir, lagian kan mungkin teman kamu itu rindu dengan sodaranya. Kalo pun kamu memang merasa terganggu, bicaralah baik-baik.”

“Hadeh... pokoknya BT banget deh ah. Jadinya pengen nginap di hotel lain kalo udah kayak gini” begitulah balasan dari Nira. Tentu saja, aku tak berhenti sampai di situ, aku mulai kepo, dan pada akhirnya mencoba bertanya ke Nira.

“Emangnya lagi ada acara apaan, Nir, sampai harus nginap di hotel segala?”

“Ini bang Anton kebetulan ada acara di Balikpapan gitu, tapi kebetulan dia nginapnya di kantor, ya sudah deh, akhirnya kami para ibu-ibu di inapkan di hotel tapi malah harus berdua di kamar.”



Degh...!!!




Aku langsung terkejut membaca balasan itu dari Nira.

Yang artinya...

Dia saat ini, berada di Balikpapan...

Dan...

Apakah ini faktor kebetulan atau tidak, aku juga berada di Balikpapan dan dia juga membutuhkan kamar hotel buatnya menginap dan menghindar dari gangguan temannya yang mengajak saudaranya menginap di kamar mereka.

Apakah aku senang? Aku tentu saja senang. Darahku menggelegak dan andrenalinku sepertinya naik. Nira ada di Balikpapan. Dan pada akhirnya aku pun iseng menanyakan dia menginap di hotel mana.

“Nginap di hotel mana di Balikpapan Nir?”

“Di hotel A... Ar.”

Degh...

Again…..

Wait…. kok kejadiannya sama kayak Azizah kala itu ya?

Ah bodo amat. Yang penting saat ini, aku dan Nira telah berada di kota yang sama.

Lagi-lagi jantungku berdegub sangat kencang. Hotel yang Nira sebutkan juga, saat ku searching di maps, ternyata sangat dekat dengan hotel tempatku menginap saat ini. kalo jalan kaki, bisa lah karena kalo aku prediksi gak sampe 200 meter lah. Pun kalo gak, kan bisa naik gojek. Dan sekarang ini, di kamar hotel, aku dalam posisi sendirian di kamarku.

Segaris senyum iblis pun mengambang di bibirku. Juga dua tanduk tak kasat mata mulai kembali muncul, bahkan kemunculannya di iringi dengan kepulan asap serta api yang menyala-nyala. Haha! Sudah seperti mephisto aja ya?

Ok skip.

Ku tatap layar ponselku sekali lagi untuk memastikan kalau aku tidak salah baca. Dan memang benar. Nira ada di hotel A.

“Ohhh...” aku sengaja memberikan balasan singkat seperti itu, mencoba untuk memancing responnya setelah ku tanyakan dia menginap di hotel mana tadi.

Dan..

Pada akhirnya dengan secepat kilat balasan datang dari Nira.

“Ihh balesnya kok gitu amat. Emangnya kenapa malah nanya aku nginap di hotel mana? Emangnya mau ke sini? Hehehehe. Jauh loh dari Surabaya ke Balikpapan” Saat aku membaca tulisan terakhir kiriman dari Nira, aku langsung menangkap kalo Nira sepertinya mau mengajakku mengobrol lama. Menghindari ke-BT an karena ulah teman sekamarnya itu.

Aku mikir sejenak.

Tapi, aku tentu tak ingin berniat bercanda dengannya. Niat sudah menyatu dengan tekad yang begitu bulat, jika malam ini, aku harus bisa dan wajib menaklukkan kakak iparku ini. Kemudian aku mencoba untuk memancing.

“Kalo saya ke sana malam ini, bagaimana?”

“Hahaha... mana bisa, emangnya Azita bakal ngizinin malam-malam gini ke Balikpapan. Lagian kota Surabaya ke Balikpapan jauh loh. Harus naek pesawat atau naik kapal laut. Wekkk!” Oalah malah nantengin.

“Saya kan hanya bertanya, bagaimana kalo saya kesana malam ini... hadiah apa yang akan saya dapatkan dari kamu. Nir?” aku sejenak menatap layar ponselku ini yang sudah terdapat barisan kalimat sesat tersebut yang baru saja ku ketikkan. Aku berusaha untuk menimbang-nimbang apakah kalimat ini pantas Nira baca atau tidak.

Dan pada akhirnya, apapun itu jari-jariku bagai bergerak sendiri buat menekan tombol kirim.

Send...

Semoga...

Apa yang ku pikirkan tidak kejadian. Yang dimana justru Nira malah marah.

“Wah... kamu ihhh, malah godain gak jelas”

“Saya sedang tidak menggodamu, Nira” balasku lagi. “Dan saya juga sedang tidak bercanda...” kemudian aku mengirim cepat chat berikutnya sebelum ia membalasnya.

“Hehe dasar.” balasnya. Kemudian ia mengirim pesan kembali. “Apa yah... ya udah, apa yang kamu inginkan dariku, Ar?” tanyanya di chat.

“Semoga kamu tidak marah ketika membaca tulisan ini... Saya ingin, merealisasikan mimpi saya denganmu, Nira.”

Send...

Percayalah. Menunggu balasan chat Nira saat ini, bagai menunggu berabad-abad lamanya. Aku pun mulai gusar, ketika belum ada balasan darinya. Tapi pesanku itu sudah di baca olehnya.

Bagaimana ini?

Apakah dia marah?

Namun rupanya….

Penantianku pun berakhir dengan…………………….











Tanyakan padaku apa yang ku rasakan saat ini, di saat membaca baris kalimat dari pesan yang di kirimkan Nira barusan?

Ahhhh! Asli, jangan lagi kalian tanyakan bagaimana kini perasaanku, bro.

Jadi, balasan Nira……………………………….



“Dasar. Ya udah, siapa takut. Lagian. Gak mungkin lah Ar kamu ke sini malam ini.”



YES!!!

Kena deh kamu, Nir.

“Tidak ada yang tidak mungkin terjadi di dunia ini Nira...”

“Idih. Balasnya sok puitis amat. Ya udah buruan ke sini, terus... kamu nginap di hotel aja biar aku bisa nebeng nginap ama kamu di kamar. Wek!” balasnya lagi dengan emoticon lidah menjulur.

Aku pun tersenyum penuh kemenangan sebelum ku ketikkan balasan terakhir sebelum aku menyibukkan diri dengan kandidat pertama yang juga kebetulan telah datang ke tempat ini.

“Sekarang jam 7.30... nah, pukul 9 lewat dikit kamu bisa ke Hotel AZ, kebetulan saya sudah membayar buat kamar 44. Kamu ke sana aja, dan minta kunci ke resepsionis, sembari menunggu saya berangkat ke Balikpapan..”

“Hahahahahaha dasar cowok pembual... mana mungkin. Udah ah, aku mau cari angin dulu, malas nih dengerin celotehan mereka di kamar” balas Nira.

Untung saja aku tadi tidak sempat menitipkan kunci kamar ku ke resepsionis. Karena memang aku memiliki kebiasaan mengantonginya jika aku berdinas di luar kota atau meeting dan lain sebagainya.

Jepret!

Aku mengambil foto kunci kamar seukuran ATM itu.

Maka ku kirimkan foto tersebut ke Nira, tanpa qoute sama sekali. Kemudian aku pun meletakkan ponselku begitu saja dan mulai mengajak kandidat ASM pertama untuk duduk bersamaku, melupakan Nira hanya untuk sejenak.

“Malam pak... sorry lama nunggu”

“Santai saja pak… saya juga baru nyampai kok” balasku.

Aku bersalaman dengannya terlebih dahulu, sebelum ia pun ku persilahkan untuk duduk.

Di saat kami ingin mengobrol, ponselku tiba-tiba berdering.

Nira?

Aku langsung memberikan gesture sebagai kode ke pria itu agar membiarkanku merespon panggilan masuk di ponselku.

Aku memutuskan untuk me-reject telfon dari Nira, setelahnya dengan cepat mengirim pesan WA kepadanya. “Ya saya juga ada di Balikpapan, jangan nelfon karena saya kebetulan lagi meeting bersama teman... kalo mau, saya tunggu di kamar 44 hotel G ntar... jika memang kamu juga sama keinginannya dengan saya, untuk merealisasikan mimpi kita berdua selama ini, di kehidupan nyata. Oke? Sampai bertemu lagi, sayangku Asnira Anastasya”

Send...

Entah apa yang bakal Nira pikirkan setelah membaca pesanku ini.

Lebih baik ku tinggalkan perasaan dan pikiranku ini tentangnya, biarkan dia berfikir sendiri dan mempertimbangkannya.

Dan satu hal yang pasti...

Aku berharap dia mau datang ke kamarku. Aku berusaha agar tidak dalam posisi memaksanya, tetapi aku sangat berharap dia mau menerima tawaranku.

Semoga saja...

Agar aku dan Nira memulai babak baru untuk kehidupanku di masa yang akan datang.



Hohohoho!


BERSAMBUNG CHAPTER 41
 
situ yang update kenapa malah jadi gue yang deg-degan yah? suek emang ni Suhu, pinter banget mainin perasaan pemirsa hahahahahaaaa
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd