Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - SANG PENJAJAH -

Status
Please reply by conversation.

Bab Sembilan​

---


Devi


"Duduk dulu di kasur atuh kang.." ujar Devi ketika kami sudah masuk ke kamarnya.

"Kamar kamu wangi amat Dev.." ujar ku sambil menurutinya untuk duduk di kasur Devi. Aroma minyak wangi memang tercium sangat menyengat oleh hidung ku.

"Hehe iya kang.. Kan biar enak kalo mau bobo.. Maaf yah kang, kamar nya Devi berantakan.." Devi buru-buru merapihkan beberapa pakaiannya yang tergeletak di kasur. Beberapa potong lingerie seksi juga ada di tumpukan itu. Hmm.. persiapan buat nyambut si Rachmat kayaknya..

"Banyak amat lingerie nya Dev? Dipake atuh.." cegat ku ketika Devi hendak melemparkan tumpukan baju itu ke dalam lemari nya.

"Ehh.. iya kang.. dibeliin Kang Rachmat.." ujar nya malu-malu.

"Akang mau Devi pake yang mana.." ujar nya lagi. Devi inisiatif membuka lemarinya memperlihatkan koleksi baju seksi miliknya.

Wah, banyak juga ternyata koleksinya.. ada yang model suster, ada yang model pramugari.. gitu toh fetish nya si Rachmat..

Aku pun menunjuk ke salah satu lingerie yang terlihat agak normal.

"Devi ganti dulu yah kang.." ujarnya setelah aku memilih lingerie pilihan ku. Dewi tampaknya kikuk mau berganti baju di mana.

Dengan malu-malu, Devi mulai menanggalkan tanktop tipis yang kini ia kenakan di depan ku.

Tuing...

Teteknya yang sangat indah langsung bergelayut tanpa penghalang. Ukuran tetek nya terlihat besar dan bulat sesuai perkiraanku.

Puting nya coklat gelap. Kontras dengan kulit Devi yang putih mulus. Kayaknya sebelum gue balikin Devi ke Rachmat, tetek nya harus gue cupangin yang banyak dulu nihh hehehe..

Duh makk... sekarang Devi menungging membelakangiku..

Hotpants dan celana dalam nya diturunkan pelan dari pinggulnya yang bohay. Gerakan nya pelan menuruni pahanya yang begitu putih..

"Jangan diliatin gitu atuh kang.. Devi jadi maluuu.." ujar Devi sambil melirik nakal ke arah ku. Aku benar-benar terkesima dengan tubuh telanjang Devi. Juara banget ini mah.. kalah body nya si Ratna..

Kira-kira Rachmat mau ga ya kalo gue tuker tambah si Devi sama si Ratna? Sama-sama seken kan? Hehehe..

"Akang ga mau ikutan buka baju juga?" tanya Devi dengan malu-malu ketika lingerie nya yang seksi itu sudah ia kenakan.

Devi terlihat begitu cantik dan seksi dengan balutan lingerie berwarna merah menyala yang kini ia kenakan. Tetek Devi terlihat begitu menonjol menerawang dari balik bahan lingerie yang tipis itu. Lekuk tubuhnya benar-benar indah.


Aku hanya mengangguk bodoh menjawab pertanyaannya karena terkesima dengan pemandangan indah yang tersaji di depan mata ku ini. Devi sepertinya paham kalau aku mengkode supaya ditelanjangi oleh nya.

"Devi bukain ya kang.." jemari Devi mulai membuka kancing kemeja ku satu per satu..

Karena posisi ku masih duduk di kasur, Devi harus menunduk untuk melepas semua kancing-kancing kemeja ku hingga sampai ke retsleting celana ku. Ketika ia menunduk, belahan tetek nya terlihat begitu menggoda. Tetek nya begitu penuh dan padat seakan menggodaku untuk segera minta diremas.

"Ihhh.. sabar atuh kang..." ujarnya manja ketika aku meremas teteknya. Devi hanya tersenyum kecil sambil tetap berusaha memelorotkan celana ku.

"Gede amat kang.." ujar Devi melirik ke arah torpedo ku yang masih tertidur. Celana ku sudah terlepas.

"Sini Dev, akang pangku.." ujarku mengaitkan tanganku ke pinggangnya. Devi menurut pasrah mengikuti perintahku.

Pantat nya yang semok sudah diletakkan menempel di atas paha ku. Kedua tangan Devi melingkar di belakang leherku. Devi memandangi ku nanar. Seakan menunggu apa aksi ku selanjutnya.

"Kamu teh cantik banget Dev.. akang suka deh.." ujarku sambil memeluk dan menggerayangi punggung nya. Ku dekap Devi makin merapat ke tubuhku. Kain lingerie nya menggelitik kulit ku. Teteknya yang besar serta perutnya yang rata sudah merapat dengan tubuhku.

"Masa sih kang.. Devi jangan digodain terus atuh.. maluu..." ujarnya sambil senyum-senyum. Senyumnya begitu manis menghiasi wajahnya yang cantik. Tanganku sudah mulai turun mengelus pantatnya yang bulat. Duh.. empuk banget bemper nya si Devi..

"Kamu teh jadinya pacaran sama si Rachmat?" tanyaku lagi. Devi mulai bergelinjang kegelian karena kini tanganku menyusuri paha nya yang begitu mulus. Bulu-bulu tipis tampak menghiasi kulit paha Devi. Wah.. sangean nih katanya kalo cewe buluan..

"Iyah kang.. mmhhhhhh..." jawab Devi sambil mendesah. Mulut ku mulai mencumbu leher nya yang jenjang. Rambut hitam Devi memang sudah di cepol ke atas memamerkan lehernya yang mulus itu. Devi mendongak seksi di atas pangkuan ku.

"Yah kirain teh akang bisa jadi pacarnya Devi.." godaku lagi sambil mengarahkan ciumanku naik ke sekitar telinga nya. Devi langsung kegelian karena ciuman dan hembusan nafasku. Tanganku masih sibuk meremasi pantat nya..

"Mhhhh... emangh akangh mau punya pacar kaya Devihh.." suara Devi yang serak seperti suara Tantri vokalis Kotak terdengar begitu menggairahkan di telingaku.

"Mau atuh Dev kan.. mppphmmm..." jawabanku terpotong kuluman bibir Devi yang hinggap ke bibir ku. Devi sudah mulai aktif. Lidah dan bibir nya bergantian mengulum dan menghisap bibirku. Erangan dan desahan pelan kami mulai mengisi ruangan kamar ini.

Brugg..

Kulempar Devi ke atas kasur. Kini Devi sudah telentang pasrah di kasur menunggu ku segera menyantap nya. Aku langsung menindih tubuh Devi yang masih terbalut lingerie seksi awut-awutan.

Bibirku kembali mencium bibirnya. Aku benar-benar ketagihan berciuman dengan biduan cantik ini. Tangannya mulai aktif merogoh ke bawah mencari penisku.

"Mmhhh..." erang ku ketika tangan nya yang mulus telah meremas lembut kontol ku. Tangan nya yang hangat langsung membuat penisku bereaksi.

"Nakal yahh.." ujarku melepaskan ciuman di bibir nya. Aku merangsek turun menuju hidangan kenyal yang daritadi tekah kuidamkan..

Brekkk...

Dengan sekali tarikan, cup lingerie merah itu langsung terbuka menampilkan payudara indah yang tersembunyi daritadi. Payudara Devi langsung mencuat menunjukkan bentuk nya yang bulat dan besar.

Happ.. bibir ku pun tak sabar ingin segera mengeksplorasi permukaan kulit dada nya yang begitu halus. Dengan gairah yang makin terbakar akibat rangsangan dari ku, lenguhan Devi pun makin nyaring keluar dari bibirnya.

Entah bagaimana perasaan Rachmat begitu mendengar suara desahan kekasihnya yang kini sedang sibuk digauli oleh juragannya...

"Iyah kang.. kenyot kanghh.. awww.. janganh digigithhh... duh geli akanghhh..." Devi makin gaduh meracau keenakan ketika tetek nya telah habis kuciumi dan ku hisap dengan penuh gairah.

Puting coklat nya ke hisap dengan kencang. Lidahku meliuk-liuk mengitari puting nya hingga membuat tubuh seksi Devi makin blingsatan karena tak kuat menahan rangsanganku.

"Oughhh.. akanghhh... enak bangethhh..." tangannya makin tak fokus meremasi penisku. Pinggul dan paha nya sudah mulai digesek-gesekkan dengan paha dan perut ku. Beberapa kali penisku menggesek bulu kemaluannya yang tumbuh dengan lebat..

Puas dengan karya seni ku, kupandangi kulit tetek Devi yang kini sudah memerah penuh dengan cupangan bibirku. Dengan perlahan, aku pun mulai merangsek turun menuju selangkangan Devi.

Belum sempat aku mencium memek nya, Devi langsung memutar badannya sehingga membuatku kini bertukar posisi dengan nya.

"Devi juga mau nyium punya nya akang.." ujarnya ketika kami kini berposisi 69.

Bulu jembut nya yang rimbun itu sudah berada tepat diatas kepala ku. Setelah kusibak celana dalam serta jembutnya, akhirnya memek tembem milik Devi terlihat merekah indah di selangkangannya. Ada garis cairan bening yang sudah merembes basah di memek nya. Wah udah ada yang sange nih kayaknya..

Masih terkagum oleh memeknya, tiba-tiba ada rasa hangat yang menjalar di penis ku. Rupanya Devi sudah mulai menghisap penisku ku dengan liar. Tangannya ikut membantu mengocok penisku dan meremas remas pelan kedua bola zakar ku. Rasa ngilu dan nikmat langsung bercampur memompa gairahku..

Tak mau kalah, aku pun langsung mencucukkan lidahku membelah bibir vagina nya. Ku sapu klitoris Devi yang tersembunyi oleh rimbun jembut nya. Tanganku sibuk meremas-remas pantat nya yang semok itu. Hmmm.. harumnya memek Devi..

"MMmhhhh... mghhhhh... aghhh..." deru nafas dan suara desahan bersahut-sahutan keluar dari mulut kami.

Memek Devi sudah mulai becek akibat jilatan ku. Kontol ku pun sudah menegang sempurna menahan siksa nikmat yang diberikan oleh Devi. Permainan mulut dan tangannya terasa begitu mahir. Hmm.. pantes aja juragan-juragan kampung sebelah pada ketagihan..

"Kanghh ayoo..." ujar Devi tak kuat lagi. Devi kembali memutar tubuhnya untuk berhadapan denganku. Lingerie nya sudah lepas terlucuti. Tangan Devi sudah mengarahkan penisku ke arah bibir vaginanya yang sudah basah..

Blesss...

Rasa nikmat langsung menyelimuti kami berdua...

"Belom pernah ih Devi ngerasain yang segede akanghhh.." ujarnya mendongak menikmati penisku yang telah masuk sempurna ke dalam liang memek nya..

"Emang yang lain kecil Dev?" ujarku sambil mulai menyodok penisku di memek Devi..

Kalau urusan memek, sempitnya memek Ika masih belum ada tandingannya. Tapi kalau masalah goyangan... torpedo ku sampai blingsatan dibuatnya karena saking enaknya goyangan pantat Devi.

Pinggul Devi tak henti henti nya bergoyang kesana kemari. Oughh nikmatnyahhh...

"Kecilhhh.. kanghh... kalah sama punya akanghh..." jawab Devi terputus-putus akibat goyangannya yang semakin lepas. Payudara indah milik Devi bergoyang-goyang kesana kemari.

"Emang udah pernah ngerasain berapa kontol Dev.." pancingku sekaligus mengalihkan konsentrasi ku agar tidak cepat keluar. Kalau dibandingkan gundik ku yang lain, Devi kayaknya yang paling kuat stamina nya. Buktinya sudah hampir setengah jam dia bergoyang tanpa henti tapi masih belum ada tanda-tanda mau orgasme.

"Banyakhhh..." ujarnya cepat karena tidak konsen. Pinggulnya makin menghentak kencang. Lenguhan nya makin berat. Akhirnya Devi sudah hampir sampai dengan klimaksnya.

"Ugghhhh... nikmatthhhhhhh.......kanghhhh......mmmhhhh......" Devi melenguh kencang dan mengejang di atas tubuhku sebelum akhirnya ambruk tanpa tenaga.

"Devi udah keluar kanghh.. enak banget ih itu nya akanghh.." ucap Devi sambil mencubit pelan puting ku. Aku membiarkan Devi mengambil nafas terlebih dahulu.

"Jadinya udah ngerasain berapa kontol Dev?" tanyaku penasaran dengan jawabannya tadi. Devi terdiam tak menjawab.

"Kalo Devi manggung di luar.. biasanya ada aja yang nawarin ngasih tambahan supaya Devi mau diajak nginep kang.." ujarnya lirih. Waduh... bahaya dong..

"Tapi Devi selalu minta mereka pake kondom kok kang.. cuma ama kang Rachmat aja Devi ga pernah minta pake kondom.." pungkasnya cepat. Oalah aman ternyata...

"Rachmat tahu kamu kaya gitu?" tanyaku masih penasaran. Wah ternyata bener ya omongan warga desa tentang Devi. Salut aku sama si Rachmat yang masih mau menerima Devi apa adanya.

"Udah engga atuh kang.. malah Devi pengennya udah aja berhenti manggung.. tapi ya kalo belom dinikahin, nanti Devi dapet uang darimana.." jawabnya sendu. Walaupun aku ketagihan sama si Devi, mendengar ceritanya barusan dimana Rachmat begitu lapang dada menerima Devi kembali, aku jadi makin ga tega kalo ngerebut Devi dari si Rachmat.

Yaudahlah, mumpung cuman punya sekali kesempatan, mendingan gue puas-puasin dulu ngentot si Devi..

"Lanjut yuk Dev.." ujarku sambil membalik tubuhnya kini tertindih tubuhku. Devi hanya tersenyum menunggu goyanganku lagi..

"Yaolohh.. gede amat sih kanggghhh.. duh penuh memek devi kanghh.." racau nya lagi ketika penis ku sudah intens keluar masuk memek Devi. Aku sudah makin bernafsu mengejar klimaks ku yang tertunda barusan.


"Oughhh... mentog kanghhh.. mmmfhhhh... slurpphhh... arghhhh..." desah Devi makin ramai sambil menarik kepala ku berciuman panas dengan nya. Tubuh Devi yang sintal itu bergoyang-goyang di bawah tubuhku menikmati sodokan nikmat dari kontol ku.

"Enak ga dev?" tanyaku sambil memompa penisku di dalam memek nya. Melihat wajah binal dara cantik ini begitu sayu keenakan, aku pun makin bernafsu untuk segera menyemprotkan sperma ku di dalam memek nya.

"Uhhh... paling enakh kanghhh... juara pisan kontol akanghhh... ughhh... terush kangghh..." lenguhnya makin kencang. Meskipun tidak sebebas ketika dia berada di atas, goyangan pinggul Devi masih tetap saja nikmat menyambut ayunan pinggulku.

"Iyahh kang... ciuminnn.. remesshhh.. merahin semua tetek deviiihhh... shhh... devi bentar lagih kanghhh..." ujarnya makin heboh ketika tetek nya kembali menjadi korban ciuman dan hisapan mulutku. Kaki nya yang jenjang sudah mengait pinggang ku dengan erat.

Rasa gatal di ujung kontol ku makin terasa tak tertahankan..

"Uhhh kanghhh... devi keluarghhh...." lenguhan Devi dengan suara nya yang berat itu langsung memekik kencang mengiringi semprotan cairan orgmase dari dalam memeknya yang legit itu. Nafsu ku yang sudah di ubun-ubun akhirnya tak bisa lagi kutahan..

"Akanghh juga devv... mmmhhhhh....." saking hebohnya goyangan kami, kasur Devi sampai berdecit kencang seperti mau rubuh.

Crooottttt... crooooottttt.. crooottttt.... semburan sperma ku mengakhiri goyangan liar kami. Badan ku langsung ambruk disambut dengan pelukan erat oleh Devi. Kami pun berciuman mesra menikmati sensasi klimaks kami berbarengan tadi.

"Duh akanghh..." ucap Devi sambil menyusupkan kepalanya ke dadaku.

"Kenapa dev.." ujarku masih terengah-engah.

"Kalo nanti Devi kangen sama kontolnya akang gimana.." ujarnya manja di pelukanku. Ada yang ketagihan rupanya..

"Bilang aja ke si Rachmat, nanti akang kesini lagi.." ujarku enteng saja, kalo Devi yang minta berarti aku ga ingkar janji dong?

"Mana dibolehin kanggg... Kang Rachmat teh cemburuan orangnya.." ujar Devi merajuk kepadaku. Kuelus-elus rambut Devi dalam pelukan nya. Aku penasaran, emang bakal bisa cemburu si Rachmat sama gue?

"Coba kita tanya aja langsung ke orangnya..." ujarku sambil melepaskan pelukan Devi dan berdiri dari kasur. Devi hanya menatapku bingung. Devi kemudian hanya menurut pasrah ketika kugandeng keluar kamar..

"Ehh.. Mas Bosss..." ujar Rachmat terkejut ketika melihat ku keluar kamar bergandengan tangan dengan Devi.

"Ih akang abis ngapain?" tanya Devi kaget melihat celana Rachmat turun hingga ke lutut. Penis nya terlihat loyo dan mengkerut. Ada bercak cairan disekitar tempat duduk nya. Anjrit.. ada yang coli...

"Ehhh engga nenggg.." ujar Rachmat panik langsung menarik celananya naik. Aku hanya bisa tertawa dalam hati melihat Rachmat panik seperti ini. Udah mah pacarnya abis dipake sama bosnya.. ketahuan pula kalo dia abis coli.. kasian amat lu Mat..

"Udah kang?" tanya Rachmat selesai menaikkan celananya. Rachmat sepertinya abai dengan malu nya ketahuan coli mendengar persetubuhan ku dengan pacarnya. Mungkin yang ada di pikiran Rachmat sekarang cuma biar aku cepat pulang.

Aku sudah duduk di sofa memangku Devi. Mata Rachmat menyipit karena cemburu melihat Devi merangkul leher ku dengan mesra. Gila juga si Devi tidak canggung bermesraan denganku meskipun mata Rachmat sangat tajam meliriknya.

"Hhhhhh..." dengus nafas Rachmat kencang ketika melirik ke arah jembut Devi yang terlihat ada bercak sperma ku. Semakin turun arah pandangannya, dari memek Devi meleleh cairan sperma ku mengalir hingga ke pangkal pahanya. Sabar ya mat...

"Pengen lagi sih sebenernya Mat.. gue masa baru keluar sekali.." jawabku menggodanya. Mungkin dalam hatinya Rachmat berdoa penisku tidak berdiri lagi supaya tidakminta nambah ke Devi.

"Ohh.. Akang pengen lagi?" ujar Devi nakal ke arahku. Tangannya mulai mengelusi puting ku. Aliran listrik langsung menjalar sekujur tubuhku akibat sentuhan jari halus milik Devi.

"Pengen atuh Dev, tapi akang kan udah janji sama si Rachmat kalo cuma sekali doang sama kamu nya.." jawabku. Rachmat terlihat sumringah mendengar jawabanku. Devi merengut ngambek mendengarnya.

"Tapi kalo Devi yang pengen mah berarti bukan salah gue kan Mat?" tanyaku ke Rachmat. Dia langsung terlonjak kaget mendengar pertanyaanku. Rachmat langsung menatap Devi.. kekasih hatinya.. yang kini duduk di atas pangkuan bos nya yang sedang bugil..

Rachmat tak berani menjawabku. Dia hanya berharap pacar nya itu mau untuk menolak ku..

"Devi mau lagi kok kang... cupp..." tanpa menunggu jawaban Rachmat, Devi mencium bibirku. Aku pun tak segan menyambut ciumannya dengan pagutan bibirku ke bibir Devi yang manis. Rachmat melengos lemas mendengar jawaban Devi. Ahh.. kena jajah ini mah ceritanya..

Pagutan kami pun semakin liar. Desahan dan lenguhan tak malu kami keluarkan dalam serunya persilatan lidah kami. Tanganku mulai meremasi lembut tetek Devi.

Rachmat bergidik melihat tetek kekasihnya itu diremas olehku. Belum lagi sekujur dada nya sudah merah akibat cupang ku. Hati Rachmat langsung retak melihat pacarnya sudah begitu pasrah melayaniku. Duh Gusti.. mau jadi kades kok gini amat yah..

"Ouhhh akanghh.. masih ngiluuu.. gelihhh..." pekik Devi ketika tanganku mulai mengelus memeknya.

"Langsung ajahh.." ujarnya ketika tangan nya meremas penisku yang ternyata sudah tegang lagi.

Blessshh...

Penisku kembali masuk mengoyak memeknya. Wajah cantik Devi sudah begitu penuh nafsu ketika penisku masuk hingga ke ujung memeknya. Rachmat makin gelisah melihat memek kekasihnya tertusuk batang ku yang besar ini.


"Ayo kanghh..." ujar nya sambil mulai menggoyangkan pinggul nya yang seksi. Goyangannya sudah tidak seheboh tadi. Mungkin karena sudah dua kali klimaks, Devi sudah mulai kelelahan.

Tanganku langsung mendekap Devi dari belakang, telapak tanganku hinggap di tetek Devi memilin puting nya untuk menambahkan rangsangan untuknya.

"Mmmhhh.. enakhh kanghhh.. uhhh... kontol akanghh enak bangethhh..." birahi Devi mulai terpancing kembali. Goyangannya mulai liar. Cepol rambut nya sudah terlepas sehingga rambut hitam nya bebas dikibaskan mengikuti goyangan tubuhnya yang seksi ini.

"Enak mana sama kontol Rachmat Dev?" ujarku memancingnya. Rachmat tak berkedip melihat kekasihnya bergoyang naik turun dengan begitu binal di atas pangkuan ku. Memek nya terlihat terbuka lebar memberi jalan untuk penisku mengobok liang kemaluannya.

"Enak kontol akanghh kemana-mana atuhhh.. tuh liat kontol Rachmat masih loyoo.." ejek Devi melirik ke arah selangkangan Rachmat. Kulihat di balik celana panjang Rachmat, kemaluannya sudah menggembung karena terpancing adegan panas kami.

"SSshhhh... Devi keluar lagi kanghhh...." kembali Devi bergetar menikmati orgasme nya yang ketiga. Kulihat Rachmat sudah memijat-mijat penisnya dari luar celana karena sudah tegang tak tahan menonton kami.

"Terusinhh aja kanghh gapapahh..." ujar Devi masih tersengal. Devi sepertinya makin bergairah dientot di depan pacarnya.

"Ahhhh enak Dev..." ujarku kembali menghentakkan pinggang ku kembali. Desahan dan lenguhan kembali mengisi ruang tamu ini.

Srettt...

Rachmat sepertinya sudah tak tahan lagi. Dia mengeluarkan penisnya dan mulai dikocok kencang sambil terus matanya tak lepas menonton persetubuhan kami.

"Pacar lo enak banget mat memeknya.. toketnya juga bagus.. duh seksi banget lah pokoknyaa.." ujar ku meledek Rachmat yang terlihat begitu bernafsu melihat Devi yang sudah kepayahan bergoyang meladeniku.

"Dev.. gue ga tahannhhh.." ujarku pada Devi yang sudah pasrah menerima sodokkan penisku.

"Iyah kang keluarin ajahh.." jawabnya parau kelelahan.

"Gue keluarin dalem yaa.." ujarku lagi. Padahal sih sebetulnya ga perlu ngomong ya? Wong tadi juga udah semprot dalem kok hehe

"Iyahh kanghhh.. hamilin devi kanghhh... devi mau hamil anaknya akanghhh..." ujar Devi memancing nafsu ku. Devi tak sadar, selain aku, Rachmat juga makin terpancing mendengar ucapan pacarnya yang kini minta dihamili orang lain.

Kocokan dan deru nafas Rachmat semakin menjadi-jadi..

"Aaarrghhhh...." Rachmat mengejang menyemprotkan sperma dari penisnya yang memerah. Mungkin kocokan dan genggaman tangan Rachmat terlalu kuat sampai kulit penis nya memerah seperti itu. Tiati mat.. ntar lecet.. hehehe...

"Duhhh ga kuat gue devvvv... gue keluarghhhh....." penisku masuk ke ujung rahimnya. Semprotan sperma ku seakan masuk hingga ke rahim Devi. Devi mengaduh nikmat karena menerima semprotan hangat di dalam memek nya. Aku pun mendekap tubuhnya erat.

Devi mendongak tersenyum puas dan mencium pipiku mesra. Ah nikmatnya...

Rachmat?

Rachmat juga lemas menyender di sofa. Semua tenaganya sudah habis dari masturbasinya barusan. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini..

"Itu nya Mas Bos gede amat sih?" ujar Rachmat memecah keheningan di ruang tamu ini.

"Jijik anjir bahasan lo.." ucapku kesal. Ngapain juga titit gue di komen sama si Rachmat?

"Iya atuh Mas Bos.. pasti si Devi ketagihan ini mah sama Mas Bos.." ujarnya melas. Loyo amat sih jadi cowok Mat?

"Berarti gue boleh nih minta jatah lagi sama Devi?" kataku cepat. Rachmat kini melirik Devi yang masih merebahkan kepalanya ke dadaku.

"Tapi saya teh cinta banget sama Devi Mas Bos.." ujarnya makin sendu. Devi melirik ke arah Rachmat dan mulai merasa tidak enak hati karena sudah bermesraan denganku.

"Yaudah gue mah santai Mat, gue masih pegang janji kok" kataku padanya. Devi ternyata langsung merengut tak rela setelah mendengar ucapanku. Dia melirik tajam ke arah Rachmat tanda protes. Rachmat bergidik dengan lirikan pacarnya itu.

"Tapi kayaknya si Devi mah udah ketagihan sama Mas Bos.. gimana atuh ya.." Rachmat tampak bingung sepertinya. Kembali dia berada di persimpangan. Kalau dilarang, bisa-bisa di Devi minta putus untuk menjadi selirku.. Duh rugi bandar dong si Rachmat?

"Boleh lagi Mas Bos.. tapi ada syaratnya ya..." ujar Rachmat memelas. Halah, paling masalah duit lagi ini mah..

"Nanti-nanti saya ikutan join tapi ya Mas Bos.." aku tergelak dengan syarat si Rachmat. Ohhh.. ada yang ga pengen diajak kayaknya hahahaha

"Yaudah gampang, gue juga kan nanti fokus sama yang 'minggu depan'.." ujarnya mengkode Rachmat. Dia langsung mengangguk cepat tak ingin hutang nya dibahas sekarang.

"Dev, temenin pacar kamu dulu gih.. akang mau bersih-bersih dulu.." ujarku ke kamar mandi. Dengan cepat Rachmat menghampiri Devi, seakan takut Devi akan menyusulku ke kamar mandi. Terdengan sayup-sayup mereka mengobrol dengan ketus. Wah ada yang berantem nih kayak nya.. ga ikutan ahhh...

Aku pun masuk kamar mandi dan mulai menyabuni selangkanganku yang terasa lengket akibat cairan pertempuran kami tadi..

BRAKK....

Suara pintu depan dibuka paksa dengan keras..

"YA AMPUN RACHMATTTT.. ELING ATUH MATTTT....." suara seorang perempuan begitu melengking hingga terdengar sampai ke dalam kamar mandi.

Suara bentakan terdengar bersahutan di ruang tamu. Ada suara berat khas pria ikutan mengisi bentakan bentakan tadi

Gue kenal nih suara nya.. Pak Kades..

Tapi yang perempuan suara siapa ya? Annisa kah? Wah bisa ramai nih kalo si Rachmat kena gerebek istri nya. Apalagi Devi masih bugil gitu kan...

"HALAH... NGAPAIN SIH KAMU NURUT SAMA SI JAPRAN?" suara meninggi Pak Jaelani terdengar tajam ke kuping ku. Telinga ku langsung panas mendengar ucapannya barusan. Wah.. ada yang tengil nih...

"DASAR JABLAY... IBU UDAH TAU KOK KALO KAMU CUMA MAU NGINCER DUIT NYA SI RACHMAT AJA KAN?" kali ini perempuan tadi sepertinya membentak Devi dengan kasar. Ibu? Ibu nya Rachmat berarti ya? Wahhh.. seru nih kedatangan target selanjutnya..

Buru-buru aku pun membilas badanku. Sengaja aku pelan-pelan supaya mereka tidak mendengar kalau ada aku di kamar mandi. Sepertinya Rachmat dan Devi tidak diberikan kesempatan menjelaskan kalau ada aku di rumah ini.

"MANA EMANG SI JAPRAN? BERANI-BERANI NYA DIA..." belum sempat si tua bangka itu menyelesaikan kalimatnya, aku pun keluar dari kamar mandi.

"Berani kenapa Pak?"

"Ehhh.........."


Bu Kades
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd