Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - SANG PENJAJAH -

Status
Please reply by conversation.

Bab Dua​



Zulaika (Ika)

Setelah aku dikenalkan dengan Ika, calon pembantu ku, Pak Jaelani dan Rachmat pun langsung pulang. Suara mobil Pajero mereka terdengar sayup mulai menjauh meninggalkan rumahku.

“Duduk sini Ka, umur berapa kamu?” aku menyuruhnya duduk di kursi yang ada di sebelahku. Ika dengan masih malu-malu menurutiku.

“Iya Mas Bos.. nuhun.. Ika baru lewat 19 tahun Mas Bos..” Ika memang masih terlihat seperti anak kecil.

Kalau dia mengaku masih perawan pun aku bakalan percaya melihat molek tubuhnya. Ckckck.. 19 tahun sudah janda ternyata..

“Kok masih muda udah nikah Ka?” aku masih ingin mengenal Ika lebih jauh.

Ika akhirnya bercerita kalau sejak umur 17, kedua orang tua nya sudah meninggal. Warisan mereka yang tidak seberapa hanya cukup dipakai Ika untuk makan selama setahun. Itu pun Ika harus berhenti sekolah dan mengisi waktu nya dengan jualan gorengan di dekat kantor kepala desa.

Setelah mantan suami nya melamar Ika, dia pun langsung menerimanya.

Maklum, Ika pikir kalau dia menikah setidaknya ada laki-laki yang akan menafkahi dia untuk hidup.

Ternyata, suami nya yang hanya bekerja sebagai kernet truk pasir itu sudah punya istri di desa sebelah. Ketahuan suami nya kawin lagi, sang istri pun membawa pulang si suami dari desa Cicilok.

Akhirnya, hanya selang 3 bulan setelah mereka menikah, Ika pun ditinggal kabur dan menjadi janda. Setahun terakhir, Ika kembali berjualan gorengan untuk menyambung hidup.

“Kasian juga ya kamu? Manggil gue jangan Mas Bos, pake akang ato aa aja lah biar lebih akrab. Terus si Rachmat udah ngasih tau tugas kamu apa disini?” aku memastikan dulu kalau Ika sudah dikasih briefing sama si Rachmat sebelum aku apa-apain.

Ga lucu kalau nanti aku udah ga tahan buat menyentuh Ika tapi nanti dia malah teriak. Bisa geger satu kampung menyatroni rumahku malam-malam begini.

“Mmm.. udah kang.. nanti Ika bantuin bersih-bersih, masak, sama ngurusin Akang selama tinggal disini..” mukanya yang masih begitu polos mulai memerah malu.

“Ngurusin gue gimana Ka?” aku memancingnya.

“Mmm.. atuh.. semuanya Kang.. pokoknya Ika kudu bikin Akang betah lah tinggal disini..”

Hmm oke, berarti Ika sudah mau mengerjakan semua ‘tugas’ nya.

“Bagus deh kalo gitu, nanti kamu nginep disini aja biar gue ada temennya. Kamar sebelah situ kosong, di atas juga masih ada dua kamar masih kosong juga. Tapi kalo kamu mau di kamar gue juga gapapa..” ujarku sambil menunjuk ke arah ruangan-ruangan kosong di rumahku.

“Terserah akang aja mau nyuruh Ika tidur dimana..” Ika menjawab pasrah.

Wah betul kan.. Mantap ini..

“Terus masalah gaji gimana Ka? Kamu mau berapa? Kalo urusan makan sama kebutuhan sehari-hari kamu biar nanti masuk daftar belanjaan gue aja”

“Di kasih 300 juga Ika udah alhamdulillah kok kang. Lumayan kalo udah dapet makan nanti duitnya bisa buat Ika tabung...” aku cukup iba mendengar keluh kesah kehidupan janda cantik ini.

Kalau di Jakarta, 300 ribu pun tak cukup untuk mengisi full tank bensin mobil BMW ku. Disini, dengan 300 ribu aku bisa membayar janda secantik Ika untuk mengurusi semua kebutuhanku selama sebulan.

“Yaudah 300 ribu buat beres-beres rumah. Kalo buat bikin gue betah, mau ditambahin berapa?” mana tega aku cuma membayar segitu untuk dia.

“Ihh kalo itu mah ga usah diitung atuh kang.. Ika mah ikhlas..” Ika melirik ke selangkanganku sambil merona. Wah, bandel juga janda kembang satu ini.

“Ya udah, nanti bulanan nya Ika gue kasih sejuta ya. Tapi nanti ngaku ke orang kampung 500ribu aja, ga enak kalo ketauan Ika dibayar di atas yang kerja di kebun” aku bukannya tidak mau membayar Ika lebih dari sejuta, tapi mayoritas tenaga kerja di Cicilok diserap kantorku sebagai buruh kasar di kebun yang hanya dibayar 900ribu sebulan. Bisa protes mereka kalau tahu gaji pembantuku lebih besar dari mereka.

“Duhh.. akang meuni baik pisan.. Iya kang nanti saya ga bakal cerita-cerita.. Makasih ya kangg…” Ika kegirangan dengan tawaran yang kuberikan.

“Iya iya.. Pokoknya kerja yang bener, nanti gue tambahin kalo kerja Ika bagus” Ika hanya manggut-manggut mendengar instruksi ku.

“Terus kamu mau mulai kerja kapan? Besok?” waktu memang sudah menunjukkan hampir jam 10 malam. Sprei masih bisa lah kalau diganti besok.

“Kalo akang pengen.. Langsung sekarang juga boleh kang..” Ika menjawabku genit.

Wah, salah sambung nih kayaknya. Tapi, masa iya gue nolak sih?

“Yaudah kunci dulu pintu nya, gue duluan ke kamar ya..” jawabku tersenyum penuh arti kepadanya.

“Iya kang sakedap (sebentar)..”


===


Aku dan Ika sudah bergumul di kasur ku yang luas. Bibirku sudah sibuk memagut bibir Ika yang tipis serta meremas-remas tetek nya yang ‘seadanya’.

“Duh ini jarang diremes ya Ka? Kecil gini tetek kamu?” komenku sambil terus bergumul dengannya

“He eh kang.. remesin aja kang.. dibikin gede.. achhh…” janda muda ini tidak malu-malu merespon ku di kasur.

“Kamu ga ada baju yang bagusan dikit apa?” aku sudah menelanjangi Ika sampai bugil.

“Ga ada kang.. Udah lama ga beli baju” Ika masih malu-malu dengan mendekap tetek nya yang mungil dan menutupi selangkangannya yang berjembut tebal.

“Nanti gue beliin online ya, gue cariin yang seksi seksi mau ga?”

“Shh… terserah akang ajahhh…” Ika sudah mulai mendesis ketika payudara nya mulai kujilati.

“Kalo ga, nanti di rumah mah Ika ga usah pake baju aja ya?” ujarku lagi menggodaku

“Achh.. terserahh kangg…” Ika sudah tidak konsen membalas pertanyaanku. Rangsangan jariku di memek nya sudah membuatnya makin lepas kendali.

“Oughh.. Enakhh kang... Ehhh?” Ika kaget ketika aku melepas permainan jariku di memek nya.

Ada raut protes yang tidak berani disampaikan kepadaku. Melihat tampang nya yang sudah sangat sange, aku pun juga sudah terpancing ikut bergairah.

Aku melepas semua pakaian ku hingga bugil sama sepertinya. Muka nya makin memerah ketika melihat torpedo ku yang lumayan besar.

“Sini Ka..” kuposisikan Ika menungging di atas tubuhku. Posisi kami sekarang gaya 69. Dari bawah aku sudah menghirup bau kemaluannya yang tepat berada di atas wajahku.

“Gede mana sama mantan suami kamu?” tanyaku sebelum mulai menjilati lubang kemaluannya.

“Achh.. punya akang atuhh… dua kali nya ini aduh.. Shhh…” kembali Ika tidak konsen ketika jilatan-jilatan lidahku mengorek-orek vagina dan klitoris nya.

Slebbb…

Hangat mulut Ika sudah terasa di penis ku. Dengan susah payah, mulut Ika yang mungil mencoba menelan torpedo ku sampai habis. Baru lewat setengahnya, kurasakan pangkal tenggorokan Ika sudah menahan kepala penisku untuk masuk lebih dalam.

“Ghookkkk.. Ghokkk…” Ika langsung tersedak ketika kusundulkan penisku ke ujung mulut nya.

“Sshhh.. Enak mulut kamu Ka…” aku memujinya disela jilatan ku di memek nya yang sudah merekah.

Suara tersedak berkali kali keluar dari mulut Ika.

Beberapa kali Ika melepas penisku dari mulutnya untuk mengambil nafas dan digantikan kocokan nikmat dari tangannya yang agak kasar. Mungkin efek dia bekerja keras selama ini membuat tangannya tidak semulus wanita-wanita Jakarta yang pernah kucicip. Tapi kasar kulit tangannya malah memberikan sensasi tersendiri pada penisku.

Memek Ika juga sudah semakin banjir dengan campuran cairan kewanitaannya dengan air liurku.

Pantatnya mulai menggeol-geol menikmati kombinasi jilatan, sedotan, dan gigitan mulut ku di klitorisnya.

Penisku mulai tidak diurus oleh bibir dan tangan Ika. Desahan Ika semakin kencang. Sebentar lagi sepertinya Ika akan mencapai klimaks.

“Achh.. achh.. achh.. Ihhkaa.. phiphisss… uhhhh…” kucuran cairan kenikmatannya mengalir dari sela memek nya.

Ika mengejang menikmati orgasme nya dan langsung ambruk di samping penisku yang masih berdiri tegak.

Ika langsung kubalikkan menjadi telentang. Dengan posisi missionary, aku tidak mau menunggu lama untuk membobol memek janda kembang ini.

“Ssshhh… nikmath banget itu nya akang…” Ika hanya bisa mengaduh sambil meremasi sprei merasakan penetrasi penisku di memek nya.

“Itu namanya kontol Ka..” ucapku membetulkan.

“Iyahh.. aduhhh... kontol akang gede pisan ihh.. nikmatthhh…duh Gustihhh..” Ika menggeleng-geleng menahan nikmat yang menjalar di selangkangannya.

“Ughh.. sempit amat kaya perawan Ka..” jepitan memek Ika begitu nikmat menjepit torpedo ku.

“He.. ehh… belom ampe sepuluh kali di ewe udah keburu ditinggalin.. sekarang mah memek Ika punya akanghhh…” Ika betul-betul menikmati setiap ayunan kontol ku membobol vagina nya.

Aku merunduk menciumi bibir dan tetek nya yang mungil itu. Kupilin-pilin pentil nya hingga tertarik makin menegang.

“Aduduhhh… Ika diapain inihh Gustiiiii.. Teu kuat kanghhh… mo pipishhh lagihhhh….”

Pinggul Ika langsung mengejang-ngejang mencapai klimaksnya. Aku masih terus saja memompa memek nya yang peret.

“Ampunhhh kanggg.. Lemeshhh… oughhh.. Duh gusti… nikmath kanggg…”

Ika terus meracau menikmati goyangan pinggulku dengan tempo yang cepat.

“Akangghhhhh… Ikahhhh pipishhh lagiiiiihhhhhhhh…” semprotan vagina nya terasa kencang ke penisku yang masih menancap di memek Ika.

Ika sudah tersengal-sengal mengalami orgasme beruntun dari goyanganku barusan.

Ploppp..

Kulepas penisku dari vaginanya. Ika sudah mengangkang pasrah masih mengatur nafas usai mencapai klimaks nya tadi.

“Duh akang teh perkasa pisan.. Dulu mah Ika paling mentok pipis dua kali. Ini mah terus terusan pipis ihhh. Nagih ini mah pasti memek Ika sama kontol akang..” ucap Ika sambil menciumi wajah dan dadaku. Aku senang, walaupun Ika sudah kepayahan, dia tetap berusaha melayaniku yang masih belum klimaks.

“Belom keluar ya kang? Keluarin di dalem yah, Ika pake spiral kok, belom di lepas daridulu takut hamil ga ada duitnya..” ujar Ika sambil mengambil posisi di atasku.

Slebbb…

Kontol ku kembali masuk menembus memek Ika.

Ika langsung menggoyangkan tubuhnya sambil mencubiti pentil ku yang begitu sensitif. Pintar juga ternyata Ika memancing gairahku. Dia tahu bagaimana cara merangsang pejantan nya.

“Duhh gustiiiii… kok makin gede kontolnya akang sih… duh kalo gini mah Ika mah ga kuat atuh… ampunhhhh…”

Gerakan pinggul Ika semakin tak beraturan.

Kadang pinggulnya naik turun menhentak kontol ku, kadang Ika memutar mutar pinggulnya seakan meremasi kontol ku dengan nikmat.

Wah, jago juga gadis desa ternyata. Tak sia-sia mereka dari kecil belajar nari hingga goyangannya mengalahkan model majalah dewasa di Jakarta.

“Teu kuat… Ika teu kuattt…. Oughhhh…” Ika ambruk setelah kembali mencapai klimaksnya.

Sebetulnya sedikit lagi aku mencapai klimaks ku. Tak ingin ujung orgasme ku berhenti, ku genggam pantat milik Ika membantu nya menaik turunkan pinggulnya.

Dari bawah, dengan liar kusodok-sodokkan penisku mengorek isi memek indah milik Ika. Cairan kawin kami sudah membasahi selangkangan kami berdua hingga merembes sampai ke paha.

“Kaaa.. akanghh mau keluarrrr….” pekik ku ketika gelombang klimaks ku telah tiba. Aku sudah tidak peduli kalau ada tetangga yang mendengar erangan kami.

“He eh.. Ikah jugah pipis lagi ini ampun..” ternyata Ika yang daritadi menggigit bibir bawahnya keras-keras juga mencapai orgasme nya kembali.

“AAAARGHHHHHHH….” erangan kami menutup permainan seru kami malam ini.

Semprotan sperma ku membanjiri memek Ika.

Aku mendekap tubuh mungil Ika hingga kontol ku mulai mengecil layu dan terlepas dari vagina nya.

Kami berdua masih tersengal melewati gelombang klimaks kami yang dahsyat barusan.

“Akang ga mau nambah pembantu lagi? Kalau Ika sendiri, kayaknya kalo di ewe tiap hari ga bakal kuat buat bersih-bersih rumahnya..” ujar Ika lemas sebelum langsung terlelap.

“Yaudah cariin satu lagi Ka..” kukecup dahi Ika mesra dan ikut terlelap sambil tetap mendekap Ika di atas tubuhku.

Nambah satu lagi?
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd