1. Apakah suhu/sista/momod/mimin di sini pernah mengalami religiously confused, atau mengalami fase2 bertanya akan eksistensi manusia dan tuhan ? Atau momen spiritual lain ?
2. What do you think about my current self ? I mean, apa pandangan kalian soal orang yang memilih jadi ateis/agnostik.
1. Pernah, dulu dari SMP. Gara2 baca teks Gnosis, membuat kegoncangan pada keimanan saya. Saya anggap diri saya cukup gila saat itu, sebab teks gnosis itu di banned oleh otoritas agama saya yg berlaku (termasuk dikecam dan dikutuk fundamentalis). Bayangin, ane yg masih ingusan, ngompol di celana orang #eh, pake seragam biru putih, udh baca teks yg di banned agama ane. Tapi ya mau gimana, ane penasaran dan dapet aja lagi itu buku.
FYI, di abad 12-16, otoritas agama saya adalah otoritas agama yg paling rajin membreidel pengetahuan2 yg bersebrangan dng kata2 Tuhan dlm pandangannya. Biasanya yg berani2 melanggar dpt hadiah berupa disate dlm keadaan manusia utuh, kegilaan nya ga jauh beda ama ISIS or Taliban. I was lucky not to live at that moment. Singkat cerita, akhirnya saya melepas agama asal.
2. Biasa saja. Agnostic / Atheist itu pilihan hidup, spt halnya seorang theis. Agnostic atau atheist pada dekade 70an adalah kumpulan dr gelombang reformasi manusia yang memiliki keingintahuan akan hakekat manusia, mereka cenderung punya rasa ingin tau yg besar, tidak mudah percaya pada sistem. Banyak para pengikut paham ini menyatakan beragama tidak lah menyelasaikan masalah, pun begitu malah menimbulkan permasalahan baru, misalnya mengenai perdebatan ttg perbedaan, pembenaran thd kekerasan dll.
***
Saran saya yg masih nubi ini, coba belajar cari tau dr sisi filsafat. Baca2 ttg blog filsafat. Filsafat adalah Ibu dari segala ilmu pengetahuan. Contohnya kimia, kedokteran, genetika, biology, itu adalah bagian dari filsafat alam (natural philosophy). Atau agama, keyakinan, metafisika adlh bagian dr filsafat spiritual (spiritual philosophy).
Pada dasarnya, filsafat lahir krn rasa kagum manusia akan segala sesuatu yg terjadi. Daya nalar manusia yang terbatas mencoba memahami segala fenomena yg ada, karena itu lahirlah para filsuf2 awal.
Menjawab pertanyaan suhu tidak semudah dng mengetok palu bahwa Divine Being is exist or not. Tapi dng memahami apakah hakikat manusia, anda akan memahami cara Tuhan bekerja.
Bocoran aja sblm menemukan Tuhan, coba suhu mungkin jawab ini dalam hati.
"Darimanakah asal-usul agama? Apakah Tuhan yang menciptakan utk manusia? Atau manusia yg menciptakan utk manusia?"
"Apakah beragama sama dengan berTuhan?"
"Siapakah yg lebih membutuhkan agama? Apakah kita atau Tuhan"
Tidak ada yang salah dengan agama. Agama itu baik, satu bentuk pengendalian diri yg mulia. Agama adalah rangkuman nilai2 moral dan budaya, yg diwujudkan dalam bentuk teks kebijaksanaan dan ritus2 tertentu.
Jika suhu mengalami kekosongan dengan ketiadaan Tuhan dalam ritus yg suhu lakukan, saya rasa suhu terjebak dlm sistem Agama = Tuhan. Silahkan saja mencari Tuhan dalam agama, sebab dalam realitasnya saya pun beragama, dan meyakini agama saya saat ini, dalam konteks falsafah hidup. Tetapi, jika suhu mengalami kekosongan, sejenak coba suhu tarik diri, pelajari filsafat, pelajari hakikat suhu sbg manusia. Klo mau tau belajar di mana blog2 nya, ntr nubih bisikin. Have a good day.