Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Scandal Salmah Dan Hamidi

Selamat sore om om quh

Terima kasih buat semua yg sudah mampir:ampun:
Tak lupa matur tengkyu banyak buat para suhu para master dan agan agan yg telah sudi memberi kan :cendol: 👍🏼😍 nya, yg tidak dapat nubie sebutkan satu persatu.

Akhir kata

Selamat BERIMAJINASI :beer:


Sudah 15 menit Hamidi di kantin, kopi di gelas sudah habis. Tapi penampakan mba Sal belum terlihat juga. Akhirnya Hamidi mencoba menghubungi lewat WA. Setelah beberapa pesan terkirim belum ada yg di baca. Batin Hamidi campur aduk tak menentu. Akhirnya Hamidi memutuskan untuk pulang.

Pukul 20:00 belum ada kabar dari mba Sal. Pikiran Hamidi semakin gundah. Pesan WA td sore belum ada yg di baca. Dalam kejenuhan Hamidi mulai memutar koleksi film dari laptopnya. Dasar Hamidi, meski matanya melihat film tapi pikiranya terus ke mba Sal. Dia masih kepikiran kemana perginya wanita pemilik kantin itu. Hingga pikiranya ngelantur kemana mana.
"Apa mba Sal... Ah tidak mungkin. Mba Sal bukan wanita seperti itu... Hufffssstt.."Hamidi bicara sendiri.
Entah sudah berapa film yg di putarnya.

Tok tok tok tok..
"Assalammualaikum.."
Hamidi di kejutkan suara ketokan pintu dan Sallam dari seorang wanita. Hamidi baru ingat.. Kalo pintu pagarnya belum di kunci gara gara asik nonton film..
"Waalaikumsallam.."jawab Hamidi
Hamidi melihat jam dinding.
"Hmmm.. Jam 10, malam malam begini siapa ya.. Apa mba Sal.. Akh nggak mungkin jam segini, kencanya kan sore.."batin Hamidi.
Dengan agak malas Hamidi bangkit menuju pintu depan. Hamidi melihat dari tirai jendela. Tapi tamu itu menghadap kejalan, hanya tampak belakang yg bisa di lihat Hamidi. Dengan penuh rasa penasaran Hamidi membuka pintunya.. Sang tamu pun membalikan badannya..

Dan betapa Hamidi terkejut campur tak percaya wanita itu adalah mba Sal..
"Mba Sal.."pekik Hamidi
Mba Sal cuma tersenyum..
"Mobil mba mana.."sambung Hamidi sambil clingak clinguk mencari mobil mba Sal.
"mba tinggal di kantin.. Mba td naik taksi.. Kalo bawa mobil ntar ada yang lihat bisa runyam.."jawab mba Sal
"berarti.."belum selesai Hamidi bicara, sudah di potong mba Sal..
"mba gak di suruh masuk nih..."
"ohh.. Maaf mba.. Iya iya silahkan mba.."Hamidi mempersilahkan mba Sal masuk. Hamidi bergegas lari ke gerbang menguncinya dan kembali lagi masuk ke rumah. Dia melihat mba Sal sedang duduk sambil baca baca majalah yg ada di atas meja. Di kuncinya pintu rumah, sambil basa basi Hamidi menawarkan minuman.
"Ennngg.. Mau minum apa mba?"
"Gak usah repot repot.. Nanti mba ambil sendiri aja.."jawab mba Sal sambil mengalihkan pandangannya ke arah Hamidi.
"Nggak ngrepotin kok mba.. Gimana kalo susu kesehatan buat ibu ibu mba.. Mamah kalo malam suka minum itu mba.."usul Hamidi
"Ya udah terserah Midi aja.. Ehh.. Ntar mamah Midi tau.."mba Sal sedikit ragu
"Gak bakalan mba.. Masih banyak kok.."jawab Hamidi sambil bergegas ke dapur.

Hamidi datang membawa 2 gelas minuman. 1 buat mba Sal susu kesehatan buat ibu ibu, 1 lagi tak bukan dan tak lain kopi hitam. Hamidi duduk di samping mba Sal. Jaraknya tidak terlalu jauh hanya sejengkal tangan dewasa. Kalo di perhatikan, mereka layaknya seorang ibu dan anak. Tapi godaan nafsu syahwat berkata lain.
"Mba tadi kemana.."tanya Hamidi
"Ceritanya panjang.. Tadi teman teman arisan mba datang ke kantin. Ngajak senam.. Awalnya mba menolak, karena terus di paksa mba gak enak jg.."mba Sal berhenti bercerita untuk minum, sementara Hamidi mulai menyalakan sebatang rokok sambil mengejar cerita mba Sal.
"Terus mba.. "
"Ya terpaksa mba ikut, mba hafal kalo pergi sama ibu ibu rempong pasti lama.. Dan bener.. Jam 8 baru bubaran.."berhenti sejenak sambil membetulkan letak duduknya menghadap ke Hamidi.
"Tapi WA nya kok gak di balas.."Hamidi agak cemberut.
"Hihihihi..."tawa kecil mba Sal
"Malah ketawa.."Hamidi makin gusar
"Ya gara gara ibu ibu tadi.. Hp mba sampe lupa di laci meja kasir.. Hahaha"tawa mba Sal lepas.

Hamidi yg tadinya gusar mulai tersenyum.
Melihat mba Sal tertawa renyah terlihat barisan gigi mba Sal yg rapi dan putih. Hamidi merasa suasana ruang tamunya begitu romantis. Hamidi mematikan rokokya, berlahan duduknya mulai beringsut mendekati mba Sal. Dengan masih menatap wajah mba Sal, tangan kirinya mulai di lingkarkan di pinggang mba Sal. Di elusnya area pinggang dan perut dengan lembut, sementara mba Sal membiarkan saja. Mba Sal mengambil minumannya, susu itu dengan pelan mba Sal minum sambil matanya melirik ke wajah Hamidi seakan akan mempersilahkan Hamidi melakukan apa saja pada tubuhnya.

Hamidi meraih gelas mba Sal, diletakanya di meja. Lalu dengan perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah mba Sal, yg juga mulai mendekatkan wajahnya. Wajah dan bibir mereka sudah benar benar dekat, tapi mereka bukan ABG jaman now yg langsung berciuman. Jarak sekian mili mereka diam, sehingga hembusan nafas keduanya saling beradu. Suasana seperti ini terasa lebih romantis, dimana hembusan nafas saling menyapu hidung dan bibir mereka. Tatapan mata mereka saling beradau seakan akan mewakili mulut untuk berkata 'aku milikmu malam ini'.

Dengan sangat lembut bibir mereka mulai bergesekan. Tak ada kata yg terucap, hanya suara hembusan nafas yg lambat laun mulai tak beraturan. Bibir Hamidi memulai dengan kecupan lembut, kecupan pertama.. Kedua.. Ketiga.. Mba Sal masih diam. Di kecupan ke empat bibir mba Sal mulai merespon, mba Sal membalas lembut kecupan Hamidi. Berawal dari kecupan, membangkitkan gejolak birahi mereka. Bibir mereka sekarang sudah mulai saling melumat, lumatan demi lumatan mereka lancarkan. Saling balas menyedot, saling menggigit kecil. Lidah mereka pun tak mau diam, lidah Hamidi perlahan menyapu bibir mba Sal. Di teruskan ke deretan gigi yg rapi, dengan daya jelajah yg mumpuni untuk lidah seorang laki laki dewasa menerobos masuk ke rongga mulut. Lidah mba Sal pun membalasnya, didalam rongga mulut wanita paruh baya itu lidah mereka saling beradu.

Di atas, mulut mereka saling serang. Sementara di bawah, tangan mba Sal menggenggam lembut pergelangan tangan kanan Hamidi yang menyusuri paha padatnya. Gamis berwarna hitam kombinasi putih tidak mengurangi rasa geli bercampur nikmat. Rabaan halus sesekali remasan nakal membuat jantung mba Sal terasa mau medak, berdegub kencang. Tangan Hamidi tau persis, area mana yg nantinya akan di jamah. Genggaman tangan mba Sal tidak melarang ketika tangan kanan Hamidi mulai bermain di pangkal pahanya. Aliran darah mba Sal terasa berdesir saat tangan Hamidi menyentuh gundukan bukit kecil, mba Sal mendesah..
"Sssstttttttt.... Ennnnnghh.. "desahanya diantara sela sela mulut mereka.

"🔊🎵🎶🎵🎶🎵🎶🎵🎶🔊"
Sayup sayup terdengan nada panggil masuk dari kamar, sesaat ciuman mereka berhenti untuk memastikan apakah benar ada panggilan masuk. Setelah pasti ada panggilan masuk, Hamidi bangkit menuju kamarnya. Mba Sal menarik nafas panjang, dan melepaskanya
"Hhhhhhhfffffuuuusssssttt..."
Mba Sal bangkit berjalan menuju jendela, tanganya berpegangan pada tralis jendela. Mba Sal memandang keluar, dilihatnya lalulintas masih rame. Bahkan di depan pagar rumah yg berjarak 5 meter dari posisi mba Sal berdiri ada gerobak nasi goreng mangkal. Dilihatnya ada 3 orang pemuda sedang duduk menunggu nasi goreng. Pandangan matanya beralih ke jam tangannya..
"22:45.."gumamnya.
"Kalo di kampung jam segini sudah sepi.."batin mba Sal.
Mba Sal jadi teringat ke dua anak perempuanya di kampung. Yg pertama Nurmala umur 24 tahun bekerja di salah satu bank yg buka hampir di seluruh pelosok negeri, yg ke dua Mega 19 tahun kuliah di universitas swasta di sekitar tempat tinggal mereka. Keduanya berpostur seperti ibunya, wajah cantik.. Tubuh bongsor padat berisi. Mungkin gen nya turunan dari ibu, atau bahkan bapaknya jga tinggi gagah.

"Aaaakhhhh..."pekik mba Sal membuyarkan lamunanya. Pekikan itu bahkan terdengar sampai jalan, tiga pemuda tadi serentak menoleh ke rumah Hamidi mencari tau sumber suara tadi.
"Ihhhh.. Midi.. Bikin kaget aja.."protes mba Sal sambil mencubit lengan Hamidi.
Rupanya setelah menerima telepon, Hamidi diam diam meremas payudara mba Sal dari belakang. Sontak mba Sal kaget, tapi itu tak lantas menghentikan aksi nakal Hamidi. Tangannya terus meremas payudara mba Sal yg terbilang besar dan masih kencang untuk ukuran wanita berumur 45 tahun. Wajah Hamidi berada di sisi kanan kepala mba Sal, tubuhnya menekan tubuh mba Sal. Sehingga wanita istri orang itu terasa terjepit antara tubuh Hamidi dan teralis jendela yg jadi pegangan kedua tangannya. Di bagian atas, bukit kembar nan montok diremas remas tangan Hamidi. Sementara di bagian bawah, tepatnya bongkahan padat pantat mba Sal telah di gerus dengan tonjolan batang kontol Hamidi. Mba Sal pasrah, kepalanya di sandarkan di bahu kiri Hamidi. Tanganya berpegangan teralis jendela, tubuhnya depan belakang di jamah laki laki muda penuh gairah. Nafas mba Sal kembali tak beraturan setelah tadi sempat terhenti. Kedua matanya terpejam, mulutnya terbuka sedikit yg menampakan gigi bagian depan saja. Desisan lirih keluar dari mulut mba Sal, birahinya datang lagi setelah tadi sempat terhenti.

Tangan Hamidi berusaha membuka 4 kancing gamis yg berada di depan dada, satu persatu kancing di loloskan dari pengaitnya. Tampaklah sembulan bukit kembar nan putih, Dengan di bungkus bra warna hitam terlihat begitu kontras. Terlihat otot otot hijau menghiasi payudara mba Sal. Begitu sempurna untuk wanita berumur yg sudah mempunyai dua anak dewasa. Tangan Hamidi mencoba masuk di antara belahan payudara mba Sal, di gremasnya payudara kiri dengan lembut. Jarinya berusaha mencari puting yg masih tercepit bra yg ketat, seakan akan bra itu tidak mampu menampung payudara wanita istri sopir truk itu. Jari Hamidi menyapu areola yg terasa agak lebar mengelilingi putingnya yg besar. Payudaranya terasa semakin kencang, areolanya terasa tebal dan putingnya semakin mengeras. Saat jari Hamidi memilin puting, mba Sal reflek membusungkan dadanya dengan suara desahan tertahan.
"Aaakkakakhhhhhh..."
Gerakan reflek tersebut membuat pantat mba Sal agak bergerak kebelakang, menekan benjolan keras di celana Hamidi. Pinggang Hamidi menyambut dengan gerakan maju mundur, sementara pandangannya menatap wajah wanita paruh baya yg ada di sisi kiri pipinya.
 
Selamat Malam agan agan ganteng

Terimakasi sekali lagi buat agan agan om om poro suhu dan poro master yg sudah sudi meluangkan waktu membaca cerita nubie yg amburadul.


Salam semprot
Selamat BERIMAJINASI:beer:
Semoga bisa memancing gairah seks sebelum anda menjalankan sunah malam jumat ;)




Aksi tangan Hamidi semakin nakal, remasan remasan kombinasi pilinan yg kadang lembut dan kadang kuat membuat ibu dua anak itu tidak dapat menahan erangannya. Mba Sal berusaha menutupi dengan telapak tangannya, kepalanya kedepan dan pandanganya mengarah ke gerobak nasi goreng dimana 3 pemuda tadi berada di situ. Mba Sal agak cemas kalau kalau erangannya td sampai terdengar. Dengan mata sayu, mba Sal melihat pemuda pemuda tadi sedang menikmati nasi goreng, sesekali mereka menoleh ke rumah Hamidi. Situasi ini menimbulkan sensasi yg luar biasa, gelombang birahi menyerang mba Sal dengan cepatnya.

Mba Sal membalikan badan, diraihnya kepala Hamidi dan ditarik ke bibir seksinya. Dengan reaksi seperti itu, Hamidi paham kalau wanita istri orang itu ingin melumat bibirnya. Karena pemanasan yg sempat terhenti dan sensasi yg ditimbulkan, lumatan bibir mereka begitu rakus. Suara khas lumatan dan sedotan lidah mereka terasa memenuhi ruang tamu.
"Sseeeerrrllluuuppp... Ssssseerrrlllluuupp.. "
Tangan kiri Hamidi memegang kepala yg terbungkus jilbab, menekanya agar lidahnya bisa lebih dalam masuk ke rongga mulut mba Sal. Sementara tangan kanan Hamidi menyingkap gamis mba Sal ke atas, di tahanya sampai pangkal paha. Jarinya mulai meraba gundukan yg terbalut celana dalam, di rasanya kain celana dalam itu terasa basah. Dua jarinya mulai menerobos masuk mencari lobang surgawi mba Sal. Terasa bulu bulu jembut mba Sal begitu tipis dan lembut. Jari tengah Hamidi mencoba masuk ke liang senggama mba Sal, hangat.. Becek.. Dan licin.
Perlahan jari tengah Hamidi masuk menerobos dinding vagina mba Sal, perlahan pula di tariknya keluar. Gerakan itu Hamidi lakukan berulang ulang, hingga rongga rahim ibu ibu itu semakin becek.

Mba Sal semakin di bakar birahinya, kedua tanganya ikut menekan kepala Hamidi. Tanganya meremas remas rambut Hamidi, matanya semakin sayu beradu dengan tatapan mata singa. Nafas mba Sal semakin memburu, terkadang mulutnya pun ikut membantu hidungnya mencari udara segar. Hamidi semakin buas, tempo kocokan jari tengahnya semakin cepat. Suara suara aneh tp tidak asing keluar dari memek mba Sal, mengiringi mahluk lain jenis itu mengumbar birahi. Telapak tangan dan jari Hamidi terasa basah kuyup, tetesan lendir keluar dari memek mba Sal. Hamidi menarik keluar jarinya, dia merubah teknik dengan mengelus elus dari luar memek mba Sal. Teknik tersebut tidak mengurangi rasa nikmat yg mendera ibu dua anak itu. Dengan isyarat tangan dari Hamidi, mba Sal agak membuka pahanya. Dengan terbukanya paha mba Sal, Jari jari kekar Hamidi dapat menyentuh bagian dalam memek mba Sal. Tempo gosokan tangan Hamidi semakin cepat, tekanan tekan ke dalam bibir rahim mba Sal semakin kuat.

Dan puncaknya... 3 jari tangan Hamidi serentak menerobos masuk liang vagina yg sdah benar benar banjir.
"Uuuuuuooooooooaaahhhhhhkkkkhhh.."
Lumatan bibir mba Sal lepas, kepalanya mendongak kebelakang bersandar teralis jendela.. Mulutnya menganga bebas, akibatnya menimbulkan suara yg lumayan keras. Mba Sal tidak sempat menutup mulutnya, tangannya sibuk dengan rambut Hamidi. Saat saat seperti itu bener benar di nikmati oleh Hamidi. Mungkin lain ceritanya kalo yg seperti itu adalah penjaja seks, suara dan gerakan mereka sudah pasti settingan belaka. Tapi ini benar benar gejolak birahi yg datang dari seorang wanita paruh baya, bersuami dan beranak dua yg setiap harinya sampai malam ini berpenampilan alim.

"Huuuuuuoooohhh.. Huuuuuooohhhh.. "mba Sal mengatur nafasnya. Dia segera menengok ke arah pagar, "hhhhuuuuufffsss.." dia lega.
Ketiga pemuda tadi sudah tidak ada, tinggal pedagang nasi goreng yg masih di depan pagar. Hamidi tak tinggal diam, tangan kirinya yg lepas dari kepala mba Sal segera meremas payudara yg membusung. Mulutnya menciumi payudara yg satunya. Tiga jari Hamidi masih diam di dalam memek mba Sal, dia memberi waktu sejenak buat mba Sal menenangkan diri. Bra hitam dengan kuat di tarik ke bawah, payudara mba Sal seolah olah meloncat keluar. Mulut Hamidi langsung menyapu areola dan puting sebesar biji kelengkeng.

Diemutnya puting warna coklat gelap itu, digigit dan di jilat. Tangan kiri Hamidi melingkar ke pinggang mba Sal, tangan kananya mulai beraksi. Pelan.. pelan.. dan pelan memek mba Sal di kobel 3 jari. Wanita paruh baya itu mendesah, kepalanya menengadah seakan akan pasrah apa yg akan terjadi. Tatapan matanya menyapu plafon ruang tamu, mulutnya tak henti hentinya merancau..
"Ssssssstttttt..aaaaakkkkhhh.. Mi.. Di.. Mbbbb.. Bbbaaa.. Sssuuudaaa..hh gggaaak.. Tttaa..hhaann..."
Hamidi melirik ke muka mba Sal.. Kenyotan di payudara dan kobelan di memek dia sudahi. Kepala Hamidi naik dan sejajar dengan wajah mba Sal, di belainya pipi tembem mba Sal.
Wanita itu pun tau, kalo dia harus gantian memberi kenikmatan pada Hamidi.

Mba Sal turun menyusuri tubuh bidang Hamidi, sampai di pinggang di lepasnya ikat pinggang Hamidi. Perlahan kancing dan resleting clana Hamidi di buka, batang kontol Hamidi meloncat keluar. Ya Hamidi memang jarang pakai celana dalam, bahkan tidak pernah pakai. Dengan lembut batang kontol Hamidi di urut, di belai.. Dikocok pelan. Mulutnya mulai membuka, bibirnya mengatup kepala kontol Hamidi. Dirasa cukup dengan kepala kontol, mulut mba Sal membuka lebih lebar.. Dan batang kontol Hamidi di telannya. Hamidi mendesah, tanganya memegang kepala mba Sal yg sedang mengoral kontol panjangnya.

Belajar dari kemaren malam, Hamidi meraih tangan mba Sal untuk berdiri. Ya Hamidi tidak ingin separuh air maninya muncrat duluan. Dilepasnya CD mba Sal, di putar badanya menghadap ke luar. Sekarang posisi mba Sal membelakangi Hamidi, sama seperti tadi. Tapi bedanya pantat mba Sal di tarik agak mundur, badannya jadi condong ke depan. Gamis hitam kombinasi putih Hamidi singkapkan hingga tergantung di pinggul padat mba Sal. Bongkahan pantat mba Sal terpapang jelas di hadapan Hamidi. Pemandangan yg luar biasa indah, tangannya pun mendarat di pinggul mba Sal. Dengan tangan kanan,, Hamidi mulai menggesek gesekan kepala kontolnya di bibir vagina yg basah kuyup, setelahnya di tekan pelan pelan. Pelumas dari memek mba Sal membantu proses masuknya kepala kontol Hamidi. Seperempat kontolnya masuk, di tarik.. Di tekan lagi seperti semula sampai beberapa kali. Mata mba Sal terpejam, bibirnya tertutu rapat menahan sodokan lembut Hamidi. Tekananya lambat laut bertambah dalam, setengah batang kontol Hamidi masuk. Ditarik dan di masukan lagi terus seperti awal. Mulut mba Sal mulai terbuaka, dia mendesah menerima genjotan Hamidi. Tanganya erat menggenggam teralis jendela, kepalanya menghadap kesisi kanan dengan tangan sebagai penopangnya.
Pergerakan kontol Hamidi masih separo, dia ingin mengejutkan mba Sal. Kedua tangan Hamidi mencengkeram kuat pinggul mba Sal, kontolnya tarik sebatas bekas sunatan.

Dan... BLLLLEEEESSSSS....
Dorongan kuat Hamidi lakukan, batang kontolnya yg panjang sekitar 20cm masuk semua ke dalam memek mba Sal. Wanita itu tersentak, kontol Hamidi terasa mentok sampai rahimnya. Dia reflek mengangkat kepalanya, tangannya menggenggam erat teralis jendela.
"Ooouuuhhhhh...."suara nya bagai lolongan anjing di malam hari.
Genjotan Hamidi berlanjut, ditarik.. Di hentakkan masuk.. Di tarik dan di hentakan lagi berkali kali. Mba Sal semakin tersiksa, dia merasakan nikmat yg luar biasa,, sementara dilain sisi dia harus menahan suaranya supaya tidak terdengar sampai luar.

Hamidi tidak ambil pusing dengan apa yg mba Sal rasakan, dia terus membombardir memek mba Sal dengan rudal andalanya. Mba Sal dengan susah payah meredam suaranya dengan menyumpalkan ujung jilbab ke mulutnya. Rupanya, Hamidi ingin suasananya penuh sensasi. Genjotanya dia hentikan, kontolnya di cabut,, badannya kedepan,, tangannya meraih korden transparan penutup jendela dan menyingkapnya hingga terbuka. Mata mba Sal melotot ke arah Hamidi, seakan akan dia protes atas apa yg Hamidi lakukan. Hamidi cuma tersenyum sambil kembali keposisi semula, sementara mba Sal melepas jilbab di mulutnya. Wanita bergamis itu mau mengucap sesuatu..
Tapi Hamidi sudah menyerangnya lagi.
"Mid... Aaaoooouuuuuuuhhhhhkkk..."

Seketika eranganya tak tertahan, tangannya tidak sempat meraih jilbab untuk penyumpal mulutnya. Tangan mba Sal lebih reflek berpegangan ke teralis jendela untuk menopang tubuhnya yg terdorong kedepan. Wajahnya menghadap keluar, pandanganya menuju penjual nasi goreng. Secepat kilat, mba Sal menutup mulutnya dengan jilbab. Di luar sana ada dua orang pembeli nasi goreng sedang menunggu pesanannya. Meskipun kaca jendela rumah Hamidi riben, tapi sebagai wanita normal batin mba Sal merasa takut dan malu. Dilain sisi, tubuhnya merasakan nikmat yang belum pernah dia dapat sebelumnya.

Hamidi terus memaju mundurkan pinggangnya, tangannya meremas remas pantat mba Sal. Pandangannya tertuju pada tubuh bergamis di depannya. Tubuh itu bergerak maju mundur, mengiringi gerakan Hamidi. Payudaranya yg bebas menggantung, berguncang kesana kemari. Tangan Hamidi meraihnya, meremas dan memilin puting coklat itu. Mendapat serangan di dua daerah yg paling sensitif, ditambah suasana dan sensasi yg dirasakan mba Sal,, membuat libidonya naik. Rasa takut dan malu di hati mba Sal, tidak dapat membendung gejolak birahinya. Mba Sal memaju mundurkan pinggulnya, mengimbangi gerakan Hamidi. Temponya semakin cepat, gerakanya pun berbariasi. Suara erangan tertahan dari mulut mba Sal hampir tidak ada jedanya. Mba Sal merasakan nikmat yg luar biasa, hingga sesuatu yg tertahan sudah di rasa akan meledak.

Hamidi tau kalo mba Sal sudah mendekati puncaknya, dia percepat genjotanya. Remasan dan pilinan di puting semakin kuat.
Mba Sal semakin di ujung kenikmatan, dia mencoba menahan desakan yang ingin keluar dari rahimnya. Mba Sal tidak ingin keluar saat ini, karena dia melihat di luar masih ada pembeli. Di benaknya, suaranya bisa dia redam dengan jilbab. Tapi yg di kawatirkan mba Sal adalah suara erangan Hamidi.
"Eeenngggggg... Uuuooooohhhhhfff.."mba Sal melenguh, rupanya dia sdah merasakan tanda tanda klimaksnya.
Akal sehatnya hilang, mba Sal bahkan lebih mempercepat gerakanya.
Dan akhirnya...
"Eeeerrrrrrrrrrrrr.. Aaaaaaggggghhhhhkkkk.."
Mba Sal mencapai puncak lebih dulu.
Dan.. Hamidi pun menyusul..
"Arrrrggggggkkkk.. Mmmmbbbb..aaaa.. Ooouuuhhhggggg.." erang Hamidi cukup kencang. Mba Sal melihat ke arah pagar, dan benar saja. Dua orang tadi sama dengan tiga pemuda tadi, mereka menoleh ke rumah Hamidi. Secepat kilat mba Sal beringsut melepaskan diri dari kontol Hamidi, dia lalu memeluk Hamidi dan mendorongnya menjauh dari jendela hingga terjatuh bertindihan di pinggiran sofa.
"Huuuufffsssshhh.."mba Sal menarik nafas lega.
"Mudah mudahan mereka sudah tidak melihat kesini."batin mba Sal.
Hamidi yg berada di bawah mba Sal tersenyum sendiri. Dia memperhatika wajah mba Sal yg penuh rasa khawatir.
"Manis.." batin Hamidi
Mba Sal tidak tahu kalo dirinya sedang di perhatikan Hamidi. Perasaan dia masih campur aduk setelah apa yg baru saja mereka lakukan. Mba Sal baru sadar, ketika dirasa ada sepasang tangan yg memegang kepalanya dan menolehkannya. Tanpa berkata apa apa, Hamidi mendaratkan kecupan di kening mba Sal yg basah karena keringat.



Salam semprot

:beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd