n00bietol
Semprot Baru
- Daftar
- 27 Jan 2015
- Post
- 48
- Like diterima
- 234
Kalo mau jujur, sebenarnya cerita Sandra cuman berakhir di halaman lima. Itu niat ane, tapi ternyata banyak yang minta jadi bersambung, jadi bingung. Mohon maaf jika update lambat, diusahakan seminggu sekali setiap Jumat, supaya pembaca bisa menikmati sabtu minggu.
LANJUTAN : A DANCE WITHOUT MUSIC
Aku membopong tubuh Sandra yang telanjang bulat ke kamar utama.
"Kakiku lemes gila, mas," katanya sambil menciumi leherku ketika digendong. Aku menciuminya balik.
"I know."
Aku membaringkan dia di kasurku.
"Hug me mas," katanya sambil menarik tanganku, menempatkan tanganku di perutnya yang rata, dan dia kemudian meringkuk memunggungiku. Kami berpelukan, dan tubuh kami menempel begitu erat. Detak nafasnya yang teratur kurasakan jelas, dan aku, yang berada tepat di belakangnya, leluasa menghirup harum bau rambutnya, menciumi tengkuknya. Aku tahu dia tak tidur. Tangannya kemudian meraih sebuah foto di nakas tempat tidurku.
"ini Mbak Dewi mas?"
"Hh mm,"
"She's beautiful."
"She was, she is."
"Lo masih cinta sama dia mas?"
"Everyday. Sebelum gue bertemu dengan seorang perempuan di kantorku ..."
"Siapa?" tampak nada kurang senang.
"Harus gue sebut namanya ya?"
"....Sandra Puspa," kataku sambil kembali mengecup bahunya. Bulu kuduknya meremang. Aku bisa merasakannya.
Sikunya menyenggol dadaku. Aku pura-pura mengaduh.
"Gombal ..."
"I'm serious ..."
Tanganku kemudian membelai rambutnya, turun ke lengannya, sampai ke pinggangnya yang mempunyai lekukan sempurna, kemudian ke depan menuju perutnya yang rata, dan naik lagi ke dadanya. Diam di situ, merasakan kemulusan daging kenyal itu, dan meremasnya perlahan, sambil memainkan ujungnya yang makin lama terasa makin keras.
"Massss," desahnya, sambil menggesekkan bokongnya ke arah kontolku yang sudah naik lagi.
"Aduh, bisa ngilu ini,..." keluhnya, tapi bokongnya tak berhenti menggesek. Aku menganggap itu undangan. Untuk masuk kembali.
Aku memasukkan kepala kontolku ke dalam memeknya.
"Mas, pelan ya mas, gue ...aaaaahhh," dia tak sempat meneruskan kata-katanya karena kontolku sekarang sudah separo masuk. Dia menahan pinggulku. Aku berhenti menusuk, memberikan kesempatan pada dia untuk menyesuaikan diri dengan ketegangan dan ukuran kontolku.
Bokongnya kembali bergerak ke arahku, memberikan sinyal kepadaku bahwa aku bisa meneruskan tusukanku. Dia mendesah, keras, ketika pada akhirnya tusukan itu mentok.
"Ayo, mas," bisiknya lirih, tangannya meraih ke belakang, mendapati kepalaku dan menciumku, dan akupun balas menciuminya dengan penuh nafsu. Mulailah pinggulku bergoyang, menikmati persetubuhan untuk kedua kalinya malam itu. Kurengkuh dan kuremas dadanya yang super itu, kujadikan sebagai pegangan seraya menghunjamkan kontolku ke memeknya yang semakin basah. Tubuh kami bergerak berirama, dan desahan Sandra semakin lama semakin nyaring dan cepat.
"sssh fuck sssh fuck ah fuck," racaunya seiring tusukanku.
Aku mempercepat gerakan pinggulku, disertai tusukan dangkal, menyasar klitorisnya.
"Fuuuuuuuuuuuucccckkk!!!!" teriak Sandra, bergetar. Kedua kakinya merapat, memeknya menjepit erat kontolku, tangannya meremas tanganku yang ada di payudaranya, dan kembali kurasakan kedutan-kedutan itu.
Aku belum orgasme alias ejakulasi. Ini kali kedua dan biasanya aku jauh lebih lama. Aku membiarkan dia menikmati orgasmenya sambil menggoyangkan pelan penisku keluar masuk.
"Ampun mas, jarang-jarang gue dapet cepet kayak gini. Lo belum keluar?"
"Belum," bisikku lirih.
"Gue udahan mas, gila, itunya mas bikin ngilu. Mas pake apa sih kok bisa tegang bener?" katanya mendesis.
"Bantuin dong, nanggung nih," kataku berbisik masih dengan kontol yang menancap di kemaluannya, menggerakkannya sedikit, maju mundur.
Sandra mungkin kasihan melihat "keadaanku" yang nanggung, dan kemudian berbalik dan meraih kontolku dengan tangannya.
"Pake tangan aja ya," katanya sambil mulai mengocok batang itu. Aku pasrah. Yang penting ga pake tangan sendiri. Yang penting enak. Dia mengocokku sambil menghadap ke arahku, sehingga aku dapat dengan mudah mencium bibirnya yang penuh itu. Tanganku pun tak absen meremas susunya. Uh, tangannya lembut halus, mungkin tak pernah kenal pekerjaan kasar. Dengan ahli tangan itu mengurut batang penisku, dan leher sampai pangkal, sedikit memilin, kemudian bergerak naik turun. Aku merasakan sebentar lagi aku akan orgasme. Aku mendengus, menggigit kecil bibir bagian bawah Sandra.
"Sannnnn!!!"
Aku ejakulasi.
Tangan mulus itu terus memompa dengan ahlinya walaupun cairan semenku mengalir terus. Sampai tetes terakhir tangan itu memompa.
"Enak?" bisiknya nyengir. Deretan gigi putih itu kembali menyapaku.
Aku hanya bisa mengangguk. Dia mengangkat tangannya, dan kemudian menjilat sedikit sperma yang menempel di tangannya.
"Nakal," kataku sambil menciumnya.
*****
Sinar mentari pagi belum jua menyeruak ketika aku terbangun dengan ciuman-ciuman di seluruh wajahku.
"Hai, ganteng ..."
"Hi, beautiful ..."
"Gue harus pulang dulu mas, bentar lagi macet. Gue kan masih harus mandi dan harus masuk kantor,"
"Ga usahlah, di sini saja mandinya," kataku sambil menarik kembali tubuhnya yang sudah berbusana lengkap ke tempat tidur.
"Oh no, nanti malah ga jadi mandi," kata dia sambil nyengir. Aku tertawa.
"Emang bakal ngapain?" tanyaku sambil meraih tubuhnya lagi.
"Udahhhhhhh," katanya bangkit setengah berlari, dan memeragakan cium jauh. Aku membalasnya.
Pagi itu, seperti sudah kubilang, adalah hari dimana aku memilih tidak bekerja, bermalas-malasan.
"Pagi pak," kata mbak Rima menyapaku ketika pada akhirnya aku keluar dari tempat tidurku.
"Pagi mbak. Baunya enak sekali."
"Sebentar lagi siap pak."
Dan pagi itu diakhiri dengan sarapan model inggris yang padat lemak dan protein. What a life!
"Mbak, nanti sekalian kamu pulang tolong pesenin bunga mawar merah ke toko bunga yang di ujung jalan senopati. Ngerti kan mbak langgananku? Tolong kirim ke Sandra, alamatnya alamat kantor saya. Dan tolong tanpa nama ya. Ini pesannya, dan ini uangnya."
"Baik pak," kata mbak Rima sambil tersenyum manis. Dia melirik catatan yang aku berikan.
"Akhirnya bapak punya pacar juga. Udah saatnya emang pak. Yang tadi barusan turun lift ya pak? Cuantik."
"Hehehehe."
Setelah kenyang, hal selanjutnya adalah melihat dashboard kerjaan kantor yang memang bisa diakses online dari mana saja. Aku sendiri mempunyai koneksi VPN ke kantor, permintaan manajer ITku dulu supaya lebih aman.
Van, gue merasa ada yang janggal dari Amin kemarin
BB masuk dari Jeff.
Iya, tapi gue juga ga ngerti alasannya
Ati-ati Van, he has something on his mind. I know he's your best friend, but you know ....
Noted Jeff
Jeff, gue bisa minta tolong lo cekin akun-akun Amin yang sedang pre sales? Kasih tau gue anomalies
Noted
Sesungguhnya memang aku sudah curiga dengan attitude Amin sejak peritiwa itu, tapi entah kenapa, aku masih percaya akan persahabatanku selama bertahun-tahun dengannya. Kami bertiga literally built the company from the ground. Amin memang marketing yang jago, dan dia membuktikan itu pada tahun-tahun pertama perusahaan berdiri. Aku harus benar-benar memastikan motif Amin jika benar Amin punya niat lain.
BB kembali berbunyi.
Thinking of you? ga ada kata-kata yang lebih klise lagi ya?
hahahahaha
Norak ih. Pada nanyain tadi.
Biarin. Tapi suka kan?
Thank you for last night, mas ganteng
My PLEASURE
hihihi
Yang ngasih bunga mau dikasih apa?
Pesan itu tak segera terjawab. Mungkin dia sedang sibuk. Aku kembali menekuni laptopku, sampai kudengar BB berbunyi.
Pesan gambar. Aku download dan segera melihat gambar apa itu.
Damn! Sepasang buah dada yang sengaja dikeluarkan dari "kandang"nya. Putingnya tampak mancung keras, timbul dari areolanya.
nih, buat temen ....
Ohhhhh shiiiittt. Foto dimana itu?
Hihihihi, di toilet ...
Anything planned for tonight?
Gue ada acara keluarga mas sampai minggu, ke puncak.
Next week OK?
OK.
take care
Hari itu berlalu dengan sangat lambat, dan kuhabiskan dengan renang dan gym, sebelum akhirnya makan malam, dan molor lagi.
LANJUTAN : A DANCE WITHOUT MUSIC
Aku membopong tubuh Sandra yang telanjang bulat ke kamar utama.
"Kakiku lemes gila, mas," katanya sambil menciumi leherku ketika digendong. Aku menciuminya balik.
"I know."
Aku membaringkan dia di kasurku.
"Hug me mas," katanya sambil menarik tanganku, menempatkan tanganku di perutnya yang rata, dan dia kemudian meringkuk memunggungiku. Kami berpelukan, dan tubuh kami menempel begitu erat. Detak nafasnya yang teratur kurasakan jelas, dan aku, yang berada tepat di belakangnya, leluasa menghirup harum bau rambutnya, menciumi tengkuknya. Aku tahu dia tak tidur. Tangannya kemudian meraih sebuah foto di nakas tempat tidurku.
"ini Mbak Dewi mas?"
"Hh mm,"
"She's beautiful."
"She was, she is."
"Lo masih cinta sama dia mas?"
"Everyday. Sebelum gue bertemu dengan seorang perempuan di kantorku ..."
"Siapa?" tampak nada kurang senang.
"Harus gue sebut namanya ya?"
"....Sandra Puspa," kataku sambil kembali mengecup bahunya. Bulu kuduknya meremang. Aku bisa merasakannya.
Sikunya menyenggol dadaku. Aku pura-pura mengaduh.
"Gombal ..."
"I'm serious ..."
Tanganku kemudian membelai rambutnya, turun ke lengannya, sampai ke pinggangnya yang mempunyai lekukan sempurna, kemudian ke depan menuju perutnya yang rata, dan naik lagi ke dadanya. Diam di situ, merasakan kemulusan daging kenyal itu, dan meremasnya perlahan, sambil memainkan ujungnya yang makin lama terasa makin keras.
"Massss," desahnya, sambil menggesekkan bokongnya ke arah kontolku yang sudah naik lagi.
"Aduh, bisa ngilu ini,..." keluhnya, tapi bokongnya tak berhenti menggesek. Aku menganggap itu undangan. Untuk masuk kembali.
Aku memasukkan kepala kontolku ke dalam memeknya.
"Mas, pelan ya mas, gue ...aaaaahhh," dia tak sempat meneruskan kata-katanya karena kontolku sekarang sudah separo masuk. Dia menahan pinggulku. Aku berhenti menusuk, memberikan kesempatan pada dia untuk menyesuaikan diri dengan ketegangan dan ukuran kontolku.
Bokongnya kembali bergerak ke arahku, memberikan sinyal kepadaku bahwa aku bisa meneruskan tusukanku. Dia mendesah, keras, ketika pada akhirnya tusukan itu mentok.
"Ayo, mas," bisiknya lirih, tangannya meraih ke belakang, mendapati kepalaku dan menciumku, dan akupun balas menciuminya dengan penuh nafsu. Mulailah pinggulku bergoyang, menikmati persetubuhan untuk kedua kalinya malam itu. Kurengkuh dan kuremas dadanya yang super itu, kujadikan sebagai pegangan seraya menghunjamkan kontolku ke memeknya yang semakin basah. Tubuh kami bergerak berirama, dan desahan Sandra semakin lama semakin nyaring dan cepat.
"sssh fuck sssh fuck ah fuck," racaunya seiring tusukanku.
Aku mempercepat gerakan pinggulku, disertai tusukan dangkal, menyasar klitorisnya.
"Fuuuuuuuuuuuucccckkk!!!!" teriak Sandra, bergetar. Kedua kakinya merapat, memeknya menjepit erat kontolku, tangannya meremas tanganku yang ada di payudaranya, dan kembali kurasakan kedutan-kedutan itu.
Aku belum orgasme alias ejakulasi. Ini kali kedua dan biasanya aku jauh lebih lama. Aku membiarkan dia menikmati orgasmenya sambil menggoyangkan pelan penisku keluar masuk.
"Ampun mas, jarang-jarang gue dapet cepet kayak gini. Lo belum keluar?"
"Belum," bisikku lirih.
"Gue udahan mas, gila, itunya mas bikin ngilu. Mas pake apa sih kok bisa tegang bener?" katanya mendesis.
"Bantuin dong, nanggung nih," kataku berbisik masih dengan kontol yang menancap di kemaluannya, menggerakkannya sedikit, maju mundur.
Sandra mungkin kasihan melihat "keadaanku" yang nanggung, dan kemudian berbalik dan meraih kontolku dengan tangannya.
"Pake tangan aja ya," katanya sambil mulai mengocok batang itu. Aku pasrah. Yang penting ga pake tangan sendiri. Yang penting enak. Dia mengocokku sambil menghadap ke arahku, sehingga aku dapat dengan mudah mencium bibirnya yang penuh itu. Tanganku pun tak absen meremas susunya. Uh, tangannya lembut halus, mungkin tak pernah kenal pekerjaan kasar. Dengan ahli tangan itu mengurut batang penisku, dan leher sampai pangkal, sedikit memilin, kemudian bergerak naik turun. Aku merasakan sebentar lagi aku akan orgasme. Aku mendengus, menggigit kecil bibir bagian bawah Sandra.
"Sannnnn!!!"
Aku ejakulasi.
Tangan mulus itu terus memompa dengan ahlinya walaupun cairan semenku mengalir terus. Sampai tetes terakhir tangan itu memompa.
"Enak?" bisiknya nyengir. Deretan gigi putih itu kembali menyapaku.
Aku hanya bisa mengangguk. Dia mengangkat tangannya, dan kemudian menjilat sedikit sperma yang menempel di tangannya.
"Nakal," kataku sambil menciumnya.
*****
Sinar mentari pagi belum jua menyeruak ketika aku terbangun dengan ciuman-ciuman di seluruh wajahku.
"Hai, ganteng ..."
"Hi, beautiful ..."
"Gue harus pulang dulu mas, bentar lagi macet. Gue kan masih harus mandi dan harus masuk kantor,"
"Ga usahlah, di sini saja mandinya," kataku sambil menarik kembali tubuhnya yang sudah berbusana lengkap ke tempat tidur.
"Oh no, nanti malah ga jadi mandi," kata dia sambil nyengir. Aku tertawa.
"Emang bakal ngapain?" tanyaku sambil meraih tubuhnya lagi.
"Udahhhhhhh," katanya bangkit setengah berlari, dan memeragakan cium jauh. Aku membalasnya.
Pagi itu, seperti sudah kubilang, adalah hari dimana aku memilih tidak bekerja, bermalas-malasan.
"Pagi pak," kata mbak Rima menyapaku ketika pada akhirnya aku keluar dari tempat tidurku.
"Pagi mbak. Baunya enak sekali."
"Sebentar lagi siap pak."
Dan pagi itu diakhiri dengan sarapan model inggris yang padat lemak dan protein. What a life!
"Mbak, nanti sekalian kamu pulang tolong pesenin bunga mawar merah ke toko bunga yang di ujung jalan senopati. Ngerti kan mbak langgananku? Tolong kirim ke Sandra, alamatnya alamat kantor saya. Dan tolong tanpa nama ya. Ini pesannya, dan ini uangnya."
"Baik pak," kata mbak Rima sambil tersenyum manis. Dia melirik catatan yang aku berikan.
"Akhirnya bapak punya pacar juga. Udah saatnya emang pak. Yang tadi barusan turun lift ya pak? Cuantik."
"Hehehehe."
Setelah kenyang, hal selanjutnya adalah melihat dashboard kerjaan kantor yang memang bisa diakses online dari mana saja. Aku sendiri mempunyai koneksi VPN ke kantor, permintaan manajer ITku dulu supaya lebih aman.
Van, gue merasa ada yang janggal dari Amin kemarin
BB masuk dari Jeff.
Iya, tapi gue juga ga ngerti alasannya
Ati-ati Van, he has something on his mind. I know he's your best friend, but you know ....
Noted Jeff
Jeff, gue bisa minta tolong lo cekin akun-akun Amin yang sedang pre sales? Kasih tau gue anomalies
Noted
Sesungguhnya memang aku sudah curiga dengan attitude Amin sejak peritiwa itu, tapi entah kenapa, aku masih percaya akan persahabatanku selama bertahun-tahun dengannya. Kami bertiga literally built the company from the ground. Amin memang marketing yang jago, dan dia membuktikan itu pada tahun-tahun pertama perusahaan berdiri. Aku harus benar-benar memastikan motif Amin jika benar Amin punya niat lain.
BB kembali berbunyi.
Thinking of you? ga ada kata-kata yang lebih klise lagi ya?
hahahahaha
Norak ih. Pada nanyain tadi.
Biarin. Tapi suka kan?
Thank you for last night, mas ganteng
My PLEASURE
hihihi
Yang ngasih bunga mau dikasih apa?
Pesan itu tak segera terjawab. Mungkin dia sedang sibuk. Aku kembali menekuni laptopku, sampai kudengar BB berbunyi.
Pesan gambar. Aku download dan segera melihat gambar apa itu.
Damn! Sepasang buah dada yang sengaja dikeluarkan dari "kandang"nya. Putingnya tampak mancung keras, timbul dari areolanya.
nih, buat temen ....
Ohhhhh shiiiittt. Foto dimana itu?
Hihihihi, di toilet ...
Anything planned for tonight?
Gue ada acara keluarga mas sampai minggu, ke puncak.
Next week OK?
OK.
take care
Hari itu berlalu dengan sangat lambat, dan kuhabiskan dengan renang dan gym, sebelum akhirnya makan malam, dan molor lagi.
Terakhir diubah: