Cikouna
Semprot Holic
- Daftar
- 26 Dec 2017
- Post
- 311
- Like diterima
- 6.926
SG 28 - Opening Stimulus
POV Vera
Vera masuk ke dalam rumahnya dengan kondisi masih belum sepenuhnya tersadar atas kejadian yang baru dialaminya di taman tadi. Pikirannya saat ini terbayang lelaki tetangga barunya itu.
Mata lelaki itu membuatnya seolah terhipnotis. Vera sebelumnya tidak terlalu memperhatikan pria bernama Reza itu.
Pertemuan terakhir mereka di rumah ini ketika Reza dan istrinya memperkenalkan diri kepada Vera dan suaminya, hanya meninggalkan kesan yang biasa-biasa saja.
Vera tidak menemukan sesuatu yang aneh dari diri Reza. Malah Reza cukup memberikan kesan yang baik baginya.
Karena tidak seperti laki-lain yang matanya selalu jelalatan melihat kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya, seolah Vera merasa ditelanjangi, Reza tidak melihat Vera seperti itu. Vera hanya berfikir mereka adalah pasangan muda yang serasi dan kelihatan seperti keluarga baik-baik.
Dan juga umur mereka yang terlihat tidak jauh dari Vera, membuatnya juga ingin supaya bisa akrab dan menjadi teman baik dengan keluarga itu.
Vera saat ini memang sedang sangat membutuhkan sosok seorang teman yang bisa mendengarkan keluh kesahnya. Dan Lia, istri Reza itu, sepertinya bisa cocok dan klop dengannya.
Makanya ketika Vera melihat Reza yang sedang duduk di taman tadi, ia pun berinisiatif untuk mengakrabkan diri.
Namun Vera tidak mengira pertemuannya tadi dengan Reza, membuat Vera menjadi sangat terkesan dengan pria tetangga barunya itu. Tatapan laki-laki itu memberikan suatu getaran aneh di dalam dirinya.
Vera tahu pasti itu bukanlah perasaan suka apalagi cinta, namun Vera baru saja menyadari bahwa tatapan pria itu begitu berkharisma dan begitu..menenangkan
Ya .. Menenangkan..
Itulah kata yang pas untuk menggambarkan apa yang sedang ada di dalam benak Vera saat ini.
Ia merasa bahwa laki-laki itu bisa menenangkan kekalutan yang ada pada dirinya dan bahkan bisa membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Vera juga merasa ia bisa mencurahkan segala isi hatinya pada pria itu serta melepas semua beban yang ada di pundaknya.
“Ahh.. Andai saja aku punya suami seperti itu”, batin Vera.
Namun ia buru-buru membuang jauh-jauh pikirannya itu. Vera tidak mau membahayakan orang-orang yang tidak bersalah hanya karena ia butuh seseorang yang mau mendengarkan masalah yang dihadapinya sekarang.
Vera tahu, masalah ini harus diselesaikan olehnya seorang diri tanpa harus melibatkan orang lain.
Untuk menenangkan diri dan merubah mood-nya yang lagi down, Vera pun berjalan ke dapur dan mengambil healthy juice yang tadi dibuatnya sebelum ia keluar rumah untuk berolahraga pagi.
Vera melihat bi Yanti sedang sibuk memasak di dapur. Wanita paruh baya itu diihatnya sedang memotong-motong sayuran dan merebus sesuatu.
“Lagi masak apa bi?”, sapanya pelan dan berusaha untuk tidak mengagetkan wanita yang terlihat sedang fokus memasak itu.
“Ehh neng.. Ini lagi masak sop daging sama perkedel. Tunggu sebentar ya neng, neng pasti udah laper abis olahraga”, jawab wanita itu.
“Ngga apa-apa bi, santai aja.. Lagian saya juga mau mandi dulu. Gak enak ini badan uda lengket keringetan”, kata Vera supaya wanita itu tidak jadi terburu-buru menyelesaikan tugas memasaknya.
“Ya udah neng mandi dulu aja. Ini juga bentar lagi beres jadi neng bisa sarapan”, kata wanita itu yang tangannya masih sibuk bergerak secara telaten memotong sayuran di depannya.
“Iya bi.. Kalo boleh saya minta tolong bikinin sambel yang agak pedes juga ya bi. Saya kayanya lagi pengen makan yang pedes-pedes”, lanjut Vera.
“OK siap neng.. Nanti bibi buatin. Tapi tumben neng Vera lagi mau makan pedes-pedes. Biasanya kalo cewek makan pedes kalo lagi stres. Kalo lagi ada masalah, sok atuh cerita ke bibi”, wanita itu menoleh ke arah Vera sambil tersenyum.
“Gpp bi.. Cuma lagi jelek aja mood-nya hari ini”, tolak Vera secara halus. Setelah meminum habis jusnya, ia pun berjalan ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamar utama rumah ini.
“Andai aja bibi bisa menjadi teman curhatku..”, batin Vera. Tapi Vera tahu hal itu tidak bisa dilakukannya.
Vera tahu bahwa wanita itu tidak bisa dipercaya, malah Vera yakin bi Yanti sebenarnya adalah mata-mata suruhan dari suaminya Bramono untuk mengawasi dirinya. Semua yang Vera lakukan pasti akan diketahui oleh suaminya.
Dengan mood-nya yang lagi buruk itu, Vera melepaskan semua sportswear yang dikenakannya dan masuk ke dalam kamar mandi dalam kondisi bugil. Lalu ia menyalakan shower air panas dan membiarkan air hangat itu mengguyur tubuhnya.
Tetesan air hangat mengalir ke seluruh lekuk tubuhnya yang indah itu. Vera diam tidak bergerak sambil diguyur air hangat yang keluar dari shower diatasnya.
Ia tidak kuasa lagi menahan tangisnya yang sedari tadi ia tahan akibat memikirkan masalah yang harus dihadapinya saat ini
“Ayah..ibu.. Vera harus bagaimana? Apakah Vera sanggup memenuhi permintaan terakhir kalian..”, isaknya dalam guyuran air.
“Kak Mey.. Di mana kamu sekarang.. Vera gak tahu harus mencari kakak kemana.. apa kak mey masih hidup??”, lanjutnya dalam isaknya itu.
“Andai saja ada orang yang bisa membantuku menemukan kak Mey.. Setelah aku berkumpul lagi dengan kak Mey, kami akan segera menghilang dan pergi ke tempat yang jauh.. jauh dari kegilaan ini.. lari dari bajingan-bajingan yang sudah menghancurkan keluargaku..”, batin Vera memelas penuh harapan.
Lalu tanpa bisa ia cegah, bayangan lelaki yang dijumpainya di taman tadi kembali terlintas di dalam benaknya. Dan tiba-tiba..
SERRR
Vera merasakan tubuhnya serasa dialiri listrik yang membuatnya terkaget. Kemudian ia rasakan tubuhnya menjadi panas dan sensitif.
“Ahh.. kayanya aku kelamaan mandi pake air panas”, pikirnya sambil buru-buru mengambil sabun untuk membersihkan tubuhnya. Vera berniat untuk secepatnya menyelesaikan aktifitas mandinya.
Namun ketika Vera sedang menyabuni dirinya, tiba-tiba Vera terlonjak kaget.
“Ehh.. kenapa ini”, pekiknya sambil menoleh ke sekitar dirinya tapi ia tidak menemukan ada siapa-siapa disekelilingnya.
“Kok tadi aku ngerasa ada yang peg..anghhhh”, kali ini Vera benar-benar merasakannya.
Ia merasa seperti ada sosok tak kasat mata yang sedang meremas lembut payudaranya yang bulat kenyal itu.
“Eh..ehh.. siapa itu?”, kali ini Vera benar-benar panik. Ia lalu memutar-mutar tubuhnya untuk melihat sekelilingnya lagi. Namun tetap saja ia tidak menemukan siapa-siapa dalam kesendiriannya di kamar mandi ini.
Kemudian Vera merasakan sensasi remasan itu semakin menjadi-jadi seolah ada 2 tangan yang sedang meremas gunung kembar mulus kebanggaannya itu.
Sensari remasan itu dirasakan Vera menggeltik syaraf-syaraf sensitif di dadanya serta memberikan kenikmatan yang tidak bisa dipungkirinya.
“Nghh..kenapa bisa beginihh.. ahhh.. aku tidak ma… ahhhn”, lagi-lagi pikiran Vera terpotong karena saat ini ia merasa ada lidah yang sedang menggelitik kupingnya. Lalu lidah itu bergerak menyusuri pipi dan juga lehernya.
Kemudian seperti ada sepasang bibir yang mengecup dan menghisap kulit lehernya yang ternyata merupakan daerah kelemahannya. Vera terbuai dengan permainan lidah dan bibir itu.
Namun dengan cepat ia tersadar karena Vera tidak mau diperlakukan seperti ini. Harga diri wanitanya tidak rela ia serahkan begitu saja kepada sosok yang sedang menjamahnya itu.
Refleks, Vera mengibas-ngibaskan tangannya di depan matanya dengan harapan bisa menyingkirkan sosok itu.
Namun tangan Vera hanya menggapai angin, dan tetap saja sensasi sentuhan-sentuhan itu dirasakan oleh tubuhnya yang sekarang sedang sangat sensitif.
Lalu Vera melirik ke arah payudara putihnya dan melihat susunya yang berukuran cukup besar itu tidak terlihat seperti sedang diremas-remas.
“Apa jangan-jangan ini cuma imajinasiku saja akibat stresku. Tapi ini terasa sangat nyat.. Ahhhhh”, pikiran Vera kembali terpotong.
Ia tidak kuasa untuk menahan desahannya dan memejamkan matanya ketika ia rasakan saat ini kedua putingnya sedang dipilin oleh jari-jari tangan yang meremas payudaranya tadi.
Aksi jari-jari itu sontak membuat Vera seperti kesetrum dan tubuhnya dialiri dengan getaran-getaran listrik yang nikmat.
Lalu tanpa dapat ia cegah, bayangan lelaki yang ditemuinya tadi terlintas dalam benaknya. Vera merasa seolah sosok yang sedang menggerayangi tubuhnya itu adalah mas Reza tetangga barunya itu
“Oohhh.. mmhh.. aahhnn.. masss..”, Vera sepertinya sudah pasrah dengan kondisi yang dialaminya.
Vera menganggap mungkin ini adalah dirinya yang butuh pelampiasan akibat stres yang ada dalam pikirannya. Dan juga Vera sudah lama tidak disentuh oleh suaminya, yang Vera tahu sedang asik bermain gila dengan wanita simpanannya yang lain.
Lalu Vera pun terlihat lebih rileks dan hanya ingin menikmati sensasi-sensasi sentuhan yang diberikan oleh sosok yang dibayangkannya seperti Reza itu.
Tubuhnya disenderkan lemah ke dinding kamar mandi. Air shower dibiarkannya tetap mengucur. Matanya terpejam erat meresapi kenikmatan rangsangan yang diberikan oleh tangan, bibir dan lidah yang menjamah tubuhnya saat ini.
Kemudian Vera merasakan sebelah payudaranya dilepas oleh tangan itu. Jari tangan itu lalu merayap turun menyusuri pinggangnya sampai ke area rambut kemaluannya yang dicukur bersih.
Vera memang rajin mencukur bulu kemaluannya itu karena ia memang sedikit mempunyai OCD atas kebersihan dirinya.
Lalu Vera merasa jari tangan itu membelai lembut lipatan-lipatan bibir vaginanya. Dari bawah ke atas, dari atas ke bawah. Begitu seterusnya hingga beberapa kali.
Diperlakukan seperti itu ditambah dengan rangsangan lain di area sensitifnya, membuat birahi Vera memuncak sehingga ia membiarkan sensasi sentuhan itu memberikan kenikmatan pada tubuhnya yang saat ini haus untuk segera terpuaskan.
Suara desahannya kini terdengar lebih erotis dan lebih menggairahkan.
“Ahhh.. maasshh.. teruuss.. Ohhh..”
Vera sudah pasrah dan hanya ingin sosok Reza itu meneruskan aksinya di tubuhnya yang sintal. Beberapa saat kemudian..
CRET CRETT
“Ahhhhhh…”, Vera mendesah panjang. Tubuhnya mengejang-ngejang dan menegang. Cairan cintanya muncrat membasahi lantai kamar mandi yang memang sudah basah oleh air yang mengucur deras dari shower.
Vera merasakan lututnya sangat lemas, ia pun ambruk dan terduduk di lantai kamar mandi yang dingin. Nafasnya tersengal-sengal akibat orgasme yang barusan diperolehnya.
Namun belum sempat Vera menormalkan nafasnya, ia merasakan pahanya dipaksa untuk terbuka lebar. Vera terkaget dan mencoba mengatupkan kembali pahanya namun tidak berhasil.
Kemudian, jari yang tadi memberinya kenikmatan klimaks itu sekarang sedang berusaha menerobos vaginanya yang sudah becek dengan cairan cintanya.
“Hahh.. jangannnhh.. ahhhh.. pliss jangaaannhh.. nggh”, Vera memelas kepada sosok itu untuk menghentikan aksinya. Namun tentu saja sosok itu tidak mendengar rintihan Vera.
Lalu dengan perlahan, Vera merasakan 2 jari menusuk masuk liang surgawinya. Gerakan jari itu dirasakan Vera sangat perlahan sehingga membuatnya agak menggelinjang.
Setelah jari-jari itu berada di dalam vaginanya, Vera lalu merasakan jari lain yang tidak menusuk lubang kenikmatannya itu sekarang mengusap-usap lembut klitorisnya.
Bersamaan dengan aksi jari-jari di area terlarangnya itu, Vera juga merasakan payudara kanannya kini sedang dihisap dan dijilati yang langsung memberikan efek geli pada Vera. Birahinya perlahan dirasakannya bangkit kembali.
Lalu jari-jari itu mulai bergerak keluar masuk vaginanya. Diawali dengan tempo pelan kemudian perlahan berubah semakin cepat.
Sesekali jari itu juga mengorek-ngorek lembut g-spotnya yang sangat sensitif. Vera semakin menggelinjang dan mendesah tidak karuan dibuatnya.
“Ahhh.. auhhh.. masss.. nghhh.. ahhh.. oooohhhh”, suara rintihan dan desahan Vera bergema di kamar mandi. Lalu..
CRET CRET CERRR
Vera kembali mendapatkan orgasmenya yang kedua kalinya di pagi ini. Ia kini terkulai lemas bersender ke dinding kamar mandi.
Pandangannya sayu dan vaginanya dirasakannya masih berkedut-kedut. Lalu seketika Vera merasakan sensasi-sensasi sentuhan di tubuhnya hilang begitu saja.
Hanya tinggal Vera sendirian yang sedang berusaha menormalkan efek dari klimaksnya yang dahsyat tadi..
..
Sementara itu di rumah sebelah, seorang pria membuka matanya sambil tersenyum menyeringai,
“Bagaimana rasanya ‘carrot’ yang kutawarkan padamu cantik.. Nikmatilah selagi bisa. Lain kali, tidak akan semudah itu mendapatkan ‘carrot’ lain dariku.. hehehe”.
….
….
….