SG 74 – Angel’s Tears
Yolanda yang melihatku sedang dalam kebingungan, berjalan menghampiriku diikuti oleh Vera. Lalu ia memegang tanganku yang sedang terkepal dan bertanya,
“Ada masalah apa?”
Aku hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya, dengan masih menatap tajam dan dingin senyum menyeringai Rudy Zhao yang membuatku semakin muak. Kalau tidak karena rencanaku yang mengharuskanku untuk bisa mengontrolnya, aku sudah merebut pistol dari Letnan Geri dan menyarangkan timah panas ke kepala orang yang sudah menjadi sumber dari banyak kekacauan di negri ini.
“Hahaha.. Karena kalian sudah tidak bisa menyiksaku lagi, sekarang kalian akan menyuruh wanita ini untuk menyiksa penisku dengan tubuh erotisnya itu? Haha mungkin saja tubuh tuaku ini akan menyerah kalau wanita ini bisa memuaskanku dengan goyangan binalnya..”, Rudy Zhao kembali melontarkan kata-kata yang membuat emosiku semakin memuncak.
“OK cukup”, batinku menggeram dan berniat untuk menghajar wajahnya sampai remuk.
Namun Yollie dengan kuat menahanku sambil berusaha menenangkanku,
“Tenangkan dirimu, za.. jangan terpancing emosi.. semakin emosimu terpancing dengan perkataannya, akan semakin sulit bagimu untuk bisa mengontrolnya”, ujar Yolanda mencoba mengembalikan akal sehatku. Dengan nafas yang masih memburu, aku sekuat tenaga mengendalikan emosiku yang semakin tidak terkontrol.
Namun lagi-lagi cemoohan Rudy Zhao terdengar dari mulut busuknya itu,
“HAHAHA.. kalian sedang berusaha untuk mengontrolku?? Dengan apa? Menyiksaku dengan permainan kecil kalian ini? Hahahaha.. aku dulu pernah mengalami siksaan yang lebih menyakitkan dari apa yang kalian lakukan kepadaku saat ini.. siksa aku sepuas kalian, let’s see apa tubuh tuaku ini kuat bertahan.. hehehe”, ia kembali terkekeh menertawakan usaha kami yang semakin tampak sia-sia ini.
Aku berpikir keras mencari cara lain untuk membuat laki-laki ini mau tunduk pada perintahku. Setelah berpikir beberapa saat, aku mengambil dan menghela nafas panjang lalu mengeluarkan pisau yang kuambil dari dalam ruangan dimensional.
“Za.. jangan.. tenanglah”, Yollie berkata di sampingku sambil masih menahan lenganku ketika ia melihat pisau yang tiba-tiba ada di tanganku.
Aku menoleh ke arah Yollie dan berkata,
“Lepasin aku, Yollie.. aku sudah cukup tenang sekarang.. aku akan coba membuatnya langsung menandatangani kontrak itu”
“Apa itu akan berhasil?”, tanyanya ragu.
“Aku gak tau.. tapi paling tidak aku harus mencobanya”, jawabku yang juga tidak yakin apakah cara ini akan berhasil.
Walaupun masih terlihat ragu, Yollie tetap melepaskan pegangannya pada lenganku. Lalu aku mengarahkan pisau yang kupegang ke tangan Rudy Zhao yang terikat.
Melihat perbuatanku itu, Rudy Zhao melotot dan menatapku tajam lalu berkata dengan menggeram,
“Sekarang kau mau mencoba membuatku tunduk dengan memotong jariku? Ayo coba saja dan lihat bagaimana aku bertahan.. kau tidak akan bisa meruntuhkan mentalku, anak muda”, ujarnya dingin menantangku.
Aku tidak menghiraukan kata-katanya itu dan mengiris jempolnya hingga mengeluarkan darah dengan mata pisauku. Setelah itu aku kembali ke ruangan dimensional, meletakkan pisau itu, lalu mengambil selembar draf kontrak baru, persis seperti yang dulu pernah kugunakan kepada mas Teguh dan Bramono.
Kulihat raut wajah Rudy Zhao berubah heran melihat perbuatanku dan ia semakin terkejut setelah tiba-tiba ada selembar kertas yang muncul di tanganku. Tanpa mempedulikan reaksinya itu, aku menempelkan jempolnya yang teriris itu ke atas garis yang ada di bagian bawah kertas kontrak itu.
Lalu aku menunggu selama beberapa saat. Namun aku langsung terkejut ketika bercak darah yang tadinya ada di atas garis itu tiba-tiba menghilang dan aku juga tidak merasakan sensasi, seperti apa yang kurasakan saat berhasil menjadikan mas Teguh dan Bramono sebagai budakku. Aku tidak bisa membaca pikiran Rudy Zhao saat ini.
“FCKK!! Aku tau ini tidak akan berhasil”, batinku mengutuk kegagalanku menggunakan draft kontrak ini untuk Rudy Zhao.
Penjelasan tentang penggunaan draft kontrak ini, yang seketika langsung kupahami dalam pikiranku saat pertama kali aku mendapatkan
reward ini dari sistem, memang memberitahuku bahwa orang yang mau kujadikan sebagai budak harus melakukannya secara sukarela dan tanpa paksaan. Sehingga dari awal aku sudah ragu cara ini akan berhasil.
“Heh! Sihir macam apa yang mau kau lakukan? Apa dengan cara itu kalian yakin akan bisa mengontrolku? Cckckck.. tipuan murahan seperti itu tidak akan mempan kepadaku. Ayo coba cari cara lain.. Hahaha”, cibir Rudy Zhao dan menantangku lagi.
Kami semua hanya bisa terdiam melihat kepongahan Rudy Zhao ini. Aku memang sudah tidak tau harus melakukan apa-apa lagi. Pikiranku langsung berfokus pada bagaimana mengakhiri ‘drama’ ini. Kalau aku gagal menjadikan Rudy Zhao sebagai budakku, maka ia harus kuhabisi.
Lalu tiba-tiba Rudy Zhao berbicara lagi,
“Ck.. Boring.. Tampaknya kalian sudah kehabisan ide.. Sambil kalian mencari ide baru, bagaimana kalau kau menjawab rasa penasaranku..”, ujarnya santai sambil menatapku. Kemudian ia melanjutkan.
“Ada dendam apa kau denganku? Aku merasa tidak pernah mengenal atau mendengar tentangmu. Kalau pria ini..”, Rudy Zhao menoleh ke arah Letnan Geri lalu berkata,
“Aku yakin dia dari kepolisian atau kemungkinan besar dari pihak militer negaramu.. jadi aku paham motifnya.. jaksa wanita ini juga, aku masih bisa mengerti.. Tapi kau? Aku sangat yakin kau bukan dari pihak militer. Coba ceritakan kepadaku, apa dendammu sampai berani berbuat seperti ini? Aku tau kau juga pasti paham resikonya untukmu, untuk keluargamu dan untuk negaramu..”, ujar Rudy Zhao sambil memicingkan matanya dan menatap mataku tajam. Tapi aku hanya diam dan tidak menjawab ocehannya itu.
“Ck.. Bagaimana denganmu nona cantik? Aku juga yakin wanita secantikmu, bukan berasal dari militer.. Apa maumu, siapa tau aku mungkin berbaik hati dan akan membantumu setelah mendengar ceritamu”, Rudy Zhao tidak menyerah dan kali ini bertanya kepada Vera.
“A-aku mau kau mengembalikan kakakku”, jawab Vera terbata.
“Kakakmu? Siapa namanya? Aku rasa aku tidak pernah mengenal kakakmu”, jawab Rudy Zhao pura-pura bingung.
Padahal aku tau sebenarnya dia sudah bisa menebaknya. Rudy Zhao melakukan ini untuk mengulur waktu dan karena aku juga membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan langkahku selanjutnya, aku membiarkan Vera berinteraksi dengannya.
“Namanya Meyla Fatiya Indriani. 7 tahun yang lalu, orangmu menculik kakakku dan membawanya ke HK. Dimana dia sekarang? Kembalikan kak Mey..”, ujar Vera dengan nada dingin dan ketus.
“Ahh.. 7 tahun yang lalu.. Berarti itu aku baru memulai bisnisku itu. Gadis-gadis dari negaramu memang punya pesonanya sendiri. Pelangganku menyukai gadis-gadis dari negri ini. Banyak dari mereka yang sekarang bekerja di
exclusive club house milikku. Aku yakin kakakmu sama cantiknya sepertimu jadi ia pasti menjadi primadona di salah satu clubku itu. Dan aku juga yakin pasti dia sudah hidup enak dan punya banyak uang dari hasil melacurnya itu. Kau mau mengikuti jejak kakakmu itu, nona cantik? Pasti kau akan langsung jadi rebutan.. hehe”, ujar Rudy Zhao melecehkan Vera dan kakaknya.
Emosiku langsung meluap setelah mendengarkan perkataan Rudy Zhao itu. Namun belum sempat aku menghajarnya, tiba-tiba Yollie naik ke atas ranjang dan..
PLAK PLAK PLAK PLAKK
“BANGSAT!! Jaga mulutmu.. sekali lagi kau melecehkan wanita ini akan kupotong kemaluanmu”, bentak Yollie.
“agh.. hehehe aku suka wanita liar sepertimu, nona jaksa. Daripada kau memotong penisku, lebih baik kau gunakan untuk memuaskan dirimu. Aku masih sangat percaya diri bisa membuatmu menggelepar keenakan.. hehehehe”, jawab Rudy Zhao dengan mulut yang berdarah.
“Bajingan!!”, Yollie berniat menghantamkan tinjunya ke arah kemaluan Rudy Zhao, namun aku buru-buru menahannya dan menariknya turun dari ranjang lalu. membawanya ke sebelah Vera
“Tenanglah Yollie..”, bisikku pelan di telinganya.
Yollie menurutiku dan berusaha menenangkan emosinya. Aku melihat Vera saat ini sudah berlinang air mata. Tapi sebelum aku mencoba untuk menenangkannya, Letnan Geri berkata kepadaku,
“Kolonel Bagus barusan memberikan perintah. Kalau memang sudah tidak ada jalan lain, kita harus membunuh Rudy Zhao dan anak buahnya. Ia juga mengatakan akan bertanggung jawab penuh atas keputusannya ini”
Aku langsung menoleh ke arahnya dan melihat raut wajah Letnan Geri yang sangat serius dan siap untuk melakukan eksekusi. Kemudian aku menoleh ke arah Rudy Zhao dan berkata,
“Kau dengar itu Rudy? Kalau kau tidak bersedia bekerja sama denganku, kami akan langsung membunuhmu sekarang juga”, ancamku padanya.
“Hehehe.. Dari awal aku juga sudah yakin akan mati dibunuh oleh kalian. Dan aku sudah sangat siap.. Ayo bunuh saja aku.. Aku hanya berharap arwahku nanti bisa melihat bagaimana negaramu ini akan porak poranda karena perang. Dan aku bisa melihat keputusasaanmu dan penyesalanmu atas tindakanmu ini yang membuat negaramu hancur..HAHAHAH”, jawab Rudy Zhao enteng lalu ia menutup matanya. Ia terlihat sudah pasrah dengan nasibnya.
Kulihat Letnan Geri mengambil pistol dari balik jaketnya dan bersiap untuk menembak Rudy Zhao. Namun aku buru-buru mencegahnya,
“Tunggu Letnan.. Beri aku waktu 5 menit untuk memikirkan cara lain”, ujarku cemas.
Masih sambil mengarahkan pistolnya ke arah Rudy Zhao, Letnan Geri menatapku sesaat lalu mengangguk.
“Baik. Aku beri waktu 5 menit. Kalau kau tidak bisa menemukan cara lain, aku akan menghabisi penjahat ini. Dan pasukanku di luar juga akan menghabisi anak buahnya”, kata Letnan Geri tegas.
Dengan tergesa aku duduk di sofa lalu mengurut celah antara mataku, tepat diatas hidungku sambil menutup mataku. Kebiasaan ini memang biasa aku lakukan kalau aku sedang stres atau kalau aku sedang memikirkan sesuatu yang rumit.
Aku berpikir ekstra keras mencari opsi-opsi lain yang bisa kulakukan. Namun aku tetap tidak bisa menemukan cara lain. Satu-satunya cara yang bisa kulakukan adalah..
“ System add 15 points to Luck “, kataku pada sistem di kepalaku. Aku berharap dengan penambahan 15 poin ini pada atribut
luck-ku, dan setelah menembus 30 poin, sistem akan memberiku suatu keajaiban lain yang sebelumnya sudah sering terjadi padaku.
Setelah itu aku menunggu dengan cemas.
1 detik.. 5 detik.. 20 detik..
Dan tetap tidak terjadi apa-apa..
Tidak ada suara ‘Tring’ yang biasa kudengar kalau sistem memberiku sebuah reward.. Tidak ada notifikasi bahwa aku mendapatkan skill baru.. Bahkan suara robot itu tidak terdengar sama sekali.
Bahuku langsung melemas. Aku terkulai lemah di sandaran sofa. Aku benar-benar tidak tau harus berbuat apa lagi. Semua opsiku sudah habis. Kemudian aku melirik ke arah Vera dan Yollie, lalu tersenyum lesu dan pasrah. Aku berharap mereka bisa memaafkan aku yang membuat harapan mereka pupus.
Vera yang melihat ketidakberdayaanku langsung terduduk di lantai sambil menangis sejadi-jadinya.
“Kenapa?? Hiks..hiks.. Kenapa kau menculik kakakku? Kenapa kau tega menghancurkan keluarga Vera? KENAPA??.. Huuu.. hiks”, Vera menangis histeris. Kulihat Yollie berusaha menenangkannya. Hatiku seketika remuk melihat kondisi Vera yang seperti itu. Aku langsung merasa menjadi laki-laki yang paling tidak berguna.
“KEMBALIKAN KAKAKKU!! KEMBALIKAN KAK MEY.. KEMBALIKAANN!!...”, Vera kembali berteriak yang membuat hatiku semakin remuk redam.
Namun tiba-tiba tanpa bisa kami duga sama sekali..
Rudy Zhao membuka matanya lalu berkata dengan intonasi datar. Tatapannya terlihat kosong..
“Baik aku akan mengembalikan kakakmu”
“Eh?”, aku, Yollie dan Letnan Geri menoleh ke arah Rudy Zhao dan heran dengan perilaku anehnya ini. Suara Rudy Zhao pun sangat berbeda dengan intonasi suaranya sebelumnya.
Lalu suara robot yang dari tadi kutunggu, tiba-tiba bergema di kepalaku.
..
“”
Tringg.. Congratulation Master.. Your slave has obtained a new skill [Angel’s Tears] “”
“” Skill Detail : A really strong emotion caused by this female slave has activated a unique hidden skill [Angel’s Tears]. This slave can fully control the targetted person and make the person fully obey and do everything she thought of. The skill can only be activated once in her lifetime “”
..
“……….”
“WHAT THE FCK IS GOING ON !?”, seketika aku terperanjat dari sofa tempatku duduk dan menatap Vera dengan mulut yang terbuka lebar..
…
…
…