Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Sang Penakluk

POV mbak warni
------------------------------------------
Hari ini pak Tono majikanku sudah pergi pagi-pagi benar bersama pak burhan tetangga sebelah rumah. Mereka memang sahabat karib sejak lama, sedangkan mbak indri anak pak tono dan bu rima sudah berangkat ke kampus. Seperti biasa aku mengerjakan tugas rumah tangga seperti biasa sampai bu rima memanggilku waktu itu.
"Mbak warni, sini mbak", suara bu rima memanggil dari kamarnya di lantai dua
Aku bergegas menghampiri suara itu.
"Iya bu", jawabku sambil berjalan menuju kamar bu rima dan pak tono
Sesampainya di kamar bu rima, ku ketok pintu kamarnya "tok... Tok.."
"Ibu manggil saya?", tanyaku memastikan
"Iya mbak, masuk mbak", jawab bu rima
Kubuka pintu kamar bu rima, kulihat sosok bu rima yang sudah telanjang bulat duduk mengangkang di kasurnya sambil memainkan vibrator di itilnya.
"Ayokk mbak aku pingin", ucap bu rima
"Iya bu", jawabku menurut
Aku segera membuka semua pakaianku, dan berjalan menghampiri bu rima yg sudah penuh gairah mengocok klitorisnya dengan vibrator warna merah mudanya itu.

Ini bukan kali pertama kami melakukan ini, sudah berkali-kali aku dan bu rima saling memuaskan satu sama lain. Diawali saling curhat betapa kesepian kami, aku yang seorang janda tentu tak pernah lagi dijamah lelaki sejak bercerai sedangkan bu rima harus rela tubuh indahnya menganggur setelah suami nya terkena lemah syahwat.

Kuangkat wajah bu rima lalu kami saling bercumbu. Lidah kami saling memburu satu sama lain. Tanganku tak tinggal diam kucubit kedua puting susunya yg sekal dan kencang, tubuh bu rima sangatlah molek, dia sering mengikuti senam aerobik, pantatnya begitu sekal, besar dan padat, lelaki manapun pasti bergairah melihatnya. Tangannya mulai meraba tempik ku, sedangkan tangannya yang lain tetap sibuk memainkan vibrator di selangkangannya sendiri. Tempikku mulai basah, begitu juga bu rima.

"Aku ga kuat mbak, emutin mbak", katanya padaku

Aku langsung membaringkan tubuhnya ke kasur, kunaiki tubuh bu rima sambil kujejalkan tempik ku ke mulutnya. Lidahnya begitu liar menjilati bibir vaginaku, bahak lidahnya sampai masuk ke dalam lubang vaginaku, sungguh nikmat permainan mulut bu rima di kemaluanku itu.

"Ah....", aku mendesah

Namun aku juga tak boleh hanya menikmati ini sendiri, akupun mulai menjilati klitoris bu rima, tak hanya kujilat, kini klitorisnya aku kenyot seperti bayi yang mengenyot botol dot. Bu rima pun sama dia mengenyot klitoris ku dengan ganasnya. Entah berapa lama kami saling memanjakan tempik satu sama lain dengan posisi 69. Tiba-tiba...

"Assalamualaikum..."

Suara teriakan memberi salam yang cukup kencang dati lantai bawah. Kami tau suara itu. Itu Mas Harry anak tetangga sebelah yang sudah seperti anak sendiri di keluarga pak Tono dan bu Rima. Kami panik dan bergegas menyudahi pergumulan itu. Kami segera berusaha memakai pakaian kami.

"Udh mbak gausah pake daleman nanti keburu naik Harry, penting bajunya aja nanti mbak turun duluan", kata bu rima

"Assalamualaikum....", teriak mas Harry lagi

"Tuh kan mbak, cepetan", bu rima kembali menyuruhku untuk bergegas

Aku mengangguk paham, aku segera memakai celana pendek kolor dan kaos ku, semuanya tanpa daleman sama sekali. Setelah selesai mamakai pakaianku yang tanpa daleman itu, aku segera keluar kamar dan bergegas menyambut mas Harry supaya dia tidak keatas dan curiga atas perbuatanku dan bu rima.

Aku sedikit terburu-buru menghampirinya. Langkahku yang sedikit tergopoh-gopoh karena aku sempat klimaks saat itilku dikenyot bu rima membuat selangkanganku linu. Puting susuku pun masih menyembul d balik kaos semakin membuatku risih.

"Mas harry tumben nih pagi-pagi sudah kesini", sapaku sambil menghampirinya.

Dia hanya diam, matanya tak berkedip.

"Kok diem aja ya anak ini", batinku dalam hati.

Aku akhirnya sadar bahwa matanya tidak melihat ke wajahku melainkan bagian payudaraku yang putingnya menyembul karena tak tertutup BH. Kedua tanganku reflek langsung bersedekap menutup kedua belah buah dadaku,

"Mas Harry liat apa", tergurku berusaha membuyarkan lamunannya,

"Oh mau WiFi-an buat ngliat pengumuman penerimaan kampus mbak", jawabnya tidak nyambung

Kedua tanganku masih bersedekap menghalangi mata liarnya dari payudaraku, aku berusaha memalingkan wajahku darinya karena malu dan risih dengan tatapan liarnya itu, namun usahaku untuk memalingkan wajahku darinya justru semakin membuatku salah tingkah, bagaimana tidak, saat aku menunduk, secara tak sengaja mataku melihat celana kolornya yang sangat menonjol kedepan seperti kuat, keras dan besar sekali batang yang ada di celana itu

Kami berdua hanya diam, aku tak berani menatapnya, ada sesuatu yang membuat jantungku berdebar, pandangan liarnya menikmati setiap lekuk tubuhku entah seperti membangkitkan gairahku. Aku merasakan seolah digerayangi olehnya, ditelanjangi dan pasti betapa nikmat jika kontol besarnya ini masuk kedalam tempikku. Aku seperti tersihir oleh birahi ini. Untungnya aku masih bisa berpikir jernih. Segera kuhentikan pikiran liarku itu.

"Saya ke dapur dulu ya mas mau masak", pamitku padanya lalu segera berlari ke dapur.

Sudah beberapa hari sejak kejadian itu, aku masih terbayang celana mas Harry yang menonjol itu dengan batang kerasnya yang begitu perkasa nampaknya. Bahkan semalam aku memimpikan mas Harry, aku bermimpi mas Harry menodaiku, kami saling bercumbu dan kontolnya memanjakan tempikku membuatku klimaks. Pikiranku sudah tak waras, aku tak tau apa yang terjadi padaku, sepertinya aku sedang sange berat.

Hari itu aku tidak fokus kerja. Beberapa kali melamun. untungnya hari ini aku hanya sendirian jadi tidak masalah.

"Assalamualaikum..."

Suara yg sepertinya aku kenal terdengar memberi salam. Ku hampiri suara itu, dan seperti biasa aku membalas salamnya. Tp tiba-tiba perasaanku tak menentu. Aku merasakan ada yg aneh dari senyum d wajahnya dan semakin terkejut aku melihat celananya yg menonjol itu.
"Kenapa kontolnya ngaceng, ngaceng begitu kokohnya", pikirku dalam hati yg membuat hatiku kalut.
Beberapa hari ini aku membayangkannya menjamah tubuhku. Birahiku memuncak, tp aku takut. Sebagai wanita aku tentu takut dia akan menodaiku, tapi di sisi lain aku begitu nafsu dan menginginkannya. Celana nya yg menonjol itu pasti besar kontolnya. Sudah bertahun-tahun tiada lelaki menjamah tubuhku.
Tiba-tiba dia menarik tubuhku saat aku mencoba untuk menghindari situasi ini. Tangannya kokoh menahanku. Aku berusaha berontak. Tapi semua itu sia-sia ketika dia memperlihatkan video itu padaku. Video ku bersama bu Rima. Rahasia dan aibku. Dia bahkan tak segan-segan menyebut nama permata hatiku, hartaku yang paling berharga, dia menyebut nama putriku ifah.
Ingin berhenti rasa jantung ini, aku tak mau lagi ifah marah padaku. Terakhir saat dia marah, ifah mengancam akan kabur mencari ayahnya yg pemabuk itu. Tak bisa kubayangkan apa yg akan dilakukannya kali ini. Bisa saja kali ini ifah makin nekat, atau bahkan bunuh diri. Aku tak mampu membayangkan itu lebih baik aku mati daripada putriku tercinta terluka.
Aku bersyukur Tuhan masih menyayangiku. Si Harry bajingan ini tak punya kontak putriku. Walaupun aku masih takut dan masih terus terbayang bagaimana jika ifah sampai tahu kelakuanku ini. Tapi nampaknya memang bajingan ini tak akan berbuat apa-apa. Dia sepertinya juga tak mencoba melakukan hal yang tidak-tidak. Sepertinya dia menyerah. Dia diam saja saat kutinggalkan sosoknya yg masih terduduk di sofa setelah mencoba mengancamku.
Aku meneruskan kembali pekerjaanku hari itu dengan terus dibayangi was-was Bajingan tengik itu akan mencoba melakukan hal kurang ajar lagi padaku. Aku tak mengendurkan kewaspadaanku sama sekali. Jangan sampai bajingan itu mendapatkan yang dia mau.
Tiba-tiba HP ku berdering. Kulihat nama pemanggil itu, "Ifah", itulah nama yg tertulis. Apa yg terjadi kenapa ifah meneleponku sekarang. Di situasi ini, apakah bajingan itu...
Aku takut, ketakutan telah menguasai hatiku, batinku, dan jiwaku. Kumohon Tuhan, jangan sampai anakku tau, jangan biarkan dia benci padaku. Kuberanikan mengangkat telpon dari ifah.
"Halo", jawabku mengangkat telpon
"Halo bu, ibu kenapa, cerita dong sama ifah kalau ada masalah?", tanya ifah padaku yang tiba-tiba saja khawatir padaku
"Kenapa apanya nduk, ibu gapapa, kok kamu tanya gitu, ibu kan gapapa", jawabku tergugup
"Tadi aku di WA mas Harry yg ponakan pak Tono itu bu, kata dia ibu kayak orang bingung banyak pikiran gitu, dia nyuruh ifah tanya langsung ke ibu ga enak kalo dia yang cerita takut salah", jawab ifah dengan polosnya.
Hatiku nampak bagai disambar petir, bajingan itu menghubungi putriku. Hatiku berkecamuk, terus merasa ketakutan bagaimana jika dia benar-benar menghubungi ifah dan menceritakan itu.
Aku mencoba mengarang cerita palsu untuk ifah, aku hanya mengatakan bahwa aku hanya kangen padanya, tapi aku baik-baik saja disini. Aku mencoba tenang dihadapan ifah dalam telpon itu padahal sebenarnya aku begitu ketakutan. Aku ingin segera menemui mas Harry, memohon padanya untuk berhenti melibatkan ifah.
Kusudahi telfonku dengan ifah, kukatakan padanya bahwa aku harus melanjutkan tugas rumah tanggaku yang masih banyak. Ifah mengerti dan menutup telfon serta tak lupa berpesan bahwa aku harus bercerita padanya jika ada masalah. Aku hanya bisa mengiyakan. Setelah telfon kututup, aku segera terburu-buru menghampiri mas Harry. Ia masih terduduk di sofa dan saat melihat sosokku, kulihat senyuman di wajahnya. Senyuman penuh makna, aku tahu apa arti senyum itu. Itu senyuman kemenangannya, dia sudah pasti akan menodaiku. Terbayang-bayang bagaimana ia akan menjamahku, memperkosaku dengan penuh nafsu itu. Aku takut, tapi disaat bersamaan birahiku justru meningkat. Aku merasakan ada kedigdayaan seorang laki-laki sejati padanya. Laki-laki yg dengan perkasanya melampiaskan nafsunya pada wanita. Penuh dominasi dan kegairahan.
Aku terus memohon padanya untuk tidak melibatkan ifah, dan melupakan semua ini. Namun usahaku memohon-mohon padanya hanya sia-sia belaka. Mas Harry hanya berkata,
"Mau bicara baik-baik sama aku atau aku bicara sama ifah aja? Atau aku bicara sama teman-teman ifah, mungkin teman ifah yg sering nge-band bareng pingin tau juga, pasti ifah malu banget tuh bisa langsung bunuh diri kalau temennya tau ibunya punya video mesum"
Kata-katanya telah mengalahkanku. Aku kalah, aku hanya bisa menuruti kemauannya. Aku sadar bahwa aku hanya bisa menyerah pada nafsunya. Aku tak berdaya. Apakah yang akan dia lakukan padaku.

Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd