Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 68 21,1%
  • Indah

    Votes: 41 12,7%
  • Vera

    Votes: 20 6,2%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,6%
  • Azizah

    Votes: 125 38,7%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    323
SG 81 – Unstoppable Passion


Setelah aku membawa sehelai rambut Azizah itu ke dalam ring, perlahan rambut itu menghilang dari tanganku. Lalu hologram tanpa wajah yang berada di tengah-tengah ruangan itu, mulai berubah bentuk menjadi sosok wanita cantik nan jelita yang tadi baru saja keluar dari rumahku.

Hologram Azizah terlihat seperti sedang menyetir. Seingatku, katanya tadi ia akan menginap di rumah saudaranya yang ada di kota B malam ini.

“Mungkin dia sedang dalam perjalanan menuju kesana”, pikirku.

Aku mengamati hologram Azizah itu dalam diam, sambil duduk tidak jauh dari hologram itu. Baju gamis yang dipakainya masih sama seperti yang kulihat tadi.

Seketika bayangan tentang kejadian tadi terlintas di dalam benakku. Momen mendebarkan dan menegangkan, ketika aku membantunya memakaikan lagi gamisnya itu, membuat darahku kembali berdesir.

Tubuh setengah telanjangnya yang tadi berada begitu dekat dengan wajahku, kulit putih mulusnya dan lekuk tubuhnya yang sempurna masih membayang jelas dalam pikiranku saat ini. Aku bahkan masih ingat dengan harum parfumnya yang tadi menggelitik hidungku.

Aku menatap wajah Azizah yang matanya masih terlihat sembap akibat habis menangis. Namun itu tidak sedikitpun mengurangi aura kecantikannya dan bahkan malah menambah suatu getaran rasa di dalam diriku yang ingin mengasihi dan melindunginya.

Wanita ini sungguh sebuah spesimen yang langka, sebuah mahakarya penciptaan yang dianugrahi dengan kecantikan luar biasa yang akan membuat laki-laki manapun di dunia ini tergoda untuk memilikinya.

Perkataan Indah tadi kepadaku, seketika terngiang kembali di telingaku. Indah mau aku menjadikan wanita secantik ini sebagai wanitaku? Apa aku pantas memiliki wanita secantik dan sesempurna Azizah ini?

Dengan menggunakan kekuatan yang kumiliki, aku sebenarnya yakin wanita ini akan bisa kutaklukkan. Tapi apakah harus begitu caranya? Aku merasa tidak pantas dan tidak tega untuk menodai kemurnian wanita ini dengan cara seperti itu.

Walaupun kecantikan dan kesempurnaan Azizah kuakui memang membuatku sangat tertarik, tapi aku bukanlah seorang yang serakah dan rakus, yang mau memiliki semua wanita cantik di dunia ini.

Aku bersyukur sudah memiliki 4 orang wanita yang juga tak kalah cantik dan juga sangat kucintai. Tapi Lia, istriku saja masih belum tentu bisa menerima keberadaan ketiga wanitaku, apalagi harus ditambah dengan adanya Azizah.

Kalaupun aku mau menjadikan Azizah sebagai wanitaku, aku juga harus mendapatkan cintanya, karena itulah jalan slave master-ku. Seperti pengalaman-pengalamanku sebelumnya ketika aku berhasil mendapatkan Indah, Vera dan Yollie, selain bisa merengkuh kenikmatan tubuh mereka, aku juga berhasil mendapatkan hati ketiga budakku itu dan aku pun mencintai dan menyayangi mereka.

Terlebih saat ini, prioritas utamaku adalah menjalankan rencana akhirku tanpa harus kehilangan Lia. Karena ketika semua sudah berakhir nanti, semuanya akan menjadi sia-sia dan hampa jika Lia meninggalkanku.

Jadi menurutku, menjadikan Azizah sebagai budakku yang baru, justru akan menambah ruwet masalah yang sedang kuhadapi. Aku hanya akan menambah beban pikiran Lia dan semakin menyakiti hatinya.

Namun aku juga tau bahwa apa yang dikatakan oleh mas Teguh tadi benar. Kalau dibiarkan, Azizah akan termakan oleh perasaan dendamnya yang membara, yang akan menghancurkan hidupnya. Harus ada orang lain yang membantunya dalam menghadapi cobaan yang menerpanya saat ini.

Aku tadi memang sengaja mengambil sehelai rambut miliknya yang tersangkut di gamisnya, karena aku mau mengawasi wanita ini. Aku takut ia akan melakukan hal yang tidak-tidak akibat kondisi mentalnya yang sedang tidak stabil ini.

Sekilas aku melirik ke arah statusnya..

..

[ Loyalty : 6 ]

[ Lust : 11 ]

[ Thought : Embarassed, Dejected, Curious ]

[ Mindbreak : 2.25 ]

[ Sensitivity : - 0 + ]


..


Aku sedikit bernafas lega ketika melihat perasaan ‘embarassed’-nya. Itu artinya ia masih memiliki kontrol atas dirinya. Aku tidak mempedulikan kedua nilai thought lain, karena itu wajar menurutku.

Yang membuatku kaget adalah nilai mindbreak-nya yang sudah diluar batas kewajaran. Berarti dugaanku dan mas Teguh benar. Wanita ini sudah berada dalam proses menuju kegilaan akibat kesedihan dan perasaan dendamnya yang mendalam.

Aku langsung merasa kasihan pada Azizah. Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, akhirnya aku menghela nafas panjang dan memutuskan akan membantu wanita ini. Aku tidak bisa membiarkan wanita cantik ini menghancurkan sendiri hidupnya.

Urusan dengan Lia? Ahh.. aku harap ia nanti bisa mengerti dengan keputusanku ini. Lagipula aku saat ini sudah punya suatu rencana, yang kalau berhasil, akan menyelesaikan masalahku dengan Indah dan aku juga akan memperlakukan Azizah sama seperti apa yang kurencanakan terhadap Indah.

..

Azizah menyetir sekitar 30 menit sebelum kulihat hologramnya bergerak berdiri seperti sedang keluar dari dalam mobil sambil menenteng sebuah tas. Kemudian kulihat ia berjalan lalu mengetuk sebuah pintu. Lalu kulihat ia seperti memeluk seseorang dan mulutnya berbicara kepada orang yang ada dihadapannya.

Setelah itu Azizah berjalan lagi dan duduk sambil mengobrol kepada orang itu. Aku yakin ia saat ini sudah berada di rumah saudaranya dan sedang mengobrol bersama saudaranya itu.

Beberapa saat kemudian, Azizah berdiri dan berjalan ke suatu tempat yang kuduga adalah sebuah kamar. Azizah menutup pintu kamar itu, lalu melepaskan kerudungnya dan menyangkutkannya di gantungan baju yang ada di belakang pintu. Rambutnya yang tergulung kemudian dilepaskannya, sehingga mahkota hitam mayang kepalanya yang panjang lurus sampai punggungnya itu, tergerai indah seperti sutera.

Kemudian azizah mengambil sebuah daster rumahan bermotif bunga dari dalam tas yang dibawanya tadi. Perlahan, Azizah mulai melepaskan gamisnya sampai tinggal hanya mengenakan bra dan rok daleman saja.

Sontak aksi azizah itu membuatku diam terpaku dan tak berkedip. Tubuh setengah telanjangnya yang kulihat tadi ketika di rumah Vera, tersaji indah kembali di hadapanku. Nafasku mulai kurasakan memburu dan gairah yang tadi sudah kutahan sebisa mungkin perlahan mulai menggelora di dalam tubuhku.

Namun setelah menggantungkan gamisnya di gantungan baju, Azizah tidak langsung mengenakan daster itu. Azizah duduk di tepi ranjang, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang tertumpu di pahanya. Ia mulai menangis tersedu-sedu.

Aku hanya bisa menatap miris kondisi Azizah yang sedang meluapkan emosinya dengan tangisannya itu. Aku bisa merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sedang dirasakannya. Rasa kasihan yang langsung meluap di dalam dadaku, membuatku tanpa sadar berjalan menghampiri hologramnya lalu duduk di sebelah hologram Azizah yang sedang menangis itu.

Aku hanya berniat untuk menenangkannya. Tangan kiriku merangkul pundaknya dan mengusapnya dengan penuh kelembutan. Tangan kananku pun bergerak ke arah pahanya yang terbuka lalu dengan jempolku, aku membelainya lembut.

Awalnya ia sedikit terkaget dengan sentuhanku itu. Namun mungkin karena kondisi pikirannya yang sedang tidak stabil dan sentuhanku yang menenangkan dirinya, Azizah kurasakan semakin rileks dalam pelukanku.

Aku bahkan tidak menyadari ketika dengan perlahan Azizah merebahkan kepalanya menyamping ke pundakku. Aku lupa bahwa ia sebenarnya sedang sendirian di dalam kamar itu dan tidak semestinya ia bertindak pasrah seperti itu kepada sosok tak kasat mata di sebelahnya.

Cukup lama aku dan Azizah berada dalam posisi seperti itu. Tangisannya perlahan mulai mereda dan hanya menyisakan ia yang masih sesekali sesenggukan.

Lalu Azizah membuka kedua tangannya yang menutup wajahnya, kemudian meletakkan tangan kanannya di atas tanganku yang sedang membelai pahanya dan mengenggamnya erat.

Reaksi Azizah itu seketika langsung membuatku tersadar. Aku langsung heran dengan perilakunya itu dan refleks melihat ke arah statusnya.

[ Lust : 22 ]

[ Thought : Nervous, Aroused, Curious ]

[ Mindbreak : 2.1 ]

[ Sensitivity : 50 ]



“What the fck”, aku langsung terkejut dengan perubahan tiba-tiba statusnya itu. Yang paling membuatku heran adalah nilai sensitivity-nya yang mendadak menjadi poin maksimal 50, padahal aku tidak menaikkan poin sensitivity-nya sama sekali.

Aku kemudian semakin kaget ketika menyadari icon minus dan plus, yang biasanya ada di samping poin sensitivity, tiba-tiba hilang dan tak dapat kuakses.

Wajar saja kalau nilai lust-nya naik dan nilai thought-nya berubah seperti itu akibat dari tubuhnya yang mendadak menjadi sangat sensitif.

“Ini semua pasti ulah sistem sialan itu”, batinku mengutuk sistem ‘sesat’ yang telah menaikkan nilai sensitivity Azizah tanpa persetujuanku. Aku sangat paham kenapa sistem berbuat seperti ini. Tampaknya sistem belum menyerah agar aku menjadikan Azizah sebagai budakku.

Namun yang membuatku heran adalah nilai mindbreak Azizah yang jadi sedikit menurun. Seolah sistem sedang memberitahukanku bahwa untuk membantu ‘mewaraskan’ lagi kondisi mental Azizah adalah dengan cara membuatnya tenggelam dalam gairah birahinya.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk bertahan dari godaan sistem ini. Aku masih yakin ada cara lain selain dari memperlakukan Azizah seperti ini. Aku masih berpegang teguh pada pendirianku, untuk tidak melibatkan dan menggunakan kekuatanku pada orang-orang yang tidak bersalah seperti dirinya.

Namun apa daya, benteng pendirianku seketika langsung runtuh ketika Azizah mengangkat kepalanya dari pundakku dan menoleh ke arahku. Matanya terpejam erat dengan bibirnya yang sedikit merekah terbuka.

Aku akhirnya menyerah pada situasi kami saat ini, pada kecantikannya dan juga pada nafsuku yang sudah menggebu-gebu.

Dengan gerakan perlahan, aku memajukan wajahku ke arah wajahnya lalu mendaratkan bibirku di bibirnya. Sesaat, bibirku hanya diam menempel di bibir sensual Azizah itu. Namun kemudian aku semakin hanyut dalam gairahku dan mulai mengecup dan melumat bibirnya.

Azizah pun membalas ciumanku. Bibir kami saling beradu dalam hisapan dan ciuman yang panjang dan melenakan. Aku dan Azizah berciuman dengan penuh perasaan, bak sepasang kekasih yang sedang bermesraan dan memadu cinta.

Aku tidak mengerti kenapa bisa jadi seperti ini, namun aku sudah tidak bisa lagi mengontrol nafsuku yang sudah mulai meninggi. Kurasakan juga Azizah sama sepertiku. Kulihat ia sudah semakin terbuai dan hanya ingin melampiaskan kegundahan hatinya tadi dengan menciumku penuh gairah dan bernafsu.

Perlahan aku mendorong pundaknya dan merebahkan tubuhnya ke ranjang. Azizah sudah pasrah dan menuruti gerakanku yang menuntunnya.

Masih sambil berciuman, tanganku merayap dan menelusuri lekuk tubuhnya. Berawal dari belaian-belaian yang lembut seolah melayang di area pahanya, lalu perlahan naik menyusuri pinggul dan perutnya yang rata dan berakhir dengan rabaan di payudaranya yang masih terbalut bra. Kurasakan tubuhnya bergetar dan menggelinjang seirama dengan sentuhan-sentuhanku di kulit mulusnya itu.

Azizah semakin menggeliat ketika aku meremas kedua belah gunung kembarnya itu bergantian, dengan penuh kelembutan. Sambil meremas payudaranya itu, aku melepaskan ciumanku pada bibirnya dan langsung memberikan kecupan dan jilatan di leher Azizah.

Azizah memiringkan kepalanya ke sebelah kiri dan memberiku akses pada leher bagian kanannya. Dengan bernafsu, aku memberikan cupangan-cupangan di leher jenjangnya itu.

Perlahan, bibirku merayap turun menjilati pundak dan area tulang selangkanya. Lalu hidungku menciumi bagian atas dan belahan payudaranya sambil tetap memberikan kecupan dan jilatan.

Kemudian aku mengeluarkan sepasang payudaranya itu dari cup bra-nya dan menahan branya itu ke bagian bawah susu putih dan kenyalnya itu, sehingga kini payudaranya terlihat lebih membusung indah.

Mataku langsung nanar melihat kedua puting Azizah yang berwarna pink dan sudah sedikit menegang. Dengan gemas, aku membuka mulut dan memasukkan puting buah dada kanannya lalu menghisapnya lembut. Lidahku membuat gerakan memutari areolanya dan sesekali memilin puting Azizah yang semakin lama semakin keras dan tegang.

Aku semakin bergairah dan terus bermain di payudaranya, tanpa bosan bergantian, menghisap dan menjilati puting kiri dan kanannya.

Tangan kananku merayap turun menggerayangi pinggang dan pahanya lalu bergerak ke tengah dan berusaha menyentuh belahan Vagina Azizah yang masih tertutup CD-nya.

Awalnya Azizah merapatkan kedua pahanya rapat-rapat dan menolak sentuhanku di area senggamanya itu. Akhirnya tanganku hanya bisa membelai area bulu kemaluannya yang ternyata mulus tanpa bulu. Sepertinya Azizah rajin membersihkan dan mencukur habis bulu kemaluannya itu. Sesekali jariku nakal meraba area selangkangannya lebih ke bawah sambil memberikan pijatan-pijatan lembut di klitorisnya.

Namun karena rangsangan-rangsangan yang kuberikan di payudara serta belaianku di area selangkangannya itu, membuatnya perlahan membuka pahanya.

Sontak tanganku dengan bersemangat langsung mengelus belahan liang surgawi miliknya dan membuatnya semakin menggelinjang dan menegang.

Ketika aku merasakan CD-nya sudah basah oleh pelumas liang cintanya itu, aku menelusupkan tanganku dari atas CD-nya dan jariku langsung menyentuh lipatan bibir vaginanya.

Lalu aku melakukan gerakan membelai dari atas ke bawah sambil sesekali mengorek-ngorek dan menggelitiki saraf sensitif di bibir vaginanya yang semakin lama semakin becek. Tak lupa aku menyentuh klitorisnya dan membuat gerakan memutar lalu menyentil-nyentil lembut daging mungil itu.

Azizah yang sudah sangat bernafsu, dengan gerakan cepat menurunkan CD yang dipakainya dan meloloskannya lewat kakinya. Aku tersenyum senang melihat aksinya itu dan lebih bersemangat menggerayangi vaginanya dengan jemariku.

Tak lama kemudian, aku merasakan tubuh Azizah menegang lalu melengkung. Pinggulnya menghentak-hentak tanda ia mencapai orgasmenya. Aku menghentikan gerakan tanganku dan menghisap dalam-dalam, salah satu puting susunya.

Tapi aku masih belum puas. Aku melepas cumbuanku di buah dadanya dan kembali mencium bibirnya. Kali ini aku melumat mulutnya dengan lebih bernafsu. Lidahku menyeruak masuk ke dalam mulutnya dan menari disana. Azizah yang tidak tahan menerima sentuhan lidahku di lidahnya, akhirnya mulai membalas. Lidah kami saling beradu dan bertaut. Terkadang aku menghisap gemas lidah Azizah itu.

Tanganku yang masih berada di area kewanitaannya itu, mulai beraksi lagi. Aku menusukkan jari tengahku dengan perlahan ke dalam vaginanya yang sudah sangat licin akibat cairan cintanya yang keluar dari klimaksnya tadi.

Lalu aku mulai menggerakkan jariku keluar masuk liang vagina Azizah dengan tempo yang sangat lambat. Jempolku mengusap-usap klitorisnya.

Aku melepaskan ciumanku di bibirnya dan mengangkat wajahku. Aku mau memperhatikan ekspresi wajah Azizah. Wajahnya yang putih cantik itu kini sudah memerah akibat libidonya yang sudah sangat tinggi. Matanya terpejam erat dan mulutnya sedikit terbuka. Sayang, aku tidak bisa mendengarkan suara desahannya. Namun aku yakin saat ini ia sedang merintih dan mendesah keenakan.

Aku menambahkan jari manisku untuk mengobok-obok liang vaginanya itu. Lalu aku mempercepat tempo kedua jariku itu keluar masuk lubang kenikmatannya. Hingga tak lama kemudian tubuh Azizah kembali bergetar dan menghentak-hentak. Aku langsung mencabut jariku dari dalam kemaluannya.

Aku yakin cairan cintanya kali ini menyembur deras membasahi ranjangnya. Pinggulnya yang terangkat ke atas, akhirnya ambruk kembali ke ranjang setelah badai orgasmenya mereda. Kulihat ia tersengal-sengal mencari nafas. Matanya masih terpejam erat.

Aku membiarkannya dalam kondisi seperti itu dan kembali ke dunia nyata. Aku mendapati diriku masih berada di ruang tengah rumah Vera. Tidak ada siapa-siapa selain aku di rumah ini. Vera dan Yollie masih belum balik dari mengantarkan Indah. Mas Teguh pun tak tau pergi kemana.

Aku menghela nafas lalu berdiri dan menuju dapur. Kemudian aku menyeduh segelas kopi dan membawanya ke kursi santai yang ada di pinggir kolam renang. Lalu aku menyalakan rokokku. Lalu sambil merokok, aku menyeruput kopi buatanku.

Aku melakukan semua ini untuk menurunkan nafsuku yang tinggi setelah ‘mengerjai’ hologram Azizah tadi. Aku sendiri tidak menyangka keadaannya akan menjadi begini.

Padahal awalnya aku hanya berniat mengawasi hologram Azizah, lalu nanti setelah ia tertidur, aku akan menarik kesadarannya ke dalam dream room dan mengajaknya mengobrol.

Namun ulah sistem sesat yang bertindak tanpa persetujuanku itu, membuatku harus melakukan apa yang kulakukan tadi terhadap Azizah.

“Apakah harus begini caranya? Apakah perasaan dendanmya itu bisa hilang dengan memancing libido dan mengajaknya bercinta?”, ujarku tak habis pikir di dalam pikiranku.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Aku hanya bisa pasrah dan bersiap untuk menerima apapun akibat dari perbuatanku tadi setelah ini. Sambil menghisap rokokku dalam-dalam aku memikirkan kembali rencanaku kepada Azizah. Sebenarnya ada satu keuntungan yang bisa kudapatkan kalau aku berhasil menjadikan Azizah sebagai budakku.

Biasanya sistem akan memberikanku poin yang bisa kutambahkan dalam atributku, sehingga bisa membantuku mencapai 60 poin str lebih cepat. Namun itu tidak terlalu berpengaruh, karena aku masih bisa mencapai str 60, cepat atau lambat, dengan sesi-sesi farming-ku bersama ketiga budakku.

Ya sudahlah.. Aku akan mencoba mengikuti ‘saran’ daru sistem ini dan hanya bisa mengharapkan hasil yang terbaik.

Beberapa saat kemudian, setelah aku menghabiskan 2 batang rokok dan kopiku, aku mengaktifkan kembali perintah ‘ring’. Refleks aku melihat ke arah hologram Azizah yang berada di tengah-tengah ruangan dimensional.

Aku menghela nafas lega ketika melihat hologram itu berada dalam posisi tertidur sambil memejamkan mata. Kulihat juga Azizah sudah mengenakan daster yang tadi mau dipakainya.

Aku melirik ke arah statusnya dan melihat nilai lust dan mindbreak-nya sudah turun. Masing-masing di angka 15 dan 1.5. Nilai sensitivitynya pun sudah kembali ke angka 0.

Setelah memperhatikan Azizah selama beberapa saat dan memastikan bahwa ia sudah benar-benar tertidur, aku berjalan ke arah dream room dan memasukinya.

Lalu aku merubah setting dream room ini menjadi villa tempatku berbulan madu dulu dengan Lia. Setelah itu, aku memanggil kesadaran Azizah..



….

….

….
 
Terakhir diubah:
Mantap suhu updatetannya, keren, walau pun mungkin saya lebih setuju dengan mempertimbangkan perasaan Lia terlebih dahulu baru bikin slave si azizah, supaya rasa gentleman nya si reza makin mantap.

Cuma beginipun sudah sangat bagus, saya menghargai hasil karyanya suhu @Cikouna
 
Diembat juga sama Reza. Mulut bilang enggak tapi konti bilang iya😏😒

Tuh Lia liatin kelakuan lakimu, mana mau dia nolak janda gratis. 😏
Kambing aja kalo udah jadi janda pasti diembat dia.
Mending sini sama abang aja, Abang orangnya setia loh 😁
 
Mantap suhu updatetannya, keren, walau pun mungkin saya lebih setuju dengan mempertimbangkan perasaan Lia terlebih dahulu baru bikin slave si azizah, supaya rasa gentleman nya si reza makin mantap.

Cuma beginipun sudah sangat bagus, saya menghargai hasil karyanya suhu @Cikouna

Diembat juga sama Reza. Mulut bilang enggak tapi konti bilang iya😏😒

Tuh Lia liatin kelakuan lakimu, mana mau dia nolak janda gratis. 😏
Kambing aja kalo udah jadi janda pasti diembat dia.
Mending sini sama abang aja, Abang orangnya setia loh 😁
Wkkw.. iya gans, Reza g tau hrs gmn lg.. terpaksa dia.. kl org sunda bilang, por de greter gut 🤣
Tapi di season 2 ini sih, scene2nya azizah ga terlalu banyak, bayangan ane nt di season 3 dia lbh byk berperan..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd