Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - SANG PENJAJAH -

Status
Please reply by conversation.
Chapter 15
---


Ratnasari (Ratna)


POV Author

Sudah jam 8 malam tapi belum ada satu pun kabar baik yang sampai ke telinga Mas Bos.

Dering telfon dan lalu lalang warga begitu riuh seantero Cicilok. Dengan geram dan gelisah, Mas Bos hanya bisa menunggu kabar baik dari Pak Kades maupun Rachmat.

“Sabar ya Mas Bos..” ujar Nisa yang kini duduk disebelahnya. Tangannya yang halus mengelus pelan punggung tangan Mas Bos seraya mencoba menenangkan hati Mas Bos yang sedang kacau balau.

Sudah lewat 3 jam sejak Ika dan Ratna diculik, Mas Bos sudah memperkirakan kondisi yang terburuk yang dialami oleh mereka berdua.

Tahan ya Ika.. Ratna.. Kang Zafran pasti ngejemput kalian..

“Kang..” ujar Nisa lagi karena Mas Bos tidak menyahut.

“Eh iya maaf ya Nis, akang lagi ga konsen..:” ucap Zafran halus, berbeda kalau dia berbicara dengan yang lain.

“Iya gapapa kang.. Mau Nisa buatin teh kang?” tawar Nisa mencoba meluluhkan emosi dan kegundahan Mas Bos.

“Ga usah Nis, akang minum air putih aja. Nisa ga pulang? Istirahat aja atuh udah malem..” ujar Zafran dengan begitu manis pada Nisa. Bu Eneng dan Bu Hajah hanya bisa manyun menonton Zafran bermanis-manisan dengan Nisa.

Ah elah.. Ama yang muda aja si Japran manis-manis.. Yang tua mah daritadi kaga digubris sama sekali..

Zafran akhirnya bisa berbincang lapang dengan Nisa beberapa menit. Lumayan lah, Nisa bisa meneduhkan hati Zafran yang sedang membara.

Hingga..

“MAS BOS! IKA KETEMU!” teriak Pak Kades pada Zafran.

Semua orang yang berkumpul langsung berdiri kaget mendengar kabar dari Pak Kades. Mereka langsung menyiapkan telingga menunggu instruksi dari Zafran.

“Dimana? Gimana kondisi dia Pak?” tanya Zafran dengan tenang. Sepertinya Nisa telah berhasil menjadi obat penawar bagi amarah Zafran. Zafran sudah bisa berfikir dengan jernih dan menimbang segala situasi dengan baik.

“Di ujung desa, arah ke rumah si Devi kesanaan lagi. Dia bisa kabur ngebawa angkot nya si Odoy..” ujar Pak Kades hingga tersengal sakit semangat nya mengabari Mas Bos.

Pak Kades ingin melanjutkan laporan berikutnya tapi tak berani diutarakan secara terbuka di depan orang banyak.Pak Kades lalu langsung menarik tangan Zafran ke arah dapur.

Zafran paham kalau ada yang tidak beres. Dia cuma bisa mengikuti Pak Kades menuntunnya menjauh dari orang-orang dengan perasaan tidak enak.

“Mmm.. gini Mas Bos.. pas tadi Ika ketemu sama warga.... si Ika kondisi nya bugil..” Pak Kades sangat berhati-hati memilih kalimat dan nada bicara pada Zafran.

Zafran menghembuskan nafas panjang seakan sudah tahu apa yang telah terjadi. Melihat Zafran dapat menerima informasi darinya tanpa mengamuk, Pak Kades melanjutkan laporan nya.

“Di tetek sampe rambut Ika ada bekas pejuh Mas Bos.. katanya sih di 'itu' nya juga ada bekasnya juga..” Pak Kades sudah bersiap diri kalau Zafran mengamuk. Zafran sekuat tenaga menahan amarah nya usai mendengar laporan itu.

AWAS KAMU CECEP!!!

“Terus Ika sekarang gimana?” tanya Zafran mengkhawatirkan kondisi Ika. Keselamatan Ika lebih penting daripada memberi makan amarah dan emosi Zafran.

“Udah di rumah nya warga Mas Bos, udah dipakein baju juga. Mau langsung di bawa kesini aja?” tanya Pak Kades menanti instruksi.

“Iya nanti saya atur. Terus kalo Ratna gimana?” setelah mematikan kondisi Ika, sekarang saatnya memastikan kondisi Ratna.

“Ika udah ngasih tau tempatnya Mas Bos, warga udah ada yang berangkat kesana. Masalahnya daerah situ teh terpencil pisan, ga ada yang punya motor Mas Bos..” jawab Pak Kades tak enak hati karena warganya belum berhasil menyelamatkan Ratna.

“Ya udah kita berangkat sekarang” ujar Zafran tak sabar. Sebelum melangkah keluar, Zafran mengambil 2 bilah pisau dapur. Pak Kades bergidik ngeri melihat Zafran menyiapkan pisau.

Ga mau sekalian pake golok atau samurai aja Mas Bos?

Pak Kades mau ngomong gitu tapi gak berani hehehe..

“Pak Haji stand by disini. Ron, anter Bu Kades, Nisa, sama Bu Hajah ke tempat Ika. Saya minta tolong sama kalian buat ngurus si Ika ya..” pinta Zafran pada mereka.

“Siap Mas Bos..” ujar mereka kompak. Mereka langsung berhamburan keluar untuk segera berangkat ke tempat Ika sesuai informasi dari Pak Kades.

“Pak Dadang, personil ada berapa? Bawa senjata semua kan?” tanya Mas Bos pada Pak Kapolsek.

“Siap Mas Bos. Ada 8 orang termasuk saya, semua bawa senjata semua” jawabnya agak tahu menebak arah pertanyaan Mas Bos.

“Yaudah siap-siap kita berangkat, peluru nya jangan lupa diisi semua” ujarnya penuh arti.

“SIAP” jawab Pak Dadang dan anggotanya kompak. Mereka segera bersiap ke mobil patroli masing-masing.

“Pak Kades, Rachmat, sama Ujang ikut saya. Kita kesana pake mobil saya. Yang lain ga perlu ikut, tunggu di rumah” Zafran mengkoordinir semua nya. Tak ada yang protes dan berani tanya kenapa kalau mereka tidak boleh ikut.

12 orang menuju tempat pembantaian…


--------


Semua ikatan tali Ratna sudah terlepas. Bukannya lega, kondisi Ratna kini makin menyedihkan.

“Maneh kan pasti yang nyuruh si Ika pergi? PLAKKK….” bentak dan tampar dari Odoy yang amat emosi kembali mengarah ke pipi Ratna. Pipi Ratna sudah membiru karena tertampar berkali kali oleh mereka.

“Jawab maneh…” sambil setengah mabuk, Maman mengguyur Ratna dengan air putih. Sisa muntah dan cairan-cairan lain yang tidak mengenakkan aroma nya itu lumayan bersih tersiram dari tubuh Ratna. Di tengah dinginnya malam, tubuh Ratna kini basah akibar guyuran Maman.

Badan Ratna mulai menggigil kedinginan.

“Jangan pake aer putih Man, pake ciu aja biar abok kaya kita hihihi” ujar Yadi yang masih tengleng.

Maman langsung mengambil botol plastik AQUA 1.5 liter yang masih penuh dengan ciu. Ternyata masih ada 1 plastik kresek berisikan beberapa botol ciu lagi yang belum dibuka daritadi.

Ratna melotot melihat Maman berjalan kembali ke arahnya. Tangan Maman dengan kasar mencengkram pipi Ratna sehingga mulutnya terbuka.

“Glekkk.. Glekkk.. Glekkk… huakkkk….” hingga tersedak, Maman menuangkan ciu itu ke dalam mulut Ratna. Wajah Ratna yang memerah karena ditampar malah makin memerah lagi akibat ciu yang ia tenggak.

“Terusin ampe abis Man!” ujar Cecep beringas kepada istri nya ini. Dia kesal karena dia belum puas mengentot Ika tapi Ika sudah berhasil kabur.

“Huekkkk….” Ratna memuntahkan banyak cairan bening ciu itu ke tubuhnya. Tubuhnya kini telah basah oleh bermacam cairan menjadi satu.

Maman dan Odoy terlihat tersenyum puas melihat Ratna yang mulai oleng karena alkohol yang mengalir dalam tubuhnya.

“Pokoknya harus kita entot sampe pagi nih Man..” bisik Odoy kepada Maman yang terkekeh melihat Ratna bersimpuh tanpa sehelai benang pun.

Tubuhnya yang seksi kini dikelilingi 4 orang pria brengsek dengan penis yang mulai mengacung akibat sange memperlakukan Ratna sedemikian hina.

Cecep yang masih belum puas menyiksa istri nya itu kemudian mengambil tambang yang tadi mengikat tangan Ratna.

“Pegangin tangannya..” Maman dan Odoy langsung menangkap tangan Ratna hingga membuka lebar.

Akibatnya, dada Ratna makin membusung membuat teteknya yang bulat besar itu terpampang bebas. Ratna sudah tahu apa yang akan dilakukan suami nya yang sinting itu. Dia sudah terpejam sambil menggigit bibirnya menunggu pecutan tambang itu ke tetek nya.

Benar saja..




PLAAAASHHHHHHH…..

Suara pecutan tambang itu terdengar nyaring menyambar tetek indah Ratna. Ratna langsung melolong kesakitan dan kelojotan akibat rasa nyeri akibat pecutan itu.

“Siapa suruh lo nyerein gue heh lonte!” hina Cecep pada Ratna.

PLAAAASHHHHHHH…..

“Ngewe sama siapa maneh heh lonte? Wani-wanian (berani-berani nya) ngelawan urang..”

PLAAAASHHHHHHH…..

“AMPUNGHHHHHH….” Ratna sudah mengejang sakit tak kuat nya menahan sakit di toket nya. Tetek Ratna kini sudah berwarna-warni. Ada merah dan biru akibat cupangan dan pecutan. Darah segar merembes dari luka-luka sabetan barusan.

“Udah Cep, nanti dia pingsan” tahan Odoy pada Cecep. Cecep paham kalau Odoy sudah tak sabar menyetubuhi istri nya ini. Ga seru pasti kalau Ratna pingsan. Cecep pun menyudahi pecutan nya pada tetek Ratna.

“Gue mau bool nya” ujar Cecep. Belum pernah dia berhasil menyicip lubang pantat Ratna. Ratna sedikit lega kalau lubang pantatnya bukan diisi oleh kontol besar milik Odoy.

“Gue memek nya atuh gantian Doy” pinta Maman karena tadi dapet sisaan Odoy. Odoy mendengus kesal karena tidak dapat jatah 2 lobang yang dia incar tadi.

“Yaudah gue sodok mulutnya ampe dower ya Cep hahaha” ujar Odoy mau tak mau.

"Maneh gimana Yad?" tanya Cecep pada Yadi yang belum join mereka bertiga.

"Ah aing nanti aja lah. Ga tega sama si Ratna.." ujar Yadi sok suci. Dia memilih duduk kembali di lantai menenggak ciu sambil menonton teman-temannya menggagahi Ratna.

"Sok ga tega maneh Yad. Tadi yang nyekek hampir bikin si Ratna maot siapa heh?" dengus Odoy sebal.

"Udah lah biarin. Aing udah ga sabar.." ujar Maman tak sabar.

Ratna sudah pasrah dengan apa yang akan mereka lakukan. Dipikirannya kini hanya tersisa harapan kalau Kang Zafran akan segera menolong nya.

Lagipula, efek alkohol sudah menguasai tubuh Ratna. Perih dan sakit di badannya sudah mulai berkurang akibat kesadaran Ratna semakin menghilang.

Mereka bertiga langsung mengatur posisi. Tubuh Ratna dibolak balik kesana kemari mengikuti kemauan mereka. Hingga semua nya sudah oke..




SLEBBB.. SLEBBBB… SLEBBB….

3 batang kontol langsung disodok ke dalam lubang-lubang cinta milik Ratna. Meskipun sudah setengah sadar, Ratna langsung melotot menahan sensasi sakit dan perih di sekujur tubuhnya lagi.

Memeknya yang sudah kering lagi tiba-tiba disodok oleh kontol Maman. Meskipun tidak besar, tetap saja kulit kontolnya membuat lecet dinding vagina Ratna.

Kontol Odoy yang langsung menyodok dengan kencang juga membuat langit-langit mulut hingga pangkal kerongkongannya nyeri. Belum lagi kelereng itu membuat bibir Ratna tersangkut-sangkut ketika Odoy menyodokkan kontolnya dengan kasar ke dalam mulut Ratna.

Terakhir, kontol Cecep disodok paksa menyeruak lubang pantat Ratna yang masih menjepit sempit. Dari mulut hingga dinding anusnya terasa panas akibat lubang itu masih begitu kering.

Keringat dingin langsung mengucur dari tubuh Ratna akibat nyeri diselangkangan dan mulutnya.

“NNNGGGHHHH…” Ratna hanya bisa merintih ketika Maman dengan gemas meremas kuat tetek Ratna yang terluka itu. Rasa perih dan sakit ikut menyambar bagian dada Ratna.

Ratna sudah tak tahan dengan deraan derita yang ia terima. Meskipun ia menyukai dikasari oleh Zafran, rasa sakit yang ia terima saat ini tak bisa terperikan.

Meskipun alkohol sudah bercampur di dalam darahnya, rasa sakit ini tetap saja tak berkurang dirasakan Ratna. Lama kelamaan, kesadaran Ratna mulai menghilang. Ketiga kontol itu masih dengan buasnya menyodok ke lubang-lubang milik Ratna seakan ingin mengoyak dan merobeknya.

Kang Zafran.. Ratna udah ga kuat…

BRAKKKKKK….

Belum sempat kesadarannya hilang, pintu depan rumah ditendang dengan keras.

"ANGKAT TANGAN!" ujar Pak Dadang menyeruak masuk ke dalam rumah bersama 3 orang anggota nya. Diluar, 4 orang anggota polisi sudah mengepung rumah reyot ini.

Mereka berempat langsung terloncat kaget akibat serbuan tiba-tiba ini.

DORRRRRR

Belum sempat kekagetan mereka usai, tiba-tiba suara letusan senjata api memekakkan telinga mereka.

"YADDDD!!!!!" teriak Maman histeris masih tertiban tubuh Rarna yang tak berdaya. Cecep dan Odoy sudah mundur beberapa langkah dari tubuh Ratna karena kaget.

Yadi terkulai lemas dengan masih memegang gelas plastik berisi ciu. Matanya melotot lebar. Tepat ditengah dahi nya, sebuah lubang menembus kepala Yadi hingga ke tembus ke belakang. Muncratan darah dan cairah kuning tercecer di tembok rumah.

Brakk... tubuh Yadi kaku ambruk ke lantai. Genangan darah disekitar kepala Yadi langsung membuat semua orang di ruangan ini syok.

Yadi mati.

Bahkan semua anggota kepolisian pun sama kagetnya.

Seorang pemuda melangkah maju ke depan melewati barikade Pak Dadang. Sepucuk pistol yang tadi Zafran pinjam sebelum berangkat masih tergenggam di tangannya.

"ANJING! APA-APAAN INI PAK? KITA GA NGELAWAN KENAPA KITA DI TEMBAK?" maki Odoy pada Pak Dadang.

Odoy memang residivis kambuhan. Dari judi, begal, hingga narkoba sudah menjadi bagian dari daftar hitam kasus kriminal nya. Jelas dia sudah hapal prosedur pihak berwajib. Selama tidak melawan, pasti tersangka tidak ditembak.

"Cepat menyerah kalau tidak mau ada korban jiwa lagi!" jawab Pak Dadang cepat. Khawatir Zafran kembali meletuskan pistol itu ke kepala mereka.

Dari akurasi tembakan Zafran yang sangat presisi, Pak Dadang tahu kalau Zafran memang sudah terlatih sejak kecil memegang senjata api. Pasti tidak sulit membunuh mereka semua dalam jarak sedekat ini.

"Doy.." ujar Maman ketakukan dan bingung. Ratna masih terkulai di atas tubuhnya. Jelas dia yang paling khawatir kalau nanti dikira dia tidak kooperatif.

Menyadari kalau mereka bisa menjadikan Ratna sebagai sandera, Odoy langsung kembali mendekat ke arah tubuh Ratna untuk menjadikannya tameng hidup.

"JANGAN MENDEKAT! KALAU TIDAK SI RATNA BAKAL ARRRRGHHHHHHH...." Odoy ambruk ke lantai. Tempurung lutut kanan nya sudah bolong tertembus peluru yang ditembakkan Zafran.

"Ini ini ampunn..." Cecep yang sudah ketakutan setengah mati langsung menarik tubuh Ratna dari atas tubuh Maman dan di dorong ke arah Zafran. Rachmat dan Ujang yang daritadi menunggu momen ini langsung cepat menarik Ratna keluar ruangan.

"Bagus..." ucap Zafran menyeringai beringas sambil menyarungkan pistol itu kembali. Maman dan Cecep langsung menghela nafas ketika pemuda itu sudah tak lagi mengacungkan senjata yang dipakai nya untuk membunuh Yadi dan melubangi lutut Odoy.

"Kita udah nyerah.. kita siap masuk penjara.. ampunnn..." Maman sudah bersujud ke arah pintu untuk memohon ampun. Cecep sudah mengangkat tangannya ke belakang kepala tanda menyerah. Mereka berdua sudah ketakutan setengah mati kalau mereka harus mati seperti Yadi.

Odoy terlihat begitu benci dan emosi kepada Zafran. Andai saja dia tidak pincang, pasti Odoy sudah berlari menerkam Zafran.

Klontang..

Zafran melemparkan 2 buah pisau dapur yang dia bawa tadi. Semua orang diruangan langsung memandang bingung.

"Kamu. Kamu. Ambil" titah Zafran menunjuk ke arah Cecep dan Maman. Zafran tak perlu kenal nama mereka. Toh ujung nya mereka bakal jadi mayat.

Dengan tangan yang bergetar Cecep dan Zafran mengambil pisau dapur yang tergeletak di depan mereka. Mereka berdua langsung saling tatap karena bingung kenapa mereka diberikan pisau ini.

"Kalian ga mau ditembak kayak dia kan?" tunjuk Zafran ke Yadi yang kini tubuhnya sudah kaku bersimbah darah. Mengenaskan. Dengan cepat Cecep dan Maman menggeleng ketakutan.

"Kalian bakal selamat kalau.." Zafran memberikan jeda pada ucapannya.

Mereka bertiga langsung tercekat tak sabar menunggu apa yang Zafran inginkan. Para anggota polisi yang sudah di brief dengan rencana pembalasan dendam Zafran hanya dapat menelan ludah.

Jangan main-main sama Kang Zafran...

"Kalau orang ini mati.." tunjuk nya pada Odoy. Cecep dan Maman makin bingung dengan skenario ini. Mereka harus membunuh teman mereka sendiri?

"APA APAAN INI PAK DADANG? KALIAN UDAH MENYALAHI SOP INI! SAYA BAKAL LAPORIN KALIAN KE PROPAM!" protes Odoy keras pada Pak Dadang. Pak Dadang sama sekali tidak menggubris Odoy. Siapa suruh kalian mengusik orang ini? Silahkan terima akibatnya doy..

Maman dan Cecep sama-sama ragu atas perintah Zafran. Meskipun mereka kriminal. Tak sekalipun mereka pernah membunuh orang. Apalagi sahabat mereka sendiri.

Zafran mengangkat tangan nya sebagai pertanda.

DORR.. DORR..

"ARRGHHHHHH...." Maman dan Cecep langsung teriak dengan kencang ketika peluru panas menembus paha kiri mereka. Letupan pistol dari 2 anak buah Pak Dadang memang sengaja di arahkan ke paha Maman dan Cecep supaya mereka tahu kalau yang diucapkan Zafran tidak main-main.

"Kurang?" tanya Zafran begitu dingin pada mereka. Seakan tidak ada rasa bersalah di tatapan mata Zafran kepada para begundal ini. Mereka berdua bergidik ngeri kepada Zafran.

Mereka sudah mengerti kalau pemuda ini tidak main-main. Nyawa mereka yang dijadikan taruhan kalau tidak menurut. Mereka berdua bertatapan dan mengangguk pelan.

Maafin urang doy...

"Eling Man! Eling Cep!" pekik Odoy pada Maman dan Cecep yang tertatih maju ke arah Odoy.

Odoy yang tak bisa berdiri karena tulang lutut nya hancur karena tembakan Zafran tadi kini hanya bisa bersiap menerima serangan dari kedua sahabatnya ini.

Sreeettt.... tebasan Maman mengarah ke leher Odoy langsung ditangkis tangannya. Darah segar mengucur dari lengan Odoy yang tersabet pisau itu.

Jlebbbb.... sibuk menangkis serangan Maman, Cecep dengan cepat menusukkan pisau yang ia genggam ke perut Odoy.

"Aahhhhkkk...." pekik Odoy ketika pisau Cecep menancap perut nya. Odoy langsung berusaha sekuat tenaga menangkap tangan Cecep mencegah Cecep mengoyak isi perutnya.

"Hoookkkkkhhhh..." Odoy makin kepayahan ketika Maman menyabet lagi ke arah leher nya yang kini terpampang bebas tanpa pertahanan. Tubuh Odoy yang gempal dan gelap langsung memerah akibat darah yang mengalir dari leher dan perut nya.

"Ampunhhh..." erangan terakhir Odoy ketika dia sudah tak ada tenaga lagi untuk menangkis serangan kedua sahabat.

Slebbb... srett.... slebbb.... srettt...

Tebasan dan tusukan berkali-kali menghujam tubuh Odoy hingga tergeletak bersimbah darah.

"Hkkkkkk...." Odoy bergetar ketika darah segar muncrat dengan derah dari leher nya yang sudah ditebas berkali kali oleh Maman.

Odoy mati.

Melihat sahabatnya mati. Maman dan Cecep langsung menoleh ke arah Zafran memohon ampun dan menagih janji untuk tak membunuh mereka.

DORRR... DORRR....


Letusan senjata api kembali memekakkan telinga.

Maman dan Cecep tak menyangka kalau perut mereka sudah tertembus peluru usai menuntaskan tugas dari Zafran. Mereka mengerang keras sambil memberikan raut muka protes kepada Zafran.

"Kebetulan di luar cuman ada 1 ambulan..." ucap Zafran pada mereka berdua.

1 ambulan. 2 orang sekarat.

Maman dan Cecep saling bertatapan. Mereka mengerti maksud Zafran. Hanya ada 1 orang yang bisa diselamatkan!

"AAAAKKKKKKHHHHH..." Maman terkejut ketika Cecep langsung menghujamkan pisau ke perutnya dengan cepat.

Grekkk..

Cecep mengoyak isi perut Maman dengan pisau itu. Maman melotot tak percaya kalau dia dibunuh oleh pengkhianatan sahabat nya seperti ini.

"Ceeep..." belum sempat mengucapkan kata-kata terakhirnya, Maman sudah mengejang meregangkan nyawa.

Maman mati.

AAAAAAAAAAKKKKKHHHHH...

Sisa Cecep yang histeris ketika kembali sadar kalau semua sahabat nya sudah bersimbah darah dan tergeletak tak bernyawa.

"Nama kamu siapa?" tanya Zafran. Wajah Zafran sudah tidak seberingas tadi. Zafran bahkan tersenyum manis pada Cecep.

"Cecep Pak.." saking takutnya pada Zafran, dia bakan memanggil sebutan Bapak pada Zafran yang jelas terlihat jauh lebih muda dari Cecep.

Oh.. ini dia biang masalah..

Zafran mengangguk-ngangguk.

"Kamu kenal saya?" tanya Zafran. Cecep menggeleng.

"Saya yang ngelindungin Ika sama Ratna. Ratna cerai dari kamu itu saya yang suruh.." ujar Zafran membuat tubuh Cecep bergetar. Tak pernah terpikirkan oleh isi kepala nya yang bodoh itu kalau Ika dan Ratna dilindungi oleh yang sebahaya ini.

"Kalo Ratna mau sama Bapak, saya janji ga bakal ngeganggu Ratna sama ngeganggu Bapak lagi... Ampun Pak..." ujar Cecep histeris sambil bersujud ke arah Zafran.

Tangannya masih memegangi perutnya yang tertembak tadi. Cecep benar-benar menyesal dan memohon ampun pada Zafran.

Kalau katau Dian Sastro di AADC..

Basi..

Ratna sama Ika nya udah habis diperkosa...


"Kamu pikir saya bakal maafin kamu setelah apa yang kamu lakuin sama Ratna dan Ika?" tanya Zafran sinis.

Cecep sadar kesempatan hidup nya sudah kecil sekali berhadapan dengan Zafran. Tapi siapa sih yang pengen mati?

"Saya ngaku salah Pak.. saya mohon buat ngebiarin saya hidup.. ampunin saya.. saya bakal ngelakuin apa aja yang Bapak minta..." dengan nafas yang sudah tersengal, Cecep tetap gigih memohon ampun. Sepertinya sudah banyak darah yang mengucur hingga kini Cecep sudah sekarat.

"Yakin kamu?" ujar Zafran meremehkan.

"Iya pak.. ampunnnn...." ujar Cecep mengiba.

Rachmat dan Ujang sudah pergi di antar mobil polisi untuk segera membawa Ratna ke rumah sakit. Tersisa Pak Dadang serta 5 orang anggota nya serta Pak Kades sebagai saksi kekejaman Zafran. Mereka pasti tidak akan pernah hari ini seumur hidup mereka.

Jangan macam-macam dengan Zafran kalau tidak mau menderita..

"Potong titit kamu!"

Bagai geledek di siang bolong. Semua orang seakan tersambar mendengar ucapan Zafran. Seakan tidak cukup membuat Cecep sekarat, sekarang Zafran bahkan meminta Cecep memutilasi kemaluannya sendiri.

Gila!

"Tapi Pak.." Cecep masih tak percaya dengan apa yang dia dengar.

Belum sempat Cecep memohon ampun, Zafran sudah berbalik badan meninggalkan Cecep yang sedang sekarat.

Cecep makin putus asa melihat Zafran meninggalkan dirinya.

Aing ga boleh mati disini!

"AAAAAKKKKKHHHHHHH...." sekali tebas, penis Cecep putus oleh tangannya sendiri. Berharap Zafran menepati janji nya, Cecep langsung mengejang menahan sakit hingga pingsan. Selangkangan Cecep langsung memerah akibat kucuran darah nya.

Ruangan reyot yang lembab ini berubah berbau anyir dari darah ke empat orang itu.

Para polisi hingga Pak Kades sampai mual dengan adegan yang terjadi barusan.

Yadi, Odoy, dan Maman sudah terbujur kaku tak bernyawa. Cecep masih bernafas tapi ajalnya sudah semakin mendekat.

"Mas Bos, si Cecep mau diselametin apa gimana?" tanya Pak Dadang tak tega melihat Cecep sekarat.

"Emang kita ada ambulan?" tanya Zafran dingin.

Oh iya.. mereka datang tidak membawa ambulan.. Ratna saja sampai di bawa menggunakan mobil polisi..

"Berarti daritadi emang Mas Bos sengaja nyuruh si Cecep bunuh diri sendiri?" Pak Dadang tak habis pikir dengan rencana Zafran. Gila.. psikopat..

"Hahaha.. lagian kalo Cecep selamet.. kasihan Pak Haji udah ngegali kubur 4 orang tapi mayat nya cuma tiga Pak.." ujar Zafran sambil tertawa keluar dari ruangan. Pak Dadang menoleh dan melihat dengan iba ke arah Cecep yang naas sudah mengejang beberapa detik hingga akhirnya terbujur kaku.

Cecep.

Mati.
 
Chapter 15
---


Ratnasari (Ratna)


POV Author

Sudah jam 8 malam tapi belum ada satu pun kabar baik yang sampai ke telinga Mas Bos.

Dering telfon dan lalu lalang warga begitu riuh seantero Cicilok. Dengan geram dan gelisah, Mas Bos hanya bisa menunggu kabar baik dari Pak Kades maupun Rachmat.

“Sabar ya Mas Bos..” ujar Nisa yang kini duduk disebelahnya. Tangannya yang halus mengelus pelan punggung tangan Mas Bos seraya mencoba menenangkan hati Mas Bos yang sedang kacau balau.

Sudah lewat 3 jam sejak Ika dan Ratna diculik, Mas Bos sudah memperkirakan kondisi yang terburuk yang dialami oleh mereka berdua.

Tahan ya Ika.. Ratna.. Kang Zafran pasti ngejemput kalian..

“Kang..” ujar Nisa lagi karena Mas Bos tidak menyahut.

“Eh iya maaf ya Nis, akang lagi ga konsen..:” ucap Zafran halus, berbeda kalau dia berbicara dengan yang lain.

“Iya gapapa kang.. Mau Nisa buatin teh kang?” tawar Nisa mencoba meluluhkan emosi dan kegundahan Mas Bos.

“Ga usah Nis, akang minum air putih aja. Nisa ga pulang? Istirahat aja atuh udah malem..” ujar Zafran dengan begitu manis pada Nisa. Bu Eneng dan Bu Hajah hanya bisa manyun menonton Zafran bermanis-manisan dengan Nisa.

Ah elah.. Ama yang muda aja si Japran manis-manis.. Yang tua mah daritadi kaga digubris sama sekali..

Zafran akhirnya bisa berbincang lapang dengan Nisa beberapa menit. Lumayan lah, Nisa bisa meneduhkan hati Zafran yang sedang membara.

Hingga..

“MAS BOS! IKA KETEMU!” teriak Pak Kades pada Zafran.

Semua orang yang berkumpul langsung berdiri kaget mendengar kabar dari Pak Kades. Mereka langsung menyiapkan telingga menunggu instruksi dari Zafran.

“Dimana? Gimana kondisi dia Pak?” tanya Zafran dengan tenang. Sepertinya Nisa telah berhasil menjadi obat penawar bagi amarah Zafran. Zafran sudah bisa berfikir dengan jernih dan menimbang segala situasi dengan baik.

“Di ujung desa, arah ke rumah si Devi kesanaan lagi. Dia bisa kabur ngebawa angkot nya si Odoy..” ujar Pak Kades hingga tersengal sakit semangat nya mengabari Mas Bos.

Pak Kades ingin melanjutkan laporan berikutnya tapi tak berani diutarakan secara terbuka di depan orang banyak.Pak Kades lalu langsung menarik tangan Zafran ke arah dapur.

Zafran paham kalau ada yang tidak beres. Dia cuma bisa mengikuti Pak Kades menuntunnya menjauh dari orang-orang dengan perasaan tidak enak.

“Mmm.. gini Mas Bos.. pas tadi Ika ketemu sama warga.... si Ika kondisi nya bugil..” Pak Kades sangat berhati-hati memilih kalimat dan nada bicara pada Zafran.

Zafran menghembuskan nafas panjang seakan sudah tahu apa yang telah terjadi. Melihat Zafran dapat menerima informasi darinya tanpa mengamuk, Pak Kades melanjutkan laporan nya.

“Di tetek sampe rambut Ika ada bekas pejuh Mas Bos.. katanya sih di 'itu' nya juga ada bekasnya juga..” Pak Kades sudah bersiap diri kalau Zafran mengamuk. Zafran sekuat tenaga menahan amarah nya usai mendengar laporan itu.

AWAS KAMU CECEP!!!

“Terus Ika sekarang gimana?” tanya Zafran mengkhawatirkan kondisi Ika. Keselamatan Ika lebih penting daripada memberi makan amarah dan emosi Zafran.

“Udah di rumah nya warga Mas Bos, udah dipakein baju juga. Mau langsung di bawa kesini aja?” tanya Pak Kades menanti instruksi.

“Iya nanti saya atur. Terus kalo Ratna gimana?” setelah mematikan kondisi Ika, sekarang saatnya memastikan kondisi Ratna.

“Ika udah ngasih tau tempatnya Mas Bos, warga udah ada yang berangkat kesana. Masalahnya daerah situ teh terpencil pisan, ga ada yang punya motor Mas Bos..” jawab Pak Kades tak enak hati karena warganya belum berhasil menyelamatkan Ratna.

“Ya udah kita berangkat sekarang” ujar Zafran tak sabar. Sebelum melangkah keluar, Zafran mengambil 2 bilah pisau dapur. Pak Kades bergidik ngeri melihat Zafran menyiapkan pisau.

Ga mau sekalian pake golok atau samurai aja Mas Bos?

Pak Kades mau ngomong gitu tapi gak berani hehehe..

“Pak Haji stand by disini. Ron, anter Bu Kades, Nisa, sama Bu Hajah ke tempat Ika. Saya minta tolong sama kalian buat ngurus si Ika ya..” pinta Zafran pada mereka.

“Siap Mas Bos..” ujar mereka kompak. Mereka langsung berhamburan keluar untuk segera berangkat ke tempat Ika sesuai informasi dari Pak Kades.

“Pak Dadang, personil ada berapa? Bawa senjata semua kan?” tanya Mas Bos pada Pak Kapolsek.

“Siap Mas Bos. Ada 8 orang termasuk saya, semua bawa senjata semua” jawabnya agak tahu menebak arah pertanyaan Mas Bos.

“Yaudah siap-siap kita berangkat, peluru nya jangan lupa diisi semua” ujarnya penuh arti.

“SIAP” jawab Pak Dadang dan anggotanya kompak. Mereka segera bersiap ke mobil patroli masing-masing.

“Pak Kades, Rachmat, sama Ujang ikut saya. Kita kesana pake mobil saya. Yang lain ga perlu ikut, tunggu di rumah” Zafran mengkoordinir semua nya. Tak ada yang protes dan berani tanya kenapa kalau mereka tidak boleh ikut.

12 orang menuju tempat pembantaian…


--------


Semua ikatan tali Ratna sudah terlepas. Bukannya lega, kondisi Ratna kini makin menyedihkan.

“Maneh kan pasti yang nyuruh si Ika pergi? PLAKKK….” bentak dan tampar dari Odoy yang amat emosi kembali mengarah ke pipi Ratna. Pipi Ratna sudah membiru karena tertampar berkali kali oleh mereka.

“Jawab maneh…” sambil setengah mabuk, Maman mengguyur Ratna dengan air putih. Sisa muntah dan cairan-cairan lain yang tidak mengenakkan aroma nya itu lumayan bersih tersiram dari tubuh Ratna. Di tengah dinginnya malam, tubuh Ratna kini basah akibar guyuran Maman.

Badan Ratna mulai menggigil kedinginan.

“Jangan pake aer putih Man, pake ciu aja biar abok kaya kita hihihi” ujar Yadi yang masih tengleng.

Maman langsung mengambil botol plastik AQUA 1.5 liter yang masih penuh dengan ciu. Ternyata masih ada 1 plastik kresek berisikan beberapa botol ciu lagi yang belum dibuka daritadi.

Ratna melotot melihat Maman berjalan kembali ke arahnya. Tangan Maman dengan kasar mencengkram pipi Ratna sehingga mulutnya terbuka.

“Glekkk.. Glekkk.. Glekkk… huakkkk….” hingga tersedak, Maman menuangkan ciu itu ke dalam mulut Ratna. Wajah Ratna yang memerah karena ditampar malah makin memerah lagi akibat ciu yang ia tenggak.

“Terusin ampe abis Man!” ujar Cecep beringas kepada istri nya ini. Dia kesal karena dia belum puas mengentot Ika tapi Ika sudah berhasil kabur.

“Huekkkk….” Ratna memuntahkan banyak cairan bening ciu itu ke tubuhnya. Tubuhnya kini telah basah oleh bermacam cairan menjadi satu.

Maman dan Odoy terlihat tersenyum puas melihat Ratna yang mulai oleng karena alkohol yang mengalir dalam tubuhnya.

“Pokoknya harus kita entot sampe pagi nih Man..” bisik Odoy kepada Maman yang terkekeh melihat Ratna bersimpuh tanpa sehelai benang pun.

Tubuhnya yang seksi kini dikelilingi 4 orang pria brengsek dengan penis yang mulai mengacung akibat sange memperlakukan Ratna sedemikian hina.

Cecep yang masih belum puas menyiksa istri nya itu kemudian mengambil tambang yang tadi mengikat tangan Ratna.

“Pegangin tangannya..” Maman dan Odoy langsung menangkap tangan Ratna hingga membuka lebar.

Akibatnya, dada Ratna makin membusung membuat teteknya yang bulat besar itu terpampang bebas. Ratna sudah tahu apa yang akan dilakukan suami nya yang sinting itu. Dia sudah terpejam sambil menggigit bibirnya menunggu pecutan tambang itu ke tetek nya.

Benar saja..




PLAAAASHHHHHHH…..

Suara pecutan tambang itu terdengar nyaring menyambar tetek indah Ratna. Ratna langsung melolong kesakitan dan kelojotan akibat rasa nyeri akibat pecutan itu.

“Siapa suruh lo nyerein gue heh lonte!” hina Cecep pada Ratna.

PLAAAASHHHHHHH…..

“Ngewe sama siapa maneh heh lonte? Wani-wanian (berani-berani nya) ngelawan urang..”

PLAAAASHHHHHHH…..

“AMPUNGHHHHHH….” Ratna sudah mengejang sakit tak kuat nya menahan sakit di toket nya. Tetek Ratna kini sudah berwarna-warni. Ada merah dan biru akibat cupangan dan pecutan. Darah segar merembes dari luka-luka sabetan barusan.

“Udah Cep, nanti dia pingsan” tahan Odoy pada Cecep. Cecep paham kalau Odoy sudah tak sabar menyetubuhi istri nya ini. Ga seru pasti kalau Ratna pingsan. Cecep pun menyudahi pecutan nya pada tetek Ratna.

“Gue mau bool nya” ujar Cecep. Belum pernah dia berhasil menyicip lubang pantat Ratna. Ratna sedikit lega kalau lubang pantatnya bukan diisi oleh kontol besar milik Odoy.

“Gue memek nya atuh gantian Doy” pinta Maman karena tadi dapet sisaan Odoy. Odoy mendengus kesal karena tidak dapat jatah 2 lobang yang dia incar tadi.

“Yaudah gue sodok mulutnya ampe dower ya Cep hahaha” ujar Odoy mau tak mau.

"Maneh gimana Yad?" tanya Cecep pada Yadi yang belum join mereka bertiga.

"Ah aing nanti aja lah. Ga tega sama si Ratna.." ujar Yadi sok suci. Dia memilih duduk kembali di lantai menenggak ciu sambil menonton teman-temannya menggagahi Ratna.

"Sok ga tega maneh Yad. Tadi yang nyekek hampir bikin si Ratna maot siapa heh?" dengus Odoy sebal.

"Udah lah biarin. Aing udah ga sabar.." ujar Maman tak sabar.

Ratna sudah pasrah dengan apa yang akan mereka lakukan. Dipikirannya kini hanya tersisa harapan kalau Kang Zafran akan segera menolong nya.

Lagipula, efek alkohol sudah menguasai tubuh Ratna. Perih dan sakit di badannya sudah mulai berkurang akibat kesadaran Ratna semakin menghilang.

Mereka bertiga langsung mengatur posisi. Tubuh Ratna dibolak balik kesana kemari mengikuti kemauan mereka. Hingga semua nya sudah oke..




SLEBBB.. SLEBBBB… SLEBBB….

3 batang kontol langsung disodok ke dalam lubang-lubang cinta milik Ratna. Meskipun sudah setengah sadar, Ratna langsung melotot menahan sensasi sakit dan perih di sekujur tubuhnya lagi.

Memeknya yang sudah kering lagi tiba-tiba disodok oleh kontol Maman. Meskipun tidak besar, tetap saja kulit kontolnya membuat lecet dinding vagina Ratna.

Kontol Odoy yang langsung menyodok dengan kencang juga membuat langit-langit mulut hingga pangkal kerongkongannya nyeri. Belum lagi kelereng itu membuat bibir Ratna tersangkut-sangkut ketika Odoy menyodokkan kontolnya dengan kasar ke dalam mulut Ratna.

Terakhir, kontol Cecep disodok paksa menyeruak lubang pantat Ratna yang masih menjepit sempit. Dari mulut hingga dinding anusnya terasa panas akibat lubang itu masih begitu kering.

Keringat dingin langsung mengucur dari tubuh Ratna akibat nyeri diselangkangan dan mulutnya.

“NNNGGGHHHH…” Ratna hanya bisa merintih ketika Maman dengan gemas meremas kuat tetek Ratna yang terluka itu. Rasa perih dan sakit ikut menyambar bagian dada Ratna.

Ratna sudah tak tahan dengan deraan derita yang ia terima. Meskipun ia menyukai dikasari oleh Zafran, rasa sakit yang ia terima saat ini tak bisa terperikan.

Meskipun alkohol sudah bercampur di dalam darahnya, rasa sakit ini tetap saja tak berkurang dirasakan Ratna. Lama kelamaan, kesadaran Ratna mulai menghilang. Ketiga kontol itu masih dengan buasnya menyodok ke lubang-lubang milik Ratna seakan ingin mengoyak dan merobeknya.

Kang Zafran.. Ratna udah ga kuat…

BRAKKKKKK….

Belum sempat kesadarannya hilang, pintu depan rumah ditendang dengan keras.

"ANGKAT TANGAN!" ujar Pak Dadang menyeruak masuk ke dalam rumah bersama 3 orang anggota nya. Diluar, 4 orang anggota polisi sudah mengepung rumah reyot ini.

Mereka berempat langsung terloncat kaget akibat serbuan tiba-tiba ini.

DORRRRRR

Belum sempat kekagetan mereka usai, tiba-tiba suara letusan senjata api memekakkan telinga mereka.

"YADDDD!!!!!" teriak Maman histeris masih tertiban tubuh Rarna yang tak berdaya. Cecep dan Odoy sudah mundur beberapa langkah dari tubuh Ratna karena kaget.

Yadi terkulai lemas dengan masih memegang gelas plastik berisi ciu. Matanya melotot lebar. Tepat ditengah dahi nya, sebuah lubang menembus kepala Yadi hingga ke tembus ke belakang. Muncratan darah dan cairah kuning tercecer di tembok rumah.

Brakk... tubuh Yadi kaku ambruk ke lantai. Genangan darah disekitar kepala Yadi langsung membuat semua orang di ruangan ini syok.

Yadi mati.

Bahkan semua anggota kepolisian pun sama kagetnya.

Seorang pemuda melangkah maju ke depan melewati barikade Pak Dadang. Sepucuk pistol yang tadi Zafran pinjam sebelum berangkat masih tergenggam di tangannya.

"ANJING! APA-APAAN INI PAK? KITA GA NGELAWAN KENAPA KITA DI TEMBAK?" maki Odoy pada Pak Dadang.

Odoy memang residivis kambuhan. Dari judi, begal, hingga narkoba sudah menjadi bagian dari daftar hitam kasus kriminal nya. Jelas dia sudah hapal prosedur pihak berwajib. Selama tidak melawan, pasti tersangka tidak ditembak.

"Cepat menyerah kalau tidak mau ada korban jiwa lagi!" jawab Pak Dadang cepat. Khawatir Zafran kembali meletuskan pistol itu ke kepala mereka.

Dari akurasi tembakan Zafran yang sangat presisi, Pak Dadang tahu kalau Zafran memang sudah terlatih sejak kecil memegang senjata api. Pasti tidak sulit membunuh mereka semua dalam jarak sedekat ini.

"Doy.." ujar Maman ketakukan dan bingung. Ratna masih terkulai di atas tubuhnya. Jelas dia yang paling khawatir kalau nanti dikira dia tidak kooperatif.

Menyadari kalau mereka bisa menjadikan Ratna sebagai sandera, Odoy langsung kembali mendekat ke arah tubuh Ratna untuk menjadikannya tameng hidup.

"JANGAN MENDEKAT! KALAU TIDAK SI RATNA BAKAL ARRRRGHHHHHHH...." Odoy ambruk ke lantai. Tempurung lutut kanan nya sudah bolong tertembus peluru yang ditembakkan Zafran.

"Ini ini ampunn..." Cecep yang sudah ketakutan setengah mati langsung menarik tubuh Ratna dari atas tubuh Maman dan di dorong ke arah Zafran. Rachmat dan Ujang yang daritadi menunggu momen ini langsung cepat menarik Ratna keluar ruangan.

"Bagus..." ucap Zafran menyeringai beringas sambil menyarungkan pistol itu kembali. Maman dan Cecep langsung menghela nafas ketika pemuda itu sudah tak lagi mengacungkan senjata yang dipakai nya untuk membunuh Yadi dan melubangi lutut Odoy.

"Kita udah nyerah.. kita siap masuk penjara.. ampunnn..." Maman sudah bersujud ke arah pintu untuk memohon ampun. Cecep sudah mengangkat tangannya ke belakang kepala tanda menyerah. Mereka berdua sudah ketakutan setengah mati kalau mereka harus mati seperti Yadi.

Odoy terlihat begitu benci dan emosi kepada Zafran. Andai saja dia tidak pincang, pasti Odoy sudah berlari menerkam Zafran.

Klontang..

Zafran melemparkan 2 buah pisau dapur yang dia bawa tadi. Semua orang diruangan langsung memandang bingung.

"Kamu. Kamu. Ambil" titah Zafran menunjuk ke arah Cecep dan Maman. Zafran tak perlu kenal nama mereka. Toh ujung nya mereka bakal jadi mayat.

Dengan tangan yang bergetar Cecep dan Zafran mengambil pisau dapur yang tergeletak di depan mereka. Mereka berdua langsung saling tatap karena bingung kenapa mereka diberikan pisau ini.

"Kalian ga mau ditembak kayak dia kan?" tunjuk Zafran ke Yadi yang kini tubuhnya sudah kaku bersimbah darah. Mengenaskan. Dengan cepat Cecep dan Maman menggeleng ketakutan.

"Kalian bakal selamat kalau.." Zafran memberikan jeda pada ucapannya.

Mereka bertiga langsung tercekat tak sabar menunggu apa yang Zafran inginkan. Para anggota polisi yang sudah di brief dengan rencana pembalasan dendam Zafran hanya dapat menelan ludah.

Jangan main-main sama Kang Zafran...

"Kalau orang ini mati.." tunjuk nya pada Odoy. Cecep dan Maman makin bingung dengan skenario ini. Mereka harus membunuh teman mereka sendiri?

"APA APAAN INI PAK DADANG? KALIAN UDAH MENYALAHI SOP INI! SAYA BAKAL LAPORIN KALIAN KE PROPAM!" protes Odoy keras pada Pak Dadang. Pak Dadang sama sekali tidak menggubris Odoy. Siapa suruh kalian mengusik orang ini? Silahkan terima akibatnya doy..

Maman dan Cecep sama-sama ragu atas perintah Zafran. Meskipun mereka kriminal. Tak sekalipun mereka pernah membunuh orang. Apalagi sahabat mereka sendiri.

Zafran mengangkat tangan nya sebagai pertanda.

DORR.. DORR..

"ARRGHHHHHH...." Maman dan Cecep langsung teriak dengan kencang ketika peluru panas menembus paha kiri mereka. Letupan pistol dari 2 anak buah Pak Dadang memang sengaja di arahkan ke paha Maman dan Cecep supaya mereka tahu kalau yang diucapkan Zafran tidak main-main.

"Kurang?" tanya Zafran begitu dingin pada mereka. Seakan tidak ada rasa bersalah di tatapan mata Zafran kepada para begundal ini. Mereka berdua bergidik ngeri kepada Zafran.

Mereka sudah mengerti kalau pemuda ini tidak main-main. Nyawa mereka yang dijadikan taruhan kalau tidak menurut. Mereka berdua bertatapan dan mengangguk pelan.

Maafin urang doy...

"Eling Man! Eling Cep!" pekik Odoy pada Maman dan Cecep yang tertatih maju ke arah Odoy.

Odoy yang tak bisa berdiri karena tulang lutut nya hancur karena tembakan Zafran tadi kini hanya bisa bersiap menerima serangan dari kedua sahabatnya ini.

Sreeettt.... tebasan Maman mengarah ke leher Odoy langsung ditangkis tangannya. Darah segar mengucur dari lengan Odoy yang tersabet pisau itu.

Jlebbbb.... sibuk menangkis serangan Maman, Cecep dengan cepat menusukkan pisau yang ia genggam ke perut Odoy.

"Aahhhhkkk...." pekik Odoy ketika pisau Cecep menancap perut nya. Odoy langsung berusaha sekuat tenaga menangkap tangan Cecep mencegah Cecep mengoyak isi perutnya.

"Hoookkkkkhhhh..." Odoy makin kepayahan ketika Maman menyabet lagi ke arah leher nya yang kini terpampang bebas tanpa pertahanan. Tubuh Odoy yang gempal dan gelap langsung memerah akibat darah yang mengalir dari leher dan perut nya.

"Ampunhhh..." erangan terakhir Odoy ketika dia sudah tak ada tenaga lagi untuk menangkis serangan kedua sahabat.

Slebbb... srett.... slebbb.... srettt...

Tebasan dan tusukan berkali-kali menghujam tubuh Odoy hingga tergeletak bersimbah darah.

"Hkkkkkk...." Odoy bergetar ketika darah segar muncrat dengan derah dari leher nya yang sudah ditebas berkali kali oleh Maman.

Odoy mati.

Melihat sahabatnya mati. Maman dan Cecep langsung menoleh ke arah Zafran memohon ampun dan menagih janji untuk tak membunuh mereka.

DORRR... DORRR....

Letusan senjata api kembali memekakkan telinga.

Maman dan Cecep tak menyangka kalau perut mereka sudah tertembus peluru usai menuntaskan tugas dari Zafran. Mereka mengerang keras sambil memberikan raut muka protes kepada Zafran.

"Kebetulan di luar cuman ada 1 ambulan..." ucap Zafran pada mereka berdua.

1 ambulan. 2 orang sekarat.

Maman dan Cecep saling bertatapan. Mereka mengerti maksud Zafran. Hanya ada 1 orang yang bisa diselamatkan!

"AAAAKKKKKKHHHHH..." Maman terkejut ketika Cecep langsung menghujamkan pisau ke perutnya dengan cepat.

Grekkk..

Cecep mengoyak isi perut Maman dengan pisau itu. Maman melotot tak percaya kalau dia dibunuh oleh pengkhianatan sahabat nya seperti ini.

"Ceeep..." belum sempat mengucapkan kata-kata terakhirnya, Maman sudah mengejang meregangkan nyawa.

Maman mati.

AAAAAAAAAAKKKKKHHHHH...

Sisa Cecep yang histeris ketika kembali sadar kalau semua sahabat nya sudah bersimbah darah dan tergeletak tak bernyawa.

"Nama kamu siapa?" tanya Zafran. Wajah Zafran sudah tidak seberingas tadi. Zafran bahkan tersenyum manis pada Cecep.

"Cecep Pak.." saking takutnya pada Zafran, dia bakan memanggil sebutan Bapak pada Zafran yang jelas terlihat jauh lebih muda dari Cecep.

Oh.. ini dia biang masalah..

Zafran mengangguk-ngangguk.

"Kamu kenal saya?" tanya Zafran. Cecep menggeleng.

"Saya yang ngelindungin Ika sama Ratna. Ratna cerai dari kamu itu saya yang suruh.." ujar Zafran membuat tubuh Cecep bergetar. Tak pernah terpikirkan oleh isi kepala nya yang bodoh itu kalau Ika dan Ratna dilindungi oleh yang sebahaya ini.

"Kalo Ratna mau sama Bapak, saya janji ga bakal ngeganggu Ratna sama ngeganggu Bapak lagi... Ampun Pak..." ujar Cecep histeris sambil bersujud ke arah Zafran.

Tangannya masih memegangi perutnya yang tertembak tadi. Cecep benar-benar menyesal dan memohon ampun pada Zafran.

Kalau katau Dian Sastro di AADC..

Basi..

Ratna sama Ika nya udah habis diperkosa...


"Kamu pikir saya bakal maafin kamu setelah apa yang kamu lakuin sama Ratna dan Ika?" tanya Zafran sinis.

Cecep sadar kesempatan hidup nya sudah kecil sekali berhadapan dengan Zafran. Tapi siapa sih yang pengen mati?

"Saya ngaku salah Pak.. saya mohon buat ngebiarin saya hidup.. ampunin saya.. saya bakal ngelakuin apa aja yang Bapak minta..." dengan nafas yang sudah tersengal, Cecep tetap gigih memohon ampun. Sepertinya sudah banyak darah yang mengucur hingga kini Cecep sudah sekarat.

"Yakin kamu?" ujar Zafran meremehkan.

"Iya pak.. ampunnnn...." ujar Cecep mengiba.

Rachmat dan Ujang sudah pergi di antar mobil polisi untuk segera membawa Ratna ke rumah sakit. Tersisa Pak Dadang serta 5 orang anggota nya serta Pak Kades sebagai saksi kekejaman Zafran. Mereka pasti tidak akan pernah hari ini seumur hidup mereka.

Jangan macam-macam dengan Zafran kalau tidak mau menderita..

"Potong titit kamu!"

Bagai geledek di siang bolong. Semua orang seakan tersambar mendengar ucapan Zafran. Seakan tidak cukup membuat Cecep sekarat, sekarang Zafran bahkan meminta Cecep memutilasi kemaluannya sendiri.

Gila!

"Tapi Pak.." Cecep masih tak percaya dengan apa yang dia dengar.

Belum sempat Cecep memohon ampun, Zafran sudah berbalik badan meninggalkan Cecep yang sedang sekarat.

Cecep makin putus asa melihat Zafran meninggalkan dirinya.

Aing ga boleh mati disini!

"AAAAAKKKKKHHHHHHH...." sekali tebas, penis Cecep putus oleh tangannya sendiri. Berharap Zafran menepati janji nya, Cecep langsung mengejang menahan sakit hingga pingsan. Selangkangan Cecep langsung memerah akibat kucuran darah nya.

Ruangan reyot yang lembab ini berubah berbau anyir dari darah ke empat orang itu.

Para polisi hingga Pak Kades sampai mual dengan adegan yang terjadi barusan.

Yadi, Odoy, dan Maman sudah terbujur kaku tak bernyawa. Cecep masih bernafas tapi ajalnya sudah semakin mendekat.

"Mas Bos, si Cecep mau diselametin apa gimana?" tanya Pak Dadang tak tega melihat Cecep sekarat.

"Emang kita ada ambulan?" tanya Zafran dingin.

Oh iya.. mereka datang tidak membawa ambulan.. Ratna saja sampai di bawa menggunakan mobil polisi..

"Berarti daritadi emang Mas Bos sengaja nyuruh si Cecep bunuh diri sendiri?" Pak Dadang tak habis pikir dengan rencana Zafran. Gila.. psikopat..

"Hahaha.. lagian kalo Cecep selamet.. kasihan Pak Haji udah ngegali kubur 4 orang tapi mayat nya cuma tiga Pak.." ujar Zafran sambil tertawa keluar dari ruangan. Pak Dadang menoleh dan melihat dengan iba ke arah Cecep yang naas sudah mengejang beberapa detik hingga akhirnya terbujur kaku.

Cecep.

Mati.
Jooosss pembalasannya...saya suka suhu.
Hahaha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd