Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - SANG PENJAJAH -

Status
Please reply by conversation.
Bab 18
---


Nisa


Devi


"Makan nya udah kang? Devi ambilin minum sekalian naro piring ke belakang ya.." ujar Devi sembari merapihkan bekas makan ku barusan di meja makan.

"Kang, air panas nya udah dimasukin ke kamar mandi ya.. Akang mandi dulu gih biar seger.." ucap Nisa dengan nada lemah lembut sembari memberikan handuk bersih untukku mandi..

"Iyaaa..." bagai kerbau dicucuk lubang hidungnya, aku hanya tinggal mengiyakan perhatian dan sayang yang diberikan kedua kekasihku ini. Bagai seorang raja yang diapit oleh dua dayang-dayang cantik, aku sangat menikmati dilayani oleh Nisa dan Devi sejak tadi.

Sedari aku datang tadi, kedua bidadari ku ini memang tak hentinya melayaniku dengan telaten. Aku jadi teringat dengan Ratna dan Ika yang dulu juga mengurusku sepenuh hati sama seperti saat ini.

Kalau mereka berempat ngurusin aku tiap hari gini, pasti hidup ku enak banget kali yaa...

Aku pun segera meninggalkan mereka menuju ke kamar mandi. Sambil mulai mengguyur badanku dengan air hangat yang sudah disiapkan Devi, aku pun kembali tersadar dari lamunanku barusan. Lamunan kehidupan bak raja tadi segera berganti dengan cerita yang tadi Nisa dan Devi sampaikan.


Usai 'mengusir' Ujang, aku pun masuk ke rumah Devi dengan disambut keterkejutan mereka akan kedatanganku yang tiba-tiba malam ini.

Dalam momen yang penuh akan kerinduan, kami pun langsung hanyut dalam obrolan yang berkisar tentang kabar kami masing-masing serta cerita-cerita terkait Cicilok yang aku lewatkan selama ini.

Obrolan pun mengalir tanpa henti ke topik-topik yang terus silih berganti. Setelah cukup bertukar cerita satu sama lain, akhirnya sampai lah kepada topik yang daritadi ingin aku tanyakan kepada mereka.

"Kok Nisa nginep disini?"

Mendengar pertanyaan ku tersebut, mimik wajah Nisa dan Devi langsung berubah seketika. Mereka tampak enggan untuk membahasnya. Ada kecanggungan dan tidak ada satu pun dari mereka yang mau memulai bercerita.

Hingga akhirnya Nisa mau membuka mulutnya untuk mulai menceritakan runutan selengkapnya.

Nisa pun mengawali cerita dengan update urusan perceraian nya yang sudah resmi selesai antara dia dengan Rachmat. Aku tidak kaget mendengar hal ini karena sebelum aku pergi dari Cicilok pun, Rachmat sudah berjanji untuk segera memulai mengurus perceraian resmi mereka.

Nisa yang tahu kalau Rahmat buru-buru ingin menikahi Devi pun lantas langsung memilih keluar rumah dan pulang kembali ke rumah orang tua nya yang ada di desa sebelah.

Namun, karena hanya segelintir orang yang tahu mengenai kabar perceraian mereka, ditambah momen perceraian mereka berdekatan dengan momen pencalonkan Rahmat sebagai kepala desa, maka Nisa mau tidak mau masih sering bolak balik ke rumah Pak Jaelani demi menghindari gosip-gosip miring dari masyarakat sekitar terhadap keluarga Rahmat.

Semua nya berjalan lancar tanpa hambatan. Proses perceraian berjalan mulus. Hubungan Nisa dengan keluarga Rahmat pun masih tetap baik-baik saja.

Hingga sampai kepada hal yang mengejutkan Nisa.

Karena masih dianggap rumah sendiri, Nisa bebas keluar masuk rumah Pak Jaelani tanpa berkabar terlebih dahulu. Namun ternyata, beberapa kali kepulangan mendadak Nisa ke rumah Pak Jaelani membuat Nisa tidak sengaja memergoki kalau Rahmat sedang asyik menunggangi ibu nya sendiri.

Meskipun kaget bukan main, Nisa waktu itu memilih diam karena merasa hubungannya dengan keluarga Rachmat sudah selesai.

Namun, kian lama, ternyata kelakuan bejat keluarga Rahmat makin menjadi-jadi.

Suatu hari ketika Nisa kembali mendatangi rumah Pak Jaelani, Nisa kembali memergoki aktifitas tabu itu kembali dilakukan. Namun kali ini bukan saja Rahmat sedang asyik bergumul dengan Bu Eneng, tapi ternyata Pak Jaelani juga ikut-ikutan sehingga mereka asyik masyuk main bertiga.

Gila.. bukannya melarang anak dan istri nya yang sedang tersasar dalam hubungan terlarang ini, Bapak malah ikut-ikutan termasuk dalam hubungan terlarang ini..

Nisa yang merasa jijik pun merasa tidak tega kalau Devi, calon istri baru Rachmat, tidak tahu kelakuan bejat keluarga calon suami nya itu.

Dengan menurunkan ego serta mengabaikan rasa tak suka Nisa kepada Devi selama ini, akhirnya Nisa pun mendatangi rumah Devi dan menceritakan apa yang telah ia saksikan akhir-akhir ini.

Devi pun terkejut bukan main dan tidak menyangka kalau apa yang pernah terjadi di rumah nya itu kembali berulang diluar sepengetahuannya. Devi yang emosi pun langsung mendatangi Rachmat dan meminta penjelasan.

Tapi yang mengejutkan, bukannya meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi tindakan laknat itu lagi, Rahmat malah memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahan mereka secara sepihak.

Devi yang tidak bisa berkata-kata lagi pun akhirnya langsung memilih pulang dengan perasaan kecewa yang sangat mendalam dan memutuskan semua hubungan nya dengan Rachmat.

Di rumahnya, Devi mengurung diri menyesali keputusannya pernah berharap untuk dapat memiliki hubungan yang serius dengan Rachmat, lelaki yang betul-betul brengsek di mata Devi.

Nisa yang tahu kalau Devi sedang menerima ujian yang begitu berat akibat ulah Rachmat pun merasa makin iba kepadanya. Merasa kalau mereka berdua memiliki koneksi dan keterikatan antara satu sama lain, Nisa pun jadi rajin mengunjungi Devi ke rumahnya untuk sekedar saling berbagi keluh kesah hingga akhirnya saling menguatkan satu sama lain.

Lambat laun Devi akhirnya dapat menerima kenyataan pahit kalau dia gagal menikah dengan Rahmat. Sebagai distraksi, akhirnya Devi mulai bercerita tentang pengalamannya dengan aku, dia pun mulai menggoda Nisa yang merupakan wanita incaranku sejak dulu.

Bermula dari cerita vulgar Devi tentang pengalaman hubungan seks nya dengan aku, Devi mulai memancing dengan mengandai-andai kalau Nisa nanti betulan jadi ku nikahi.

Obrolan ringan tersebut pun dengan cepat menjurus menjadi obrolan panas yang tak kadung memancing birahi kedua wanita muda itu. Maklum, mereka berdua sedang di usia emas dimana libido mereka sedang berada dipuncaknya.

Entah siapa yang memulai, berawal dari ciuman, hubungan kedua wanita itu pun akhirnya berakhir dengan saling memberikan puncak kenikmatan satu sama lain.

Hingga akhirnya.. kedekatan mereka pun tumbuh menjadi keintiman seperti yang aku lihat malam ini.

Aku hanya bisa melongo tak menyangka dengan kelakuan kedua wanita ini ternyata diluar perkiraan ku. Ternyata dari dua wanita yang pernah saling bermusuhan akibat satu orang yang sama, bisa berakhir menjadi rekan kebutuhan seksual yang saling memuaskan. Gila..

"Pokoknya kita pacaran dulu aja ya kang.. Nisa ga mau buru-buru nikah.. Selain pacaran sama Nisa, akang juga harus nganggep Devi kaya pacar akang juga.. Jangan lupain juga sama wanita-wanita lain yang selama ini udah 'nemenin' akang.." ujar Nisa tadi menutup ceritanya dan berganti topik menjadi terkait hubungan kami di masa akan datang.

"Kok gitu Nis.." ujarku protes menanggapi 'peraturan' yang Nisa tetapkan untuk hubungan kami. Nisa memang sepertinya pantas menjadi wanita pilihanku, Mas Bos yang biasa nya memanipulasi kemauan orang malah kini tak bisa melawan silat lidah wanita cantik ini.

"Soalnya Nisa ga yakin kalau akang udah cukup sama pacar-pacar akang sekarang.." tutup Nisa mengakhiri obrolan ini.

Jleeeebbbbbb...


Huahhh... segerrr....

Seharian duduk di mobil membuat tubuhku benar-benar lengket berkeringat. Apalagi selama di perjalanan, aku dan Ujang tak hentinya membakar rokok sehingga baju ku sudah bau tidak karuan.

Selesai handukkan, aku pun langsung buru-buru keluar kamar mandi tak sabar menemui kembali kedua kekasih ku itu.

Lahhh.. kok gelap?

Harapan untuk disambut dua gadis cantik selepas aku mandi pun langsung sirna ketika kulihat lampu ruang tamu telah gelap dipadamkan. Tiada satu batang hidung pun yang menunggu ku di luar selesai aku mandi.

Wahh.. jangan-jangan gue ditinggal tidur nih..

Hanya dengan berlilitkan handuk, aku pun langsung mengendap-ngendap melewati ruang tamu ke arah kamar Devi. Kalau dari sela pintu sih kelihatannya lampu kamar Devi juga udah dimatiin. Kayaknya malam ini beneran amsyong nih jon..

Ceklekkk..

Suasana temaram dari paparan lampu tidur redup berwarna kuning langsung menyambutku ketika kubuka pintu kamar Devi. Rasa khawatir ku tadi untungnya tidak menjadi kenyataan.

"Eh akang udah kelar mandi.." dari arah ranjang, Nisa menyapaku dengan tatapan sayu. Devi yang sedang sibuk menyusu payudara Nisa seakan tak acuh dengan kehadiranku barusan.

Aku langsung terkesima dengan apa yang kusaksikan saat ini. Dua kekasihku yang cantik serta bertubuh seksi itu ternyata sedang saling tindih satu sama lain. Tidak cukup memberikan tontonan gratis via jendela tadi, kali ini mereka berdua melanjutkan aktivitas yang tertunda tadi langsung di depan mataku.

Mereka berdua tampaknya langsung mengenakan lingerie oleh-oleh pemberianku. Tak sia-sia aku menyempatkan berbelanja lingerie mahal itu ketika aku masih di ibukota.




Devi mengenakan lingerie hitam berwarna kontras dengan kulit tubuhnya yang putih. Pilihan lingerie ku ternyata tak salah pilih. Di bawah sinaran cahaya lampu tidur yang temaran, lekuk tubuh Devi yang setengah menungging terlihat semakin sensual.

Sedangkan di bawah nya, Nisa sedang sekuat tenaga menahan gairah akibat serangan birahi yang diberikan Devi kepadanya. Leher jenjang Nisa terlihat begitu menarik perhatian apalagi ditambah chocker putih yang melilit leher putih itu.

Sempurna..

Deskripsi itu lah yang mungkin dapat digunakan untuk menggambarkan tubuh kedua wanita itu.

Aku yang sudah tidak tahan untuk segera bergabung pun langsung menuju ke arah Nisa.

Dengan tak sabar, aku langsung menyasar bibir Nisa yang memang sudah kuincar sejak lama. Selama ini senyum manis Nisa, ditambah dengan gigi putih nya yang berbehel itu menjadi daya tarik tersendiri melengkapi paras Nisa yang cantik.

Nisa hanya bisa menatapku sayu ketika aku makin mendekat ke arah wajahnya. Mata nya yang sayu membuat hati ku makin bergetar memandangnya.

"Love you Nis.. mmhhhh..." dengan pembukaan kata sayang, aku pun langsung memagut bibir Nisa yang terbuka tipis itu.

"Mmmmhhh.. love you too kang.. mmmhhh..." pagutan ku pun langsung di balas Nisa dengan mesra.

Kami pun berpagutan bagai sepasang kekasih yang terhanyut dalam cinta. Tak hanya bibir, tapi seluruh wajah cantik Nisa pun tak luput dari kecupan bibir ku yang terus menerus kuberikan kepadanya.

Nisa begitu menikmati perlakuan lembut yang ia terima. Desis halus mulai keluar dari bibirnya ketika kecupan-kecupan ku makin menjalar ke area-area sensitif miliknya. Apalagi Devi kini makin merayap turun ke arah selangkangan mulus Nisa sehingga payudara Nisa kini bebas kujamah.

"Oughhh.. Devhhh... Akanghhh... shhhiittt..." Nisa mengerang pelan tak kuasa menikmati serangan birahi yang bertubi-tubi hinggap di sekujur tubuh nya. Kini payudara Nisa yang begitu sempurna sudah mulai kegarap dengan bibir dan kedua tangan ku.

Tak ingin kalah dengan beberapa bekas cupang yang ditinggalkan Devi, aku pun ikut menghias kulit putih payudara Nisa dengan memar-memar merah dari bekas hisapan bibir ku. Puting Nisa yang kecoklatan pun tak lepas dari pilinan jemari serta kuluman lidahku.

"Oughhh.. kaliannhhh.. uhhh.. gilakkhhh.. arrghhh..."

Nisa makin menggeliat dan mendesis tak karuan ketika suara hisapan serta kocokan Devi di area selangkangan Nisa makin menjadi jadi. Nisa yang sudah terbuai dengan ombak-ombak gairah yang kami berikan sudah makin hanyut mendekati orgasme nya yang akan segera tiba.

"UGHHHH... NISA DAPETHHH.... MMMHHHH...."

Nisa akhirnya menggelepar hebat tak kuasa menahan gempuran birahi ia terima. Dada nya tersengal naik turun dengan mata yang terpejam rapat seakan tak ingin melewati momen untuk meresapi puncak kenikmatan orgasme nya.

Melihat Nisa sudah tak berdaya usai terpuaskan, Devi langsung mengambil giliran dan segera menindih tubuhku.

"Langsung aja kang.. Devi udah ga tahan.." tanpa pemanasan, Devi langsung memposisikan bibir vagina nya tepat di atas kepala penis ku. Bibir vagina Devi terasa sudah sembab menandakan kalau gairahnya sudah memuncak daritadi.

Aku pun hanya tersenyum melihat Devi yang sudah begitu sange menduduki pinggulku. Devi pun bergerak aktif menggesek-gesekkan kepala penis ku dengan liang vagina nya. Cairan pelumas nya makin membasahi gerbang kenikmatannya mengundang untuk segera aku hujam.

Dengan perlahan, Devi mulai menancapkan kepala penisku dan menurunkan pinggulnya.

Bleessss... tanpa perlu bersusah payah, penisku ku ambles tertelan memek Devi yang ternyata sudah becek.

"Arrrghhhh... yeshhhh... Devi kangen banget sama kontol akang..."

Devi menikmati rongga memeknya yang terasa penuh sesak dijejali kontolku. Tak butuh waktu lama, Devi yang sudah terbakar oleh gairah langsung menggoyangkan pinggul nya dengan liar, menikmati kerasnya batang kontol ku yang menancap dalam di memek nya.

Tubuh sintal Devi terlihat begitu seksi meliuk-liuk di atas tubuhku. Pinggulnya naik turun berirama dengan hentakan pinggulku. Kontolku tertancap makin dalam menghantam sampai ke ujung rahim nya.

Akhirnya aku kembali merasakan nikmatnya persenggamaan yang telah lama tak kurasakan.

Sambil menikmati goyangan pinggul serta remasan memek Devi, kedua mata ku tak berkedip sedetik pun memandangi payudara Devi yang terhempas naik turun mengikuti gerakan tubuhnya. Bra lingerie berenda hitam yang masih ia kenakan itu berhasil menambah keseksian tubuh Devi berkali-kali lipat.

Sadar kalau daritadi aku tak tahan memandangi tetek nya. Devi langsung melepas kaitan bra dan melucutinya hingga kini payudaranya bergantung bebas tepat di depan muka ku. Seakan menggoda untuk aku mencicipinya, aku pun langsung menyambar payudara besar miliknya itu.

"Ssshhh... enakhh kanggghhh.." desah Devi makin riuh ketika dada nya ikut kugarap dengan liar.

Devi malah makin merunduk supaya aku dapat lebih mudah menjelajahi jengkal demi jengkal teteknya yang mulai mengkilap basah akibat sapuan air liurku. Suara kulit yang beradu dari hantaman pantat Devi ke arah paha ku pun bergema kencang ke seisi kamar.

Devi yang makin meracau sepertinya sudah tidak dapat lagi menahan gelombang orgasme yang akan segera tiba. Pinggulnya menghentak makin liar tak beraturan hingga aku sampai sulit untuk mengimbanginya. Kekasihku ini memang benar-benar binal..

Semakin dekat ke orgasme nya, Devi makin merebah ke arah tubuhku sehingga kami dapat berciuman dengan begitu panas. Suara engah nya kini tertahan hisapan dan pagutan bibirku.




"Mmmmmpppphhhhh......."

Hingga akhirnya.. Devi mengigit bibir bawahku keras menahan nikmat dari gelombang orgasme yang akhirnya tiba. Pinggulnya pun menghujam makin dalam membiarkan kontolku terpijat nikmat oleh kedutan-kedutan dinding memeknya.

Aku pun mengecup kening Devi yang sudah ambruk tak berdaya di atas tubuhku.

Kugeserkan tubuh lunglai Devi ke kasur di sampingku. Selesai menidurkan Devi dengan posisi yang nyaman, aku langsung menyapu pandanganku ke arah Nisa. Ternyata sejak tadi Nisa sibuk meremas payudara nya sendiri serta menggesekkan jemarinya di area klitoris nya.

Dasar bandel..

Aku tak menyangka kalau Nisa ternyata tak malu memuaskan dirinya sendiri sambil menonton adegan panasku bersama Devi. Kuyakin pasti Devi yang membuat Nisa bisa selepas ini dalam masalah seks.

"Kyaaa..."

Nisa memekik kecil ketika kutindih tubuhnya yang seksi bak seorang model itu secara tiba-tiba.

Aku langsung mengulum bibirnya sambil merangkulnya dengan erat. Kurasakan puting mungil milik Nisa bergesekkan dengan kulit dadaku bersamaan dengan batang penisku yang kini bergesekkan dengan bibir vagina nya.

Tahu kalau aku sudah tak sabar untuk menidurinya, Nisa melepas pagutan bibirku dan kembali memandangku dengan sayu.

"Pelan ya kang.. punya akang gede banget abisnya.."

Entah sudah berapa kali aku mendengar kalimat itu sebelumnya, tapi kali ini aku betul-betul merasa kalau aku ingin melakukan penetrasi selembut mungkin agar Nisa tidak merasa nyeri ketika merasakan penisku untuk yang pertama kali.

Aku pun tersenyum dan mengangguk sebelum mulai memposisikan kepala penis ku bersiap di depan mulut vagina milik wanita yang kudambakan sejak lama ini.

Nisa mulai meringis ketika kepala penisku pelan-pelan menyeruak masuk membelah bibir vagina nya yang merekah merah.

Walaupun sudah ku usahakan selembut mungkin, namun vagina Nisa yang tak kalah sempit nya dengan milik Ika sepertinya tetap merasakan nyeri karena tidak pernah merasakan batang kejantanan sebesar ini sebelumnya.

Untungnya Devi langsung bangkit dan langsung menciumi Nisa serta memainkan payudaranya. Sepertinya Devi mengerti kalau penetrasi pertama dari batang penisku akan tidak mudah, sehingga dia membantu memberikan rangsangan kepada Nisa supaya dia dapat lebih rileks.

Setelah bersusah payah dan berusaha selembut mungkin, akhirnya penisku pun berhasil masuk hingga ke ujung rahim Nisa. Enak banget!!!

Otot-otot vagina Nisa masih terasa tegang mungkin karena masih belum terbiasa dipenetrasi oleh penis ku. Aku pun menunggu Nisa supaya lebih rileks dibantu Devi yang terus menciumi dan menjamah tubuh Nisa.

Ketika vagina Nisa terasa mulai rileks dan cairan pelumasnya mulai merembes, aku pun mulai mencoba menggoyangkan pinggulku dengan perlahan. Vagina Nisa yang begitu sempit hampir saja membuat pertahanan ku runtuh. Untung saja aku dapat segera mengatur nafas dan berhasil membuat konsentrasi ku kembali.

Beberapa menit kemudian, Nisa sudah tidak lagi meringis dan mulai mendesah parau menikmati sodokan penisku yang semakin lancar menerobos vagina nya. Merasa Nisa sudah dapat menikmati seks kami, Devi pun menyingkir membiarkan ku kembali bermesraan dengan Nisa.

Kesempatan yang diberikan Devi ini pun tak kusia-siakan. Aku kembali merangkul Nisa dengan mesra diiringi ciuman panas sambil terus menancapkan penisku ke dalam vagina Nisa yang terasa sangat nikmat.

Pinggul Nisa pun kita tak lagi pasif menerima sodokan penisku, kini pinggulnya ikut bergoyang menyambut kayuhan kenikmatan dari setiap hujaman yang kuberikan. Bahkan tangannya kini sibuk meremasi pantatku seakan meminta untuk mempercepat goyanganku.




"Mmmmhhh.... shhhh... oughhh akanghhh... nikmathhh..."

Desahan Nisa makin terdengar seksi setiap kali vagina nya kutusuk dalam-dalam.

Dia pun kini sudah tak segan meremas lenganku serta mengacak-ngacak rambutku tak kuasa menikmati gairah nya yang semakin memuncak. Pompaanku yang semakin intens membuat kenikmatan yang ia terima kini membumbung semakin tinggi.

"Nisaahhh... pipishhh sayanghhhhh...."

Mata Nisa sampai memutih akibat orgasme nya yang tiba menerjang begitu dahsyat.

Tubuhnya bergoncang hebat dengan kedua kaki nya mengait kencang pinggul ku seakan tak ingin penisku yang tertancap dalam di vaginanya pergi kemana-mana. Vagina nya berkedut kedut sembari masih menyemprotkan cairan-cairan orgasme yang terus keluar begitu deras.

"Makasih ya sayang.." ujarnya manis sambil mengecup bibirku lembut ketika kesadarannya mulai pulih. Aku pun mengecup keningnya dan kembali mengeluarkan kata-kata mesra untuk dirinya. Kini aku merasakan kalau kami sudah menjadi pasangan kekasih yang seutuhnya.

Namun sayang, momen mesra tadi harus dirusak oleh seorang gadis yang menatap sebal karena merasa dipinggirkan sedaritadi.

Merasa telah cukup memberikan kesempatan bagiku untuk berduaan dengan Nisa, Devi lantas menarik tubuhku menjauh hingga pelukanku dengan Nisa terlepas.

"Devi juga masih pengen.." ujarnya dingin sambil gantian menindih tubuh Nisa.

Aku yang tadinya mau protes langsung tertegun dan terpana melihat sepasang vagina yang bertumpuk sejajar di hadapanku. Apalagi posisi Devi yang menungging di atas tubuh Nisa membuat pantat nya yang sintal terekspos begitu menggoda.

Mengerti kalau Devi masih meminta jatah, aku pun langsung menancapkan kontol ku ke dalam memek nya.




"Oughhh... iya kanghhh.. langsung dikencengin aja sayanghhh..."

Devi langsung meracau dan mendesah erotis menikmati sodokan penisku di memek nya. Dengan posisi doggy, pantat nya kuremas kasar hingga kutampar menambah panasnya permainan kami malam ini.

Di bawah sana, Nisa pun ikut menyerang Devi dengan meremas dan menciumi payudara Devi yang mengayun bebas. Devi makin keranjingan menerima terpaan kenikmatan yang mendera tubuhnya.

Plooppp...

Merasa cukup menikmati memek hangat Devi, aku pun berpindah menancapkan penisku ke vagina Nisa yang amat sempit.

Nisa tersentak kaget dengan penetrasi ku yang tiba-tiba. Kepala nya langsung menggeleng tak kuasa menikmati sodokan penisku yang kini mengorek vagina nya dengan tempo tinggi. Bukannya aku tak mau bersikap lembut, tapi aku pun sudah merasakan orgasme ku sudah semakin dekat.

Aku pun terus mengejar orgasme ku sendiri dengan terus bergantian menancapkan penisku ke dalam memek Nisa dan Devi. Memek Devi yang terasa lebih tebal dan memek Nisa yang masih sangat rapat, memberikan sensasi luar biasa yang membuat orgasme ku semakin dekat.

"Ouuuughhhhhhh.... Devi nyampe lagi kanghhh...." tak kuasa menerima sodokan penisku dalam tempo cepat, Devi tumbang duluan menerima orgasme nya yang kedua. Tubuhnya langsung ambruk memeluk Nisa di bawah sana.

Selesai memberikan kenikmatan pada Devi, aku pun kini berfokus menyelesaikan permainan panjang kami malam ini. Vagina Nisa yang kini merekah lebar kembali menjadi santapan sodokan kencang dari penisku.

Mungkin karena sudah terlampau lelah, Nisa hanya bisa ternganga tanpa suara menerima sodokan demi sodokan di vagina nya. Meskipun begitu, ternyata vagina Nisa makin menghimpit penis ku di dalam sana pertanda Nisa juga hampir mendapatkan orgasme nya.

"Nisss.... akang keluargggghhhhhh...." setelah habis-habisan menyodok vagina Nisa dengan liar, akhirnya kusemprotkan sperma yang sudah lama tak kukeluarkan itu di dalam vagina milik Nisa.

Hangat serta kencang nya semburan sperma ku ternyata membuat Nisa memperoleh juga orgasme penutup nya di malam ini. Pinggulnya bergetar lemah diiringi lelehan sperma yang mengalir pelan dari sela vagina nya.

Tenaga ku yang terkuras habis pun langsung ambruk di samping Nisa yang juga terkulai lemas tak berdaya. Devi menyusul ke samping ku sehingga kini aku di apit kedua kekasih ku yang habis-habisan melayani ku di ranjang hingga dini hari.

"Makasih ya Nis.. I love you.. Makasih ya Dev.. I love you.."

Kurangkul Nisa di kananku dan Devi di kiriku serta tak lupa kuberikan kecupan di kening mereka sebagai penutup pertempuran nikmat ini. Mereka pun membalas dengan sisa tenaga mereka dan langsung terpejam diatas dadaku.

Tak butuh waktu lama untuk Nisa langsung mendengkur halus tanpa memperdulikan kalau masih mengalir sperma ku dari dalam vagina nya. Sedangkan Devi membisikkan sesuatu sebelum kemudian ia menyusul Devi tertidur dengan pulas.

"Besok pagi pokoknya giliran memek Devi yang harus disemprot pejuh akang.."
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd