Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Scandal Salmah Dan Hamidi

Hamidi 29 tahun terpesona pada Salmah wanita paruh baya pemilik kantin dimana dia bekerja. Tubuh wanita berjilbab dalam balutan blus coklat dan rok merah maroon sedang menyiapkan makanan di rak. Tangan Hamidi dengan cepat menuangkan air ke gelas, tetapi matanya masih menatapnya. Tampilan dari belakang wanita itu terlihat sangat jelas meskipun ditutupi oleh blus kecoklatan.

Pekerja pabrik yang biasa makan di kantin sepi di saat jam kerja.
"Mba Sal, bisa mengantar saya pulang? Sepeda motor saya rusak. ”tiba tiba Hamidi bertanya kepada wanita itu.
"Tentu.. Rumah Midi tidak jauh kan? ”Tanya mba Sal.
"Dekat kok mba .." jawab Hamidi lagi.

Di saat pulang, Hamidi sudah menunggu di sebelah mobil mba Sal. Mobil biru metalik yg biasa di pakai mba Sal untuk setiap hari ke kantin.
Suami mba Sal adalah seorang sopir truk dan dia lebih suka pakai sepeda motor. Tak lama berselang, terlihat mba Sal dengan langkah yg anggun tampak keluar dari kantin. Dengan pawakan yg agak bongsor membuat penampilanya tak di sia siakan para pria hidung belang. Tak terkecuali Hamidi.. Dia benar benar terkesima dengan penampilan mba Sal.
"Ayo kita berangkat.." ujar mba Sal setelah tiba di parkiran mobilnya.
"Ayo mba.."saut Hamidi dengan mantap.

Di dalam mobil, Hamidi memperhatikan paha mba Sal yang tampak ketat dengan rok panjang merah maroon. Birahi nafsu terlihat di mata Hamidi. Matanya membelalak ke wajah istri orang berusia 45 tahun itu.. sangat seksi gumam Hamidi. Selain itu, mba Sal mengenakan jilbab satin putih terang yang menutupi kepalanya. Pemuda itu membayangkan kepala mba Sal bergerak naik turun menyepong kontolnya.
"Lihat apa..?"mba Sal membuyarkan lamunan Hamidi ketika dia tahu bahwa pria itu mengawasinya.
"Cantik ... Meski umurnya 45 tahun," kata Hamidi.
"Alah ... sudah terlambat untuk Midi. Di mana kecantikannya? ”Kata mba Sal dengan rendah hati, sambil mengerem saat lampu merah.
"Mba... Andai mbak masih prawan atau sudah janda... Saya orang pertama yang ingin..." Hamidi belum selesai berkata.
"Mmm... rumah Midi ada di persimpangankan? ”mba Sal mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Iya... terus di persimpangan itu, dan kemudian rumah nomor 5 dari kanan," Hamidi menjelaskan.

Mobil berhenti ketika tiba di depan rumah Hamidi. Sepeda motor Hamidi ada di garasi sebelah mobil merah.
"Kapan sepeda motor Midi rusak?"Tanya mba Sal.
“Tadi pagi mba, ”jawab Hamidi.
"Itu mobil Midi?"Timpal mba Sal.
"Ha'ah mba.. mampunya baru beli itubmba.. Ennnggg.. Mba..
Boleh tanya?"Hamidi agak ragu.
"Ada apa?" Tanya mba Sal.
"Besok sore kita jalan yuk?" kata Hamidi. "Kemana?" Tanya mba Sal.
“Nonton..Suami mba belum pulang kan?"tanya Hamidi.
"Belum.. Dia pulang 3 hari lagi. Kenapa Midi ngajak mba? "Tanya mba Sal.
“Hanya ingin aja mba.. Gimana mba? ”Tanya Hamidi dengan pasti.
"Nanti mba lihat sikon dulu" kata mbak Sal
"Ayolah mba ... Pliss ... ayolah .. di rumah mba kan gak ada orang ... Pliss ..." rengek Hamidi sambil memegang paha mba Sal dengan lembut sampai jari-jarinya bisa menyentuh selangkangan mba Sal.
Mba Sal diam beberapa saat. Dia hanya mengukir senyum sambil melemparkan pandangan kosong ke depan.
"Oke ... tapi janji jangan bilang siapa pun. Mba nanti kabari Midi. "Kata mba Sal.
"Oke ... terima kasih mba," kata Hamidi dan keluar dari mobil.

Kesorean harinya sepulang kerja, Hamidi menjemput mba Sal, mereka menuju ke pusat perbelanjaan yg di dalamnya ada bioskopnya. Di dalam bioskop, mereka tetap diam dan diam saja. Tetapi karena mba Sal mengeluh kedinginan, Hamidi merasa kesempatannya terbuka.
"Dingin ya mba.." tanya Hamidi.
"Ha'ah ... sangat dingin .. Kamu tidak kedinginan Midi?" Tanya mba Sal.
"Dingin," jawab Hamidi sambil memegang tangan mba Sal.
"Hmmm .. dingin ... Tenang mba, Midi punya ini.." kata Hamidi dan melingkarkan tangannya di pinggang mba Sal sambil merapatkan tubuhnya. Mba Sal sepertinya tidak peduli dengan tubuhnya yang dekat dengan pemuda di sebelahnya. Setidaknya dia bisa menghangatkan tubuhnya dalam suasana dingin saat itu. Pikiran Hamidi tidak sepenuhnya pada cerita film. Sebaliknya, dia lebih fokus pada wanita istri orang yg ada di sampingnya. Hamidi mulai membelai dan meraih pinggul mba Sal.

Melihat mba Sal bahkan tidak peduli, dengan girang Hamidi melancarkan rencananya. Hamidi berani mengambil langkah berikutnya. Dia mulai menggerakkan tangannya hingga telapak tangannya sudah berada di atas paha mba Sal. Paha istri orang berbalut kain biru tua yang halus terus diraba dengan lembut. Sesekali jarinya mengikuti motif seperti pada kain yg dipakai mba Sal.
Mba Sal tetap diam dan membiarkanya.. Tangan Hamidi semakin dekat dengan selangkangan mba Sal.. Tanpa ragu sedikit pun, tangan Hamidi masuk kedalam baju panjang mba Sal dan terus meraba area sensitif mba Sal. Mba Sal menggerakkan sedikit tubuhnya tetapi masih belum ada tanda-tanda penolakan. Itu membuat Hamidi merasa lebih berani meraba area sensitif mba Sal. Tangan Hamidi merasa hangat kala sudah masuk di selangkangan mba Sal. Meski masih terhalang pakaian dalam , Hamidi masih bisa merasakan kehangatan memek mba Sal yang bersembunyi di balik selangkangannya. Hamidi bersikap lebih berani lagi, dengan mencoba meraba bagian bawah memek mba Sal, ada sedikit respons dari tubuh mba Sal ketika jari-jari Hamidi menyentuhnya. Hamidi mencoba meraba lagi dan kali ini menjadi lebih kuat, sehingga Hamidi dapat merasakan jari-jarinya seolah-olah terjepit di pangkal memek mba Sal.
"Ish... Midi... jangan..." ucap mba Sal sambil menarik tangan Hamidi dan meletakan lagi di pahanya.

Hamidi terdiam untuk sementara waktu, tetapi ia tidak menyerah. Sekali lagi Hamidi melancarkan aksinya. Tangannya terus mengusap paha mba Sal. Rasanya begitu padat terbungkus rok panjang yang halus. Hamidi mulai berani meraba perut mba Sal yg sedikit buncit ciri khas dari wanita paruh baya yg sudah berumah tangga. Rabaan Hamidi semakin naik hingga ke bukit kembar milik istri orang itu. Mba Sal diam membiarkannya. Melihat itu, Hamidi semakin berani.. Tangannya mulai masuk bra mba Sal dan.. Perlahan Hamidi meremas payudara mba Sal. Terasa lembut dan lembut meskipun sudah berumur dengan ukuran yg lumayan besar.

Hamidi bisa merasakan puting yg mulai mengeras dan payudara yg mengencang.
Mba Sal awalnya tampak normal biasa saja, tetapi lama-kelamaan Hamidi bisa merasakan gelombang napas mba Sal yang semakin berat dan cepat di dada wanita itu. Hamidi terus memilin puting payudara mba Sal sampai dia melihat tangan mba Sal kuat meremas kursi bioskop. Dengan susah payah dia menahan suara desahannya agar tidak terdengar penonton lain dengan menggigit bibir bagian bawah.
"Eeeemmmm... Ssssttt... Eeeemm" rintihan tertahan mba Sal yg otomatis akan tambah membangkitkan gairah seks lawan jenisnya.
"Mba Sal ... aku di kocok ya mba .." Hamid berbisik di telinga mba Sal tetapi mba Sal mengabaikannya. Hamidi menurunkan tangannya dari dada mba Sal, lalu keluar dari baju wanita itu. Dia meraih tangan mba Sal mengangkatnya dan menempatkannya di atas benjolan celana jinsnya yang keras. Agak malu pada awalnya, mba Sal akhirnya memegang kontol Hamidi meskipun dari luar celana. Kemudian mba Sal dengan keraguan dan rasa malu yg masih ada, meremas kontol keras Hamidi dan membiarkan tangan Hamidi di selangkangannya yang hangat untuk membelai memeknya yang hampir 1 bulan tidak di jamah suaminya.

Hamidi senang.. kali ini tidak ada hambatan yg berati. Dia juga meraba memek lembut mba Sal dan dia menjadi lebih dan lebih bersemangat.. Selain dapat meraba memek istri orang yang mulai berlendir, dia juga menikmati rasa nikmat di kontolnya dari belaian dan kocokan sesekali remasan jemari lentik nan lembut milik mba Sal.
Mba Sal tidak tahan lagi.. Ketika Hamidi terus bermain-main dengan klitorisnya yang membuat semakin becek memeknya. Hasrat birahi isteri orang beranak dua itu mulai tinggi sehingga Hamidi bisa merasakannya cairan kewanitaan membasahi tangannya.
"Midi... Kita keluar... Aja yuk.." pinta mba Sal dengan di sertai desahan lirih.
"Oke mba..." jawab Hamidi singkat.

Dia bangkit dan menarik tangan mba Sal. Ketika mendekati pintu keluar yg gelap, Hamidi meraih tangan mba Sal di depannya dan menahanya. Dia berdiri di belakang wanita itu dan menempelkan penisnya di pantat yang bahenol itu.
"Ayo cari hotel mba .." bisik Hamidi di telinga mba Sal.
Mba Sal tidak menjawab tetapi sebaliknya ia sedikit membungkuk dan penis keras Hamidi menempel lebih keras ke pantatnya. Hamidi semakin terbakar nafsu kejantanannya dan tidak sabar untuk menikmati tubuh subur istri orang itu.

Hotel murah adalah pilihan mereka.
Hamidi sudah tidak sabar untuk menikmati tubuh wanita berusia 45 tahun itu. Meskipun sayup sayup terdengar suara orang lalulalang di luar, dia terus memeluk tubuh mba Sal dari belakang. Tubuh sintal mba Sal di peluknya erat. Benjolan keras di celananya berulang kali menekan pantat mba Sal. Hamidi bernafas penuh nafsu di leher mba Sal yang tertutup jilbab putih. Tangan Hamidi meraba perut mba Sal. Dirasa empuk dan lembut sekali perut ibu ber anak dua ini.
Satu tangan naik ke dada dan yang lainnya ke arah selangkangan. Kedua tangannya tidak berhenti meraba tubuh bongsor mba Sal sampai wanita itu sendiri mendesah tanda dia sedang diliputi oleh nafsu.
"Sssssstttttt.... Uuuuuuooohhh..." suara desahan dari mulut wanita paruh baya terdengar lembut.
Tangan Mba Sal ke belakang tubuhnya mencari kontol Hamidi yang menekan di pantatnya. Kontol Hamidi yang keras di genggamnya dan di remasnya kuat kuat. Mba Sal membuka ritsleting celana Hamidi dan menarik penis pemuda itu dengan mudah karena Hamidi tidak mengenakan celana dalam. Hamidi mengerang ketika dia merasakan penisnya perlahan dan lembut di remas mba Sal.
"Aaaagggrrrrhhhhh.."
"Di sepong ya mba.." pinta Hamidi
Mba Sal diam tanpa sepatah kata pun. Dia bahkan semakin terbakar birahinya ketika Hamidi meraba memeknya. Mba Sal berbalik dan berdiri di depan Hamidi. Dia mengalihkan pandangannya ke mata Hamidi sambil menarik penis keras Hamidi ke perutnya.
Mantepp jhon lanjutkan
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Selamat Pagi menjelang siang..
Mohon maaf baru bisa nongol :ampun:
Terima kasih buat para pasukan semprot yg sudah sudi mampir ke trid amburadul nubi.

Singkat kata..

Selamat BERIMAJINASI :beer:



Sekitar pukul 09.30, pekerjaan bi Ijah beres. Dia pun bergegas menuju kamar majikanya.
Tok.. Tok.. Tok..
"Mba.."panggil bi Ijah
"Masuk bi.."jawab mba Sal dari dalam kamar
"Bisa mulai sekarang mba.."kata bi Ijah sambil menutup kembali pintu kamar majikannya.
"Iya bi.. Sekarang jg gak papa.."jawab mba Sal
"Mau pakai minyak urut apa kream mba..?"tanya bi Ijah
"minyak zaitun aja bi.. Itu botol bening di pojok meja rias.."jawab mba Sal
Bi Ijah pun segera mengambil botol yg di maksud.
"Maaf mba.. Pakainya apa gak di lepas saja biar nyaman"kata bi Ijah sambil mulai naik ke tempat tidur.
Tanpa berkata mba Sal mulai melepas daster tipisnya, dia pun segera tengkurap hanya memakai bra dan cd.
Bi iIjah pun mulai memijit tubuh gempal majikanya yg seumuran dengannya. Di mulai dari ujung kaki, pijatan bi Ijah menyusuri kaki indah mba Sal inci demi inci. Di sela sela aktifitasnya, bi Ijah mulai membuka obrolan.
"Tubuhnya masih bagus mba.. Padat dan kenceng.."kata bi Ijah
"Sudah tua gini bi.. Sama kan sama bi Ijah.."jawab mba Sal dengan suara pelan
"Ya bedalah mba.. Tubuh terawat sama yg enggak.." bi Ijah berhenti sejenak menuangkan minyak ke telapak tangannya dan mengoleskan ke atas pinggang mba Sal.
"Tubuh mba padat.. Montok.. Kalo bibi kan gembrot.. Gombyor.." lanjut bi Ijah
Mendapat pujian itu,mba Sal cuma menyunggingkan senyuman di antara sela sela bantal.
"Bi Ijah bisa aja merendah.. Tubuh bi Ijah jg masih bagus. Nggak gemuk gemuk amat.. "timpal mba Sal
Antara mereka berdua memang ada perbedaan masalah body. Tapi tidak terlalu jauh juga, tubuh mba Sal tinggi jadi tdak ada kesan gembrot. Sedang bi Ijah agak pendek, kalau di lihat kesannya jd gembrot.
"Kang Parjo sudah ke bengkel bi.."tanya mba Sal
"Sudah dari tadi mba.."jawab bi Ijah
"Talinya bibi lepas ya mba.."lanjut bi Ijah ketika tanganya terganggu tali bra mba Sal.
Belum sempet yg empunya bra menjawab, tangan bi Ijah sudah melepas kaitan bra di punggung mba Sal. Pijatanya mulai naik ke punggung dan pundak mba Sal. Kadang di saat gerakan gerakan tertentu, jari jemari bi Ijah menyentuh pangkal gundukan payudara mba Sal. Wanita paruh baya itu hanya memejamkan mata dengan bibir agak mendesis pelan. Dalam kondisi seperti itu, mata mba Sal terasa sangat berat. Entah karena merasa capek atau nikmat, mata mba Sal terpejam antara sadar dan tak sadar. Bi Ijah terus melakukan aktifitasnya, sadar nyonya majikanya kelihatan tertidur dia tidak berkata apa apa lagi.
Klunting.. Klunting..
2 pesan WA masuk di hp bi Ijah.. Dia mengambilnya dari kantong dasternya.
"Bu.. "
"Kondisinya gimana.."dua pesan yg ternyata dari suaminya
"Mau ngapain..😠😠😠"balas bi Ijah
"Nggak.. Cuma tanya aja..😁😁"balas suaminya
Bi Ijah mengantongi hp nya kembali.
5 menit kemudian
Klunting..
"Kok sepi.. Gak ada suaranya.. "pesan kang Parjo
"Mba Sal tidur.."jawab bi Ijah
"😍😍😍"
"Buka pintunya.."
"Aku mau lihat.." 3 pesan dari kang Parjo
"Mau ngapain.. Awas jangan macem macem.."balas bi Ijah
"Nggak cuma liat aja.."balas kang Parjo
"Nggak.. Paling mau macem macem.. 😈😈"
Ya.. Bi Ijah tau betul siapa suaminya. Dia adalah mantan preman di daerah itu. Bi Ijah sendiri dulunya pandu lagu di cafe cafe pinggiran kota. Jadi mereka sudah saling memahami betul satu sama lainya. Sebagai kilas balik kehidupan mereka, dulu pernah melakukan pesta seks di dalam room. Mereka berdua sebenarnya sudah mulai menjalani kehidupan yg normal, hanya saja masalah urusan seks saja yg masih sedikit ekstrim. Semenjak menikah,mereka pernah melakukan hubungan intim di saat mereka punya hajat mengkhitankan anaknya. Dimana rumahnya penuh dengan sanak family yg menginap, di sela sela orang yg terlelap tidur mereka bersenggama dengan selimut kain seadanya.

Tak berapa lama pintu kamar mba Sal terbuka, bi Ijah lihat suaminya yg menuju dirinya bergegas mengunci kembali dari luar dan mengantonginya.
"Kok di kunci.."protes kang Parjo
"Aku mau pipis.."jawab mba Sal sambil mengepalkan tangan
Tak lama bi Ijah kembali lagi,di lihat suaminya berdiri di samping pintu kamar majikannya.
"Awas.. Aku mau masuk lg.."hardik bi Ijah
Kang Parjo bukanya minggir,tapi malah memeluk bi Ijah.
"Ihhh.. Apa apa ini .."bi Ijah berusaha berontak tap tak sepenuhnya.
"Aku pingin bu.."saut kang Parjo dengan mendaratkan mulutnya ke mulut istrinya.
"Jangan sembrono.. Ini di rumah orang.."protes bi Ijah dengan kata kata yg kurang jelas karena mulutnya sedang di lumat suaminya. Kang Parjo tak menggubris kata kata istrinya. Nafsu nya sudah di ubun ubun semenjak dia melihat mba Sal pakai daster tipis tadi. Lumatan dan rabaan kang Parjo,lama kelamaan membangkitkan birahi bi Ijah. Dengan posisi berdiri di samping pintu kamar,mereka berdua saling mencumbu. Bi Ijah membalas lumatan bibir suaminya, kedua tangannya di lingkarkan ke leher kang Parjo.
Suami bi Ijah pun tambah semangat,dia tau kelemahan istrinya. Bila sudah di rasuki nafsu birahi,bi Ijah akan menuruti apa permintaan kang Parjo.

"Kita kedalam aja.."bisik kang Parjo di telinga istrinya
Bi Ijah pun menatap suaminya, sorotan matanya sudah terlihat sendu yg bertanda kalo wanita itu sudah dalam keadaan birahi tinggi.
"Tapi janji.. Abang gak macam macam.."pinta bi Ijah ke suaminya
Kang Parjo hanya menganggukan kepalanya tanda setuju.
Pelan pelan bi Ijah membuka pintu kamar majikanya, sementara kang Parjo mengikuti bi Ijah masuk kedalam. Betapa sumringahnya kang Parjo melihat tubuh wanita yg berpenampilan alim sehari harinya, kini dalam kondisi tanpa kain penutup. Hanya celana dalam hitam dan bra hitam yg talinya sudah terlepas. Pelan pelan bi Ijah menutup kembali pintu kamar mba Sal,sementara suaminya masih berdiri terpukau di sebelah bi Ijah. Karena perasaan bi Ijah saat itu agak kacau, antara gejolak birahi yg di rasa tadi dan perasaan was was,,, tanpa di sengaja bi Ijah menjatuhkan anak kunci waktu mau memasukan ke lobang kunci.

"Bi..."panggil mba Sal setengah terjaga
"I...iiiyyaa .. Mmmbbbaa.. Mmmaaaafff.. Bibi hhhhaabbbiiss.. Ddaaaarriii.. Tttoooo ttoooiiilet.."jawab bi Ijah terputus putus
"Hmmm.."suara mba Sal pelan
Bi Ijah segera naik ke tempat tidur lg,mulai memijit ndoro putrinya. Dia menempelkan jari telunjuk ke mulutnya sambil memandang suaminya. Kang Parjo pun hanya mengacungkan jempol tanda setuju. Perlahan mba Sal kembali memejamkan matanya. Dengan berjingkat,Kang Parjo mendekat ke tempat tidur. Bi Ijah yg melihatnya berusaha melarang suaminya dengan matanya melotot ke arah kang Parjo. Kang Parjo tak merespon kode dari istrinya, justru dia mendekati istrinya. Kang Parjo membisikan sesuatu ke telinga bi Ijah. Entah apa yg di bisikan suaminya, bi Ijah hanya menganggukan kepalanya.

Perlahan tangan bi Ijah sudah memijat di area pungggung mba Sal, entah di sengaja atau tidak.. Jari jarinya lebih sering memijat bahkan ada sedikit remasan di gundukan gunung kembarnya. Sementara kang Parjo membuka resleting celana jeansnya, batang zakar nya pun di keluarkan dari sarangnya. Batang hitam panjang berurat itu memiliki 2 benjolan sebesar kotoran kambing, bi Ijah sempat melirik ke arah suaminya. Tatapan matanya penuh nafsu melihat batang kontol suaminya. Kang Parjo memberi isyarat ke bi Ijah dengan menganggukan kepala, bi Ijah sepertinya sdah tau apa yg di minta suaminya. Tekanan dan remasan di pangkal payudara mba Sal pun semakin kuat, dengan di baluri minyak zaitun yg membuat pangkal payudara mba Sal terlihat semakin menantang.
"Eeehhhmmm..."desahan tertahan dari mulut mba Sal mulai keluar.
Jari jemari bi Ijah mulai menyusuri punggung.. Pinggul.. Dan berhenti di bongkahan pantat, di daerah itu bi Ijah sengaja menambahkan minyak zaitun hingga meleleh ke selangkangan mba Sal. Sementara kang Parjo terus mengamati tubuh majikanya, tangannya mengambil botol minyak yg ada di samping istrinya dan mengocok batang kontolnya yg semakin mengeras. Sementara tangan bi Ijah mulai menyusuri selangkangan mba Sal, dengan pelan jari bi Ijah bermain di pinggir gundukan bukit surgawi majikanya. Mengetahui gerakanya tidak ada penolakan dari mba Sal, jari bi Ijah mulai menyusup di balil cd hitam yg sdah basah oleh minyak. Bi Ijah merasakan jarinya hangat yg berasal dari lendir kewanitaan mba Sal, perlahan jari tengah Bi Ijah masuk kedalam vagina mba Sal.
"Eeeennngghhh..."desah mba Sal
Bi Ijah pun makin meningkatkan tempo kobelan di dalam vagina mba Sal. Bahkan dua jarinya kini sudah di dalam lobang surgawi itu. Tubuh mba Sal yang semula diam,kini mulai berinteraksi. Pantatnya di gerakan naik turun mengikuti irama tangan bi Ijah,mukanya di benamkan ke bantal seakan akan mba Sal malu kalo di lihat bi Ijah.
"Bbb..iiii... Eeeennnggghhhhhh..."desahnya
"Nikmati saja mba.."saut bi Ijah
Mba Sal pun bagai kerbau yg di cucuk hidungnya,dia mengikuti perintah bi Ijah. Desahanya bahkan sudah mulai sering terdengar, gerakan badanya semakin liar. Pemandangan seperti itu tidak di sia siakan kang Parjo. Dengan perlahan dia naik ke atas kasur,memberi kode pada istrinya. Bi Ijah yg sudah tahu akan maksud suaminya,sedikit bergeser. Jari tangannya dengan hati hati di tariknya dari memek mba Sal, tanpa menunggu lama tangan kang Parjo menggantikanya. Tiga jarinya sekaligus di lesakkan kedalam memek mba Sal.
"Aaaaaaa....rrrrrrgggghhhhhh... Eeeehhhhmmm..." erang mba Sal sepontan sambil tangannya meremas pinggiran kasur. Mba Sal sebenarnya ingin menengok ke arah bi Ijah, tapi perasaan malunya lebih besar dari pada rasa ingin tahunya. Sementara bi Ijah mulai melepas cdnya, pelan pelan mulutnya mengarah ke batang zakar suaminya. Di kulumnya kontol kang Parjo, sementara memeknya di kobel oleh tangan kang Parjo yg satunya. Ke tiga orang itu sekarang sedang mengarungi lautan kenikmatan, apa lagi kang Parjo. Dia dengan nafsu membara bisa menikmati kuluman istri tercinta, sementara tangannya tanpa di percaya bisa mengobel memek majikanya yg setiap hari berpenampilan alim tersebut.
Kang Parjo dengan susah payah menahan erangannya, kuluman mulut istrinya benar benar terasa lebih ngilu dari biasanya.

Seakan kesetanan,jari tangan kang Parjo lebih cepat dan kuat mencolok memek majikanya.
"Eeeerrrrrggghhhh.... Bbbbbiii.. Aaaaaarrrrrrgggghhhh...."mba Sal mencapai puncaknya.
"Uuuuffffff..."demikian dengan kang Parjo.
Air maninya memenuhi mulut bi Ijah.
"Eeeefffgg.. Eeeffffhhh.."bi Ijah agak kesusahan menelan sperama suaminya,dia berusaha agar tidak ada satu tetes pun yg jatuh ke kasur. Matanya melotot menelan semua cairan dari batang kontol suaminya hingga tetes terakhir. Bi Ijah melepaskan kontol suaminya, memberi kode supaya cepat meninggalkan kamar tersebut. Dengan senyum kemenagan kang Parjo perlahan menarik tangannya yg masih di jepit memek mba Sal,dan meninggalkan mereka berdua.
"Sssstttttt... Huuuuuuffffssss.."dengus nafas mba Sal dari mulutnya
"Gimana mba.. Sudah enakan badannya.."ucap bi Ijah sambil membereskan celana dalamnya.
"Lemas bi.. "
"Jangan cerita ke siapa siapa ya bi.."lanjut mba Sal.
"Beres mba.. Kalo begitu bibi permisi ke dapur ya mba.."kata bi Ijah.
"Iya bi.."jawab mba Sal lemah.

Bi Ijah pun bergegas menuju dapur, dia melihat suaminya sudah ada di kamar pembantu tanpa memakai pakaian.
Bi Ijah yg merasa belum merasakan puncak kenikmatan segera masuk dan ikut melepas semua pakaiannya, berharap suaminya masih bisa memuaska dirinya saat itu.


**************
 
Wasyeeekk... Ada mangsa baru... Entahlah, tapi ini terlalu nikmat untuk dilewatkan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd