Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - SANG PENJAJAH -

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Bab 19
---

"Devi masih tidur Nis?" tanyaku seusai aku mandi pagi dan keluar dari kamar mandi.

"Masih kang.. lagian akang subuh-subuh segala minta jatah sih.." jawab Nisa sambil menyiapkan sarapan omelette yang terlihat sedap di meja makan.

"Abisnya tadi akang ga bisa tidur lagi abis kebangun gara-gara kamu mau mandi junub. Yaudah deh sekalian akang bangunin si Devi hehe" jawabku sambil menyengir yang dibalas dengan cubitan pelan di lenganku.

Aku pun tak mau kalah ikut membalas Nisa dengan mencolek payudara Nisa dari balik piyama satin yang ia kenakan. Meskipun tanpa make up dan hanya mengenakan piyama, Nisa terlihat begitu cantik dan selalu berhasil mempesona ku.

"Dasar bandel.. Udah buruan pake baju dulu sana kang. Nisa udah siapin baju nya di kasur tuh. Ini sarapannya juga udah siap yaa.." protes Nisa ketika tanganku mulai jahil. Nisa pun mendorong ku ke arah kamar supaya aku lekas berpakaian sebelum kejahilanku semakin menjadi.

Di dalam kamar, Devi masih meringkuk nyenyak setelah terkena serangan fajar ku subuh tadi. Lelehan sperma yang mengering di sela paha nya menjadi bukti kalau permintaan nya semalam sudah kutepati.

Seusai berpakaian, aku pun keluar kamar tak sabar untuk menyantap makanan yang sudah dimasak Nisa untukku.

"Wih.. enak banget Nis.. cocok nih kalau kamu buka restoran.." pujiku pada masakan Nisa yang terlihat sederhana namun ternyata enak sekali. Dulu Rahmat memang sempat bilang kalau Nisa punya bakat masak sampai-sampai Bu Eneng pun sering minta diajari masak olehnya.

"Ahh.. boong si akang mah.. orang Nisa cuma goreng telor gitu aja kok.." jawab Nisa merendah sambil menuangkan air putih dingin ke gelas di sebelahku.

"Ih seriusan Nis ini enak banget.. kamu ga mau buka restoran aja apa? Lumayan kan biar kamu sama si Devi ada aktivitas. Oh iya, nanti kamu larang si Devi buat manggung lagi ya, akang ga suka ah kalo dia masih nyanyi kaya gitu" meskipun aku belum pernah menonton penampilan Devi secara langsung, tapi aku bisa membayangkan kalau Devi pasti berpakaian seksi setiap kali dia pentas.

"Iya nanti Nisa bilangin ya kang.." jawab Nisa menurut akan perkataanku.

"Males ah Kang kalau buka restoran. Kalau masak buat akang doang mah gapapa deh.. Daripada buka restoran, mendingan Nisa buka tempat aerobik gitu Kang. Di Cicilok belom ada tempat kayak gitu.."

"Emang nya kamu suka aerobik Nis?" aku tidak tahu kalau selama ini Nisa gemar berolahraga.

"Suka kang.. dulu mah Nisa rajin ikut kelas aerobik gitu, tapi jadi jarang semenjak cerai. Soalnya tempat aerobik nya cuman ada di kecamatan kang, kesananya harus dianter pakai kendaraan.." jawab Nisa menjelaskan.

"Kalau kamu mau mah nanti buka sendiri aja di Cicilok. Nanti kamu cari tempat sama pelatih nya. Kalau masalah modal mah gampang. Oh iya akang baru inget, kalian tuh ga ada kendaraan ya?" ujarku sambil lahap memakan telor omelette ini.

"Beneran kang? Kalo pelatih mah ada temennya Nisa, nanti Nisa ajakkin deh sekalian nyari tempatnya kang.." Nisa tampak senang mendengar tawaranku. "Iya engga ada kendaraan kang. Tapi gapapa, Nisa sama Devi biasa naik angkot sama ojek kok kang.."

"Menang banyak tuh tukang ojek ngebonceng kalian.." ujarku menggerutu sebal. Nisa hanya tersenyum menyadari kalau kekasih nya ini sangat amat posesif.

"Kamu sama Devi bisa nyetir mobil kan? Mau yang baru apa bekas Nis?" tanyaku pada Nisa. Bukannya aku pelit tidak membelikan mereka mobil yang baru, tapi biasanya mobil baru kan indent nya lumayan lama. Kasian mereka kalau harus menunggu lama tidak ada kendaraan.

"Bisa kang. Devi juga bisa, tapi yang matic ya kang.. mobil bekas yang biasa-biasa aja kang. Ga usah yang mahal-mahal" jawab Nisa tak enak merepotkanku.

"Siap ibu juragan.." jawabku dengan canda yang berhasil membuat Nisa tersenyum manis. Tak lama kemudian, Ujang yang tadi sudah kukabari untuk menjemputku pun tiba. Aku langsung berpamitan dan berangkat ke kantor yang telah lama tidak ku urus.

***​

"Akhirnya... Bos Besar dateng juga..." ujar Roni sumringah menyambut kedatanganku di depan kantor. Buat yang lupa, Roni itu Kepala Kantor ku. Karyawan dari kantor Papah ku yang ditugaskan khusus untuk mengurus urusan strategis dan administratif di Cicilok.

Dengan tidak sabar, Roni langsung menyeret ku masuk ke kantor yang baru selesai di renovasi. Keren juga hasil renovasi nya..

Dulu sebelum kutinggalkan, kantor ku ini masih berupa bangunan semi-permanen yang dibuat seadanya. Namun kini, kantor ini sudah dibangun ulang menggunakan beton sehingga nanti kalau karyawanku sudah semakin banyak, bangunan ini bisa ditingkat dengan mudah.

Tampak dalam di kantor ku juga sudah ikutan berubah total. Kalau dulu hanya ada meja dan kursi seadanya, kini layout nya sudah diubah dengan beberapa cubicle menyekat antar tiap meja.

Karyawan nya pun banyak yang baru dengan wajah yang tak familiar. Sehingga sebelum aku lanjut masuk ke ruanganku, aku menyempatkan diri berkenalan dulu dengan mereka. Mereka pun bergantian berkenalan denganku hingga akhirnya..

"Saya Salma Pak.." sesosok gadis muda yang kutaksir baru lulus sekolah itu ikut berkenalan menyalamiku.

"Dia lulusan SMK Akuntansi Mas Bos.. Dia juga jago komputernya, jadinya bisa ngebantuin buat kontrak atau bisa juga ngebantu bikin presentasi.." bisik Roni membanggakan hasil rekrutan nya itu.

Aku cukup terpana dengan gadis muda ini. Meskipun Salma tidak secantik Devi apalagi Nisa, namun wajah nya terlihat manis dan enak untuk dipandang. Kalau dibandingkan dengan Nisa dan Devi yang berkulit putih, kulit Salma cenderung agak gelap berwarna sawo matang.

Tapi bukan kecantikan maupun warna kulit nya yang membuatku terpana pada gadis ini. Mengikuti peraturan kantor ku yang memperbolehkan karyawannya berpakaian kasual, Salma hari ini tampak menarik dengan busana sederhana dengan paduan atasan kaos serta celana jeans berwarna hitam.

Kaos itu lah masalah nya...

Entah karena sudah kekecilan atau memang pilihan fashion Salma yang memang seperti itu, lekuk payudara Salma yang lumayan besar tercetak dengan jelas dari balik kaos yang ia kenakan. Kalau aku perkirakan sih, ukuran payudara Salma tidak jauh berbeda dengan milik Devi.

Selain kaos nya yang begitu ketat, kerah nya pun berpotongan lumayan rendah sehingga membuatku dapat mengintip belahan dada Salma dengan mudah. Entah lelaki normal mana yang tidak ingin menengok ke arah payudara Salma yang begitu menggoda ini.

Wah boleh juga nih rekrutan si Roni..



Salma


Roni yang menyadari lirikanku hanya senyum-senyum bangga dengan hasil rekrutan nya itu. Setelah acara perkenalan usai, Roni pun lanjut menyeretku ke arah ruanganku. Mau tidak mau, aku pun meninggalkan Salma yang kembali duduk di cubicle nya.

"Engga kegedean nih ruangan gue, Ron?" tanyaku heran ketika menyadari ruangan ku tiga kali lebih panjang dibandingkan ruangannya. Ketika aku masuk, akhirnya aku mengerti kenapa ruanganku dibuat sebesar ini.

Selain ada meja kerja besar lengkap dengan monitor berukuran 30", ada juga meja rapat yang luas beserta sofa mewah di ujung ruanganku ini. Bahkan ada juga kulkas yang berisikan beberapa minuman alkohol favorit ku. Pasti si Roni memindahkan koleksi minuman ku dari rumah ke sini.

"Langsung mulai aja yuk, Mas Bos.." ujar Roni tanpa memberiku jeda untuk bernyaman-nyaman ria di kursi kerja ku yang begitu empuk.

"Salmaaaa... tolong ambilin berkas yang harus di cek Mas Bos yaaa..." tak lama Salma pun datang dengan membawa sekardus besar berisikan dokumen yang menggunung tinggi.

"Segini banyak Ron?" tanyaku pada Roni sambil menelan ludah melihat tumpukan dokumen yang terlihat sangat banyak. Roni menyengir puas melihat ku bengong menatap tumpukan berkas yang kini sudah diletakkan Salma di atas meja meeting dengan rapi.

Wah.. si Roni pasti sengaja bales dendam nih gara-gara kelamaan engga gue urusin..

Dengan berat hati, aku pun mulai membaca dan memahami dokumen tersebut satu per satu. Roni dan Salma ikut membantu menjelaskan konteks tiap dokumen yang aku baca. Roni sukses besar membuat aku tenggelam dalam tumpukan berkas itu seharian penuh.

Entah sudah berapa kali ku kucek mata ini yang sudah berair akibat kelelahan membolak balik tiap lembar dari berkas-berkas itu. Tanganku pun sampai pegal membubuhkan tanda tangan serta menambahkan coretan-coretan catatan pada draft kontrak yang masih perlu diperbaiki ulang.

Tak terasa, waktu pun sudah menunjukkan jam lima lewat. Karyawan yang lain sudah pamit pulang sejak tadi sehingga tinggal menyisakan kami bertiga di dalam kantor.

"Mas Bos.. kita lanjut Senin aja ya? Saya mau ngejer bis buat pulang ke rumah soalnya. Jadwal bis yang terakhir nya jam 6 nih, Mas Bos" ujar Roni minta izin pulang kepadaku.

Saking fokusnya membongkar berkas, aku sampai lupa kalau hari ini hari Jumat. Biasa nya Roni memang pulang bertemu anak istri nya yang tinggal di sekitaran ibukota setiap hari Jumat.

"Ya udah gapapa Ron, elo pulang duluan aja. Gue kayaknya mau ngelarin semua hari ini aja deh. Nanggung nih dikit lagi.." ujarku sambil menghitung berkas yang belum kusentuh yang memang tersisa sedikit lagi.

"Yaudah kalo gitu saya duluan ya Mas Bos. Salma, kamu mau pulang bareng saya apa gimana?" tanya Roni kepada Salma yang ikut terjebak di ruangan ini seharian penuh.

Salma melirik sebentar ke arah luar ruanganku yang sudah kosong melompong.

"Salma nemenin Mas Bos aja Pak. Takutnya ada yang Mas Bos tanyain biar saya bisa langsung bantu cari data-datanya" jawab Salma menolak ajakan Roni. Roni yang sudah terburu-buru pun langsung berpamitan dan pergi pulang meninggalkan ku berduaan saja dengan Salma.

Aku pun menelfon Ujang yang menunggu ku di pos satpam, supaya pergi keluar membelikan makanan untuk ku dan Salma berjaga-jaga kalau kami lembur sampai larut malam.

Selepas Roni pergi, aku dan Salma kembali sibuk menyelami berkas-berkas yang perlu aku cek dan tanda tangani ini. Meskipun anak baru, ternyata Salma cukup cekatan dan dapat menjelaskan tiap kontrak dan dokumen yang ada di hadapanku ini dengan baik.

Meskipun masih tetap serius, namun kini obrolan kami tidak melulu soal pekerjaan.

Daritadi Roni memang serius sekali membahas pekerjaan sampai-sampai aku tidak diberikan waktu senggang untuk mengobrol dengan Salma. Namun sekarang, kami berdua mulai lebih santai dan aku pun dapat mengobrol dengan bebas dengan Salma terkait hal-hal di luar pekerjaan.

Salma bercerita kalau dia lulus SMK sejak setahun yang lalu. Cukup lama Salma menganggur sebelum akhirnya dipekerjakan oleh Roni.

Dulu saking putus asa nya karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, Salma mengaku kalau dia itu sebenarnya bukan melamar untuk posisi ini melainkan melamar untuk menjadi pembantu di rumahku menggantikan Ika.

Tapi ketika Roni tahu kalau Salma punya kemampuan yang oke, Roni malah mengajak Salma untuk bekerja di kantor ini. Salma pun dengan cepat menyambut ajakan Roni untuk bekerja disini.

Obrolan kami pun mengalir makin lancar. Kini Salma sudah tidak canggung lagi kepadaku ketika bercerita dengan topik yang lebih luas seperti tentang keluarga, cita-cita, hingga kepada cerita hubungan Salma dengan pacarnya.

Saat ini Salma sudah memiliki pacar yang sekarang merantau ke luar kota. Mereka berdua sama-sama sedang menabung untuk modal mereka menikah nanti.

"Wah LDR dong kamu Sal?" ledekku pada Salma.

"Iya Mas Bos.. tapi ya dia rajin video call tiap hari.. kangen sih katanya hihihi.." jawab Salma malu-malu.

Ahhh bukan kangen itu mah.. video call emang sengaja mau liat gunung kamu aja itu mah Sal..

Seharian ini pun entah sudah berapa kali mataku melirik ke arah bukit miliknya itu. Kaos hitam Salma yang ketat dan berpotongan dada rendah itu memang memudahkan mataku untuk menjelajah belahan payudara serta gundukan nya yang kenyal berwarna coklat itu.

Dalam posisi duduk berhadapan seperti saat ini saja aku bisa melihat aset gadis muda ini dengan mudah. Apalagi ketika dia menunduk di sampingku, aku bahkan bisa menengok ke dalam bra Salma yang terlihat penuh oleh payudaranya yang ranum sempurna.

"Kasian ya pacar kamu harus jauh-jauh dari kamu Sal?" tanyaku lagi memancing.

"Hihihi ya engga apa-apa atuh Mas Bos, namanya juga kebutuhan buat nyari modal nikah. Makanya dia rajin video call Salma setiap hari.." jawab Salma sambil membela pacarnya itu.

"VCS ya Sal?" aku pun lanjut menggodanya dengan asal.

"Ih Mas Bos mah... ga sampe gitu atuh.." Salma langsung salah tingkah mendengar pertanyaanku barusan.

"Terus sampe apa dong?" tanyaku lagi terus menyerangnya.

"Duh pertanyaan Mas Bos mah makin menjurus.. Salma malu atuh ceritanya Mas Bos.." Salma tampaknya semakin bingung meladeni pertanyaanku.

"Ya engga apa-apa atuh. Normal kan namanya juga orang pacaran. Lagian juga kamu nya cantik gini, pasti pacar kamu mana tahan hahahaha" kembali aku menggoda nya yang sudah semakin salah tingkah.

"Ihhhh... mana tahan apa sih Mas Bos.." Salma yang semakin kikuk malah membuatku semakin berani bertanya menjurus kepadanya.

"Mana tahan liat susu kamu lah Sal. Apa lagi coba haha"

"Ihh Mas Bos mah mesumm.. Salma bilangin Teh Nisa nih yaaa.." muka Salma makin memerah mendengar ucapan ku yang vulgar.

"Hahaha sok aja laporin. Lagian dibanding Nisa emang masih gedean punya kamu kok Sal.." jawabku setengah memuji. Kulihat Salma sempat menyunggingkan senyum mendengar pujianku.

"Masa sih Mas Bos.." jawab Salma polos sambil melirik ke dada nya sendiri. Entah sengaja atau tidak, ia malah mengempit kedua lengannya membuat dada Salma makin membusung menggoda. Aku makin tak tahan melihatnya.

"Iya lah, makanya daritadi gue ga konsen ngebaca berkas gara-gara ngelirik kesitu mulu.." ujarku jujur. Salma malah tertawa mendengarnya. Lah dikira aku becanda kali ya?

"Makanya... mata Mas Bos jangan jelalatannn..." Salma mencoba mengimbangi candaanku dengan balik meledekku.

"Duh gue jadi penasaran liat isinya.. Kasih liat dong Sal.." entah wangsit darimana, aku makin frontal menggodanya. Jujur saja, aku sudah tidak tahan ingin mencicipi dada gadis muda itu yang terlihat ranum menggoda.

"Kan udah daritadi..." jawab Salma protes dengan permintaanku barusan.

"Tapi daritadi kan dari luar doang Sal.. kalo dalem nya mah engga keliatan" jawabku setengah memaksa. Salma mulai sedikit jengah dengan permintaanku yang tidak lagi sebuah candaan tapi memang sudah keterlaluan sepertinya.

"Jangan atuh Mas Bos.. kalo isi nya mah yang boleh liat calon suami nya Salma aja.." jawab Salma mencoba menolak ku dengan halus.

"Ya udah nanti gue minta Roni buat cari karyawan baru aja deh. Siapa tau yang baru itu mau ngasih liat dan engga bikin gue penasaran.." Salma langsung terlihat panik mengira kalau aku benar-benar kecewa dengan penolakannya barusan.

"Maksudnya buat ngegantiin Salma, Mas Bos?" Salma sepertinya mengira kalau ucapanku barusan adalah ancaman untuk memecatnya dan mencari pengganti nya.

Padahal kan maksud gue mah engga kaya gitu ya? Mas Bos yang baik hati dan tidak sombong ini masa main ngancem-ngancem orang sih? Hehehe

"Iya lah.." jawabku singkat dibuat seketus mungkin. Aku mengikuti alur Salma yang mengira kalau aku mau memecatnya. Muka Salma langsung pucat melihat reaksi ku yang ketus seperti itu.

"Atuh Salma malu Mas Bos.. nanti keliatan dari luar.." elak Salma mencari alasan supaya tidak perlu menuruti permintaanku sambil melirik jendela besar yang ada di ruanganku ini.

Aku pun langsung meraih remote control yang berada didekatku. Sekali klik, kaca bening yang ada di ruanganku mendadak buram sehingga orang dari luar tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam ruanganku.

Melihat kaca yang sudah buram, Salma pun semakin kehabisan akal menolak permintaanku. Mungkin dia sedang galau karena takut dipecat tetapi masih tetap tidak rela membiarkan aku menikmati tubuhnya itu.

Salma tampak berfikir keras sambil terus memandangi aku yang sedang membolak balik kertas dengan serius. Sepertinya di dalam hati kecil nya, dia berharap kalau aku daritadi hanya bercanda dan tidak benar-benar serius mengancamnya.

Setelah ditunggu namun aku tetap tidak kunjung bergeming, akhirnya dia menyerah dan melangkah dengan gontai ke arah pintu untuk mengunci pintu ruanganku ini. Aku yang masih berpura-pura fokus membaca berkas dapat merasakan kalau Salma kini melangkah kembali mendekat ke sampingku.

"Liat aja ya Mas Bos.." ujarnya lirih tanpa pilihan. Aku mendehem ringan sehingga memberi kesan kalau aku tidak peduli dengan permintaannya barusan.

Srettt... suara kaos yang telah lepas diiringi suara kaitan bra yang dibuka terdengar pelan disampingku.

"Mas Bos.." dengan suara yang sedikit bergetar, Salma memanggilku pelan. Aku pun menoleh ke arahnya yang kini sudah berdiri topless di sampingku.

Aku sedikit tercengang dengan atasan Salma yang sudah polos tanpa sehelai benang menampilkan bukit kembarnya yang menawan itu.

Aku berdecak kagum melihat payudara Salma yang terlihat bulat dan ranum begitu sempurna. Besar nya mungkin bisa dibandingkan dengan payudara Devi, namun payudara Salma terlihat lebih membongkah kencang mungkin karena belum banyak dijamahi oleh tangan-tangan mesum seperti milik Devi.

"Akang pegang ya Sal.." tanyaku basa basi. Salma hanya menunduk malu sambil mengangguk pelan memberiku izin.

Hihihi.. padahal tadi katanya cuman boleh liat..

"Ssshhh..." belum apa-apa Salma langsung mendesis ketika kedua tanganku meremas pelan kedua bukit kembarnya itu. Salma menggigit bibir bawahnya supaya menahan desisan akibat sentuhanku. Wajah Salma malah terlihat makin menggoda dan menggemaskan.

Remasan pelan ku pun mulai di respon dengan kedua puting Salma yang mulai menegang akibat gesekan telapak tanganku yang mungkin agak kasar.

Aku pun tidak melewatkan kedua puting itu dan memainkan nya dengan ibu jari serta telunjuk ku. Salma makin mendesis ketika putingnya kupelintir dan kucubiti pelan.

Tak puas hanya meremas, aku pun langsung menarik Salma hingga terduduk mengangkang di atas kedua pahaku. Aku pun akhirnya dapat langsung menciumi dada Salma yang terbuka bebas.

"Oughhh... akanghhh... kok diciuminhhh..." sambil menjambak pelan rambutku, Salma memprotes ciumanku di payudaranya. Namun hal itu tak bertahan lama, akhirnya mulut Salma pun mengeluarkan desahan yang tak dapat ia tahan ketika lidahku menyapu puting dan kulit payudara nya.


Tanpa memperdulikan Salma, terus saja kujilati dan kuhisap habis payudara Salma sampai puas. Salma makin meliuk-liuk tak kuasa menahan nikmat dari permainan lidahku di dada nya.

"Kang.. jangan.." meskipun sudah dilanda nafsu, Salma masih sadar ketika aku hendak membuka kancing celana jeans nya. Tangan nya dengan sigap menahan tanganku untuk tidak bertindak lebih jauh.

"Kenapa Sal? Akang buka ya.." bujuk ku sambil kini aku menciumi wajahnya yang menggemaskan. Salma menggeleng dengan raut wajahnya yang memohon.

"Jangan kang... jangan.. Salma masih perawan.." jawaban Salma barusan seakan menyadarkanku untuk tidak melanjutkan membuka celana jeans Salma. Aku cukup kaget ternyata Salma masih perawan. Aku sempat gamang harus apa karena ada rasa tidak tega kalau aku memaksa gadis perawan ini.

Namun rasa penasaran ku ternyata mengalahkan rasa iba ku..

"Akang janji engga bakal akang masukin.. akang jilatin aja ya sayang.." bujukku pada Salma yang memandang ke arahku penuh ragu. Aku terus membujuk nya hingga akhirnya genggaman tangannya mulai mengendur menandakan kalau aku akhirnya boleh menelanjangi dirinya.

Dengan cepat aku pun langsung menelanjangi Salma dengan melepas celana jeans serta celana dalamnya. Tubuh Salma yang sedikit berlemak dibagian perut dan paha nya terlihat begitu menggoda hingga memancing nafsuku untuk segera mengangkat tubuhnya ke atas meja meeting.

Berkas-berkas yang belum kusentuh sejak tadi langsung berserakan ke lantai memberi ruang untuk tubuh polos Salma yang kini terbujur pasrah menunggu aksi ku selanjutnya.

"Mmmhhh... akanghhh... kok langsung dijilathhh..." aku yang sudah tidak sabar langsung menyambar belahan kemaluan Salma yang tertutupi oleh bulu jembutnya yang lebat. Aroma kewanitaannya langsung menyengat dengan kuat ketika klitoris hingga gerbang kewanitaan Salma mulai ku jilati.

"Oughhh.. geli kanghh... uhhhh... akang bandel bangethhh..." Salma yang tak siap menerima serangan lidahku itu pun langsung blingsatan dengan rasa nikmat yang menyambar area kemaluannya.

Sambil terus kujilat dan hisap klitoris nya, aku melirik ke arah wajah Salma yang sudah memerah akibat terbakar gairah oleh foreplay yang kuberikan. Kedua tangan nya malah kini ikut meremas dada nya sendiri akibat gairah yang sudah tak lagi dapat ia tahan.

Bolak balik Salma menghempaskan kepala nya ke kanan dan ke kiri menikmati rangsangan yang kuberikan. Hingga akhirnya Salma membusungkan dada nya menyambut desakan orgasme yang tak lagi bisa ia tahan.

"Akanggggghhhhhh.... Salma keluarghhhhh.... oughhh... oughh.... enakhhhh..." pekikan itu menandakan orgasme nya yang luar biasa. Salma tersenyum sayu menikmati detik-detik orgasme nya mereda.

Selangkangannya yang sudah dibanjiri oleh cairan kewanitaan serta sisa ludahku terlihat begitu mengkilap di bawah sinar lampu ruangan kerja ku ini. Aku pun memandang ke arah itu dengan tatapan nanar penuh nafsu.

Sadar kalau aku sudah tak sabar mencicipi tubuhnya, Salma pun buru-buru bangkit dan mendorong tubuh ku kembali terduduk di kursi. Mungkin Salma sempat berfikir daripada ia habis kuperawani malam ini, lebih baik dia bergerak aktif membuatku puas tanpa perlu melakukan penetrasi.

"Salma ciumin ya kang..." dengan cepat Salma melucuti celana jeans dan celana dalam ku hingga tinggal menyisakan kaos menempel ditubuhku. Salma yang kini sudah berjongkok di sela selangkanganku terlihat takjub dengan kemaluanku yang selalu kubanggakan ini.

"Gedean mana sama punya pacar kamu Sal?" tanyaku pada nya sebelum Salma memulai service nikmat nya itu.

"Gedean punya akang atuh.. Salma kalo diperawanin pake punya nya akang bisa pingsan kayaknya.." ujar Salma sambil mulai meremas lembut kemaluanku.

"Hihihi ada yang sange berat ya kang?" ledek Salma ketika cairan precum ku mengalir keluar dari ujung kepala penisku. Dengan jempolnya, Salma memainkan kepala penisku sampai ke lubang kencingku sehingga membuatku kelojotan akibat rasa geli yang tak terkira.

Sambil disertai kocokan lembut dibatang penis ku, jemari Salma masih saja bermain di sekitaran kepala penisku. Batang penis ku kini sudah mulai basah dengan cairan licin yang terus menerus keluar menandakan nafsu ku makin bergejolak akibat permainan tangan Salma.

Tak hanya pintar mengetahui titik-titik rangsang di penisku, Salma ternyata juga jago memainkan tempo kocokan tangannya yang semakin membuatku kewalahan dibuatnya.

Tak ingin buru-buru keluar sebelum merasakan hangatnya mulut Salma, aku pun langsung menarik halus kepala Salma mendekat ke arah penisku.

Salma yang tahu apa maksudku hanya tersenyum tipis sebelum mulai memasukkan kepala penisku ke dalam mulutnya.

"Aahhhhh... enakhhh Sal..." gumamku keenakan merasakan hangat mulut Salma di penisku. Perlahan demi perlahan penisku masuk ke dalam mulutnya hingga sampai kepala penisku menyentuh ujung kerongkongannya.

Dari pengalamanku dulu dengan Ratna dan Ika, mereka pasti langsung terbatuk ketika penisku sudah masuk sedalam itu di mulut mereka. Tapi kini Salma tampak mendiamkan penisku sedalam itu sambil menahan napas nya selama mungkin.

Baru kali ini aku merasakan ada pijatan di sekeliling kepala penisku akibat gerakan ujung pangkal tenggorokan Salma. Rasa nikmat ini bertahan beberapa detik hingga sampai pada saat Salma kehabisan napas dan melepaskan penisku dari mulutnya.

Salma menarik napas panjang dengan lelehan liur menetes dari sisi bibirnya. Sumpah Salma terlihat begitu seksi di bawah sana..

Gila.. aku yakin Nisa dan Devi pun tidak bisa memberikan blowjob senikmat ini..

"Enak engga kang?" tanya Salma sambil melirik genit ke arahku. Batang penisku kini sudah mengacung tegang seakan meminta Salma melanjutkan aksi nya barusan.

"Bangethh.." jawab ku singkat tak bisa berkata-kata. Salma tersenyum manis dan kemudian melanjutkan hisapannya di penisku.


Dari dimulai perlahan, kocokan mulut Salma makin dipercepat naik turun memberikan sensasi nikmat di penisku. Sesekali Salma menyeling isapannya dengan deepthroat yang luar biasa nikmat itu membuatku makin tergila-gila tak tahan dengan service nya.

Kayaknya aku bakal ketagihan sama oral yang diberikan Salma malam ini..

Rasa nikmat yang terus menerus hinggap dipenisku mulai membuat orgasme ku terasa semakin dekat.

Plopppp...

Salma keheranan ketika aku melepaskan hisapan mulut nya itu dari penisku.

"Jepit pake tetek kamu Sal.." pintaku pada Salma yang terlihat kebingungan tidak mengerti permintaanku. Aku pun mengarahkan teteknya untuk menjepit batang penisku.

"Kaya gini kang?" tanyanya polos ketika penisku sudah ada di sela teteknya. Sepertinya hal ini belum pernah dieksplorasi sama sekali oleh pacar Salma sebelumnya.

"Iya Sal... uhhh... mantep banget tetek kamu..." rintih ku penuh kenikmatan akibat Salma menjepit tetek nya menekan penisku. Penisku yang sudah basah akibat hisapannya tadi pun dengan mudah dinaik turunkan oleh Salma yang akhirnya mengerti apa maksudku.

Mula nya Salma agak kikuk dengan gaya baru yang baru ia pelajari hari ini. Namun, lama kelamaan kocokan tetek Salma makin mantap dan nikmat menjepit batang penisku yang berhasil membuatku melayang.

Dibarengi dengan ciuman ciuman di kepala penisku. Salma terus menekan erat payudaranya mengocok kencang penisku naik turun tak beraturan. Urat-urat yang ada di batang penisku terasa begitu nikmat bergesekan dengan payudara Salma yang kenyal.

"Terusshhh sayanghhh... cepetinnnhhh..." pekik ku lagi setelah tanda-tanda orgasme ku makin dekat. Salma yang melihat ku merem melek keenakan pun makin semangat mengocok kontol ku dengan teteknya.

"ARRRGHHHH... NIKMATHH BANGETHHHHH..." diiringi dengan semprotan kencang cairan putih ke arah muka dan dada Salma, berakhir pula lah kocokan tetek Salma yang begitu nikmat itu.


"Duh.. akang mah muncrat nya banyak banget.. sampe kena rambut sama pipi Salma nihh.." protes Salma sambil buru-buru mengambil tisu membersihkan sisa lelehan sperma di tubuhnya.

Selesai mengelap lelehan sperma yang menempel di tubuhnya, Salma kembali menghampiri ku dan tak malu lagi untuk duduk di atas pangkuanku.

"Udah puas belum kang?" tanyanya sambil menggelayut manja kepadaku. Bau amis dari sperma ku masih tercium dari tubuh Salma.

"Belummm.." jawab ku sambil dimanyunkan ikut manja-manjaan dengan gadis kecilku ini.

"Ihh kok belum sih kang? Kurang emang kontol akang tadi diisepin sama dijepit pake tetek Salma?" tanya balik Salma sambil merengut kecewa mendengar jawabanku barusan.

"Abisnya akang belum ngerasain yang ini sihh.." ujarku sambil mencolek ke arah vagina nya yang sudah mulai mengering.

"Ihhh.. bandel banget sih akangggg... sabar ya kang, Salma masih belum siap kalo yang itu.." jawab Salma sambil mengelus pipiku mesra.

"Ya udah deh akang sabar-sabarin. Tapi nanti kalo udah siap.." belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Salma langsung menyambar cepat..

"Kalau udah siap nanti Salma kasih ke akang.."
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd