#
Aku sesekali mendesah saat ku merasa bahwa ada seseorang yang yang sedang mencumbuku. Perlahan aku bisa melihat bahwa sekilas ini seperti kamarku. Meskipun samar aku bisa melihat ada meja rias yang tepat berada di depan kasur tidurku. Aku merasa ada seseorang yang sedang menjilati vaginaku di bawah sana. Perlahan aku mencoba mengangkat kepalaku untuk melihat, ternyata Ardi.
Hah, Ardi? Sejak kapan ia berada di kamarku? Dan, bagaimana bisa dia berada di kamarku?
Rasa bingung itu sirna ketika aku merasa nikmat itu semakin menjadi saat aku melihat Ardi mulai memasukan penisnya ke dalam vaginaku. Tunggu, aku sudah tidak perawan? Sejak kapan? Tapi mengapa rasa nikmat ini seakan nyata bagiku?
Sesekali Ardi meremas payudaraku dan mengigit putingnya untuk menambah sensasi kenikmatan yang ku alami. Rasanya tak asing bagiku, namun kenapa ini lebih nikmat. Semakin lama perasaan itu semakin menjalar ditubuhku dan dalam hitungan detik aku merasa ingin kencing dan seketika aku memeluk tubuh Ardi.
Aaahhhhhhhh…..
Aku mendesah sambil memeluk erat gulingku. Disela-sela puncak kenikmatan itu, aku seakan kembali lagi ke bumi. Aku mencoba menikmati setiap cairan yang keluar dari vaginaku. Meski tidak sebanyak Ardi ketika sedang orgasme, tapi aku bisa merasakan ada cairan yang keluar dari sana yang membuat rongga vaginaku basah. Mungkin sekitar 6 atau 7 bulan lalu aku merasakan hal yang sama, saat lidah Ardi bermain pada klitorisku, atau saat batang penis Ardi menggesek bibir vaginaku. Rasanya sekilas sama, namun ini terasa lebih nikmat.
Saat orgasmeku mulai mereda, aku mulai tersadar bahwa aku baru saja bermimpi. Tapi apakah perempuan juga bisa merasakan mimpi basah sama dengan laki-laki? Jika tidak bisa, lalu apa yang baru saja terjadi denganku?
Perlahan aku mengendurkan pelukan pada bantal gulingku. Aku baru sadar jika aku tidur hanya memakai tengtop saja, itupun sudah tersingkap sampai dada, payudaraku sudah terbuka jelas. Kemana celana dalamku? Siapa yang melepasnya?
Aku memegang vaginaku yang masih basah dengan cairan kental berwarna keputihan. Tanpa sadar aku menicium sisa percumbuan ku, baunya biasa saja. Entah apa yang merasuki pikiranku, aku memasukan jariku yang masih ada sisa cairan vaginaku ke dalam mulutku, rasanya asin agak kental dan lengket. Mungkin seperti susu kental manis tapi rasanya gurih.
Aku kembali memegang vaginaku, masih terasa basah dan agak sedikit ngilu. Aku menarik nafas panjang, merentangkan tubuhku yang hampir bugil. Aku mencoba mengingat kembali apa yang membuatku sampai bisa begini. Ditemani suara deburan pendingin udara, pikiranku melayang jauh.
--
“mut, mana flashdisknya? Udah dipindahin kan filenya?” aku meminta flashdisk yang ku berikan pada Muti beberapa hari yang lalu.
“iya udah, lengkap. Lagian lo bukannya download sendiri. Saran gue kalo udah selesai nanti hapus aja filenya, soalnya gede banget” Muti menyerahkan fd yang berisi film korea.
“sip, gue gak sabar ketemu sama opa-opa gue yang ganteng, hahaha” ujarku sambil memasukan fd dari Muti ke tasku.
Hari ini Muti menemaniku membeli sandal dan kerudung untuk ku pakai saat pernikahan salah satu temanku. Setelah mendapatkan apa yang ku cari, kami memutuskan untuk makan siang disalah satu restoran cepat saji dikota ku. Hari mulai sore saat kami memutuskan untuk pulang. Jalanan cukup macet mengingat ini adalah hari sabtu. Banyak warga kota yang hilir mudik mencari hiburan yang murah meriah disekitaran kota. Terlebih kota tempat tinggalku adalah kota favorit tujuan wisata yang berada di pulau jawa. Sudah tentu macet yang terjadi bukan sepenuhnya karena warga lokal, tapi wisatawan yang mencoba mencari kesenangan agar stres dan beban pikiran bisa hilang.
Sebelum sampai rumah aku menyempatkan membeli beberapa cemilan untuk menemaniku malam ini. Aku berniat menonton drama Korea yang sudah ku minta dari Muti tadi sore. Kondisi rumah saat ini sedang sepi, orangtuaku sedang menengok saudara kami yang sedang sakit di kota sebelah. Mereka bilang mungkin akan malam sekali sampai rumah karena jalanan menuju kesana sedang dalam perbaikan.
Selesai mandi, aku menuju ruang keluarga. Aku berencana untuk menonton drama Korea di tempat ini sambil menyalakan televisi. Mungkin terdengar aneh, tapi ini cara yang sering ku lakukan saat sedang sendirian. Melakukan aktifitas lain sambil ditemani televisi. Aku merasa tidak benar-benar sendiri saat aku bisa mendengar suara televisi. Karena sudah beberapa hari cuaca di kotaku cukup panas, aku memutuskan untuk memakai tangtop dan celana pendek sebatas paha. Karena aku merasa sendirian, jadi aku tidak perlu risih saat aku memakai pakaian terbuka seperti ini.
Aku tidak memakai bra karena akan langsung tidur setelah aku selesai menonton nanti. Dengan pakaian seperti ini otomatis puting payudaraku akan sedikit tercetak. Sedangkan celana berbahan katun yang kupakai hanya sebatas paha saja. Jika aku duduk celana tersebut akan terangkat sampai dipangkal pahaku. Perasaan canggung tentu ada jika harus berpakaian seperti ini di depan orangtuaku.
Selesai menonton satu 3 episode salah satu drama Korea, aku penasaran dengan nama folder yang sepertinya judul sebuah film. Aku penasaran membukanya karena aku belum pernah merasa menonton film ini sebelumnya. Saat aku buka, ternyata hanya ada satu file film. Aku penasaran dan aku membukanya.
Aku kaget karena adegan pertama adalah sepasang wanita dan pria berciuman dikamar mandi. aku kemudian mempercepat tayangan yanga ada di layar leptopku. Sialnya, setelah aku percepat yang muncul adalah adegan saat sang wanita sedang asik mengulum penis sang pria yang agak diblur. Kemudian aku percepat kembali, kali ini muncul adegan mereka sedang bersetubuh. Aku menjadi was-was khawatir orangtuaku datang saat aku sedang melihat film tadi. Sejenak aku terdiam, Muti ternyata mengkoleksi film seperti ini?
Aku mencoba menghubungi orangtuaku, menanyakan kapan mereka akan sampai karena alasan aku akan mengunci pintu rumah karena aku ingin tidur. Tak menunggu waktu lama mereka ternyata sudah berada di depan komplek. Aku segera merapihkan pakaianku, mengambil baju tidur di kamarku dan kembali saat aku mendengar suara pintu terketuk.
“untung belum tidur” aku menggerutu sambil mencoba menunjukan muka kantuk
Aku langsung kembali ke kamar dan langsung mengunci pintunya. Aku memang terbiasa mengunci pintu kamar saat tidur. Aku merasa kamar adalah tempat paling pribadi. Di kamar aku bisa mengekspresikan diriku. Aku pernah tidur telanjang karena penasaran setelah membaca artikel tentang manfaat tidur bugil. Meski agak kurang percaya, namun ada sensasi ketika aku tertidur tidak menggunakan apa-apa. Aku membayangkan jika nanti sudah nikah mungkin akan tidur dengan tidak menggunakan apa-apa.
Di dalam kamar, aku kembali menonton film yang sempat terpotong. Setelah memasang headset dan mematikan lampu, aku duduk diatas tempat tidur sambil memangku leptop. Perlahan leptop mulai menunjukan adegan erotis. Dari mulai berciuman sampai apda adegan intim. Dari sekitar 90 menit durasi film, mungkin 70%nya adalah agedan erotis.
Meski aku memakai pendingin ruangan, entah kenapa aku merasa kepanasan. Aku memutuskan untuk membuka piyama tidurku dan menyisakan tangtop pink dengan tali kecil dan celana dalam berwarna biru dengan aksen renda pada pinggirannya. Gambar berikutnya langsung pada scene saat sang wanita dengan lahap melumat penis si pria. Aku lihat dengan penuh penghayatan, betapa si wanita begitu menikmati daging keras yang ada di hadapannya. Adegan yang berdurasi sekitar 5 menit tersebut selesai saat tangan pria yang awalnya sibuk meremas payudara wanitanya mengangkat kepala si wanita yang sedang asik memanjakan pejantannya.
Mereka melanjutkan pada adegan berciuman dengan keduabelah pihak yang sudah telanjang bulat. Ada sensor yang menutupi organ vital pria dan wanita namun tidak mengurangi daya tarik tontonan yang sedang membangun birahi ku. Adegan berikutnya wanita telah pasrah terlentang dengan posisi pantat berada diujung kasur. Terlihat si pejantan sudah siap di depan vagina si betina. Dengan mengangkat kaki si wanita dan menekuk lututnya, terkuaklah lubang surgawi yang sepertinya sudah merekah merah. Dengan penuh semangat dan nafsu si pria langsung melumatnya. Dari suara desahan yang dikeluarkan oleh sang wanita, kegiatan ini sepertinya begitu menyenangkan.
Sambil menonton tanpa sadar aku beberapa kali membenarkan letak duduk ku. Aku merasakan ada cairan yang mulai merembes diantara lorong kenikmatanku. Aku juga mulai merasakan puting payudaraku yang mulai mengeras dan nafas yang mulai memburu. Birahiku semakin naik saat sang wanita sepertinya akan mencapai klimaksnya. Desahan kini berganti dengan jeritan dan tak lama kemudian tampak ada cairan yang muncrat dari gambar yang disensor, wanita itu orgasme bahkan squirt.
Aku gelap mata, pandanganku kabur. Aku menyimpan leptop di sampingku. Aku mencoba menarik nafas panjang, mencoba menenangkan diri. Setelah mulai tenang aku kembali melanjutkan menonton film yang ada di leptopku.
Adegan selanjutnya ternyata klimaks dari semua ini, mereka mulai melakukan hubungan intim. Sang pejantan mulai memasukan penisnya ke dalam vagina si betina. Ada erangan kecil saat penis pria tersebut masuk sepenuhnya. Tidak menunggu waktu lama, pinggul pria itu langsung bergerak teratur untuk memuaskan sang wanitanya. Sesekali tangan pria itu meremas payudara sang wanita yang masih tampak kencang. Mungkin ukurannya 34A karena tidak terlalu besar, khas orang Korea. Sang wanita terus mendesah saat lidah si pria mulai menjalari puting payudaranya yang sudah mengacung indah. Warnanya yang coklat ke merah mudaan membuat sang pria langsung lapar. Bergantian si pria menjilati ujung payudaranya sampai sang wanita harus meremas rambut si pria untuk menahan kenikmatan itu.
5 menit setelah si pria memasukan penisnya dalam vagina, sang wanita sepertinya mulai dihinggapi orgasme. Badan sang wanita melengkung ke belakang, tangannya meremas sprei kasur yang sudah berantakan. Badannya tersentak saat gelombang kenikmatan itu menjalari tubuhnya. Matanya terpejam, mulutnya tidak berhenti mendesah mengelurakan suara yang nyaring pada headset di telingaku.
Aku lalu menutup film tersebut. Aku kembali menyimpan leptopku di samping. Aku kemudian beranjak ke pintu kamar, memastikan bahwa kamarku sudah terkunci. Aku juga memastikan gorden penutup kamarku sudah tertutup rapat. Setelah ku rasa cukup aman, entah setan apa yang sedang merasuki ku. Aku membuka celana dalamku yang sudah basah dibagian depannya. Setelah terlepas aku membuangnya sembarangan.
Aku langsung rebahan dikasurku yang tidak terlalu lebar, merentangkan kaki ku. Perlahan jari tanganku menggulung bagian bawah tentopku sampai sebatas dada. Dua gunung kembar yang ranum ini terasa semakin kencang dan kenyal. Aku bisa merasakan kedua kacang diatas payudaraku ini sudah mengeras. Dengan cahaya remang-remang efek lampu tidur, aku mencoba menyentuh puting payudaraku.
Ooohhhhhh ssshhhhhhhh
Aku mendesah saat ibu jari dan telunjuk ku mengapit bagian tubuh sensitif itu. Aku mulai memilin kedua puncak gunung itu. Aku merasakan diriku sedang terbang jauh diatas awan. Lorong vaginaku terasa semakin basah dengan cairan cinta efek rangsangan di payudaraku. Nafasku semakin berat ketika tangan kiriku membelai vaginaku. Mataku terpejam menikmati sensasi mastrubasi yang sedang ku lakukan ini.
Jari tanganku membelai apa yang disebut dengan klitoris sambil tangan kananku terus meremas payudara kananku. Badanku melengkung ke atas saat kombinasi rangsangan ini semakin hebat ku rasakan. Desahan terus keluar dari mulutku. Kaki ku diluar kendali untuk terus meregang memberikan celah agar tanganku bisa leluasa memanjakan diriku.
Saat sedang mendaki kenikmatan, aku dikagetkan dengan suara dering handphone. Seketika nafsuku hilang, menguap entah kemana. Rangsangan itu berubah menjadi rasa takut, khawatir suara desahanku terdengar sampai keluar.
Aku melirik layar handphoneku, ternyata Ardi yang mengirmkan pesan.
Huuuuuuhhhhhhhh
Aku mengambil nafas panjang sambil mencoba menerawang pada langit-langit kamarku yang temaram. Apa yang baru saja ku lakukan? Bukankah selama lebih dari 7 bulan ini aku menghindari ini? Bukankah aku berniat untuk tidak melakukannya lagi sampai nikah nanti? Mengapa aku malah mengingkari janji ku pada diriku sendiri? Pertanyaan itu hadir dibenak ku saat aku mencoba menenangkan diri. Membiarkan diriku dalam keadaan hampir telanjang. Aku kemudian teringat dengan pesan Kak Shinta beberapa waktu lalu.
**
“Di menurut gue having sex before married itu pilihan. Kalo gue, gak akan marah kalo lo sama Ardi udah pernah. Kalo lo belum ya kalo bisa sih jangan. Tapi sex sama love itu beda, Di. Sex bisa aja tanpa love, tapi love bakal hambar tanpa sex. Kalo cuma ciuman, pelukan mah menurut gue wajar, asal lo tau batesan” Kak Shinta memberikan pendapatnya saat aku bertanya soal sex sebelum nikah
“lo sama A Tio udah ngelakuin sebelum nikah?” tanyaku polos sambil terus mengemudi
“hahaha, lo penasaran banget? Lo udah gede ya sekarang, nanya soal sex segala” jawabnya mengelak
“seriusan gue kak. Abis lo jawabnya kaya menghalalkan sex sebelum nikah deh” aku mencoba membela diri
“sekarang gue Tanya, sex itu apa sih? Apa yang dibilang sex itu hubungan badan aja? Ciuman? Pelukan? Remes-remes dada? Apa itu bukan sex juga?” dia malah balik bertanya
“tapi kan orang mikirnya kalo sex itu ya ml” aku masih membela diri
“Kita ganti pertanyaannya, perawan itu apa sih? Apa cewe yang belum pernah ml itu di sebut perawan? Atau cewe yang gak pernah disentuh sama sekali itu perawan? Kalo ukuran perawan itu Cuma belum pernah ml, kasian juga ya cewe yang pake hijab besar, mereka ga pernah ngrasain enaknya ciuman, disamain sama yang udah pernah ngrasain” jawab Kak Shinta sambil menatapku
“lo galak amat sih, gue kan cuma nanya” aku mulai memelas, sorotan tajam Kak Shinta memang menakutkan
“hahahah, memek gue belum pernah dimasukin sama benda apapun sebelum nikah sama Tio. Tapi gue pernah ciuman, pernah pelukan, bahkan telanjang didepan dia. Menurut lo gue masih perawan gak?” Kak Shinta kini bertanya kepadaku
“seriusan lo pernah telanjang didepan dia? Kapan? Gila lo kak” aku malah fokus pada pernyataannya
“lo pikir, waktu gue sama dia liburan ke Lombok kita gak ngapa-ngapain gitu? Sepasang manusia dewasa dalam satu kamar, ya jelas maen lah, hahaha” jelasnya bangga
“ih, seriusan deh. Lo emang ngapain disana?” aku makin penasaran
“bercumbu, saling cium, saling peluk. Gue tekenin sama dia, boleh lakuin apa aja sama gue tapi jangan ml. yaudah kita have fun deh disana” Kak Shinta masih menyembunyikannya
“kok bisa? Lo udah pernah liat punyanya A Tio sebelum nikah dong?” aku membuat pernyataanku sendiri
“ya udah dong. Kita ngobrol sebagai wanita dewasa ya, jadi pelajaran juga buat lo. Lebih dari itu, spermanya dia udah pernah di muka gue, di toket, bahkan gue pernah nelen spermanya dia, sampe sekarang malahan kalo gue dapet. Kok bisa gue gak sampe ml? Karena kita tau batasan, gue udah cukup puas dengan dia mau jilatin memek gue sampe gue orgasme, begitupun dia yang udah cukup puas merkosa mulut gue sampe gue telen spermanya. Gak banyak cewe yang mau lho nelen peju cowok. Karena kita tau batasan, yaudah aman deh”
Suasana hening sejenak
“intinya, kalo masih ngrasa salah buat bercumbu sebelum nikah yaudah jangan, tapi kalo lo masih mau yaudah lakuin. Asal inget satu hal, tau batasan” Kak Shinta seakan menutup pembicaraan kita siang itu.
**
Setelah aku membalas pesan Ardi, aku lansung tertidur. Aku tak sempat berganti pakaian atau sekedar mencuci vaginaku yang lengket akibat film yang ada dileptopku. Bahkan saat aku sedang membalas pesan Ardi mataku sudah sedikit terpejam. Aku begitu lelah, lelah dengan pertarungan dalam batinku, lelah dengan pendakianku pada kenikmatan dunia. Besok aku dan Ardi berencana bertemu. Membuat segala permasalahan menjadi jelas.
Selepas makan siang Ardi tiba dirumahku. Dia langsung duduk diruang tamu setelah bersalaman dengan kedua orangtuaku yang sedang berada diruang keluarga. Kami mengobrol santai sambil aku menghabiskan makan siangku. Wajahnya begitu ceria saat akhirnya kita bisa bertemu. Banyak cerita yang dia utarakan sambil menemaniku makan siang. Entah kenapa aku merasa nyaman. Aku merasa mendapatkan kembali kebhagaian dalam hubunganku. Aku melihat Ardi dengan sopan memberitahuku bahwa tali bra ku menyembul keluar dari kaos yang ku gunakan saat dirumah. Siang ini aku berpakaian seperti biasa. Tak ada yang spesial untuk menyambut pertemuanku dengan Ardi kali ini. Baju model semi sabrina dengan bukaan pada bahu yang lebar otomatis membuat tali bra yang pink itu kontras dengan kulit putihku. Celana pendek yang aku pakai semalam terlihat biasa saja bila dipakai dengan Ardi. Matanya tak jelalatan saat beberapa kali paha putihku terlihat saat celana pendek itu tersingkap. Aku merasa nyaman, tak ada lagi perasaan risih percis beberpa waktu yang lalu.
Aku membawakan Ardi es teh lemon dingin saat aku kembali ke ruang tamu. Kedua orangtuaku sudah di dalam kamar. Memang kebiasaan mereka untuk tidur siang kala libur. Aku duduk disamping kanan Ardi yang sedang bersenggama dengan dunia maya. Saat aku datang Ardi tidak lantas menyimpan handphonenya. Seakan dia sengaja ingin memberitahuku bahwa dia sedang membuka instagram.
“yang, kamu sayang gak sama aku?” aku mulai membuka obrolan
“ya sayang dong, emang kenapa? Kamu mau jajan ya?” Ardi menjawab sambil menyimpan handphone di meja depan kami
“kalo sayang, peluk aku doing, atau cium deh” aku memancing
“kok gitu? Katanya kamu gak mau cium lagi? Kok sekarang kamu malah minta?” terlihat wajah Ardi kebingungan
“tapi kamu cinta kan sama aku?” aku masih mengintrogasi
“cinta dong Nadia, ada apa sih?” Ardi masih kebingungan
“haha, gak apa-apa sih. Kamu kan cinta sama aku, pernah gak kamu ngrasa pengen banget meluk aku? Ya sekedar nglampiasin cinta kamu ke aku?” aku bertanya sambil menatap wajahnya
“ya pengen lah, tapi kan kamu gak mau kalo dipeluk didepan umum gitu, jadi yaudah. terus solusinya aku suka pengen meluk kamu gitu atau nyium, tapi kan dulu, sebelum kamu gak mau” Ardi menjawab sambil membuang muka
“kamu kok gak maksa buat meluk aku aja? Siapa tau aku sebenernya pengen tapi aku malu” aku yang kali ini membuang muka
“hahah, ya kalo kamu mau ya bilang dong. Aku takut dibilang mesum sama kamu kalo mulai duluan” Ardi kini lebih santai
Suasana hening. Kami terdiam. Aku mencoba mengumpulkan energiku untuk coba jujur baik dengan diriku dan dirinya.
“aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. Jujur akhir-akhir ini aku suka ngrasa aneh gitu, aku takut kalo kamu cinta sama aku karena kita suka gituan” aku menundukan kepala ku
“ ya ampun Didi, aku gak gitu. Kalo aku kaya gitu, ya aku udah dari kapan ninggalin kamu. Aku cinta sama kamu ya karena sifat kamu, sikap kamu, kalo badan kamu yang kaya gini mah bonus” jawab Ardi meyakinkanku
“emang badan aku kaya gimana?” aku mendadak penasaran
“duh, haha. Ya bagus yang, proporsional. Ya kadang suka bikin nafsu juga sih kalo lagi kaya gitu, tapi yaudah cinta aku lebih besar buat kamu” Ardi berkat sambil malu-malu
“dih, jadi kamu nafsu juga sama aku? Katanya cinta?” aku mencoba mengintrogasi
“ Nadia sayang, aku ini cowok, pasti punya nafsu. Kamu punya badan bagus kaya gini mana aku gak nafsu, tapi karena aku sayang, aku cinta ya aku jaga. Kalo kamu pergi, aku pasti minta kamu pake baju yang bener kan? Pake kerudung, celana panjang, yang ga jeplak bajunya, suka ingetin kamu kalo tali bra nya keliatan, ya karena aku cinta. Kalo aku cuma nafsu doang, ya kamu udah aku ajak ml kali dari kapan tau, sebel. Kamu mikirnya aneh-aneh aja” Ardi mulai meluapkan emosinya
“maaf, abis aku cinta sama kamu. Aku takut kalo kamu begitu” aku mulai meneteskan air mata
“maaf yang, abis aku kesel. Aku kan tulus sama kamu. Buktinya kamu minta buat gak ciuman lagi aku mau kan? Malah aku pengen cepet nikahin kamu biar bisa nikmatin kamu. Bosen dijagain terus” Ardi mencoba menghiburku
Jujur, aku terharu dengan ucapaan Ardi. Aku merasa egois dengan sikapku yang menuduh Ardi mesum. Aku malu karena ternyata aku yang tidak bisa menahan nafsuku sendiri. Melihat aku terisak, Ardi merangkul pundakku. Mengusapnya untuk membuatku tenang.
“maaf ya yang, yaudah jangan dipikirin lagi, aku serius sama kamu” Ardi memperat pelukannya
Aku kemudian menyandarkan kepalaku di bahunya. Rasanya begitu tenang, nyaman dan menyenangkan. Aku menyesal melewatkan ini. Rasa ini yang seharusnya aku lebih lebih lihat ketimbang rasa khawatir yang tak berlasan.
Aku kemudian meminum air lemon milik Ardi. Seketika pikiranku terasa tenang. Memang, kita butuh hujan bahkan badai untuk melihat indahnya pelangi. Pelukan Ardi telepas dari pundak ku namun tak menghilangkan rasa nyaman.
“teguk terus, habis nguli neng” Ardi meledek karena minumnya hamper habis padahal dia belum meminumnya
“hahaha, haus tau kalo habis nangis tuh. Hu dasar pelit. Aku punya coklat gak mau aku kasih buat kamu” aku malu sendiri ketika Ardi menggoda ku
“dih pelit, yaudah aku mau beli es krim pulang dari sini” Ardi tak mau kalah
“maauuuu, dasar kamu pelit. Kamu mau aku bikini lagi gak minumnya?” aku mulai melunak
“boleh, tapi jangan diminta lagi ya, hahaha” Ardi membalas sambil berkelakar
Aku lalu beranjak kedapur membuat minuman kedua untuk Ardi. Sebelum kembali ke ruang tamu, aku mencuci muka menghilangkan bekas air mata diwajahku. Tak lupa aku membawa coklat batangan dari kamarku untuk ku nikmati bersama dengan Ardi.
“kamu habis cuci muka?” Tanya Ardi melihat muka ku masih terlihat basah
“iya lah, malu ada bekas nangisnya” aku menjawab sambil membuka coklat yang ku punya
“ngapain malu, kamu keriput aja aku masih tetep sayang, haha” Ardi mulai gombal
“dih gombal, aku mau minta sesuatu dong” aku kembali membuka obrolan sambil menyerahkan potongan coklat kepada Ardi
“apaan yang? Jangan yang aneh-aneh ya” Ardi terheran
“cium aku dong aku kangen” aku menjawab sambil tersenyum ke wajahnya
“katanya gak mau, yakin gak apa-apa?” Ardi masih ragu
“katanya sayang, aku Cuma mau minta dicium kok” aku cemberut
Melihat aku cemberut, Ardi langsung mencium keningku tanpa basa basi.
“hahah, makasi sayang, seneng deh. Bentar deh yang” kataku kegirangan
“apa lagi sayang? Kamu banyak mau amat kali, huhu” Ardi mulai protes dengan sikapku yang seperti anak kecil
“minta ciumnya bukan di kening, tapi di bibir” aku kemudian membuang muka
“seriusan yang? Ada orangutan kamu kali ga enak” Ardi terlihat kaget dengan permintaan ku
“lagi pada tidur, mau gak? Sebelum berubah pikiran nih, hihi” aku tertawa geli
“yaudah hayu yang” Ardi akhirnya menyerah
“dih, kok aku duluan? Cowok lah, masa cewe duluan yang minta” aku kembali memancingnya
Kemudian Ardi memegang dagu ku, mengarahkan ke wajahnya dan kamipun berciuman. Bibirnya mengumlum bibir atasku dengan lembut. Ini yang selama ini aku rindukan. Tanda cinta kasih Ardi yang aku salah artikan. Namun sayangnya tidak berlangsung lama. Mungki sekitar 10 detik bibir kami terlepas. Ardi langsung membuang muka, akupun seperti itu. Seketika cuaca mendadak canggung.
“makasih ya sayang.” Aku membuka obrolan setelah sekitar 2 menit hening.
“iya yang, jadi malu aku” Ardi mulai berani menatap wajahku.
Secara spontan, aku langsung merapatkan badanku dan mengambil dagunya untuk diarahkan pada bibirku. Kali ini aku lebih agresif dalam mengulum bibirnya. Ciuman yang kedua lebih bernafsu dari yang pertama. Aku mulai melepaskan tanganku pada mulutnya dan menikmati percumbuan ini. Semakin panas sampai aku lepas kendali, aku memegang tangan kiri Ardi dan mengarahkan pada payudara kananku. Ciuman kami terlepas saat tangannya mendarat di payudaraku.
“lakukan sayang”aku memberi persetujuan
Lalu kami melanjutkan percumbuan kami. Tangan kirinya aktif meremas payudara kananku. Sayangnya karena posisi yang kurang pas, remasannya tidak terlalu terasa. Aku nekat, aku melepaskan kembali ciumannya. Aku lalu duduk dipangkuan Ardi dengan menghadapnya. Aku langsung mengrahkan kedua tanganya untuk menjamah payudaraku.
Aaahhhhhh
Aku mendesah saat tangan Ardi mulai aktif dipayudaraku. Sementara itu ciuman kamu berlanjt semakin panas. Lidah kami saling beradu saling membelit satu sama lain. Remasan Ardi semakin kuat membaut birahiku mulai naik. Saat sedang menggapai kenikmatan yang dulu hilang, kami dikagetkan dengan suara yang letaknya dekat dengan posisi kami saat itu.
#