Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - SANG PENJAJAH -

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Bab 13
---

POV Author

Seperti sedang digelar hajatan, deretan bangku-bangku plastik berjejeran rapi didepan rumah Zafran. Puluhan orang kini berkumpul memasang muka serius. Walaupun ramai, tidak ada satu pun orang yang berani bergurau maupun mengobrol. Semua tampak tegang mengintip-intip ke dalam rumah.

Bagai menunggu Bupati datang, semua pejabat dan sesepuh yang tersohor di Cicilok telah berkumpul di ruang tamu yang sempit itu.

Pak Kades tampak bolak-balik mengangkat telfon dengan gelisah. Bu Eneng dan Nisa ikut menemani Pak Kades hari itu. Mereka berdua ikut tegang karena Pak Kades mondar mandir tak tenang menunggu kedatangan Zafran.

Disebelah mereka tampak Pak Haji dan Bu Hajah ikut menunggu si empunya rumah pulang. Mereka pun tak kalah gelisah ikut terbawa suasana tegang di dalam ruangan itu.

Selain mereka, ada beberapa orang berseragam yang juga ikut menunggu sang juragan pulang.

“Mas Bos udah sampe mana Pak Kades?” tanya Pak Dadang, Kapolsek yang bertanggung jawab di Desa Cicilok. Dia tak kalah gelisah dari Pak Kades. Atasan beliau, Pak Kapolsek, menelfon langsung menugaskan dia untuk segera menemukan Ika dan Ratna.

“Kalau sampai ga ketemu, saya tugasin kamu jaga lampu merah di Cicilok setiap hari!” ancam Pak Kapolres kepadanya. Jelas Pak Kapolsek panik, wong lampu merah aja ga ada 1 pun di Cicilok. Kalau ga ketemu, apa yang harus dia jaga?

“Kata si Roni sih bentar lagi sampe Pak” jawab Pak Kades cepat. Keringat dingin mengucur dengan deras dari keningnya yang keriput itu. Pak Kades tak berani membayangkan kengerian apa yang akan Zafran tunjukkan di depan mereka.

Si Devi yang baru kenal sehari aja segitu dilindunginnya sama Mas Bos.. apa kabar si Ratna sama si Ika?

Pak Kades bergidik ngeri membayangkan amarah Zafran. Istri nya nampar Devi aja dibuat jadi budak, apalagi Cecep berani-berani nya nyulik gadis nya Mas Bos. Ga tanggung-tanggung, dia nyulik sekaligus dua orang pulakkkk…

“MAS BOS DATANG!” teriak warga yang ada di luar. Seluruh orang berhambur dari dalam rumah untuk menyambut kedatangan Mas Bos. Warga yang berkerumum langsung membuka jalan supaya mobil juragan bisa lewat.

BRAKKK…

Dari pintu penumpang depan, Zafran keluar dari mobil dan langsung membanting pintu dengan kencang. Tanpa ba-bi-bu, Zafran langsung masuk ke dalam rumah.

Semua orang hanya bisa menunduk melihat ujung kaki Zafran yang melangkah cepat masuk ke dalam rumah tanpa mernyapa mereka. Dari dalam mobil, Rachmat dan Roni segera menyusul masuk.

“Pak Kades, Pak Kapolsek, sama Pak Haji boleh masuk..” ucap Roni tanpa sempat berhenti memberi salam kepada sesepuh-sesepuh itu.

Mereka bertiga langsung lari pontang panting segera mengikuti Rachmat dan Roni untuk masuk ke dalam rumah. Rasa penasaran langsung menghinggap ke semua warga yang hadir di situ, tapi tak satu pun yang berani mendekat untuk menguping.

“PANGGIL UJANG!” suara menggelegar Zafran terdengar hingga ke ujung jalan.

Semua warga langsung menoleh ke arah seorang pria kurus berkulit kusam dan gosong yang kini melongo kaget namanya dipanggil oleh sang juragan. Pandangan kasihan langsung terpancar dari warga yang hadir ke arah Ujang. Ujang langsung lari secepat kilat masuk ke dalam rumah.

Ujang, saksi mata satu-satu nya, langsung di interogasi oleh Zafran.

“Pulang dari kebon Bu Hajah kan pasti saya teh lewat rumah nya Mas Bos.. nah pas sore tadi teh ada mobil angkot gitu markir di depan rumah. Penasaran atuh saya. Siapa yang namu ke tempat Mas Bos pake angkot? Eh ga lama gitu tiba-tiba saya liat Teh Ratna sama Teh Ika keluar dari rumah digeret gitu di naikin ke dalem angkot. Terus mereka langsung kabur....” ujar Ujang sambil ketakutan setengah mati.

Semua orang penting di Cicilok sekarang memperhatikan Ujang, sang kuli cangkul, dengan seksama.

Bagai di sidang di depan Mata Najwa. Pandangan mereka semua begitu tajam seakan kalau Ujang salah ngomong sedikit saja, dia bisa direbus hidup-hidup menjadi opor.

Duh Gusti.. Mimpi apa Ujang semalem…

“Kamu sempet foto angkot nya ga Jang?” tanya Pak Haji pada Ujang. Sebagai bos tidak langsung, Pak Haji berusaha membuat Ujang untuk tidak ketakutan saat ini.

“Ujang kan ga punya hape Pak Haji..” ujar Ujang lemah. Zafran mendengus kesal. Semua orang bergidik gelisah.

“Tapi Ujang inget plat nomor nya!” ujar Ujang cepat. Pak Kapolsek langsung meminta Ujang memberikan deskripsi lengkap dari angkot itu.

“Kamu kenal siapa orang nya engga Jang?” tanya Zafran seusai Ujang memberikan informasi pada Pak Kapolsek.

“Ada 1 yang Ujang kayaknya kenal. Maman, anakya Pak Mumun” jawab nya cepat.

“Yang punya warung ciu Jang?” sambar Pak Kapolsek pada jawaban Ujang. Ujang mengangguk.

“Kalo bener itu si Maman. Kayaknya saya tau ini dari deskripsi orang-orang yang Ujang kasih.. Mereka bertiga adalah…” ujar Pak Kapolsek memberi jeda pada jawabannya. Seakan Conan Edogawa mau menyelesaikan kasus, dia bersungut membuat semua orang penasaran.

Brakkk! Zafran menggebrak meja tak sabar.

“SIAP MAS BOS! KETIGA ORANG ITU CECEP, YADI, SAMA ODOY!” Pak Kapolsek langsung berdiri siap siaga sambil berhormat karena kaget digebrak Zafran. Pak Kapolsek salah timing kayaknya nih..

“Cecep…” ucap Zafran menyebutkan nama Cecep sambil menyeringai begitu seram. Semua orang langsung tercekat melihat wajah Zafran yang kini sangat tidak bersahabat.

“Tadi udah di briefing Pak Kapolres?” tanya Zafran pada Pak Kapolsek setelah ia berhasil kembali mengontrol emosi nya.

“Siap udah Mas Bos, seluruh anggota dari Kapolsek di sekitar Cicilok udah nutup akses keluar masuk dari sini. Harusnya mereka ga bisa kabur keluar dari Cicilok Mas Bos..” ujar Pak Kapolsek lantang tak ingin di gebrak lagi.

“Bagus.." jawab Zafran puas.

"Pak Kades tolong suruh seluruh perangkat desa bikin laporan sama Bapak. Minta buat semua pejabat tingkat RT buat ngecek di wilayah mereka ada angkot si Cecep atau engga. Kalo sampe nanti angkot itu ketemu di wilayah mereka tapi mereka ga laporan sama Bapak... Saya pecat semua buruh kebun yang tinggal di RT itu..” perintah Zafran langsung membuat semua orang melongo.

“Siap Mas Bos..” Pak Kades langsung sibuk dengan handphone nya. Dia tahu ancaman Mas Bos bukan isapan jempol.

Tak lama, terdengar ramai suara riuh warga dan suara berisik motor di starter di depan rumah.

Sepertinya banyak ketua RT yang hadir di rumah Zafran. Begitu mendapat pesan dari Pak Kades, mereka langsung kocar-kacir mengabari warga nya terkait perintah sang komandan. Bagai jendral perang, perintah Zafran segera dilaksanakan para prajuritnya.

“Mat, orang kebun suruh lembur semua. Cari di sekitar kebun mereka kalau ada yang mencurigakan. Kalo ada yang…”

“Siap Mas Bos!” tanpa menunggu ancaman Mas Bos keluar, Rachmat dan Roni langsung sibuk menelfon para mandor nya.

Semua orang di Cicilok langsung keluar rumah mencari si Cecep, pembawa malapetaka. Duh si ******, ngapain sih ngerecokin Mas Bos? Mungkin itu cacian dari warga seluruh Cicilok pada Cecep dan ketiga temannya.

Hanya Zafran yang bisa menggerakkan semua penduduk Cicilok untuk urusannya.

“Anu kang.. Saya juga ada orang pengajian.. Saya bantu apa yah?” ujar Pak Haji yang belum kebagian tugas.

“Oh iya.. Hmm.. Bentar..” Zafran terlihat termenung memikirkan sesuatu.

Semua orang mendelisik ke arah Zafran menghentikan sejenak kesibukan mereka. Mereka semua tak ingin terlewat mendengar perintah lanjutan dari sang jendral.

“OH! Ada Pak Haji!ujar Zafran usai mendapatkan perintah yang cocok untuk Pak Haji dan jemaah pengajiannya.

“Apa tuh Kang?” tanya Pak Haji riang karena akhirnya dia kebagian tugas.

“Gali kubur buat empat orang..”
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd