Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - SANG PENJAJAH -

Status
Please reply by conversation.

Bab Enam​

---


Ratnasari (Ratna)

---
Kang Zafran, maafin Ika tiba-tiba pergi dari rumah ga pamit sama akang.. Ika bener-bener butuh waktu buat sendiri dulu kang..
Ika mau ke makam bapa sama ema supaya nenanggin diri dulu. Sampein maaf Ika ke Teh Ratna..
Ika mohon buat akang supaya bantuin Teh Ratna ya kang..
Terima kasih Kang Zafran.

Ika.

Pagi ini aku membaca sebuah surat bertulisan tangan Ika.

Setelah Ratna menjelaskan semua nya, Ika tampak begitu syok dan merasa bersalah. Sepertinya Ika butuh waktu untuk memaafkan diri nya sendiri yang telaht bersikap jahat terhadap Ratna..

Ratna..

Aku betul-betul terkejut mendengar penjelasan Ratna tadi malam. Ternyata Ratna memisahkan Cecep dengan Ika bukan sekedar untuk kepentingan Ratna saja melainkan dilakukan untuk melindungi keselamatan Ika.

Cecep. Anak juragan angkot di desa sebelah. Keluarganya termasuk yang lumayan kaya di kecamatan ini. Sayang, kelakuan bejat nya telah menghabiskan seluruh kekayaan keluarga nya.

Ketika muda, Ratna adalah salah satu kembang desa Cigeprek, desa tetangga Cicilok. Dulu seluruh pria di desa itu sangat terpesona pada kecantikan wajah dan keseksian tubuh Ratna. Tak terkecuali pun si Cecep.

Dengan bermodalkan relasi baik antara orang tua Cecep dengan orang tua Ratna, akhirnya mereka berhasil dijodohkan.

Hidup Ratna setelah menikah dengan Cecep awalnya berjalan baik-baik saja seperti pasangan muda pada umumnya di daerah terpelosok ini.

Sayang, tak lama dari pernikahan mereka, kedua orang tua Cecep kemudian meninggal karena kecelakaan angkot. Seluruh harta keluarganya akhirnya diwariskan ke Cecep sebagai anak tunggal.

Cecep yang tidak tamat sekolah itu tidak dapat meneruskan usaha milik keluarga nya. Ditambah hobi Cecep yang gemar berjudi, dalam tempo singkat, seluruh kekayaan keluarganya mendadak raib untuk melunasi hutang-hutang judi milik Cecep. Saat itu, Ratna sedang mengandung anak mereka dengan usia kandungan 6 bulan.

Kelimpungan karena sudah kehabisan uang, Cecep ternyata tidak kapok dan tetap menlanjutkan kegemarannya itu. Sampai akhirnya Cecep memaksa Ratna untuk menyerahkan uang tabungan dan gaji Ratna sebagai modal judi. Padahal, uang itu di simpan Ratna untuk biaya kontrol kandungan ke rumah sakit yang lumayan bagus di ibukota kabupaten.

Murka karena tidak dituruti, Cecep gelap mata hingga akhirnya menendang perut Ratna hingga pendarahan. Ratna pun akhirnya keguguran.

Bermodalkan BPJS Kesehatan, rahim Ratna pun akhirnya harus diangkat karena rusak akibat tendangan Cecep tersebut. Sudah kehilangan calon jabang bayi, kesempatan memiliki keturunan pun hilang. Sejak saat itu hanya ada kebencian dan penderitaan yang dirasakan Ratna dalam pernikahannya.

Beberapa tahun kemudian Cecep mulai insyaf.

Ia mulai kerja serabutan hingga terakhir menjadi kernet truk pasir. Walaupun uang nya tetap dipakai untuk judi, setidaknya gaji Ratna kini tidak lagi di ganggu gugat.

Gaji ratna yang hanya menjadi PNS honorer di tingkat kecamatan memang hanya cukup untuk membiayai belanja sembako dan biaya makan sehari-hari. Entah bagaimana hidup mereka kalau gaji Ratna yang tidak sampai sejuta itu dipakai juga oleh Cecep untuk berjudi.

Kabar burung beredar dengan cepat.

Pernikahan Cecep dengan Ika akhirnya sampai ke telinga Ratna. Awalnya Ratna murka karena ada gadis desa Cicilok yang kegatelan dengan suaminya. Walaupun sudah tidak ada cinta, Ratna memang mati-matian tidak ingin menjadi janda seperti mayoritas perempuan di kecamatan itu.

Sampai akhirnya Ratna tahu latar belakang Ika.

Cerita Ika yang begitu menyedihkan membuat Ratna paham kalau biang keroknya bukan dari Ika melainkan dari Cecep. Ika yang polos nantinya akan dimanfaatkan Cecep untuk modal judi. Bisa jadi Ika dijual untuk membayar hutang-hutang judi milik Cecep. Kalau saja orang tua Ratna sudah tiada seperti Ika, mungkin Ratna sudah dipakai sebagai alat pembayaran utang oleh Cecep.

Akhirnya Ratna pun bertindak.

Ratna tahu kalau dengan cara baik-baik pastinya Ika akan sulit percaya kata-kata Ratna karena sudah terpengaruh dengan rayuan Cecep. Akhirnya Ratna memaksa Cecep kembali pulang ke rumah dengan kasar. Kejadian itulah yang membuat Ika, gadis polos itu, menjadi sangat dendam kepada Ratna.

Hingga akhirnya kemarin Ratna kembali melihat Ika yang sedang menemaniku ke instansi tempat Ratna bekerja.

Ternyata Ratna sudah tahu kalau Ika adalah pembantu bos besar dari Cicilok, yaitu aku. Tak susah dia mendekati ku karena aku pun berencana mendekatinya. Hingga akhirnya kejadian semalam terjadi.

Ratna tahu tidak mudah bagi Ika udah mendengar cerita apalagi sampai mau memaafkan Ratna. Makanya, ketika diperlakukan begitu kasar, Ratna hanya bisa pasrah menganggap itu adalah balasan dari Ika telah disakiti perasaann nya oleh Ratna.

Ika yang mendengar semua cerita itu langsung terguncang. Wanita yang sangat ia benci itu ternyata selama ini berniat baik melindungi Ika. Tidak heran, kini Ika izin pergi dulu meninggalkan Cicilok untuk menenangkan diri.

“Sarapan dulu kang..” ujar Ratna keluar dari dapur menyiapkan sarapan untuk ku. Ratna mengenakan baju kerja nya seperti kemarin karena baju Ika tidak ada yang muat ditubuhnya.

“Iya ayo bareng Na.. kamu mandi terus pake kaos akang aja atuh, muat harusnya mah..” ujarku disambut anggukan dan senyuman manis dari Ratna.

Usia Ratna yang sudah 32 tahun itu terlihat begitu dewasa namun tetap cantik dan seksi. Benar-benar istri idaman yang tulus melayani suami. Sayang, pilihan suami nya adalah orang brengsek yang tidak bisa diandalkan.

“Kang.. Akang teh serius mau nyuruh Ratna cerai?” ujar Ratna ditengah sarapan kami.

Setelah mendengar ceritanya yang menyedihkan itu, aku pun spontan menyuruhnya untuk segera cerai supaya cepat keluar dari jurang penderitaan menikahi si Cecep belegug itu.

“Nama Ratna teh dipake si Cecep buat tanda tangan perjanjian utang dia.. Kalau Ratna cerai pasti nanti Ratna yang dikejer kang..” alasan Ratna tidak ingin mencerai Cecep selain tidak ingin menjadi janda memang karena nama Ratna dijadikan penanggung utang Cecep ke rentenir kampung.

Nominalnya hampir 50 juta. Tidak mungkin Ratna bisa melunasinya mengandalkan gaji PNS honerer yang tidak seberapa itu.

“Iya nanti Ratna langsung temuin rentenir nya, tanya utang nya berapa kalau dilunasin, terus langsung lapor ke akang” titah ku pada Ratna. Raut wajah Ratna langsung terharu.

“Makasih kangg… dari dulu sebenernya Ratna pingin pisah dari si Cecep tapi ga bisa.. Ratna pasti utang budi seumur idup ini mah sama akang..” ujar Ratna sambil bersimpuh ke kaki ku. Aku pun langsung menarik tubuhnya karena risih.

“Jangan gitu atuh, anggep aja bales jasa Ratna udah bantuin Ika..” ucap ku dengan tubuh Ratna memeluk tubuhku sambil terisak haru.

“Beruntung banget Ika punya akang..” ucap Ratna lirih.

“Emang nya kalo Ratna punya siapa?” ujarku menggoda nya. Ratna langsung melepas dekapannya dan menatap ku lekat. Matanya sudah sembab akibat tangis nya barusan.

“Ratna punya akang seorang.. Ratna dijadiin pembantu ato jadi gundik nya akang juga ikhlas kok kang. Yang penting Ratna bisa berguna buat akang..” ujarnya mantap dan bersungguh-sungguh.

Aku pun berdesir melihat kesungguhan Ratna untuk menyerahkan hidupnya untuk ku. Tak sabar, aku pun mencium bibirnya Ratna yang sungguh menggoda.

“Hmmmphhh…” desahan Ratna begitu seksi karena suara nya yang agak berat. Bibir nya mengulum bibir ku dengan buas seakan balas dendam karena kemarin bibir nya tertutup lakban.

“Iya gitu kanghhh..” Ratna mulai meracau karena tetek nya yang besar sudah mulai kuremas-remas dari luar kemeja nya. Sebelum kutelanjangi, ingin tanganku menjalar setiap jengkal lekuk tubuhnya yang seksi ini.

“Gede banget toket sama pantat kamu na..” ujarku sambil gemas meremas pantatnya yang bahenol.

“Awwww…” Ratna terpekik merasakan remasan pantat nya membuat selangkangannya tergesek.

“Eh.. masih sakit ya?” ujar ku panik. Ratna mengangguk tidak enak.

“Gapapa kok kang, nanti juga ga sakit” ujar Ratna berbohong. Setelah disiksa oleh Ika sepanjang malam, tidak mungkin kalau memek dan lubang pantat Ratna sekarang tidak lecet.

Meskipun nafsu ku sudah meninggi, aku malas kalau nanti Ratna tidak menikmati persetubuhan kami. Akhirnya aku pun memilih untuk menunda menggauli Ratna hari ini.

Ratna sempat memaksaku menyetubuhi nya, bahkan sampai menawarkan untuk menghisap penisku sampai aku klimaks. Ah ga usah lah, nanti kentang lagi kaya kemarin sama Ika pikirku. Akhirnya Ratna menyerah menggodaku dan langsung mandi sesuai perintahku.

“Kamu nanti pulangnya di anter si Roni ya.. Ini ada uang pegangan 2 juta buat kamu ngurus-ngurus perceraian kamu sama si Cecep. Nanti kalo kurang bilang aja ke akang. Sama kalo udah ada angka dari si rentenir, langsung WA akang aja” ujarku ketika Ratna sudah bersiap naik mobil untuk pulang.

Ratna awalnya menolak perintahku untuk pulang karena ingin menemaniku sampai Ika kembali, tapi ketika kuingatkan supaya dia bisa cepat mengabari berita perceraiannya ke orang tua nya dan menyiapkan semua dokumen secepatnya, akhirnya Ratna mengangguk dengan berat hati.

Selepas Ratna pergi, aku pun mengisi hari ku di rumah ku yang kini sepi itu dengan mengirimkan kabar ke Mamah melalui WA.

Rutin setiap hari aku memang mengabari Mamah sesuai pesan nya itu. Kalau saja tidak ada kabar dariku seharian, bisa-bisa aku di teror telfon dari Mamah tanpa henti.

Setelah ngobrol via chat lumayan panjang akhirnya aku menyudahi obrolan ku dengan Mamah. Ada satu perintahnya kepada ku pada sesi obrolan itu.

“Zaf, nanti tolong cek kebun bunga punya supplier Mamah ya. Dia baru masukin proposal buat jadi supplier, katanya sih orang Cicilok. Namanya Hajah Ainun. Nanti langsung kamu telfon aja biar kamu bisa cek kebun nya sekalian kenalan ya..” titah Mamah kepadaku.

Sempat aku telfon Hajah Ainun dan ternyata kebunnya tidak jauh dari rumahku. Kebetulan mobil ku juga sedang dipakai Roni mengantar Ratna pulang. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan kaki ke kebun nya.

---

Kalau mengikuti patokan yang diberikan Hajah Ainun tadi via telfon, perkebunan bunga milik Hajah Ainun tinggal satu belokan lagi setelah rumah di ujung jalan itu. Sepertinya rumah itu menjadi tempat singgah Hajah Ainun kalau sedang datang untuk mengontrol kebunnya.

“Cepetan masukin jang, nanti keburu Mas Bos nyampe”

Ketika aku melewati rumah seadanya di ujung jalan itu, aku mendengar suara yang sama dari suara di ujung telfon tadi..

Hajah Ainun?

Aku pun tergelitik ingin tahu lebih lanjut dari asal suara itu. Rumah terlihat tertutup rapat. Aku pun mengitari rumah itu dengan mendengap-endap mencari celah untuk mengintip.

Akhirnya kulihat ada bolongan kecil di dekat rimbunan pohon di belakang rumah. Merasa aman karena tidak mungkin posisiku terlihat dari jalanan, aku pun langsung mengintip dari celah kecil itu.

“Duh Ibu kangen banget ih sama kontol kamu Jang. Kemaren baru 5 menit si Pak Haji udah selesai. Nyebelin pisan..” ujar si empunya suara dari dalam rumah.

Beruntungnya, posisi mereka terlihat jelas dari celah kecil itu. Di atas dipan seadanya, terlihat seorang wanita paruh baya yang masih mengenakan jilbabnya sudah mengangkang dan di sodok oleh pemuda kampung sekitar usia 30an.

Gamis si Bu Ainun dan pakaian Ujang terlihat sudah tergeletak tidak beraturan di pinggir dipan.



Hajah Ainun Kurniasih


“Duhh.. iya gitu jang.. kencengan lagi..” ujar Bu Ainun menikmati goyangan Ujang.

Wajah Bu Ainun sudah mendongak menikmati sodokan penis itu di memeknya. Cantik juga ternyata Bu Ainun..

Meskipun ku taksir usia nya sudah sekitar setengah abad, wajahnya masih cantik mulus terawat. Tak heran, sebagai salah satu orang kaya di desa ini, perawatan diri nya tidak bisa dibandingkan dengan wanita desa lainnya.

Wajahnya terlihat di hiasi dengan makeup yang natural menambah kecantikan yang terpancar darinya.

Waw…

Aku berdecak kagum ketika mataku mengarah ke tetek Hajah Ainun. Ukurannya bisa dibilang jumbo. Bahkan lebih besar dari milik Ratna.

Walaupun sudah terlihat agak lembek dibandingkan tetek Ratna, tapi tetek bu Ainun terlihat mulus tanpa cacat. Wah, harus bisa di icip ini mah..

“Hayuk jang.. Buruan kencengin.. Memek Ibu udah gatel bangethhh…” masih terdengar sayup-sayup racau Bu Ainun dari dalam rumah. Ujang terlihat fokus memuaskan nafsu bos nya itu.

Tubuhnya yang kurus kering dengan kulit yang lumayan gelap kini bergoyang-goyang menghentakkan pinggulnya menyodok memek Bu Ainun. Sungguh seperti kopi dan susu. Bu Hajah yang bohay dengan kulit putih di sodok Ujang berkulit coklat seperti kuli. Ckckck... rendah juga selera Hajah Ainun..

Melihat adegan panas mereka, penisku sudah ngaceng di dalam celana. Duh.. kayaknya aku beneran harus naklukin Bu Ainun deh..

Walaupun masih berkonsentrasi melihat sodokan penis Ujang yang berhasil membuat Bu Ainun sange meremas-remas tetek nya sendiri, otak ku masih belum dapat ide cara menaklukkan Bu Ainun ke dalam pelukanku.

Masalahnya, status Mas Bos ku tidak berpengaruh kepadanya. Dia sudah kaya sebelum aku datang. Uang ku tidak berharga di mata nya. Hmm.. terus gimana cara nya ya?

Goblokkk nya aku..

Kenapa ga aku rekam aja adegan mereka sekarang biar jadi senjataku? Gitu aja kok repot sih Zaf.. Duh dasar penjajah bodoh..

Langsung ku nyalakan mode video di hape ku untuk merekam adegan panas mereka. Wah skandal nih...

Kamera handphone ku menangkap persetubuhan mereka dengan jernih. Wajah penuh nafsu Bu Ainun hingga goncangan tetek nya yang besar terekam dengan jelas. Hehehe sukses besar..

Memang benar kalau nurut sama orangtua, terutama Mamah, rejeki pasti lancar. Buktinya kini aku menemukan harta karun di balik status Hajah Ainun yang ternyata binal di entot anak buahnya. Senyum jahat kembali hadir di bibirku.

“Ayo janggg… dikit lagiii… hayukkkk…uhhhh…” lenguh Bu Ainun semakin kencang membahana.

Kulihat gerakan pinggul Ujang semakin kencang menyodokkan penisku ke dalam memek Ibu Ainun.

Duh seperti apa bentuk memek Bu Ainun ya? Dari posisi ku ngintip sekarang masih belum terlihat dengan jelas.

“Buuuu… Ujangghhh… Ga kuathhh…” dengan terbata-bata akhirnya aku mendengar suara Ujang yang daritadi tampak berkonsentrasi dengan kuat supaya tidak mengecewakan bos nya itu.

“Ahhhh…. Janggggg…. Ibu nyampehhhhhh….” dengan lengan besar nya yang berlemak itu, Bu Ainun merangkul Ujang hingga telungkup terdekap dengan erat.

Pinggul Ujang mengejang dengan kuat beberapa saat hingga akhirnya berhenti bergerak. Sepertinya Ujang juga sudah memuntahkan sperma nya ke dalam memek Bu Ainun.

“Hahh.. hahh.. Hah… mantap Jang, kamu boleh libur hari ini. Pokoknya kontol kamu harus siap kalo Ibu kepengen lagi ya..” ujar Bu Ainun sambil buru-buru berpakaian. Ujang yang masih terbaring lemas di dipan itu hanya mengangguk lemas.

“Duh, Mas Bos udah nyampe belum ya.. Ga enak nih kalo dia sampe nunggu.. Ibu ke kebun duluan ya Jang..” dengan terburu-buru Bu Ainun langsung meninggalkan Ujang begitu saja keluar rumah.

Mungkin Bu Ainun menganggap Ujang sebagai bawahan nya tidak lebih dari alat pemuas nafsu nya. Hubungan mereka sebatas masalah selangkangan.

Setelah Bu Ainun sudah agak jauh dari rumah, aku pun berjalan santai menyusulnya.

Dalam otak ku sudah memikirkan rencana untuk mengajak nya ke rumahku. Atau main di kebun ya? Hehehe…

MAIN DIMANA YEUH?
 

Bab Enam​

---


Ratnasari (Ratna)

---


Pagi ini aku membaca sebuah surat bertulisan tangan Ika.

Setelah Ratna menjelaskan semua nya, Ika tampak begitu syok dan merasa bersalah. Sepertinya Ika butuh waktu untuk memaafkan diri nya sendiri yang telaht bersikap jahat terhadap Ratna..

Ratna..

Aku betul-betul terkejut mendengar penjelasan Ratna tadi malam. Ternyata Ratna memisahkan Cecep dengan Ika bukan sekedar untuk kepentingan Ratna saja melainkan dilakukan untuk melindungi keselamatan Ika.

Cecep. Anak juragan angkot di desa sebelah. Keluarganya termasuk yang lumayan kaya di kecamatan ini. Sayang, kelakuan bejat nya telah menghabiskan seluruh kekayaan keluarga nya.

Ketika muda, Ratna adalah salah satu kembang desa Cigeprek, desa tetangga Cicilok. Dulu seluruh pria di desa itu sangat terpesona pada kecantikan wajah dan keseksian tubuh Ratna. Tak terkecuali pun si Cecep.

Dengan bermodalkan relasi baik antara orang tua Cecep dengan orang tua Ratna, akhirnya mereka berhasil dijodohkan.

Hidup Ratna setelah menikah dengan Cecep awalnya berjalan baik-baik saja seperti pasangan muda pada umumnya di daerah terpelosok ini.

Sayang, tak lama dari pernikahan mereka, kedua orang tua Cecep kemudian meninggal karena kecelakaan angkot. Seluruh harta keluarganya akhirnya diwariskan ke Cecep sebagai anak tunggal.

Cecep yang tidak tamat sekolah itu tidak dapat meneruskan usaha milik keluarga nya. Ditambah hobi Cecep yang gemar berjudi, dalam tempo singkat, seluruh kekayaan keluarganya mendadak raib untuk melunasi hutang-hutang judi milik Cecep. Saat itu, Ratna sedang mengandung anak mereka dengan usia kandungan 6 bulan.

Kelimpungan karena sudah kehabisan uang, Cecep ternyata tidak kapok dan tetap menlanjutkan kegemarannya itu. Sampai akhirnya Cecep memaksa Ratna untuk menyerahkan uang tabungan dan gaji Ratna sebagai modal judi. Padahal, uang itu di simpan Ratna untuk biaya kontrol kandungan ke rumah sakit yang lumayan bagus di ibukota kabupaten.

Murka karena tidak dituruti, Cecep gelap mata hingga akhirnya menendang perut Ratna hingga pendarahan. Ratna pun akhirnya keguguran.

Bermodalkan BPJS Kesehatan, rahim Ratna pun akhirnya harus diangkat karena rusak akibat tendangan Cecep tersebut. Sudah kehilangan calon jabang bayi, kesempatan memiliki keturunan pun hilang. Sejak saat itu hanya ada kebencian dan penderitaan yang dirasakan Ratna dalam pernikahannya.

Beberapa tahun kemudian Cecep mulai insyaf.

Ia mulai kerja serabutan hingga terakhir menjadi kernet truk pasir. Walaupun uang nya tetap dipakai untuk judi, setidaknya gaji Ratna kini tidak lagi di ganggu gugat.

Gaji ratna yang hanya menjadi PNS honorer di tingkat kecamatan memang hanya cukup untuk membiayai belanja sembako dan biaya makan sehari-hari. Entah bagaimana hidup mereka kalau gaji Ratna yang tidak sampai sejuta itu dipakai juga oleh Cecep untuk berjudi.

Kabar burung beredar dengan cepat.

Pernikahan Cecep dengan Ika akhirnya sampai ke telinga Ratna. Awalnya Ratna murka karena ada gadis desa Cicilok yang kegatelan dengan suaminya. Walaupun sudah tidak ada cinta, Ratna memang mati-matian tidak ingin menjadi janda seperti mayoritas perempuan di kecamatan itu.

Sampai akhirnya Ratna tahu latar belakang Ika.

Cerita Ika yang begitu menyedihkan membuat Ratna paham kalau biang keroknya bukan dari Ika melainkan dari Cecep. Ika yang polos nantinya akan dimanfaatkan Cecep untuk modal judi. Bisa jadi Ika dijual untuk membayar hutang-hutang judi milik Cecep. Kalau saja orang tua Ratna sudah tiada seperti Ika, mungkin Ratna sudah dipakai sebagai alat pembayaran utang oleh Cecep.

Akhirnya Ratna pun bertindak.

Ratna tahu kalau dengan cara baik-baik pastinya Ika akan sulit percaya kata-kata Ratna karena sudah terpengaruh dengan rayuan Cecep. Akhirnya Ratna memaksa Cecep kembali pulang ke rumah dengan kasar. Kejadian itulah yang membuat Ika, gadis polos itu, menjadi sangat dendam kepada Ratna.

Hingga akhirnya kemarin Ratna kembali melihat Ika yang sedang menemaniku ke instansi tempat Ratna bekerja.

Ternyata Ratna sudah tahu kalau Ika adalah pembantu bos besar dari Cicilok, yaitu aku. Tak susah dia mendekati ku karena aku pun berencana mendekatinya. Hingga akhirnya kejadian semalam terjadi.

Ratna tahu tidak mudah bagi Ika udah mendengar cerita apalagi sampai mau memaafkan Ratna. Makanya, ketika diperlakukan begitu kasar, Ratna hanya bisa pasrah menganggap itu adalah balasan dari Ika telah disakiti perasaann nya oleh Ratna.

Ika yang mendengar semua cerita itu langsung terguncang. Wanita yang sangat ia benci itu ternyata selama ini berniat baik melindungi Ika. Tidak heran, kini Ika izin pergi dulu meninggalkan Cicilok untuk menenangkan diri.

“Sarapan dulu kang..” ujar Ratna keluar dari dapur menyiapkan sarapan untuk ku. Ratna mengenakan baju kerja nya seperti kemarin karena baju Ika tidak ada yang muat ditubuhnya.

“Iya ayo bareng Na.. kamu mandi terus pake kaos akang aja atuh, muat harusnya mah..” ujarku disambut anggukan dan senyuman manis dari Ratna.

Usia Ratna yang sudah 32 tahun itu terlihat begitu dewasa namun tetap cantik dan seksi. Benar-benar istri idaman yang tulus melayani suami. Sayang, pilihan suami nya adalah orang brengsek yang tidak bisa diandalkan.

“Kang.. Akang teh serius mau nyuruh Ratna cerai?” ujar Ratna ditengah sarapan kami.

Setelah mendengar ceritanya yang menyedihkan itu, aku pun spontan menyuruhnya untuk segera cerai supaya cepat keluar dari jurang penderitaan menikahi si Cecep belegug itu.

“Nama Ratna teh dipake si Cecep buat tanda tangan perjanjian utang dia.. Kalau Ratna cerai pasti nanti Ratna yang dikejer kang..” alasan Ratna tidak ingin mencerai Cecep selain tidak ingin menjadi janda memang karena nama Ratna dijadikan penanggung utang Cecep ke rentenir kampung.

Nominalnya hampir 50 juta. Tidak mungkin Ratna bisa melunasinya mengandalkan gaji PNS honerer yang tidak seberapa itu.

“Iya nanti Ratna langsung temuin rentenir nya, tanya utang nya berapa kalau dilunasin, terus langsung lapor ke akang” titah ku pada Ratna. Raut wajah Ratna langsung terharu.

“Makasih kangg… dari dulu sebenernya Ratna pingin pisah dari si Cecep tapi ga bisa.. Ratna pasti utang budi seumur idup ini mah sama akang..” ujar Ratna sambil bersimpuh ke kaki ku. Aku pun langsung menarik tubuhnya karena risih.

“Jangan gitu atuh, anggep aja bales jasa Ratna udah bantuin Ika..” ucap ku dengan tubuh Ratna memeluk tubuhku sambil terisak haru.

“Beruntung banget Ika punya akang..” ucap Ratna lirih.

“Emang nya kalo Ratna punya siapa?” ujarku menggoda nya. Ratna langsung melepas dekapannya dan menatap ku lekat. Matanya sudah sembab akibat tangis nya barusan.

“Ratna punya akang seorang.. Ratna dijadiin pembantu ato jadi gundik nya akang juga ikhlas kok kang. Yang penting Ratna bisa berguna buat akang..” ujarnya mantap dan bersungguh-sungguh.

Aku pun berdesir melihat kesungguhan Ratna untuk menyerahkan hidupnya untuk ku. Tak sabar, aku pun mencium bibirnya Ratna yang sungguh menggoda.

“Hmmmphhh…” desahan Ratna begitu seksi karena suara nya yang agak berat. Bibir nya mengulum bibir ku dengan buas seakan balas dendam karena kemarin bibir nya tertutup lakban.

“Iya gitu kanghhh..” Ratna mulai meracau karena tetek nya yang besar sudah mulai kuremas-remas dari luar kemeja nya. Sebelum kutelanjangi, ingin tanganku menjalar setiap jengkal lekuk tubuhnya yang seksi ini.

“Gede banget toket sama pantat kamu na..” ujarku sambil gemas meremas pantatnya yang bahenol.

“Awwww…” Ratna terpekik merasakan remasan pantat nya membuat selangkangannya tergesek.

“Eh.. masih sakit ya?” ujar ku panik. Ratna mengangguk tidak enak.

“Gapapa kok kang, nanti juga ga sakit” ujar Ratna berbohong. Setelah disiksa oleh Ika sepanjang malam, tidak mungkin kalau memek dan lubang pantat Ratna sekarang tidak lecet.

Meskipun nafsu ku sudah meninggi, aku malas kalau nanti Ratna tidak menikmati persetubuhan kami. Akhirnya aku pun memilih untuk menunda menggauli Ratna hari ini.

Ratna sempat memaksaku menyetubuhi nya, bahkan sampai menawarkan untuk menghisap penisku sampai aku klimaks. Ah ga usah lah, nanti kentang lagi kaya kemarin sama Ika pikirku. Akhirnya Ratna menyerah menggodaku dan langsung mandi sesuai perintahku.

“Kamu nanti pulangnya di anter si Roni ya.. Ini ada uang pegangan 2 juta buat kamu ngurus-ngurus perceraian kamu sama si Cecep. Nanti kalo kurang bilang aja ke akang. Sama kalo udah ada angka dari si rentenir, langsung WA akang aja” ujarku ketika Ratna sudah bersiap naik mobil untuk pulang.

Ratna awalnya menolak perintahku untuk pulang karena ingin menemaniku sampai Ika kembali, tapi ketika kuingatkan supaya dia bisa cepat mengabari berita perceraiannya ke orang tua nya dan menyiapkan semua dokumen secepatnya, akhirnya Ratna mengangguk dengan berat hati.

Selepas Ratna pergi, aku pun mengisi hari ku di rumah ku yang kini sepi itu dengan mengirimkan kabar ke Mamah melalui WA.

Rutin setiap hari aku memang mengabari Mamah sesuai pesan nya itu. Kalau saja tidak ada kabar dariku seharian, bisa-bisa aku di teror telfon dari Mamah tanpa henti.

Setelah ngobrol via chat lumayan panjang akhirnya aku menyudahi obrolan ku dengan Mamah. Ada satu perintahnya kepada ku pada sesi obrolan itu.

“Zaf, nanti tolong cek kebun bunga punya supplier Mamah ya. Dia baru masukin proposal buat jadi supplier, katanya sih orang Cicilok. Namanya Hajah Ainun. Nanti langsung kamu telfon aja biar kamu bisa cek kebun nya sekalian kenalan ya..” titah Mamah kepadaku.

Sempat aku telfon Hajah Ainun dan ternyata kebunnya tidak jauh dari rumahku. Kebetulan mobil ku juga sedang dipakai Roni mengantar Ratna pulang. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan kaki ke kebun nya.

---

Kalau mengikuti patokan yang diberikan Hajah Ainun tadi via telfon, perkebunan bunga milik Hajah Ainun tinggal satu belokan lagi setelah rumah di ujung jalan itu. Sepertinya rumah itu menjadi tempat singgah Hajah Ainun kalau sedang datang untuk mengontrol kebunnya.

“Cepetan masukin jang, nanti keburu Mas Bos nyampe”

Ketika aku melewati rumah seadanya di ujung jalan itu, aku mendengar suara yang sama dari suara di ujung telfon tadi..

Hajah Ainun?

Aku pun tergelitik ingin tahu lebih lanjut dari asal suara itu. Rumah terlihat tertutup rapat. Aku pun mengitari rumah itu dengan mendengap-endap mencari celah untuk mengintip.

Akhirnya kulihat ada bolongan kecil di dekat rimbunan pohon di belakang rumah. Merasa aman karena tidak mungkin posisiku terlihat dari jalanan, aku pun langsung mengintip dari celah kecil itu.

“Duh Ibu kangen banget ih sama kontol kamu Jang. Kemaren baru 5 menit si Pak Haji udah selesai. Nyebelin pisan..” ujar si empunya suara dari dalam rumah.

Beruntungnya, posisi mereka terlihat jelas dari celah kecil itu. Di atas dipan seadanya, terlihat seorang wanita paruh baya yang masih mengenakan jilbabnya sudah mengangkang dan di sodok oleh pemuda kampung sekitar usia 30an.

Gamis si Bu Ainun dan pakaian Ujang terlihat sudah tergeletak tidak beraturan di pinggir dipan.



Hajah Ainun Kurniasih


“Duhh.. iya gitu jang.. kencengan lagi..” ujar Bu Ainun menikmati goyangan Ujang.

Wajah Bu Ainun sudah mendongak menikmati sodokan penis itu di memeknya. Cantik juga ternyata Bu Ainun..

Meskipun ku taksir usia nya sudah sekitar setengah abad, wajahnya masih cantik mulus terawat. Tak heran, sebagai salah satu orang kaya di desa ini, perawatan diri nya tidak bisa dibandingkan dengan wanita desa lainnya.

Wajahnya terlihat di hiasi dengan makeup yang natural menambah kecantikan yang terpancar darinya.

Waw…

Aku berdecak kagum ketika mataku mengarah ke tetek Hajah Ainun. Ukurannya bisa dibilang jumbo. Bahkan lebih besar dari milik Ratna.

Walaupun sudah terlihat agak lembek dibandingkan tetek Ratna, tapi tetek bu Ainun terlihat mulus tanpa cacat. Wah, harus bisa di icip ini mah..

“Hayuk jang.. Buruan kencengin.. Memek Ibu udah gatel bangethhh…” masih terdengar sayup-sayup racau Bu Ainun dari dalam rumah. Ujang terlihat fokus memuaskan nafsu bos nya itu.

Tubuhnya yang kurus kering dengan kulit yang lumayan gelap kini bergoyang-goyang menghentakkan pinggulnya menyodok memek Bu Ainun. Sungguh seperti kopi dan susu. Bu Hajah yang bohay dengan kulit putih di sodok Ujang berkulit coklat seperti kuli. Ckckck... rendah juga selera Hajah Ainun..

Melihat adegan panas mereka, penisku sudah ngaceng di dalam celana. Duh.. kayaknya aku beneran harus naklukin Bu Ainun deh..

Walaupun masih berkonsentrasi melihat sodokan penis Ujang yang berhasil membuat Bu Ainun sange meremas-remas tetek nya sendiri, otak ku masih belum dapat ide cara menaklukkan Bu Ainun ke dalam pelukanku.

Masalahnya, status Mas Bos ku tidak berpengaruh kepadanya. Dia sudah kaya sebelum aku datang. Uang ku tidak berharga di mata nya. Hmm.. terus gimana cara nya ya?

Goblokkk nya aku..

Kenapa ga aku rekam aja adegan mereka sekarang biar jadi senjataku? Gitu aja kok repot sih Zaf.. Duh dasar penjajah bodoh..

Langsung ku nyalakan mode video di hape ku untuk merekam adegan panas mereka. Wah skandal nih...

Kamera handphone ku menangkap persetubuhan mereka dengan jernih. Wajah penuh nafsu Bu Ainun hingga goncangan tetek nya yang besar terekam dengan jelas. Hehehe sukses besar..

Memang benar kalau nurut sama orangtua, terutama Mamah, rejeki pasti lancar. Buktinya kini aku menemukan harta karun di balik status Hajah Ainun yang ternyata binal di entot anak buahnya. Senyum jahat kembali hadir di bibirku.

“Ayo janggg… dikit lagiii… hayukkkk…uhhhh…” lenguh Bu Ainun semakin kencang membahana.

Kulihat gerakan pinggul Ujang semakin kencang menyodokkan penisku ke dalam memek Ibu Ainun.

Duh seperti apa bentuk memek Bu Ainun ya? Dari posisi ku ngintip sekarang masih belum terlihat dengan jelas.

“Buuuu… Ujangghhh… Ga kuathhh…” dengan terbata-bata akhirnya aku mendengar suara Ujang yang daritadi tampak berkonsentrasi dengan kuat supaya tidak mengecewakan bos nya itu.

“Ahhhh…. Janggggg…. Ibu nyampehhhhhh….” dengan lengan besar nya yang berlemak itu, Bu Ainun merangkul Ujang hingga telungkup terdekap dengan erat.

Pinggul Ujang mengejang dengan kuat beberapa saat hingga akhirnya berhenti bergerak. Sepertinya Ujang juga sudah memuntahkan sperma nya ke dalam memek Bu Ainun.

“Hahh.. hahh.. Hah… mantap Jang, kamu boleh libur hari ini. Pokoknya kontol kamu harus siap kalo Ibu kepengen lagi ya..” ujar Bu Ainun sambil buru-buru berpakaian. Ujang yang masih terbaring lemas di dipan itu hanya mengangguk lemas.

“Duh, Mas Bos udah nyampe belum ya.. Ga enak nih kalo dia sampe nunggu.. Ibu ke kebun duluan ya Jang..” dengan terburu-buru Bu Ainun langsung meninggalkan Ujang begitu saja keluar rumah.

Mungkin Bu Ainun menganggap Ujang sebagai bawahan nya tidak lebih dari alat pemuas nafsu nya. Hubungan mereka sebatas masalah selangkangan.

Setelah Bu Ainun sudah agak jauh dari rumah, aku pun berjalan santai menyusulnya.

Dalam otak ku sudah memikirkan rencana untuk mengajak nya ke rumahku. Atau main di kebun ya? Hehehe…

MAIN DIMANA YEUH?
Mantap update nya hu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd