Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 69 21,2%
  • Indah

    Votes: 42 12,9%
  • Vera

    Votes: 20 6,1%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,4%
  • Azizah

    Votes: 126 38,7%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    326
Bimabet
SG 28 - Opening Stimulus



POV Vera

Vera masuk ke dalam rumahnya dengan kondisi masih belum sepenuhnya tersadar atas kejadian yang baru dialaminya di taman tadi. Pikirannya saat ini terbayang lelaki tetangga barunya itu.

Mata lelaki itu membuatnya seolah terhipnotis. Vera sebelumnya tidak terlalu memperhatikan pria bernama Reza itu.

Pertemuan terakhir mereka di rumah ini ketika Reza dan istrinya memperkenalkan diri kepada Vera dan suaminya, hanya meninggalkan kesan yang biasa-biasa saja.

Vera tidak menemukan sesuatu yang aneh dari diri Reza. Malah Reza cukup memberikan kesan yang baik baginya.

Karena tidak seperti laki-lain yang matanya selalu jelalatan melihat kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya, seolah Vera merasa ditelanjangi, Reza tidak melihat Vera seperti itu. Vera hanya berfikir mereka adalah pasangan muda yang serasi dan kelihatan seperti keluarga baik-baik.

Dan juga umur mereka yang terlihat tidak jauh dari Vera, membuatnya juga ingin supaya bisa akrab dan menjadi teman baik dengan keluarga itu.

Vera saat ini memang sedang sangat membutuhkan sosok seorang teman yang bisa mendengarkan keluh kesahnya. Dan Lia, istri Reza itu, sepertinya bisa cocok dan klop dengannya.

Makanya ketika Vera melihat Reza yang sedang duduk di taman tadi, ia pun berinisiatif untuk mengakrabkan diri.

Namun Vera tidak mengira pertemuannya tadi dengan Reza, membuat Vera menjadi sangat terkesan dengan pria tetangga barunya itu. Tatapan laki-laki itu memberikan suatu getaran aneh di dalam dirinya.

Vera tahu pasti itu bukanlah perasaan suka apalagi cinta, namun Vera baru saja menyadari bahwa tatapan pria itu begitu berkharisma dan begitu..menenangkan

Ya .. Menenangkan..

Itulah kata yang pas untuk menggambarkan apa yang sedang ada di dalam benak Vera saat ini.

Ia merasa bahwa laki-laki itu bisa menenangkan kekalutan yang ada pada dirinya dan bahkan bisa membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Vera juga merasa ia bisa mencurahkan segala isi hatinya pada pria itu serta melepas semua beban yang ada di pundaknya.

“Ahh.. Andai saja aku punya suami seperti itu”, batin Vera.

Namun ia buru-buru membuang jauh-jauh pikirannya itu. Vera tidak mau membahayakan orang-orang yang tidak bersalah hanya karena ia butuh seseorang yang mau mendengarkan masalah yang dihadapinya sekarang.

Vera tahu, masalah ini harus diselesaikan olehnya seorang diri tanpa harus melibatkan orang lain.

Untuk menenangkan diri dan merubah mood-nya yang lagi down, Vera pun berjalan ke dapur dan mengambil healthy juice yang tadi dibuatnya sebelum ia keluar rumah untuk berolahraga pagi.

Vera melihat bi Yanti sedang sibuk memasak di dapur. Wanita paruh baya itu diihatnya sedang memotong-motong sayuran dan merebus sesuatu.

“Lagi masak apa bi?”, sapanya pelan dan berusaha untuk tidak mengagetkan wanita yang terlihat sedang fokus memasak itu.

“Ehh neng.. Ini lagi masak sop daging sama perkedel. Tunggu sebentar ya neng, neng pasti udah laper abis olahraga”, jawab wanita itu.

“Ngga apa-apa bi, santai aja.. Lagian saya juga mau mandi dulu. Gak enak ini badan uda lengket keringetan”, kata Vera supaya wanita itu tidak jadi terburu-buru menyelesaikan tugas memasaknya.

“Ya udah neng mandi dulu aja. Ini juga bentar lagi beres jadi neng bisa sarapan”, kata wanita itu yang tangannya masih sibuk bergerak secara telaten memotong sayuran di depannya.

“Iya bi.. Kalo boleh saya minta tolong bikinin sambel yang agak pedes juga ya bi. Saya kayanya lagi pengen makan yang pedes-pedes”, lanjut Vera.

“OK siap neng.. Nanti bibi buatin. Tapi tumben neng Vera lagi mau makan pedes-pedes. Biasanya kalo cewek makan pedes kalo lagi stres. Kalo lagi ada masalah, sok atuh cerita ke bibi”, wanita itu menoleh ke arah Vera sambil tersenyum.

“Gpp bi.. Cuma lagi jelek aja mood-nya hari ini”, tolak Vera secara halus. Setelah meminum habis jusnya, ia pun berjalan ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamar utama rumah ini.

“Andai aja bibi bisa menjadi teman curhatku..”, batin Vera. Tapi Vera tahu hal itu tidak bisa dilakukannya.

Vera tahu bahwa wanita itu tidak bisa dipercaya, malah Vera yakin bi Yanti sebenarnya adalah mata-mata suruhan dari suaminya Bramono untuk mengawasi dirinya. Semua yang Vera lakukan pasti akan diketahui oleh suaminya.

Dengan mood-nya yang lagi buruk itu, Vera melepaskan semua sportswear yang dikenakannya dan masuk ke dalam kamar mandi dalam kondisi bugil. Lalu ia menyalakan shower air panas dan membiarkan air hangat itu mengguyur tubuhnya.

Tetesan air hangat mengalir ke seluruh lekuk tubuhnya yang indah itu. Vera diam tidak bergerak sambil diguyur air hangat yang keluar dari shower diatasnya.

Ia tidak kuasa lagi menahan tangisnya yang sedari tadi ia tahan akibat memikirkan masalah yang harus dihadapinya saat ini

“Ayah..ibu.. Vera harus bagaimana? Apakah Vera sanggup memenuhi permintaan terakhir kalian..”, isaknya dalam guyuran air.

“Kak Mey.. Di mana kamu sekarang.. Vera gak tahu harus mencari kakak kemana.. apa kak mey masih hidup??”, lanjutnya dalam isaknya itu.

“Andai saja ada orang yang bisa membantuku menemukan kak Mey.. Setelah aku berkumpul lagi dengan kak Mey, kami akan segera menghilang dan pergi ke tempat yang jauh.. jauh dari kegilaan ini.. lari dari bajingan-bajingan yang sudah menghancurkan keluargaku..”, batin Vera memelas penuh harapan.

Lalu tanpa bisa ia cegah, bayangan lelaki yang dijumpainya di taman tadi kembali terlintas di dalam benaknya. Dan tiba-tiba..

SERRR

Vera merasakan tubuhnya serasa dialiri listrik yang membuatnya terkaget. Kemudian ia rasakan tubuhnya menjadi panas dan sensitif.

“Ahh.. kayanya aku kelamaan mandi pake air panas”, pikirnya sambil buru-buru mengambil sabun untuk membersihkan tubuhnya. Vera berniat untuk secepatnya menyelesaikan aktifitas mandinya.

Namun ketika Vera sedang menyabuni dirinya, tiba-tiba Vera terlonjak kaget.

“Ehh.. kenapa ini”, pekiknya sambil menoleh ke sekitar dirinya tapi ia tidak menemukan ada siapa-siapa disekelilingnya.

“Kok tadi aku ngerasa ada yang peg..anghhhh”, kali ini Vera benar-benar merasakannya.

Ia merasa seperti ada sosok tak kasat mata yang sedang meremas lembut payudaranya yang bulat kenyal itu.

“Eh..ehh.. siapa itu?”, kali ini Vera benar-benar panik. Ia lalu memutar-mutar tubuhnya untuk melihat sekelilingnya lagi. Namun tetap saja ia tidak menemukan siapa-siapa dalam kesendiriannya di kamar mandi ini.

Kemudian Vera merasakan sensasi remasan itu semakin menjadi-jadi seolah ada 2 tangan yang sedang meremas gunung kembar mulus kebanggaannya itu.

Sensari remasan itu dirasakan Vera menggeltik syaraf-syaraf sensitif di dadanya serta memberikan kenikmatan yang tidak bisa dipungkirinya.

“Nghh..kenapa bisa beginihh.. ahhh.. aku tidak ma… ahhhn”, lagi-lagi pikiran Vera terpotong karena saat ini ia merasa ada lidah yang sedang menggelitik kupingnya. Lalu lidah itu bergerak menyusuri pipi dan juga lehernya.

Kemudian seperti ada sepasang bibir yang mengecup dan menghisap kulit lehernya yang ternyata merupakan daerah kelemahannya. Vera terbuai dengan permainan lidah dan bibir itu.

Namun dengan cepat ia tersadar karena Vera tidak mau diperlakukan seperti ini. Harga diri wanitanya tidak rela ia serahkan begitu saja kepada sosok yang sedang menjamahnya itu.

Refleks, Vera mengibas-ngibaskan tangannya di depan matanya dengan harapan bisa menyingkirkan sosok itu.

Namun tangan Vera hanya menggapai angin, dan tetap saja sensasi sentuhan-sentuhan itu dirasakan oleh tubuhnya yang sekarang sedang sangat sensitif.

Lalu Vera melirik ke arah payudara putihnya dan melihat susunya yang berukuran cukup besar itu tidak terlihat seperti sedang diremas-remas.

“Apa jangan-jangan ini cuma imajinasiku saja akibat stresku. Tapi ini terasa sangat nyat.. Ahhhhh”, pikiran Vera kembali terpotong.

Ia tidak kuasa untuk menahan desahannya dan memejamkan matanya ketika ia rasakan saat ini kedua putingnya sedang dipilin oleh jari-jari tangan yang meremas payudaranya tadi.

Aksi jari-jari itu sontak membuat Vera seperti kesetrum dan tubuhnya dialiri dengan getaran-getaran listrik yang nikmat.

Lalu tanpa dapat ia cegah, bayangan lelaki yang ditemuinya tadi terlintas dalam benaknya. Vera merasa seolah sosok yang sedang menggerayangi tubuhnya itu adalah mas Reza tetangga barunya itu

“Oohhh.. mmhh.. aahhnn.. masss..”, Vera sepertinya sudah pasrah dengan kondisi yang dialaminya.

Vera menganggap mungkin ini adalah dirinya yang butuh pelampiasan akibat stres yang ada dalam pikirannya. Dan juga Vera sudah lama tidak disentuh oleh suaminya, yang Vera tahu sedang asik bermain gila dengan wanita simpanannya yang lain.

Lalu Vera pun terlihat lebih rileks dan hanya ingin menikmati sensasi-sensasi sentuhan yang diberikan oleh sosok yang dibayangkannya seperti Reza itu.

Tubuhnya disenderkan lemah ke dinding kamar mandi. Air shower dibiarkannya tetap mengucur. Matanya terpejam erat meresapi kenikmatan rangsangan yang diberikan oleh tangan, bibir dan lidah yang menjamah tubuhnya saat ini.

Kemudian Vera merasakan sebelah payudaranya dilepas oleh tangan itu. Jari tangan itu lalu merayap turun menyusuri pinggangnya sampai ke area rambut kemaluannya yang dicukur bersih.

Vera memang rajin mencukur bulu kemaluannya itu karena ia memang sedikit mempunyai OCD atas kebersihan dirinya.

Lalu Vera merasa jari tangan itu membelai lembut lipatan-lipatan bibir vaginanya. Dari bawah ke atas, dari atas ke bawah. Begitu seterusnya hingga beberapa kali.

Diperlakukan seperti itu ditambah dengan rangsangan lain di area sensitifnya, membuat birahi Vera memuncak sehingga ia membiarkan sensasi sentuhan itu memberikan kenikmatan pada tubuhnya yang saat ini haus untuk segera terpuaskan.

Suara desahannya kini terdengar lebih erotis dan lebih menggairahkan.

“Ahhh.. maasshh.. teruuss.. Ohhh..”

Vera sudah pasrah dan hanya ingin sosok Reza itu meneruskan aksinya di tubuhnya yang sintal. Beberapa saat kemudian..

CRET CRETT

“Ahhhhhh…”, Vera mendesah panjang. Tubuhnya mengejang-ngejang dan menegang. Cairan cintanya muncrat membasahi lantai kamar mandi yang memang sudah basah oleh air yang mengucur deras dari shower.

Vera merasakan lututnya sangat lemas, ia pun ambruk dan terduduk di lantai kamar mandi yang dingin. Nafasnya tersengal-sengal akibat orgasme yang barusan diperolehnya.

Namun belum sempat Vera menormalkan nafasnya, ia merasakan pahanya dipaksa untuk terbuka lebar. Vera terkaget dan mencoba mengatupkan kembali pahanya namun tidak berhasil.

Kemudian, jari yang tadi memberinya kenikmatan klimaks itu sekarang sedang berusaha menerobos vaginanya yang sudah becek dengan cairan cintanya.

“Hahh.. jangannnhh.. ahhhh.. pliss jangaaannhh.. nggh”, Vera memelas kepada sosok itu untuk menghentikan aksinya. Namun tentu saja sosok itu tidak mendengar rintihan Vera.

Lalu dengan perlahan, Vera merasakan 2 jari menusuk masuk liang surgawinya. Gerakan jari itu dirasakan Vera sangat perlahan sehingga membuatnya agak menggelinjang.

Setelah jari-jari itu berada di dalam vaginanya, Vera lalu merasakan jari lain yang tidak menusuk lubang kenikmatannya itu sekarang mengusap-usap lembut klitorisnya.

Bersamaan dengan aksi jari-jari di area terlarangnya itu, Vera juga merasakan payudara kanannya kini sedang dihisap dan dijilati yang langsung memberikan efek geli pada Vera. Birahinya perlahan dirasakannya bangkit kembali.

Lalu jari-jari itu mulai bergerak keluar masuk vaginanya. Diawali dengan tempo pelan kemudian perlahan berubah semakin cepat.

Sesekali jari itu juga mengorek-ngorek lembut g-spotnya yang sangat sensitif. Vera semakin menggelinjang dan mendesah tidak karuan dibuatnya.

“Ahhh.. auhhh.. masss.. nghhh.. ahhh.. oooohhhh”, suara rintihan dan desahan Vera bergema di kamar mandi. Lalu..

CRET CRET CERRR

Vera kembali mendapatkan orgasmenya yang kedua kalinya di pagi ini. Ia kini terkulai lemas bersender ke dinding kamar mandi.

Pandangannya sayu dan vaginanya dirasakannya masih berkedut-kedut. Lalu seketika Vera merasakan sensasi-sensasi sentuhan di tubuhnya hilang begitu saja.

Hanya tinggal Vera sendirian yang sedang berusaha menormalkan efek dari klimaksnya yang dahsyat tadi..

..

Sementara itu di rumah sebelah, seorang pria membuka matanya sambil tersenyum menyeringai,

“Bagaimana rasanya ‘carrot’ yang kutawarkan padamu cantik.. Nikmatilah selagi bisa. Lain kali, tidak akan semudah itu mendapatkan ‘carrot’ lain dariku.. hehehe”.




….

….

….
 
SG 29 - Dishonorable Stimulus



POV Vera

Vera berjalan keluar kamar mandi dengan gontai. Kemudian dia memakai baju seadanya, sebuah kaus longgar, celana pendek yang memperlihatkan pahanya yang mulus dan tanpa bra.

Vera merasa tubuhnya lemas tak bertenaga jadi dia terlalu malas untuk berdandan. Lalu Vera pun menjatuhkan dirinya ke ranjang.

Pikirannya masih syok dengan apa yang baru dialaminya tadi di kamar mandi. Vera memijit-mijit keningnya karena dia masih menganggap apa yang terjadi tadi kemungkinan besar akibat dari level stres nya yang tinggi.

“Tapi kenapa aku bisa horni mikirin lelaki itu?”, batinnya merasa bersalah karena telah memfantasikan suami milik orang lain.

Namun saat ini dia sudah merasa terlalu lelah untuk memikirkan hal itu. Tak lama kemudian Vera menutup matanya dan tertidur.

..

TOK TOK TOK

Vera terbangun mendengar suara pintu kamarnya yang sedang diketok. Dia tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur. Namun Vera merasa tubuhnya sudah tidak selelah tadi.

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih, Vera bangkit dan berjalan untuk membuka pintu kamar.

Setelah pintu terbuka, dilihatnya bi Yanti berdiri memandangnya dengan tatapan cemas,

“Duh neng kenapa? Dari tadi bibi ketok-ketok ga dibuka buka. Bibi takut neng kenapa napa”, tanya wanita itu dengan nafas yang tersengal. Sepertinya dia sedang diburu-buru sesuatu.

“Gpp kok bi. Tadi aku kecapean trus ketiduran. Ada apa bi?”, tanya Vera.

“Itu.. Bapak udah berkali-kali nelpon, katanya HP neng ga bisa dihubungi. Bapak udah marah-marah trus nyuruh bibi nyari neng. Bibi tau kayanya neng ketiduran. Udah bibi ketok berkali kali tapi neng gak bangun-bangun”, jawabnya dengan wajah sedikit pucat. Terlihat bi Yanti ini sangat takut dengan suami Vera.

“Oh iya tadi HP ku kayanya low bat terus mati lupa aku cas. Iya nanti aku langsung hubungi bapak”, jawab Vera berusaha menenangkan kepanikan bi Yanti.

“Iya sok atuh neng cepet. Bibi takut kalo bapak udah marah-marah”

“Iya bi”, jawab Vera singkat lalu menutup pintu. Vera berjalan ke arah meja di sebelah ranjangnya dan mengambil HPnya yang saat ini sudah mati. Lalu dia mencolokkan HP itu ke charger terdekat.

Setelah beberapa saat, Vera lalu menyalakan HP nya dan langsung menelpon Bramono.

“Halo mas”, sapa Vera ketika panggilannya terjawab dari sisi yang lain.

“HEH WANITA MURAHAN..DARI MANA AJA KAMU? DARI TADI DITELPON GA BISA BISA”, suara Bramono terdengar keras memarahi Vera.

Vera yang sudah biasa menerima perlakuan seperti ini dari suaminya hanya bisa menjawab lemah,

“Maaf mas.. tadi aku abis lari pagi kecapean trus ketiduran. HPnya mati lupa aku cas”

“Tidur udah kayak BABI aja dibangunin gak bisa”, balas Bramono masih dengan memaki Vera.

“Iya mas maafin Vera. Ada apa mas?”, tanya Vera berusaha mengalihkan pembicaraan agar emosi Bramono mereda.

“Aku cuma mau bilang, hari ini dan besok aku ga pulang. Aku lagi banyak urusan di luar”, jawab Bramono yang kini nada suaranya sudah terdengar lebih tenang.

“Cih.. Urusan selangkangan pasti”, batin Vera mengutuk.

“Oh iya mas gpp. Jangan terlalu capek dan jaga kesehatan”, ujar Vera tidak tulus.

“Ya ya.. sama ini.. kamu pergi ke rumah tetangga baru itu dan ajak mereka untuk makan malam di rumah kita 2 hari lagi.”

“Hah??”, Vera terperanjat dengan permintaan Bramono. Ia tidak tahu apa yang diinginkan oleh suami bejatnya ini..

“Jangan-jangan dia punya niat buruk pada istrinya Reza”, batin Vera menyadari apa yang sedang direncanakan Bramono.

“HEH KAMU DENGER GA LONTE??”, suara Bramono terdengar keras lagi.

“I..iya mas denger. Tapi kan mereka belum tentu mau diajak makan malam kesini”, Vera tergagap takut dengan amarah suaminya itu.

“Ya itu urusan kamu cari cara supaya mereka mau. Kalo sampe gagal, kamu sudah tau hukuman apa yang menunggumu”.

Vera bergidik mendengar ancaman suaminya. Keringat dingin langsung keluar dari tubuhnya, membayangkan hukuman sadis yang akan diterimanya kalau permintaan suaminya itu tidak terpenuhi.

“I..iya mas.. nanti Vera usahain.”, jawab Vera cepat tidak mau menbuat suaminya menunggu.

“Good..good.. Kamu udah tau nomor telpon pasangan itu blom? Kalo belum tau, langsung datengin aja rumahnya”, tanya Bramono lagi.

“Udah mas. Tadi pas Vera lari pagi ketemu suaminya. Trus Vera dikasi nomer HP istrinya”, jawab Vera.

“Oohh jadi kamu sudah akrab sama laki-laki itu? Bagus-bagus kamu harus lebih mengakrabkan diri sama tetangga.. hahaha”

“Iya mas.. kalo mas izinin, nanti sore Vera rencana mau main ke rumah mereka”

“Oh tentu saja boleh.. menginap disana juga saya izinkan”, jawab Bramono terdengar senang.

“Ya pokoknya kamu harus bisa akrab sama keluarga itu terutama suaminya. Trus kamu harus bisa mengajak mereka makan malam di rumah kita”, lanjutnya.

“Iya. Baik mas”, Vera hanya bisa menjawab pasrah.

Tak lama kemudian Bramono menutup sambungan telponnya. Vera kini hanya bisa diam duduk terpaku di kamarnya. Dia tidak tahu harus berbuat apa.

Di satu sisi Vera tidak mau kalau pasangan tetangga barunya itu kenapa-napa. Di lain sisi dirinya sangat takut untuk membantah perintah Bramono.

“Ahh lihat saja nanti. Aku hanya akan berkunjung main ke rumah mereka. Soal makan malam bisa kutanyakan ketika waktunya tepat”, pikirnya.

Vera lalu merasakan perutnya lapar. Ia pun segera keluar kamar menuju meja makan..

..

Sementara itu..


POV Bramono

Setelah menutup telpon dengan Vera, Bramono menegak habis minuman bir kaleng yang sedang dipegangnya lalu melempar sembarang kalengnya ke arah tong sampah.

“Hahhhh..good good.. Vera sudah mulai akrab dengan suaminya. Semoga aja laki-laki itu tertarik juga sama Vera. Nanti akan kusuruh Vera menggodanya. Aku yakin pertahanannya akan langsung keok menghadapi kecantikan Vera. Siapa tau aja dia mau kuajak swinger.."

“Sedangkan istrinya.. hehe.. akan kujamah binor alim seperti itu.. aku yakin dia pasti akan mengembik keenakan ketika rudalku menyodok-nyodok memeknya. Punyaku pasti lebih besar ketimbang suaminya”

“Heh membayangkan untuk menaklukkan wanita muslimah dan setia seperti itu membuat kontolku sudah tidak sabar. Aku tahu dia pasti akan sebisa mungkin menolakku.. Heh tapi dengan bubuk seperti yang kuberikan pada gadis ini, sudah pasti wanita itu akan keok”

Bramono menoleh ke sampingnya dan melihat sesosok gadis belia yang sedang tertidur pulas dalam keadaan bugil. Baju seragam putih abu serta jilbabnya, berserakan begitu saja di lantai.

Di wajah gadis itu, terutama di ujung bibirnya, terlihat beberapa bercak putih sperma yang mengering. Di leher dan area payudara mungilnya juga terdapat beberapa bekas cupangan yang memerah.

Gadis yang baru tadi malam kehilangan keperawanannya akibat diperkosa oleh Bramono itu, kini terlihat masih sangat kecapean.

Entah sudah berapa kali, batang kejantanan Bramono mengaduk-aduk vagina gadis itu. Terdapat juga bercak darah di sprei tanda hilangnya mahkota kehormatan seorang gadis muda.

Sebelum diperawani oleh Bramono, gadis itu memberontak dan meronta dengan liar.

Namun setelah Bramono memaksanya untuk meminum minuman yang sudah diberi obat perangsang yang sangat ampuh, yang dikirimkan dari HK, gadis itu pun menyerah dengan rangsangan-rangsangan lihai yang diberikan Bramono.

“Haha dengan serbuk ini, akan kucicipi tubuh mu .. Eh siapa nama wanita itu? Lia? Ya Lia.. aku sudah tidak sabar untuk mendengar suara desahan dan rintihanmu nanti Lia.. HAHAHA”




…..

…..

…..
 
SG 30 - Humiliating Stimulus (1)



POV Vera

Sore itu Vera terlihat sedang berdandan cantik sebelum keluar rumah. Vera juga tidak tahu kenapa ia sampai repot-repot berusaha tampil maksimal, padahal ia hanya akan pergi ke rumah sebelah.

Dengan setelan dress plisket berwarna putih gading ditambah jam tangan wanita yang elegan, hari itu Vera terlihat sangat menawan bak artis drakor.

Walaupun make up yang dikenakannya saat ini hanya biasa saja, tetapi itu malah membuat aura kecantikannya keluar secara natural.

Rambutnya ia biarkan tergerai indah begitu saja lalu ia juga memakai parfum yang tidak mencolok.

Kali ini Vera tidak ingin menonjolkan bagian-bagian tubuh sensualnya terekspos, karena Vera takut Lia nanti menganggapnya ‘bitchy’ dan sedang menggoda suaminya.

Vera berusaha berdandan sesopan mungkin, namun tetap saja yang dasarnya cantik pasti akan jadi magnet tatapan laki-laki.

Beberapa jam yang lalu, Vera sudah voice call via Wa ke Lia yang ditanggapi sangat ramah oleh Lia.

Lia tampak senang juga ketika Vera bilang ia mau main ke rumahnya. Lia terdengar antusias dan mempersilakan Vera untuk mampir berkunjung.

Setelah persiapannya dirasa beres, Vera lalu keluar dari kamar kemudian memberi tahu kepada bi Yanti bahwa dia akan pergi keluar ke rumah sebelah.

Bi Yanti melihatnya dengan tatapan sedikit curiga, mungkin karena dandanan Vera yang terlihat cantik padahal dia hanya mau berkunjung ke rumah tetangga. Tapi Vera tidak mempedulikan reaksi ART nya itu.

..

Beberapa saat kemudian, Vera sudah berada di depan rumah Lia lalu dengan sedikit grogi ia memencet bel.

Tak berapa lama kemudian, pintu rumah terbuka dan Lia keluar dari rumah lalu tersenyum ramah kepada Vera

“Wah mba Vera cantik banget, kayak song hye kyo cantiknya”, sapa Lia sembari membukakan pintu pagar untuk Vera.

“Ah mbak Lia bisa aja. Kalo aku song hye kyo berarti mba Lia han hyo joo?”, balas Vera tak kalah ramah.

“IU aja boleh? Aku kan masi semuda dan seimut IU..hihi”, canda Lia.

“Boleh banget mbak”, Vera tidak menyangka ternyata Lia orangnya sangat ramah dan suka bercanda. Ia pun menjadi lebih rileks karena merasa cocok dan akrab dengan Lia.

“Gak usah manggil mba ah. Umur kita juga kayanya ga beda jauh. Kamu kelahiran tahun berapa?”, tanya Lia.

“95 mbak”

“Tuh kan cuma beda dikit. Tahun ini aku baru sweet seventeen soalnya..hihi.. panggil nama aja biar enak”, Lia melanjutkan bercandanya.

“OK deh.. Tapi kalo kamu sweet seventeen, berarti aku masih SD dong”, balas Vera bercanda juga.

“Yee ngga lah.. aku kelahiran tahun 90 kok. Reza juga sama. Dia dulu sekampus dan 1 angkatan denganku”

“Wah campus couple nih ceritanya”

“Hehe iya.. Kalo kamu kenal sama suami kamu gimana?”, tanya Lia kepo.

“Dari temen”, jawab Vera singkat. Ia terlihat tidak mau menceritakan kisahnya dengan suaminya itu. Lia tampak mengerti lalu berkata seraya tersenyum,

“hmm.. Dah yuk masuk. Kita nanti ngobrol berdua aja di bawah. Reza lagi kerja soalnya.”, ajak Lia sembari merangkul lengan Vera.

“Eh aku ganggu ga nih? Apa nanti aja aku datengnya kalo kamu sama Reza lagi ga sibuk”, jawab Vera merasa tidak enak.

“Gpp kok. Dia juga bilangnya kerja tapi aku liat malah banyak maen gamenya”

“Enak ya suami istri bisa kerja dari rumah aja”, ujar Vera.

“Ya begitulah..”, Lia lalu mengajak Vera masuk hingga sampai ke ruang keluarga.

Dari ruang keluarga itu terlihat Reza sedang asik bermain game di depan komputer yang ada di lantai mezzanin yang sepertinya dijadikan sebagai ruang kerja.

Reza tampaknya menyadari kedatangan Vera. Lalu ia memutar kursinya dan menyapa Vera dari lantai atas yang sedikit terhalang railing kaca transparan.

“Oh udah dateng tamunya. Hai ver.. cantik sekali dandannya”, sapa Reza sambil tersenyum.

“Ngedip oi ngedip. Ngeliat yang bening aja langsung lupa sama gamenya”, omel Lia tapi dengan nada bercanda.

“Lahh emang kecantikan kan untuk dinikmati. Anggap aja rumah sendiri ya ver, aku lanjut bentar dulu. Nanti nyusul ke bawah”, kata Reza santai.

“Huu dasar.. Hehe bentar ya ver aku ambilin minum dulu. Kamu mau minum apa?”, Lia menawarkan kepada Vera.

“Apa aja boleh. Kalo bisa yang anget aja. Udaranya uda kerasa dingin, kayanya yang anget-anget enak”, jawab Vera.

Namun sebelum Lia sempat menawarkan pilihan minuman kepada Vera, terdengar Reza nyeletuk dari atas,

“Kalo butuh yang anget-anget nanti bisa aku kasih kok Ver”, kata Reza tanpa membalik badan dan masih fokus bermain game.

“Yee maunya.. udah ih jangan digodain terus anak orang, nanti risih dianya”, omel Lia. Vera hanya tersenyum mendengarkan bercandaan suami istri tetangga barunya ini.

Dalam benaknya, Vera iri dengan keharmonisan dan interaksi mereka yang hangat, yang tidak mungkin bisa ditiru Vera dan suaminya.

“Hehe iya maap maap”, jawab Reza cuek.

“Aku bikinin teh aja ya.. Kamu mau teh apa kopi sayang?”, tanya Lia kepada Vera lalu kepada suaminya.

“Kopi aja”, sahut Reza.

“Iya teh aja gpp Li”, jawab Vera. Lalu Vera melihat Lia berjalan ke dapur untuk membuatkan minuman mereka. Vera melirik ke arah Reza yang sedang asik dengan gamenya.

Sebenarnya ia merasa sedikit kecewa karena Reza menanggapi biasa aja penampilan Vera sore ini. Padahal dia tadi sudah berusaha dandan secantik namun senatural mungkin.

Akan tetapi penilaiannya terhadap Reza semakin bertambah karena ia merasa Reza tidak seperti laki-laki lain yang memandangnya bak seekor hewan buas yang melihat mangsanya. Penuh kemesuman dan pikiran-pikiran kotor. Vera benci tipe cowok seperti itu, termasuk suaminya Bramono.

Tak berapa lama kemudian, Lia datang membawa nampan berisi 3 gelas minuman. Lalu Lia kembali lagi ke dapur, dan membawa sepiring gorengan dan 2 toples kaca berisi cemilan.

“Sayaanng.. ini kopinya udah”, Lia sedikit berteriak memanggil Reza.

“OK otewe”, sahut Reza lalu menutup game-nya. Lalu Reza turun dan bergabung bersama Lia dan Vera. Lalu mereka mengobrol bertiga sembari menikmati hidangan yang sudah disediakan oleh Lia tadi.

Cukup lama mereka mengobrol seru tanpa ada topik yang spesifik. Obrolan mereka ngalor ngidul dan sering kali mereka bertiga tertawa terbahak-bahak akibat lelucon yang dilontarkan Reza dan sesekali Lia.

Kalau ada orang lain yang melihat mereka, mereka akan tampak seperti 3 teman baik yang sudah lama saling mengenal.

Vera merasa sangat nyaman mengobrol bersama pasangan suami istri ini. Pembawaan Reza dan Lia yang supel serta sifat mereka yang suka bercanda, membuat Vera rileks dan merasa cocok dengan mereka. Vera merasa bebas dan bisa menjadi dirinya sendiri.

Beberapa saat kemudian Reza pamit untuk meneruskan bermain game. Sehingga kini Lia dan Vera asik mengobrol berdua walau sesekali terdengar celetukan Reza dari atas yang sekarang dibalas kompak dengan omelan Lia dan Vera.

Lagi asik-asiknya ngobrol tiba-tiba..

“Hehh”, Vera tersentak lirih. Vera merasa sensasi aneh yang dialaminya tadi pagi waktu mandi, terjadi lagi pada dirinya. Vera merasakan tubuhnya menghangat dan menjadi lebih sensitif, vaginanya terasa sedikit gatal ingin digaruk.

“Ehh kok tiba-tiba jadi gini”, batin Vera mulai panik. Dia takut kejadian yang menimpanya tadi pagi terulang lagi. Vera akan merasa sangat malu kalau dirinya sampai bereaksi seperti saat berada di kamar mandi.

“Aduhh..plis plis janga..nghhh”, Vera melenguh tertahan. Sambil mengerutkan dahinya, ia berusaha sebisa mungkin menahan diri.

Namun saat ini Vera merasa sensasi sentuhan tangan yang dialaminya tadi pagi menyerang dirinya lagi.

Tangan itu dirasakannya sedang meremas-remas lembut gunung kembar kebanggaannya. Remasannya begitu lembut dan perlahan sehingga mau tidak mau Vera merasakan birahinya naik.

“Aduh..pleasee stopp..jangaann..ahh stop stoophh”, benak Vera memelas.

Lalu dengan lancang tangan itu mulai memilin-milin puting payudaranya. “Nghhh”, Vera menggeliat dan mengerang lirih.

Lia menyadari tingkah Vera yang menjadi sedikit aneh.

“Kamu kenapa Ver?”, tanyanya sedikit khawatir.

“Gpp.. gak tau nih perut jadi sedikit mules”, bisik Vera pelan. Kemudian perlahan dirasakannya sensasi itu menghilang.

“Aduh trus gimana, kamu butuh minum obat?”, tanya Lia.

“Gpp kok. Tapi aku kayanya pulang dulu deh. Takut mendadak mules lagi, malu kalo sampe minjem toilet tetangga hihi”, jawab Vera berbohong soal kondisi dirinya.

Vera sebenarnya takut kalau sensasi itu datang lagi dan tanpa sadar ia mendesah. Apalagi kalau sampai..orgasme dan dilihat oleh Lia dan Reza. Mau ditaruh di mana mukanya, pikir Vera.

“Yaahh padahal aku udah nyiapin makan malam. Kamu bilang tadi suami kamu lagi ga di rumah kan, jadi kirain kamu bisa nanti makan malam bareng kami. Tapi ya udah deh gpp”, keluh Lia pasrah.

DEGG

“Ehh..”

Vera terkaget menyadari kebodohannya. Karena asik mengobrol, ia jadi lupa dengan perintah suaminya untuk mengajak pasangan ini makan malam di rumahnya.

Namun kemudian Vera menjadi galau. Ia tidak mau sampai malu kalau sensasi itu datang dan akhirnya Vera jadi terangsang sehingga membuatnya lepas kontrol.

Tapi di satu sisi, Vera takut dengan hukuman yang akan diterimanya kalau permintaan Bramono tidak terpenuhi. Akhirnya ketakutannya kepada Bramono menang dan mengalahkan ketakutannya yang lain.

“Oh gitu?? Ya udah deh aku gak jadi pulang. Tapi bener gpp aku makan malam disini?”, kata Vera.

“Beneran?? Iya gpp dong, aku dan Reza seneng banget bisa makan bareng tetangga baru ya kan sayang”, kata Lia menuntut Reza ikut menjawab.

“Iya dong tentunya”, jawab Reza sambil tersenyum lebar. Reza kini sedang duduk dan menggeser kursi kerjanya hingga dekat railing sambil melihat ke bawah ke arah Vera dan Lia.

Lalu Vera meneruskan,

“Aku juga lupa tadi sebenernya suamiku juga berpesan untuk mengajak kalian makan malam di rumah kami. 2 hari lagi? Ya pleasee.. jadi gantian..”, ujar Vera berusaha membujuk pasangan suami istri itu.

“Ehh”, giliran Lia yang sekarang terkaget. Lia seperti bingung harus menjawab apa lalu refleks melihat ke arah suaminya. Vera mengikuti Lia dan melihat ke arah Reza dan..

DEGGG

Dilihatnya Reza sedang menatapnya dengan tajam. Namun tatapannya kali ini tidak seramah sebelumnya.

Malah Vera merasa Reza sedang menatapnya dengan…dingin??. Lalu Vera melihat Reza bertanya,

"Kamu yang ngajak, atau suamimu??"




…..

…..

…..
 
Pindah lapak langsung gas 30 part, suhu satu ini emang the best 👍
Wkkwk.. jd semestinya pelan2 aja ya bro? Tp kan kasian yg kmaren uda ngikutin critanya di thread sblumnya, nt nunggunya klamaan.. yg ch 39 aja pd byk yg blm baca tyt 😅
Kalo ente mah ane tau uda baca 😋😁
Lagian ane jg santai sih kl cm tinggal copas sama edit2 dikit..abis itu bs tenang liburannya 🙈
 
SG 31 - Humiliating Stimulus (2)



POV Reza

“Eh..bu-bukannya sama aja ya”, Vera terlihat kikuk menjawab pertanyaanku. Kulihat Lia juga menatapku dengan heran.

Buat orang-orang yang tidak tahu, pertanyaanku memang terdengar sedikit aneh. Namun bagiku ini adalah sesuatu yang krusial.

Jika Vera yang berinisiatif mengundang kami maka itu tidak menjadi masalah. Bahkan penilaianku terhadapnya jadi semakin baik karena artinya dia memang tulus ingin akrab denganku dan Lia.

Tapi kalau Bramono yang mengundang?? Ceritanya akan menjadi sangat berbeda. Aku sudah sangat paham dengan watak dan karakter bajingan itu.

Pasti ada niatan licik dan akal bulus yang sedang direncakannya. Dan sudah hampir pasti sasarannya adalah..

Aku menoleh ke arah istriku dan menatap tajam matanya. Tanpa dapat kucegah, ingatan tentang malam itu terlintas lagi di pikiranku.

Jantungku mulai berdetak kencang, nafasku memburu dan amarahku seketika meluap. Namun cepat-cepat kucoba meredakan dan menormalkan emosiku.

Otakku langsung berfikir ekstra cepat untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Walaupun kurasa semua begitu cepat terjadi, namun aku juga merasa ini adalah sebuah kesempatan emas buatku.

Entah karena aku yang begitu yakin dengan rencanaku, atau karena aku yang menjadi terlalu bersemangat dan menutup pikiran jernihku akibat emosiku ini, tapi aku merasa kesempatan ini tidak boleh kulewatkan.

Meskipun bisa saja prediksiku meleset, atau ada faktor X yang akan membuat rencanaku berantakan, aku tetap yakin, dengan persiapan yang tepat, rencanaku pasti akan berhasil, dan resiko-resikonya bisa aku mitigasi.

Setelah beberapa saat aku terdiam sambil menatap Lia, aku lalu menoleh kepada Vera dan berkata,

“Ok boleh. Tapi 2 hari lagi gak bisa, aku dan Lia ada keperluan. Gimana kalau 4 hari lagi? Pas juga tuh malam minggu..”, jawabku sambil mencoba tersenyum ramah kepadanya. Aku berharap dengan cara ini, amarahku tidak terlihat olehnya.

“Benarkah? Ya nanti aku bilang ke suamiku, tapi sepertinya dia akan setuju”, ujar Vera senang sambil menggoyang-goyangkan tangan Lia yang sedang digenggamnya.

Kulihat Lia hanya tersenyum pasrah, tapi dapat kulihat juga bahunya jadi turun melemas.

“Tenang saja istriku, tidak akan kubiarkan hal yang buruk terjadi padamu”, batinku bertekad lalu aku menoleh lagi ke arah Vera.

“Dan untukmu.. kamu tidak akan merasa sesenang ini lagi nanti, budakku”, pikirku dalam hati.

Lalu kulihat Vera dan Lia mengobrol santai lagi di ruang keluarga sambil menunggu waktu makan malam. Sedangkan aku, berpura-pura asik melanjutkan gameku. Padahal pikiranku saat ini sedang berada di dalam ruangan dimensional sambil mengamati hologram Vera.

..

[ Loyalty : 5 ]

[ Lust : 27 ]

[ Thought : Nervous, kinda expecting, feel guilty ]

[ Mindbreak : 0.25 ]

[ Sensitivity : - 30 + ]


..

“Hmph.. Jadi kamu merasa bersalah juga karena membantu Bramono untuk menjebakku dan Lia”, pikirku sinis.

Tapi aku tidak bersimpati dengan perasaan bersalahnya itu. Entah apa memang dia bersekongkol dengan Bramono, atau dia hanya seorang pembawa pesan, yang terpenting adalah berarti dia sebenarnya tahu apa yang akan dilakukan Bramono kepadaku dan Lia.

Dan itu sudah menghancurkan semua ‘good feeling’-ku terhadap Vera.

Aku juga tidak peduli peran apa yang sedang dimainkan oleh Vera, entah dia terpaksa melakukannya atau tidak, tapi saat ini, perannya yang membantu rencana Bramono membuat emosiku meluap.

Berani-beraninya mereka berniat buruk kepada keluargaku. Aku akan buat mereka menyesal telah dilahirkan di dunia ini, pikirku geram.

Namun aku tidak habis pikir, sebegitu nekat dan ngebetnya Bramono mengincar Lia. Padahal dia baru sekali bertemu dengan Lia.

Apa mungkin memang fetish-nya adalah untuk bisa menaklukkan dan menggagahi seorang istri muslimah yang setia di depan suaminya?

Blegghhh..Pikiranku muak dan semakin jijik dengan kebejatannya itu.

Dan Vera??

Aku tidak menyangka wanita secantik itu ternyata sama bejatnya dengan Bramono. Dan itu membuat rencanaku terhadap calon slave-ku ini berubah.

Tadinya aku berencana akan menggunakan cara-cara seperti yang pernah kulakukan dengan Indah. Penuh kelembutan dan secara perlahan.

Namun sekarang, aku akan menggunakan metode lain yang akan membuat mentalnya runtuh dan menghancurkannya.

Kalau dulu aku mengayun-ayunkan ‘carrot’ di depan Indah lalu kuberikan sesuap demi sesuap pada akhirnya, maka kali ini ‘stick’ lah yang akan didapatkan Vera. ‘Carrot’ yang kuberikan tadi pagi kepada Vera, adalah ‘Carrot’ terakhir yang akan dirasakannya dan yang akan selalu didambakannya tanpa bisa berhasil diperolehnya.

Mungkin..kalau moodku lagi bagus, aku akan memberikannya sepotong kecil jatah 'carrot'-nya.

Aku menatap lagi ke arah hologram Vera. Mungkin karena aku terlalu asik ‘bermain’ dengan Indah di dalam dream room, aku jadi sedikit lupa dengan sistem ini.

Baru tadi pagi aku menggunakannya lagi dan agak kaget karena ternyata ada yang berubah pada sistem ini.

Ada beberapa hal, setelah update terakhir, yang berubah pada Sexual Remote App ini. Sekarang SRA ini sudah benar-benar hidup seperti target aslinya.

Hologram ini bergerak di tempat, tetapi sesuai dengan gerakan yang dilakukan oleh target di dunia nyata.

Pakaian yang dipakainya pun tidak lagi space suit seperti yang dulu kulihat, namun sudah pakaian sebenarnya yang dipakai oleh target.

Dan yang lebih hebatnya lagi, pakaian itu memberiku sensasi yang sama dengan tubuh utama hologram itu. Ada gaya tolak yang sama ketika aku menyentuhnya dengan tidak wajar seperti menariknya atau mencoba untuk merobeknya.

Dan kalau aku mencoba untuk memasukkan suatu benda melalui celah bajunya, maka benda itu akan jatuh namun akhirnya tertahan di pinggang target tepat di ujung atas celananya, persis seperti efek yang terjadi di dunia nyata.

Hal ini membuatku bersorak dan imajinasi liarku langsung bergejolak. Itu artinya aku bisa memasukkan sesuatu, seperti vibrator contohnya, dan menahannya dengan CD target sehingga benda itu tidak terjatuh.

Pada update terakhir SRA ini, sistem juga memberikanku skill command baru, ‘System – Record Sensation’, yang sudah aku uji coba tadi pagi setelah Vera mendapatkan orgasmenya dengan permainan jariku di vaginanya. Dan ternyata aku bisa merekam beberapa sesi stimulus yang berbeda-beda serta bisa kujalankan sewaktu-waktu.

Aku telah me-record beberapa sesi untuk Vera, dimulai dari yang paling lembut seperti yang dirasakan Vera tadi barusan, sampai ke stimulus yang sudah ‘hardcore’ menurutku.

Sebelum pindahan rumah, aku telah membeli beberapa sex toys secara online dan langsung kutempatkan di dalam ring sebagai bahan eksperimenku.

Dan itulah yang rencananya akan kupergunakan untuk Vera malam ini dan juga malam-malam setelahnya..dan juga malam setelahnya..dan juga malam setelahnya..

Aku tersenyum sinis membayangkan apa yang akan dirasakan oleh Vera nanti serta ekspresi wajah cantiknya yang sedang dilanda birahi tinggi menerima serangan-seranganku di tubuh sensitifnya..

..

Saat makan malam ..

Kami bertiga duduk mengitari meja makan berbentuk bulat untuk menikmati makanan yang sudah dimasak sendiri oleh Lia tadi sebelum Vera datang. Kemampuan memasak Lia memang turun dari ibunya, yang menurutku hasil masakannya sangat enak dan cocok di lidahku.

Aku, Vera dan Lia makan sambil mengobrol dan bercanda. Kulihat juga Vera tampak sangat menikmati makanan yang sudah dimasak istriku.

Tidak jarang juga ia memuji masakan Lia. Kami makan dengan santai dalam situasi yang hangat dan penuh canda.

Aku dan Vera selesai makan duluan, dan Lia yang dari dulu memang seorang ‘slow eater’, masih melanjutkan dengan santai kegiatan mengunyahnya.

Kulirik Vera sedang menghabiskan air putih di gelasnya. Lalu setelah ia meletakkan gelasnya di meja, tiba-tiba..

Vera seperti terkejut dan matanya terbelalak. Kulihat ada kepanikan di matanya. Pahanya saat ini terbuka sedikit lebar.

Aku pasti bisa melihat CD yang dipakai Vera dari celah dressnya kalau aku mengintip dari bawah meja.

Aku langsung berpura-pura menoleh ke arah Lia dan mengajaknya mengobrol dan membuat Lia fokus ke arahku. Aku melirik Vera dari sudut mataku dan melihat kondisi Vera yang sekarang menjadi gelisah dan sesekali meliuk-liukkan tubuhnya.

Aku sengaja memilih topik yang aku tahu Lia tertarik untuk membicarakannya denganku. Dan kulihat Lia antusias berbicara padaku seperti seorang dosen yang mengajari mahasiswanya.

Sesekali kulihat Lia menoleh ke arah Vera namun sepertinya Lia belum menemukan kejanggalan pada kondisi Vera.

Vera yang hanya diam saja tidak menanggapi topik yang dibicarakan Lia, sedangkan aku yang menanggapinya dengan serius dan perhatian, membuat fokus Lia jadi tertuju kepadaku.

Kulirik Vera lagi sesaat dan kulihat dia meletakkan kedua tangannya di meja dan berusaha untuk berdiri. Namun itu tidak bisa dilakukannya. Pantatnya seolah terpaku di kursi meja makan. Kulihat juga wajahnya menjadi semakin pucat dengan ekspresi memelas.

Lama kelamaan Lia akhirnya menyadari ada keanehan pada diri Vera lalu bertanya,

“Kamu kenapa Ver?”

“Eh.. gak..gpp.. gak tau nih kok ti-tiba tiba perut jadi mules lagi..nghh”, kata Vera diiringi lenguhan pelannya.

“Ahh masakan aku gak cocok ya buat kamu? Apa aku bikinnya kepedesan?”, tanya Lia takut masakannya tidak enak dan tidak disukai Vera.

“Ng-nggak kok li.. Masakan kamu enak banget. Kamu ternyata pinter masak.. Gak tau nih dari pagi perutku kerasa aneh dan agak mules”, jawab Vera buru-buru sambil melambaikan tangannya.

Vera takut menyinggung perasaan sahabat barunya itu. Dan masakan Lia memang sangat enak. Lalu tiba-tiba Vera merasakan pantatnya sudah bisa digerakkan dan dia merasa sudah bisa berdiri lagi.

“Aku pinjem toiletnya sebentar boleh?”, katanya tergesa.

“Iya boleh lah..itu toiletnya ada di belakang kamu. Dibuka aja pintunya trus idupin lampunya dari dalam. Tapi kamu beneran gpp? Apa perlu aku dan Reza anter ke dokter?”, jawab Lia masih dengan nada khawatir.

“Iya bener gpp kok Li.. Aku ke toilet sebentar ya”, lalu dengan sedikit tergesa Vera berdiri dan berjalan ke arah toilet.

Setelah Vera masuk dan menutup pintu toilet, Lia menatapku dan bertanya cemas kepadaku sambil berbisik,

“Masakanku gak enak ya yang?”

Aku tersenyum mendengar pertanyaan Lia lalu meraih tangannya dan mengelusnya lembut,

“Enak banget kok sayang. Mungkin aja Horang Kayah gak cocok sama makanan kita”, jawabku berusaha bercanda untuk menenangkannya.

“Tapi.. aku kan jadi gak enak sama Vera.. kasian kalo dia sampe kenapa-napa”

“Gpp. Udah kamu santai aja”, kataku masih sambil mengelus-elus punggung tangannya.

Kulihat Lia hanya terdiam, namun kekhawatiran masih tampak jelas di wajahnya.

Lalu kulihat ekspresinya mendadak berubah dan memajukan kepalanya ke arahku sambil berbisik dengan suara yag lebih pelan dari sebelumnya,

“Sayang.. soal yang makan malam bersama..”

“Shh.. nanti aja..”, potongku dan Lia menurut. Lalu tiba-tiba..

“Aauhhhhh”

Suara desahan Vera terdengar dari dalam toilet. Lia terkaget dan segera berlari ke arah toilet dan mengetuk pelan.

“Ver.. kamu gpp?”, tanya Lia semakin khawatir.

“I..iya gpp kok Li.. nghhh.. ma-maaf ya Li se-sebentar.. ahhhnn”, jawab Vera dari balik pintu toilet yang tertutup.

“Pfftt”, aku berusaha sekuat tenaga menahan ketawaku karena langsung kulihat Lia sedang melotot kepadaku.

“Kamu yakin Ver gpp? Kalau kamu mau, aku dan Reza akan mengantarmu ke dokter”, tanya Lia lagi.

“I..iya be-bener kok li.. mmhhh.. i-inii udah ma-mauu keluar kokkkhh..ahhhhh”

“Pfftt..kekekeke”, aku tidak tahan kali ini untuk tidak terkekeh.

Lia langsung berjalan ke arahku dan mencubit lenganku,

“Sayang ihh gak lucu kali..itu kasian kan Vera”, omelnya.

“Hehe gpp kali sayang, kamu juga denger tadi dia bilang juga gpp. Nanti juga kalo udah keluar semua dia jadi lega. Mungkin agak keras..kekeke”, kekehku lagi.

Kulihat kali ini Lia juga ikut tersenyum geli. Namun langsung tergantikan dengan ekspresi khawatirnya,

“Duhh aku jadi bener-bener gak enak sama Vera. Gara-gara masakanku..”

“Gpp sayang. Udah kamu tenang aja. Sebentar lagi juga nanti dia keluar dari toilet. Tuh kedengeran kan suara flushing nya”, jawabku santai karena aku tahu apa yang sedang dialami oleh Vera.

Beberapa kali aku mendengar suara air di ‘flushing’, tapi aku tahu sebenarnya itu adalah cara Vera untuk menutupi suara desahannya.

Kalau aku menguping di pintu toilet, aku pasti bisa mendengar erangan dan desahan-desahan tertahannya.

Beberapa saat kemudian, aku dan Lia mendengar suara pintu toilet terbuka. Dari balik pintu, muncul Vera dengan wajah yang lemas dan sedikit pucat.

Rambutnya yang tadi tertata rapih dan elegan, kini juga sudah agak acak-acakan. Dress bawahnya kulihat juga sedikit basah terkena cipratan air.

“Li maaf.. kayanya aku harus langsung segera pulang ke rumah. Perutku masih agak mules”, kata Vera.

“Oh iya Ver. Justru aku yang minta maaf, kamu jadi begini karena makan masakanku.”, jawab Lia.

“Nggak kok Li.. bener deh, masakan kamu enak banget. Aku jadi iri sama kamu yang ternyata jago masak. Kapan-kapan ajarin aku ya. Ini memang perutku aja yang bermasalah dari tadi pagi. Duhh aku jadi malu banget sama kalian”, lanjut Vera sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya

Lia berdiri dan berjalan ke arah Vera. Lalu dia memeluk Vera sambil menepuk-nepuk punggungnya pelan.

“Gpp kali ver. Santai aja sama kami mah. Iya nanti kapan-kapan kita masak bareng ya”, kata Lia dengan nada lembut. Setelah beberapa saat mereka dalam posisi itu lalu..

“Iya Li.. maafin aku ya.. tapi beneran kok ini bukan gara-gara masakan kamu. Aku pulang dulu ya Li”, Vera berkata kepada Lia dengan raut wajahnya yang kulihat masih birahi tinggi.

“Iya Ver.. makasih uda datang dan nyobain masakan aku. Jangan kapok ya..”, jawab Lia tersenyum.

“Aku pulang dulu Li.. Za aku pamit dulu ya.. makasih semuanya”, Vera berpamitan kepada Lia dan aku seraya tersenyum.

“Iya Ver sama-sama. Perlu aku anterin ga?”, kataku menawarkannya untuk mengantarnya pulang.

“Gak usah za, cuma tinggal kesebelah ini. Yuk Li aku pulang dulu..”

Lalu Vera berjalan ke arah pintu depan ditemani oleh Lia. Beberapa saat kemudian, Lia kembali dan menatapku yang masih duduk santai di kursi meja makan.

Lia masih menunjukkan raut wajah khawatir. Aku tersenyum kecil kepadanya, namun di dalam benakku saat ini aku sedang menyeringai mesum dan sinis membayangkan Vera,

“Kau suka dengan ‘stick’-mu cantik?? Hehehe.. HAHAHAHA !!”




….

….

….
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd