Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 65 20,4%
  • Indah

    Votes: 40 12,6%
  • Vera

    Votes: 20 6,3%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,9%
  • Azizah

    Votes: 123 38,7%
  • Natsu

    Votes: 10 3,1%

  • Total voters
    318
SG 46 – Thrilling Morning Action



3 hari kemudian…

POV Reza

Mas teguh menyetir mobil yang kami kendarai dan memasuki area parkir sebuah mesjid di salah satu kawasan perumahan di kota J. Lalu mas Teguh memarkir mobil kami menghadap ke arah jalan.

Tidak ada satu kendaraan lain pun kulihat terparkir di area parkir itu. Hanya terlihat 1-2 jamaah mesjid yang datang untuk menunaikan sholat subuh berjamaah di pagi hari ini dengan berjalan kaki.

Setelah mesin mobil dimatikan, aku menoleh ke arah mas Teguh dan melihatnya sedang bersiap memakai jaket tebal lalu me-resletingkannya sampai ke leher. Lalu dia menoleh ke arahku dan mengangguk kepadaku tanda ia sudah selesai dengan persiapannya.

Aku menghela nafas panjang lalu memakai peciku dan langsung turun dari mobil. Udara pagi yang dingin dan sejuk kurasakan menerpa tubuhku. Refleks aku mendekapkan telapak tanganku lalu mendekatkannya ke mulutku.

Aku menghembuskan nafas panjang beberapa kali. Selain untuk menghangatkan sedikit telapak tanganku, aku juga berusaha untuk mengatur deru nafasku yang memburu karena rasa takut dan cemas yang kurasakan saat ini. Jantungku kurasakan juga berdetak kencang.

Setelah merasakan ketakutanku sedikit berkurang, aku berjalan memutari mobil dan melihat mas Teguh yang sedang menungguku.

Mas teguh menepuk punggungku 2 kali pelan. Sepertinya ia mengetahui rasa grogi dan takut yang kurasakan saat ini. Aku mengangguk kepadanya untuk memberi taunya bahwa aku sudah bisa mengontrol emosiku. Lalu kami berjalan ke arah tempat wudhu.

Selesai ber-wudhu, kami menaiki beberapa anak tangga sebelum memasuki ruangan utama mesjid. Sama seperti mesjid lain pada umumnya, ruangan utama mesjid ini juga berbentuk segi empat dan terdapat mimbar serta area kecil tempat imam solat di bagian depan.

Pada keempat dinding ruangan inti mesjid ini terdapat kaligrafi-kaligrafi yang diukir indah. Lantainya dialasi oleh karpet lembut berwarna hijau dengan garis berwarna kuning sebagai penanda untuk memisahkan antar shaf. Selain itu, tidak banyak dekorasi lain di mesjid ini.

Yang membuatku sedikit takjub adalah langit-langit mesjid ini, yang juga sebagai kubah mesjid ini jika dilihat dari luar mesjid, yang menjulang megah ke atas dan dilukis dengan pemandangan langit biru dan beberapa gimmick awan serta ditambah lagi beberapa tulisan kaligrafi lainnya, sehingga membuat orang yang memasuki ruangan utama mesjid ini seketika akan merasa nyaman dan terkagum dengan keindahan dekorasinya.

Belum ada banyak jemaah yang sudah datang. Hanya ada terlihat sekitar 6-7 orang jemaah yang sedang solat sunah ataupun berzikir. Aku dan mas Teguh berjalan ke arah salah satu dinding ruangan, agak ke belakang, lalu melakukan solat sunah juga. Setelah itu kami duduk bersila dan menunggu waktu solat subuh tiba.

Aku melihat ke sekelilingku dan belum melihat target yang rencananya akan kami selamatkan nyawanya pagi ini. Aku dan mas Teguh menunggu dalam diam.

Lalu setelah beberapa saat, terlihat seorang pria berusia sekitar 40-tahunan memasuki ruangan ini diikuti oleh seorang pria muda yang berambut cepak dengan raut wajah tegas dan dingin.

Pria ini memakai peci dan baju koko serta sarung yang melilit tubuh bagian bawahnya hingga mata kaki. Sedangkan pria muda yang mengikutinya memakai jaket kulit berwarna coklat dan celana panjang hitam.

Aku melirik ke arah pria itu sebentar dan langsung mengenali pria yang baru saja masuk adalah target penyelamatan kami, Nuha Paredan, yang terkenal di seluruh negri sebagai orang yang cerdas dan berani, yang sudah berhasil mengungkap beberapa kasus korupsi di negri ini.

Lalu aku melirik ke pria di belakang Nuha yang kuperkirakan adalah pengawal pribadi dari ketua BPK ini. Aku melihat Nuha dan pengawalnya melihat ke arah kami juga dan menunjukkan sedikit wajah terheran karena mungkin sadar ada jemaah asing yang ikut solat subuh di mesjid dekat rumahnya itu.

Aku dan Nuha saling bertatapan sebentar, sebelum aku menundukkan wajahku menatap lantai sambil berusaha mengatur nafasku kembali. Kurasakan juga mas Teguh yang duduk di sampingku melakukan hal yang serupa denganku.

Setelah beberapa menit, azan subuh berkumandang disusul dengan iqomah yang menandakan waktu solat segera dimulai. Aku dan mas Teguh berjalan untuk mengisi shaf terdepan.

Dan memang karena jumlah jemaah di subuh ini hanya sedikit, maka shaf yang terbentuk cuma satu. Namun aku masih mendengar suara keran air yang terbuka dan beberapa langkah kaki dari luar yang menandakan masih ada jemaah lain yang akan bergabung.

Mas Teguh mengambil posisi tepat di sebelah kanan pria muda pengawal Nuha itu. Sedangkan Nuha sendiri berjalan ke arah tempat imam, yang berarti yang akan menjadi imam solat subuh kali ini adalah dirinya. Aku sendiri berdiri di sebelah kanan mas Teguh sehingga posisi mas Teguh diapit olehku dan pengawal itu.

Setelah selesai solat, aku memundurkan dudukku beberapa shaf ke belakang. Kulihat mas Teguh juga bergeser ke kanan sehingga ia kini duduk di tempatku solat tadi. Aku melihat pengawal itu melirik ke arahnya sesaat sebelum melanjutkan zikirnya.

Kemudian aku melihat Nuha menggeser duduknya menyamping. Ia melirikku sambil mulutnya berkomat-kamit berzikir.

Tatapan kami bertemu sesaat lalu aku kembali menundukkan kepalaku. Mulutku pun berkomat-kamit, tapi saat ini aku tidak sedang berzikir melainkan sedang setulus hati berdoa kepada Yang Maha Kuasa, memohon agar menenangkan detak jantungku yang semakin berdebar-debar sambil memohon kepada-Nya untuk memberikan kelancaran atas aksi yang akan kami lakukan sebentar lagi.

Beberapa saat kemudian, kulihat Nuha berdiri dan keluar dari mesjid diikuti oleh pengawalnya itu. Setelah mereka keluar dari ruangan utama mesjid ini, kulihat mas Teguh memakai hoody jaketnya, lalu berdiri dan ikut keluar sambil kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku yang ada di samping jaket tebalnya itu.

Aku kembali menghela nafas panjang beberapa kali sebelum berdiri lalu mengikuti mereka. Aku melihat Nuha berjalan keluar dari area pekarangan mesjid dan berbelok menuju rumahnya. Mas Teguh berjalan mengikuti mereka, beberapa meter di belakang.

Beberapa orang jemaah solat subuh juga ada yang berjalan searah dengan mereka dan ada juga yang berbelok berlawanan arah.

Aku dengan sedikit tergesa, memasuki mobil yang kunaiki tadi bersama dengan mas Teguh. Sebelum ber-wudhu tadi, mas Teguh sudah memberikan kunci mobil kepadaku. Di dalam mobil, aku mempersiapkan kamera yang kubawa lalu menunggu dengan perasaan cemas.

..



POV Teguh

Teguh berjalan santai mengikuti 2 orang yang berjarak beberapa meter di depannya. Dilihatnya kedua orang yang diikutinya itu saling berbisik, tapi Teguh tidak dapat mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

Lalu tiba-tiba pengawal Nuha berhenti namun Nuha tetap terus berjalan dengan santai. Teguh mendadak menjadi ragu sesaat sebelum ia meneruskan berjalan mengikuti Nuha. Akan tetapi pada saat Teguh berpapasan dengan pengawal itu, pengawal Nuha itu dengan seketika meneruskan jalannya.

Teguh terkejut dengan perbuatan pengawalnya Nuha itu. Pengawal itu dan Teguh sekarang berjalan berdampingan dalam jarak yang cukup dekat.

Lalu pengawal itu berkata pelan kepada Teguh,

“Jangan coba macam-macam..”, terdengar ada ancaman di balik suara pria muda itu.

Teguh mendengus mencibir setelah mendengar perkataan pria itu lalu menjawab dengan suara yang sama pelan,

“Kalau kau menjagaku seperti ini, nyawa Nuha tidak akan terselamatkan pagi ini”, ujar Teguh datar.

Terlihat seketika pengawal itu tersentak kaget. Lalu Teguh melanjutkan,

“Persiapkan senjatamu, setelah pelaku melewati kita, tembak pelaku itu ke area yang tidak vital”, kata Teguh menginstruksikan pengawal itu.

Pengawal itu semakin tersentak mendengar instruksi Teguh itu. Terlihat matanya terbuka semakin lebar dan tubuhnya menegang lalu seperti bersiap untuk menjegal Teguh dan meringkusnya. Namun tiba-tiba, dari arah depan terdengar suara mesin motor dinyalakan.

Seketika pengawal itu menoleh ke arah suara motor berasal dan dari arah depan terlihat lampu motor yang menyilaukan bergerak mendekat ke arah mereka. Terlihat motor itu dikendarai oleh dua orang yang memakai jaket hitam dan helm full-face yang juga berwarna hitam.

DEGG

“Tetap tenang dan ingat pelatihanmu. Ingat! Tembak ke area tidak vital dan jangan bunuh mereka”, instruksi Teguh terdengar lagi.

Sontak pria itu melirik ke arah Teguh dengan raut wajah cemas dan kaget, yang tergambar jelas di wajahnya. Namun belum sempat ia berkata atau melakukan apa-apa, Teguh seketika bergerak dan berlari ke arah Nuha.

Lalu teguh mendekap tubuh Nuha dari belakang , kemudian menghempaskan tubuh mereka ke samping tepat pada saat motor itu melewati mereka. Motor yang tadinya bergerak lambat seketika melaju dengan kencang.

Pada saat yang bersamaan, pengendara yang dibonceng mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya lalu mengarahkan ke arah Nuha dan mas Teguh.

Posisi Teguh dan Nuha saat ini sedang dalam motion terjatuh dengan punggung Teguh menghadap kedua pengendara motor. Lalu pengendara yang dibonceng itu, menembak dua kali dan mengenai punggung Teguh, dari atas motor yang sedang melaju kencang.

TUFHHT TUFFHT

Pengawal Nuha yang tadinya berniat untuk menyelamatkan Nuha dari aksi Teguh, seketika teringat instruksi Teguh tadi, kemudian dengan cepat merogoh jaketnya lalu menodongkan senjatanya ke arah pengemudi motor.

Dalam momen yang sangat cepat itu, motor melaju cepat, melewati pengawal Nuha itu. Pria itu lalu menembakkan senjatanya dua kali dan mengenai tangan pelaku yang menembak Teguh dan Nuha tadi, tepat di tangan pelaku yang sedang memegang senjata.

BANG BANG

Pistol yang dipegang pelaku seketika terjatuh namun motor tetap melaju kencang. Beberapa orang jemaah solat subuh yang melihat dan mendengar suara tembakan, sontak terkaget dan menyadari kejadian yang baru saja terjadi. Terlihat beberapa orang berusaha untuk bersembunyi dan melindungi diri.

Ada juga seorang warga yang memiliki reaksi bagus, seketika mengambil batu dari pinggir jalan lalu melempar ke arah motor yang melaju kencang itu namun meleset.

Beberapa detik kemudian, terlihat motor berbelok di pertigaan lalu terdengar suara motor yang semakin menjauh.

Pengawal Nuha yang baru saja melakukan tembakan, seketika tersadar lalu berbalik dan berlari ke arah Teguh dan Nuha yang terjatuh dan sedang terbaring di jalan. Posisi teguh menindih tubuh Nuha, tangan kirinya terlihat berada di belakang kepala Nuha, melindungi kepala Nuha dari benturan dengan aspal.

Pria pengawal itu lalu mengangkat tubuh Teguh, lalu menghempaskannya kembali ke jalan di samping Nuha yang sedang berusaha berdiri. Kemudian pengawal itu memiting lengan Teguh dan menekan lututnya ke punggung Teguh. Tangan kirinya memegang pistol dan menodongkannya ke kepala Teguh.

..

POV Reza

Aku yang selesai memfoto kedua pengendara motor tadi, dengan tergesa meletakkan kameraku lalu turun dari mobil.

Dengan terburu-buru aku berlari ke arah mas Teguh yang sedang diringkus dan ditodong oleh pengawal itu sambil berteriak,

“Woy woy mas tunggu..”, teriakku cemas.

Namun baru saja aku mau menghampiri mereka dan menyelamatkan mas Teguh dari pria pengawal itu, pria itu seketika menoleh lalu menodongkan senjatanya ke arahku.

Sontak aku berhenti dan hampir terjatuh. Jantungku berdebar semakin kencang. Keringat dingin terasa keluar dari punggung dan keningku. Dengan seketika pula aku refleks dan mengangkat kedua tanganku.

“Ohh.. apakah di kehidupan ini aku harus terus mengalami situasi seperti ini?”, keluhku membatin dalam situasi menegangkan ini, karena teringat aku yang sudah 2 kali merasakan ditodong moncong senjata di kehidupanku saat ini.

Namun tiba-tiba..

“Tunggu mas Sofyan, jangan tembak dia. Dan cepat lepaskan pria itu. Mereka penolongku”, suara Nuha terdengar memerintahkan pengawalnya.

Lalu ia melanjutkan,

“Cepat tolong pria ini, dia ditembak oleh orang-orang tadi”, perintah Nuha buru-buru.

Pengawal bernama Sofyan itu, terlihat ragu sesaat sebelum menurunkan senjatanya lalu berdiri dan memeriksa kondisi mas Teguh.

Kemudian seketika Nuha dan pengawalnya terkaget, ketika melihat 2 bekas tembakan di jaket mas Teguh. Namun anehnya tidak ada sedikitpun darah yang mengalir keluar dari tubuh mas Teguh selayaknya seorang yang habis tertembak.

Kulihat mas Teguh perlahan mencoba untuk berdiri diiringi suara erangannya. Tangan kanannya memegang belakang pinggangnya sedikit ke atas, tempat ia tertembak tadi. Pengawal itu tersadar lalu langsung membantu mas Teguh berdiri.

Nuha terlihat berfikir serius selama beberapa saat. Matanya menatap tajam ke arah Teguh yang sedang meringis lalu ke arahku. Lalu dengan suara yang terdengar sopan namun tegas, ia berkata,

“Kalau boleh, saya mau menjamu mas berdua di rumah saya sekarang juga..”, undangnya dengan ramah sambil tersenyum menatapku.

Setelah menghela nafas lega, aku menurunkan kedua tanganku, membalas senyumnya datar lalu mengangguk..









 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd