Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

nvidia_eyes

Adik Semprot
Daftar
3 May 2014
Post
145
Like diterima
1.353
Bimabet
Namaku Karin, aku tinggal di lingkungan buruk untuk tumbuh kembang anak. Ibuku, Ningsih, adalah seorang pelacur yang sering mabuk dan pecandu obat-obatan terlarang. Aku tidak pernah tahu siapa ayahku, ibuku tidak pernah memberitahuku siapa dia namun perbedaan umur kami aku bisa menduga kalau ayahku mungkin pacar atau pelanggan ibuku waktu dia usia SMA dulu. Dengan latar belakangku yang seperti itu, tidak mengagetkan kalau aku sering dibully sejak kecil di sekolah sebagai anak haram atau anak pelacur yang membuatku tumbuh jadi anak yang rendah diri dan agak pendiam.

Tempat tinggal kamipun bukanlah tempat normal, kami tinggal mengontrak di sebuah ruman di gang sempit kawasan pelacuran. Sudah sering aku terbangun dari tidur ditengah malam karena jeritan ibuku yang sedang melayani pelanggannya di kamar sebelah, yang tentu adalah memori yang sangat tidak mengenakkan buat seorang anak kecil melihat perilaku ibunya begitu. Namun lambat laun hal itu menjadi normal, malah lama kelamaan seiring dengan aku beranjak remaja tanpa aku sadari mulai menimbulkan rasa penasaran dalam diriku.

Aku mulai mengintip secara diam-diam. Jeritan dan ekspresi binal ibuku ditambah dengan pemandangan tubuhnya terlonjak-lonjak digoyang dengan kontol besar pelanggan-pelanggannya mulai membuat nafsuku naik.

”Kok dicolok gitu amalah senang? Emang ibu nggak sakit ya?” pertanyaan-pertanyaan di otak gadis polosku.

Dari sekian banyak pelanggan yang datang berkunjung, ada satu yang sangat sering datang beberapa bulan ini, namanya Pak Mirto, ketua RT disini. Pak Mitro sudah cukup tua mendekati manula. Dia perokok berat, badannya gemuk, kulitnya gelap, dengan rambut ubanan, sama sekali bukan tampilan yang bikin gadis-gadis tertarik. Namun ada yang bikin aku tidak pernah lupa dengan orang ini yaitu kontolnya yang besar perkasa. Suatu ketika saat aku mengintip ibuku seperti biasanya dan Pak Mirto ini jadi pelanggan, aku bisa melihat kontolnya yang hitam, besar, panjang melebihi pria-pria lainnya apalagi dengan rambut lebat yang tumbuh di pangkalnya. Pistol gombyok Pak Mirto yang tampak mengerikan dan unik itu malah menimblakan ketertarikan dan membuatku tidak bisa lupa. Ibuku pun tampak sangat menikmati jika melayani Pak Mirto ini dibandingkan pria-pria yan lain.

Tanpa aku sadari mulai menjadi sebuah kebiasaan untuk masturbasi ketika aku mengintip Pak Mirto. Dibalik pintu aku mengintip aku salalu mengobel vagina dan memainkan puting kecilku sampai suatu hari aku terlalu asik merangsang diriku sendiri, aku tidak sadar Pak Mirto sudah keluar kamar dan menangkap basah aku. Kami berdua hanya terdiam selama beberapa saat, aku benar-benar malu.

”Enak yah, Rin?” kata Pak Mirto sambil tersunyum lalu pergi begitu saja.

Mulai saat itu aku berhenti mengintip ketika Pak Mirto yang datang. Namun aku menyadari Pak Mirto sejak kejadian itu selalu menyapa dan melirik nakal kepadaku. Pak Mirto selalu menggodaku ketika datang ke rumah atau saat aku lewat depan rumahnya saat perdi atau pulang sekolah. Aku bisa merasakan dia menelanjangiku dibalik seragam putih biru ini dengan matanya yang jelalatan. Merasa jijik dan malu dengan perilaku bandot tua itu padaku, aku mulai pergi ke sekolah lewat rute lain dan mengurung diri di kamar setiap Pak Mirto datang. Lama kelamaan ulah jahil Pak Mirto mulai berkurang dan akhirnya berhenti. Aku muali tenang sampai tiba-tiba kejadian nista itu terjadi.

Hari itu sepelang sekolah, seperti biasa aku dapati rumah sepi. Ibuku tertidur di kamarnya karena lelah dan mungkin sedang fly karena obat-obatan yg dia pakai. Karena hari itu panas aku berniat untuk mandi. Sebelum itu, seperti biasanya aku menyempatkan diri meminum teh dingin yang ada di kulkas sebelum pergi ke kamar mandi. Teh yang aku minum rasanya agak lain, tapi aku tidak begitu curiga. Dengan cepat aku buka baju putih dan rok biruku dan aku lemparkan ke keranjang baju kotor dan masuk kamar mandi. Saat itulah aku merasa ada yang agak aneh dengan tubuhku. Tubuhku terasa panas dan jantungku berdebar-debar. Rasa aneh menyergapku. Vaginaku terasa berdenyut-denyut dan ada rasa aneh menyerbu diriku. Tubuhku rasanya gerah sekali.

Mulai aku siram seluruh tubuhku dengan air dingin agar rasa gerahku hilang. Tubuhku merasa segar sekali. Lalu kigosok seluruh tubuhku dengan sabun. Rasa aneh itu kembali menyerang diriku, apalagi saat aku menyabuni daerah selangkanganku yang baru mulai ditumbuhi rambut-rambut halus. Aku merasa ada dorongan birahi yang begitu kencang. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba aku jadi seperti ini. Tiba-tiba anganku melayang pada ingatan waktu Pak Mirto sedang berhubungan dengan ibuku.

Cepat-cepat kubuang pikiran itu jauh-jauh dan segera menyelesaikan mandiku. Hanya dengan tubuh terbalut handuk, aku lari masuk kamarku. Aku selalu berganti pakaian di kamarku sambil memandangit diri di depan cermin dan mengamati seluruh tubuhku yang mulai tumbuh berkembang. Bulu-bulu kemaluan sudah mulai tumbuh di gundukan bukit kemaluanku.

Dadaku yang dulu rata kini mulai tumbuh menonjol dengan puting yang sebesar kacang kedelai dengan warna merah muda. Pinggulku tumbuh membesar. Kata orang aku seksi dan menarik. Apalagi tinggi badanku sudah mencapai 157 cm. Aku sendiri selalu betah berlama-lama di depan cermin dengan melenggak-lenggokkan tubuhku memandang dari segala sisi dan mengagumi tubuhku. Aku yang mewarisi kenatikan ibuku ini sangat bangga dengan tubuh menggoda ini.

Namun baru saja aku mengunci pintu kamarku aku dikejutkan dengan pelukan tangan yang kokoh menyergapku. Aku tidak sempat menjerit karena tiba-tiba sosok yang memelukku langsung membekap mulutku dengan tangannya yang kokoh. Belum hilang terkejutku, handuk yang melilit tubuhku ditarik seseorang dan jatuh ke lantai. Aku benar-benar sudah bugil tanpa sehelai kainpun menutupi tubuhku.

Kembali rasa aneh yang menyerangku semakin menggelora. Ada dorongan hasrat yang menggebu-gebu dalam diriku. Aku tak mampu meronta dan menjerit! Tangan yang kokoh dan berbulu tetap membekap mulutku sementara tangan satu lagi memeluk tubuh telanjangku. Mataku semakin nanar menerima perlakuan seperti itu. Apalagi kurasakan sentuhan kulit tubuh telanjang menempel hangat di punggungku. Pantatku yang telanjang terasa menekan suatu benda panjang melingkar dan keras di balik kain tipis.

”Umuuuuu... mmmmmh....” Aku semakin tak mampu menahan gejolak liar yang mulai bangkit dalam diriku saat sapuan-sapuan lidah panas mulai menyerbu tengkukku.

Aku menggelinjang kegelian dan melenguh. Lidah itu semakin liar bergerak menyusuri leherku.. pundakku.. Lalu turun ke bawah ke sepanjang tulang punggungku. Aku semakin menggelinjang. Lidah itu terus merayap ke bawah dan pinggangku mulai dijilati. Kakiku serasa lemah tak bertenaga. Aku hanya pasrah saat tubuhku didorong ke tempat tidurku dan dijatuhkan hingga aku tengkurap di tempat tidurku. Tubuhku lalu ditindih oleh sesosok tubuh yang sangat berat.

Kakiku mulai memberontak liar karena geli. Apalagi lidah itu dengan rakus mulai menjilati pinggulku. Pantatku terangkat saat mulut berkumis itu mulai menggigiti buah pantatku dengan gemas. Pantatku terangkat-angkat liar saat lidah panas itu mulai menyusup ke dalam celah-celah bongkahan pantatku dan mulai menjilati lubang anusku. Aku benar-benar seperti terbang mengawang. Aku belum tahu siapa yang memelukku dari belakang dan menggerayangi seluruh tubuhku. Aku hanya bisa merasakan dengusan napas panas yang menghembus di bongkahan pantatku saat lidah itu mulai menjilati lubang anusku.

Aku tercekik kaget saat tubuhku dibalik hingga telentang telanjang bulat di kasurku. Ternyata orang yang sedari tadi menggumuliku adalah Pak Mirto.

”MMMMMHHHH....” Aku tidak mampu berteriak karena mulutku langsung dibekap dengan bibirnya.

Lidahku didorong dorong dan digelitik. Aku terangsang hebat. Apalagi sejak minum teh tadi tubuhku terasa agak aneh. Seolah-olah ada dorongan menghentak-hentak yang menuntut pemenuhan nafsu.

Tubuhku menggelinjang saat tangan kekar dan agak kasar mulai meraba dan meremas kedua payudaraku yang baru mulai tumbuh. Lalu kedua kakiku dibentangkan oleh Pak Mirto lebar-lebar dan menindih tubuhku yang sudah telanjang bulat di antara kedua pahaku yang terkangkang. Aku merasa ada benda keras seperti tongkat yang menekan ketat ke bukit kemaluanku di balik kain sarung yang dikenakannya.

”Sudah Nak... kamu diam saja dan nikmati enaknya saja... ahahaha...” ucap Pak Mirto kegirangan.

Mulut dan lidah Pak Mitro tak henti-hentinya menjilat dan melumat setiap jengkal bagian tubuhku. Dari mulutku, bibirnya bergeser menjilati seluruh batang leherku, kemudian turun ke dua belah payudaraku.

”Ouuuuh....” desahku tersentak. Tubuhku menggerinjal saat lidah dan mulut Pak Mitro dengan rakusnya melumat kedua puting payudaraku yang baru sebesar kacang kedelai. Disedotnya payudaraku hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulut Pak Mitro. Aku sangat terangsang dan sudah tidak mampu berpikir jernih. Ada sesuatu yang mulai menggelora dan mendesak-desak di perut bagian bawahku.

Lidah Pak Mitro terus merayap semakin ke bawah. Perutku menjadi sasaran jilatan lidahnya. Tubuhku semakin menggelinjang hebat. Akal sehatku sudah benar-benar hilang. Kobaran napsu sudah menjeratku. Pantatku terangkat tanpa dapat kucegah saat lidah Pak Mirto terus merayap dan menjliati gundukan bukit kemaluan di selangkanganku yang mulai ditumbuhi rambut-rambut halus. Aku merasa kegelian yang amat sangat menggelitik selangkanganku.

”AAAAAIIIIIiiiiihh....” jeritku melengking.

Tubuhku serasa mengawang di antara tempat kosong saat lidah Pak Mirto mulai menyelusup ke dalam bukit kemaluanku dan menggelitik kelentitku. Lubang kemaluanku semakin berdenyut-denyut tergesek gesek lidahnya yang panas. Aku hanya mampu menggigit bibirku sendiri menahan rasa geli yang menggelitik selangkanganku. Tubuhku semakin melayang dan seperti terkena aliran listrik yang maha dahsyat.

Aku tak mampu lagi menahan gelora napsu yang semakin mendesak di dalam perutku. Pantatku terangkat seperti menyongsong wajah Pak Mirto yang menekan bukit kemaluanku. Lalu tubuhku seperti terhempas ke tempat kosong. Aku merasakan ada sesuatu yang meledak di dalam perut bagian bawahku. Tubuhku menggelepar dan tanpa sadar kujepit kepala Pak Mirto dengan kedua kakiku untuk menekannya lebih ketat menempel selangkanganku.

Belum sempat aku mengatur napas tiba-tiba mulutku sudah disodori batang kontolnya yang tanpa kutahu sejak kapan sudah melepas sarungnya dan sudah telanjang bulat mengangkangi wajahku. Batang kemaluannya yang besar, hitam panjang dan tampak mengkilat mengacung di depan wajahku seperti hendak menggebukku kalau aku menolak menciuminya.



Dengan rasa jijik aku terpaksa menjulurkan lidahku dan mulai menjilati ujung topi bajanya yang mengkilat. Aku hampir muntah saat lidahku menyentuh cairan lendir yang sedikit keluar dari lubang kontol Pak Mirto. Namun jepitan kedua paha Pak Mitro di sisi wajahku tidak memberiku kesempatan lain.

Aku hanya mampu pasrah dengan tetap menjilati batang kemaluan Pak Mirto. Lalu dengan paksa Pak Mirto membuka mulutku dan menjejalkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Aku menjadi gelagapan karena susah bernapas. Batang kemaluannya yang besar memenuhi mulutku yang masih kecil.

”Ohuuum... Khayiiin...ohooo...” guman Pak Mirto tidak jelas apa yang diucapkan.

Pantatnya digerak-gerakannya hingga batang kemaluannya yang masuk ke dalam mulutku mulai bergerak keluar masuk di dalam mulutku. Aku hampir tersedak saat ujung kemaluan Pak Mirto menyentuh-nyentuh kerongkonganku. Aku hanya mampu melotot karena hampir tersedak. Tanpa sadar kedua tanganku mencengkeram pantat Pak Mirto.

Setelah puas "mengerjai" mulutku dengan batang kemaluannya, Pak Mitro menggeser tubuhnya dan menindihku lagi dengan posisi sejajar. Kedua pahaku dikuaknya dan dengan tangannya, dicucukannya batang kemaluannya ke arah bukit kemaluanku. Aku tentu sadar apa yang akan dia lakukan. Seketika akal sehatku bangkit dan aku berteriak sekeras mungkin.

”NGGAK MAU.... IBU... IBU.... TOLONG BU....”

Pak Mirto berusaha membekap mulutku tapi terlambat, aku bisa dengar langkah ibuku datang kemari. Pintu kamarku terbuka. Ibuku terbelalak memandang pelanggan setianya sedang menindih tubuh bugilku.

”Ba.. Ba... Bapak ngapain disini... LEPASIN KARIN!” ucap Ibuku sambil berusaha menarik tubuh Pak Mirto agar tindihannya terlepas.

”Sudahlah Ningsih, tenang... kamu butuh uang kan?” kata Pak Mirto, berusaha menenangkan ibu.

Ibuku tiba-tiba terdiam. Aku tidak habis pikir, bisa-bisanya dia ragu disaat-saat begini.

”Satu juta, lebih dari cukup kan?” tawar Pak Mirto.

”Enggak bu... jadi dengerin itu, tolong Karin Bu...” rengek aku berusaha mengiba.

”Ta... tapi pak... Karin kan masih kecil...?” tanya ibuku.

”Hahaha... begini-begini bahenol juga kok Karin ini... coba lihat...” kata Pak Mirto sambil meremas-remas buah dadaku.

Ibuku masih terus terdiam tidak bergerak.

”Kamu juga dulu umur segini mulai tidur sama om-om kan? Jadi apa salahnya? Pelanggan kamu mulai sepi kan? Tidak ada yang pengin sama memek melarmu lagi. Jadi kalau Punya anak kimcil cantik begini ngapain tidak diberdayakan? Ahahaha.” ucap Pak Mitro terus berusaha meyakinkan ibuku.

”Jangan bu... jangan dengerin... Karin nggak mau begini... Tolong...” rengekku lagi sambil mulai menangis.

Ibuku terus terdiam sama semenit sampai akhirnya berkata, ”Satu ronde saja ya pak. Jangan terlalu kasar ke Karin.”

Pak Mitro tertawa sambil mengangguk. Hatiku terasa tercabik-cabik mendengar perkataan Ibu. Perawanku dijualnya ke pria tua dengan begitu mudahnya. Ibuku pergi meninggalkan kamarku dengan langkah lunglai dan menutup pintu.

Pak mitro melanjutkan aksinya dengan menggesek-gesek batang kontolnya lagi dan menjilati pipiku yang basah oleh air amata. Pelahan Pak Mitro berhasil membangkitkan nafsu birahiku lagi. Aku merasa geli saat ujung helm kontol Pak Mitro mulai menggesek-gesek pintu lubang kemaluanku yang sudah mulai basah. Namun,

”Oooough...” jeritku kesakitan.

Dari rasa geli dan nikmat, tiba-tiba aku merasakan sensasi perih di selangkanganku saat Pak Mitro mulai menurunkan pantatnya. Aku melihat kebawah dan melihat batang kontol Pak Mitro mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan perawan aku yang masih sangat sempit. Rasa takut mulai mendera membayangkan batang sebesar itu akan dipaksa masuk ke lubang kecil aku.

”Aduuuh... aduh... Pak... jangan ya Pak... Ampuuuun...” rengekku mengiba.

Aku merintih kesakitan dan air mataku mulai mengalir lagi. Berusaha kuat mendorong badan Pak Mitro agar menjauh tapi ridak ada gunanya. Pak Mitro yang sudah terbakar nafsu bejat tidak akan mungkin mau berhenti. Sejenak dia menghentikan gerakannya.

”Tenang Nak... tenang... Bapak sudah sering garap perawan, nanti sakitnyanya hilang dan jadi enak kok...” kata Pak Mitro berusaha menenangkan sambil mengecupi bibirku.

Pak Mitro menarik pantatnya ke atas membuat batang kontolnya yang terjepit di dalam lubang kemaluanku tertarik keluar. Gesekan kepala kontolnya yang besar di dalam dinding lubang kemaluanku menimbulkan rasa nikmat seperti apa yang dia bilang tadi. Aku mulai terbuai rasa nikmat itu. Sampai hari ini aku tidak mengerti bagaimana mungkin aku bisa birahi saat sedang akan diperkosa seperti itu. Apakah teh aneh yang aku minum tadi ada obat yang dimasukan Pak Mitro secara diam-diam? Aku tidak mengerti.

”Uuu... Uuuuuuh...” Aku kembali merintih kesakitan saat Pak Mitro mulai menekan pantatnya lagi yang membuat batang kemaluannya menerobos lebih dalam ke dalam lubang kemaluanku.

Pak Mitro masih terus membisikiku kalau rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya. Ia menarik lagi pantatnya. Benar.. Rasa sakit itu berganti nikmat saat batang kontolnya ditarik keluar hingga hanya ujung kepalanya saja yang masih terjepit dalam lubang kemaluanku.

Lubang kemaluanku yang sudah sangat licin sangat membantu pergerakan batang kontol Pak Mitro dalam jepitan lubang kemaluanku. Detik-detik berlalu dan sedikit-demi sedikit batang kemaluan Pak Mitro menerobos semakin dalam. Pak Mitro terus menarik dan mendorong pantatnya dengan pelan dan teratur, sampai akhirnya...

”ADUUUUUUH....” rintihku.

Aku menggigit bibirku keras-keras saat selangkanganku terasa perih sekali. Selangkanganku terasa robek saat Pak Mitro menekan pantatnya dengan keras sampai batang kontolnya hampir masuk separuh ke dalam lubang kemaluanku. Darah segar menetes menodai kasurku.

”ADUDUDUH PAK....! SAKIT BANGET... SAKIIIIIIIT.....!” Aku menjerit menahan sakit yang amat sangat di selangkanganku.

Pak Mitro segera menghentikan gerakannya dan memberiku kesempatan untuk bernapas dan menenangkan diri. Aku merasa lega saat dia menghentikan gerakannya. Kini aku dapat merasakan lubang kemaluanku seperti terganjal benda keras dan hangat. Benda itu berdenyut-denyut dalam jepitan lubang kemaluanku.

Rasa perih yang tadi menyentakku berangsur mulai hilang tergantikan rasa nikmat saat batang kemaluan Pak Mitro mulai lancar bergerak lagi keluar masuk dalam jepitan lubang kemaluanku.

”Ouhh... Ah... Ah... Ah... Ah... Ah... Ah...” desah nikmat keluar dari mulut aku.

”Hahahaha... bagus, bagus... Enak kna anak cantik...?” tanya Pak Mitro sambil tersenyum bangga memandangiku.

Rasa nikmat terus meningkat sampai tanpa sadar aku menggoyangkan pantatku ikut terbuai oleh kenikmatan. Aku seperti lupa diri. Rasa sakit sudah benar-benar hilang tergantikan rasa nikmat yang benar-benar memabukkan. Pak Mitro semakin bersemangat mengayunkan pantatnya menghunjamkan batang kemaluannya. Empat kali mendorong lalu didiamkan dan diputar kemudian ditarik lagi. Tanpa sadar pantatku terangkat saat Pak Mitro menarik pantatnya.

”Auuh... Oho.. ohoo... ooh... aah… aaah..... aaaagghhh….” Desah nikmat kami bersahutan. Dari dinding tipis kamarku, tetangga pasti bisa mendengarnya.

Berkali-kali Pak Mitro mengulang gerakannya hingga perutku terasa kejang. kepalaku serasa melayang melayang, pandanganku serasa putih semua. Tanganku semakin kuat mencengkeram punggung Pak Mitro untuk mencoba menahan kenikmatan yang terus menerjangku. Otot-otot dinding kemaluanku mencegkeram batang kontol Pak Mitro semakin kuat, membuat pria paruh baya itu mengayunkan pantatnya dengan perkasa diiringi geramannya yang kudengar bergemuruh di telingaku. Mataku semakin membeliak menahan desakan yang kian dahsyat di perut bagian bawah perutkuku.

”UAAAAAAH....” Aku menjerit saat merasa ada sesuatu yang kurasa pecah di dalam sana.

Tapi tiba-tiba bibir Pak Mitro melumat bibirku membungkam jeritanku. Pak Mitro melumat mulutku dengan rakus. Aku merasa tubuhku seolah-olah terhempas ke awan. Tubuhku gemetar mengejat-ngejat saat aku mencapai puncak kenikmata. Pak Mitro yang bibirnya masih melumat bibirku pun menggoyangkan pantatnya semakin kencang. Tubuh Pak Mitro mulai berkelojotan di atas perutku, dia menggeram dengan kencang dan mendorong batang kontolnya sampai mentok!

Croooooot.....

Aku merasakan semburan cairan panas yang memancar dari batang kontol Pak Mitro mengisi perutku. Batang kontolnya berkedut-kedut dalam jepitan lubang kemaluanku. Tubuh Pak Mitro masih bergerak dengan liar selama beberapa saat lalu ambruk menindihku. Nafas ku hanya tinggal satu-satu. Aku bisa mendengar nafas Pak Mitro menggemuruh di telingaku.

Batang Kontol Pak Mitro masih tertanam didalam sampai akhirnya lemas dan terlepas sendiri. Tubuhku yang sudah lemas dipeluk Pak Mitro. Dia terus meinciumi bibir dan pipiku sambil bembisikan kalau dia puas sekali dengan perawanku. Aku yang sudah kehabisan tenaga cuma bisa diam saja dan akhirnya tertidur di pelukannya.

Ketika terbangun, hari sudah gelap. Aku bisa dengar suara ibuku melayani pelanggan seperti biasanya. Pak Mitro sudah pergi. Setelah melihat-lihat sejenak, aku bisa melihat lubang kemaluanku yang sudah berantakan dengan sperma Pak Mitro masih mentes keluar. Noda darah dan sperma juga tampak jelas di kasurku. Ternyata itu bukan mimpi, Pak Mitro benar-benar sudah memperkosaku. Aku menangis sejadi-jadinya malam itu menyadari perawanku sudah dirampas di usia yang sangat muda.

Selama beberapa minggu setelahnya Pak Mitro yang masih mencoba menjahiliku dengan cara mencegatku beberapa kali waktu pulang sekolah tapi masih bisa aku tolak. Tidak perlu ditanyakan lagi kalau aku benci setengah mati dengan orang itu. Bandot tua itu memang benar-benar sudah ditakdirkan untuk menghancurkan hidupku, karena cukup dengan melakukannya sekali malam itu, Pak Mitro berhasil menghamiliku.

Selama beberapa bulan aku berhasil menutupi hehamilanku dari semua orang sebelum akhirnya perutku jadi terlalu besar untuk disembunyikan. Akupun harus rela meninggalkan bangku sekolahan. Aku melahirkan di puskesmas dengan persalinan yang sulit namun anak perempuanku lahir dengan selamat dan sehat. Singkat cerita aib yang berusaha ibuku tutupi akhirnya terbongkar juga. Pak Mitro ditangkap polisi, ibuku ikut diperiksa, dan mereka dijebloskan ke penjara.



[ini cerita lama yang dirombak]
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd