Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 68 21,1%
  • Indah

    Votes: 40 12,4%
  • Vera

    Votes: 20 6,2%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,6%
  • Azizah

    Votes: 125 38,8%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    322
SG 57 – Unfathomable Tragedy


Sesampainya aku di rumah, aku melihat Lia sedang menonton TV di ruang keluarga. Ia tersenyum menyambut kepulanganku lalu berdiri dan membuka tangannya. Aku membalas senyumnya dan menghampirinya lalu memeluknya hangat.

“Gimana meetingnya?”, tanyanya lembut kepadaku.

“Ya begitulah”, jawabku sekedarnya. Setelah beberapa saat aku melepaskan pelukanku sambil bertanya,

“Ada nasi ga? Aku laper”

“Eh emang tadi ga sempet makan siang?”, tanyanya heran.

“Ngga. Cuma minum teh sama ngemil dikit”, jawabku

“Ya udah aku siapin makan kamu dulu. Kamu ganti baju dulu aja sana”

Aku mengangguk kepada Lia lalu berjalan menuju kamarku. Setelah berganti pakaian aku berjalan menuju meja makan. Lia sudah mempersiapkan sepiring nasi dan beberapa piring lauk yang terhidang di atas meja. Aku duduk di kursi sebelah Lia, lalu mulai menyantap masakan Lia itu.

Selesai makan, aku dan Lia kembali ke ruang keluarga dan bersantai sambil menonton TV. Lia meletakkan bantal sofa di pahaku lalu merebahkan kepalanya. Aku membiarkannya rileks dalam pangkuanku lalu mulai membelai-belai lembut kepalanya.

Tadi aku memang sengaja mempercepat kencanku dengan Yollie, karena aku memang ingin secepatnya pulang ke rumah dan berduaan bersama Lia. Aku mau mengamati suasana hati Lia sepanjang sore ini, sebelum nanti malamnya aku akan menceritakan semuanya kepada Lia.

Jujur aku sangat degdegan, kawan! Jantungku berdetak sangat kencang. Aku tidak tahu bagaimana reaksi Lia nanti, tapi yang pasti ia akan sangat syok setelah mendengar ceritaku. Aku takut Lia akan mengambil keputusan yang menjadi ketakutan terbesarku sampai saat ini.

Kondisi hatiku sekarang sungguh sangat tidak aku sukai. Kalau boleh memilih, aku lebih suka berada dalam situasi dimana ada moncong senjata yang menodongku di kepala daripada berada dalam situasi seperti ini.

Seringkali terbersit dalam pikiranku untuk lari dan membatalkan rencanaku malam ini. Namun aku tau aku tidak bisa melakukan itu. Argumen-argumen Indah kemarin serta cinta dan rasa tanggung jawabku yang besar kepada Lia, menahanku dengan kuat di sini.

Aku tau cepat atau lambat aku pasti akan berada di situasi seperti ini. Dan ini harus kuhadapi dengan tegar dan aku harus siap menerima segala konsekuensinya.

2 hal yang paling aku takutkan adalah kalau Lia bereaksi negatif atas usaha kejujuranku itu. Aku sangat takut dan tidak bisa membayangkan kalau Lia memutuskan untuk meninggalkanku atau berusaha membujukku untuk membatalkan semua rencanaku pada Rudy Zhao.

Atau bahkan dalam bayanganku, Lia akan membuatku memilih antara melanjutkan hidupku secara normal dan mengabaikan rencana balas dendamku atau aku akan kehilangan Lia selamanya. Dua pilihan yang sangat berat dan tidak bisa kupilih salah satu di antara keduanya.

Aku melihat Lia saat ini yang sedang memejamkan matanya menikmati belaian lembutku di kepalanya. Di bibirnya tersungging seutas senyum yang sangat aku sukai dari dulu.

Senyum seperti inilah yang dulunya berhasil membuatku luluh lalu dengan gigih berusaha mendekatinya untuk mendapatkan cintanya.

Hingga akhirnya aku berhasil memperistrinya dan mendapatkan senyum seperti ini hanya untukku. Dan sekarang aku takut kehilangan senyum ini nantinya setelah aku menceritakan semua kisahku padanya.

Aku menghela nafas panjang untuk menenangkan emosiku. Lia yang mendengarku menghela nafas, perlahan membuka matanya dan bertanya dengan lembut,

“Ada apa sayang?”, tanyanya sambil meraih tanganku dan menggenggamnya.

“Gpp. Aku hanya merasa sangat bersyukur bisa memiliki istri seperti kamu. Aku sangat sangat mencintai kamu, Lia Rahayu”, ujarku penuh ketulusan lalu menarik tangannya dan mengecupnya beberapa kali.

Lia tersenyum semakin manis seraya menjawabku,

“Aku juga sayang kamu, Reza Renjani”

“Hmh? Cuma sayang? Gak cinta?”, tanyaku menggodanya.

“Cintaku sudah kuberikan semuanya sama kamu ketika kamu menjabat tangan bapak dan mengucapkan ijab qobul itu”, jawabnya lembut seraya menatapku penuh cinta. Aku dan Lia sama-sama tersenyum. Lalu aku kembali membelai-belai kepalanya sehingga membuatnya memejamkan mata lagi menikmati sentuhanku.

..

Malam harinya..

Setelah selesai makan malam, Lia mengajakku ke ruang keluarga lagi untuk menonton TV. Namun aku menolaknya dan berkata,

“Di kamar aja yuk”, ujarku lirih.

“Hm, mau ngapain? Mau main gulat?”, candanya dengan tatapan menggoda.

“Ada yang mau aku obrolin”, kataku lembut sambil memberikannya senyum terbaikku.

“Ya udah yuk.. aku juga mau nunjukin sesuatu”, kata Lia sedikit bersemangat lalu menarik tanganku dan berjalan menuju kamar kami.

Sesampainya di kamar, aku duduk di pinggir ranjang. Lia mengambil HP-nya di meja lalu duduk di sampingku. Kemudian ia berkata,

“Kemarin-kemarin aku ngobrol sama temen deket aku dulu waktu smp di fb. Udah lama aku lost contact sama dia, sayang. Terus ketemu lagi di fb, akhirnya cerita panjang lebar deh”, ujarnya bercerita.

Aku hanya mendengarkan ocehannya itu sambil tersenyum datar. Lalu Lia melanjutkan,

“Dia cerita ternyata tahun lalu suaminya meninggal. Kasian deh sayang.. sekarang cuma tinggal ada dia dan anaknya yang masih kecil 1,5 tahun. Trus tiba-tiba aku jadi keinget obrolan kita malam itu, yang.. orangnya cantik deh, coba liat fotonya sini..”, kata Lia bersemangat. Namun aku yang akhirnya tahu arah obrolan Lia ini, buru-buru menghentikannya.

Lalu sambil menggenggam tangannya aku berkata,

“Ada yang harus aku ceritain sama kamu.”

Lia seketika menatapku dengan pandangan curiga. Sebelum ia berspekulasi yang tidak-tidak, aku langsung melanjutkan,

“Ceritanya panjang. Jadi sebelum aku cerita bisakah kamu berjanji 1 hal padaku?”, pintaku memelas. Lia hanya menaikkan alisnya sambil menatapku tajam. Ia terlihat menunggu perkataanku selanjutnya.

“Maukah kamu berjanji, sebelum ceritaku selesai, kamu jangan mengambil kesimpulan apa-apa dulu?”, pintaku lagi padanya.

Lia menatap mataku dalam-dalam lalu menganggukkan kepalanya. Aku menutup mataku sejenak lalu menghela nafas panjang dan menatap matanya juga. Aku berharap, Lia bisa melihat kejujuran dan ketulusan dari mataku.

Lalu aku mulai bercerita dari awal,

“Kamu inget waktu aku sakit di rumah bapak, trus kamu lagi pergi ke supermarket yang pulangnya beliin aku bubur ayam?”, tanyaku mencoba membuatnya mengingat kejadian itu. Lia mengangguk lemah. Lalu aku meneruskan,

“Sebelum kamu pulang, aku tiba-tiba terbangun, kerasa pusing banget kepalanya, lalu mendadak dalam pikiranku seketika terlintas memori-memori aneh. Memori itu terus berdatangan tanpa bisa aku cegah lalu perlahan semua memori itu semakin jelas dan akhirnya menjadi memori milikku seutuhnya, seakan akan aku secara nyata pernah mengalami memori itu sendiri”, aku terdiam sejenak lalu melanjutkan,

“Aku merasa saat itu di dalam jiwaku, ada jiwa lain yang datang dan memberikan memorinya untukku. Sebuah jiwa dari masa depan yang menceritakan pengalaman dan memorinya kepadaku. Jiwaku dari masa depan, tepatnya pada 20 november 2023”

“Ingatan terakhir dari memori itu adalah aku yang dihantam benda keras di belakang kepalaku lalu semuanya menghitam dan aku mati”, kataku dengan volume semakin melemah pada bagian akhirnya.

Lia terlihat terkejut mendengarkan ceritaku itu namun ia tetap diam dan menunggu aku melanjutkan. Lalu aku mulai menceritakan memori lain sebelum aku mati itu. Memori tentang Lia yang diperkosa di depan mataku, tentang kehancuran keluarga kami, tentang aku yang harus rela dipenjara karena di-blackmail dan diancam dengan keselamatan keluargaku, tentang ketidakberdayaanku saat itu dan tentang dendamku yang membara.

Kemudian ceritaku berlanjut tentang suara dan tawa menyeramkan yang kudengar di dalam kepalaku sebelum akhirnya aku terbangun. Aku menceritakan kepada Lia, bagaimana suara itu memberitahuku bahwa aku memiliki kesempatan kedua sekaligus kesempatan untuk membalaskan dendamku.

Lalu aku mulai bercerita tentang suara mekanikal robot yang tiba-tiba bergema di kepalaku setelah aku terbangun. Berlanjut dengan cerita tentang slave master system yang diberikan oleh suara itu kepadaku. Aku menceritakan secara cukup detail tentang penjelasan dan metode penggunaan sistem itu kepada Lia.

“Tu-tunggu dulu.. Apa kamu yakin itu nyata? Mu-mungkin itu cuma halusinasi kamu aja”, kata Lia terbata dan tidak mempercayai ceritaku.

Aku menghela nafas lalu berkata,

“Sistem itu nyata dan ada di dalam diriku sekarang, Li.. Semuanya sudah aku buktikan sampai saat ini.”

Untuk membuktikan kepada Lia, aku mengambil HP-nya lalu mengaktifkan perintah ring dan meletakkan HP itu di dalam ring. Kemudian aku kembali ke dunia nyata dan langsung melihat keterkejutan Lia setelah melihat HP-nya tiba-tiba menghilang dari tanganku.

Lalu aku kembali ke ring dan mengambil HP Lia dan kembali lagi ke dunia nyata. Tanganku saat ini menggenggam HP milik Lia. Setelah itu, Aku memberikan waktu pada Lia untuk mengontrol syoknya.

Setelah beberapa saat, Lia terlihat sedikit lebih tenang lalu berkata,

“Ber-berarti kamu bisa membaca pikiran semua wanita?”

Aku menggeleng dan menjawab,

“Hanya budakku, target budakku dan kamu”

“Eh?”, Lia tersentak tak percaya. Lalu aku menyuruhnya untuk berbalik sebentar dan memberitahu Lia tentang status dan apa yang ada dalam pikirannya dari tulisan-tulisan yang bersinar di punggungnya itu.

Lia membalikkan lagi badannya menghadapku dan tidak berusaha untuk menutupi keterkejutannya. Lia lalu berkata,

“Berarti kamu.. siapa.. “, perkataannya terhenti karena Lia mungkin teringat permintaanku tadi agar dia jangan mengambil kesimpulan dulu sebelum ceritaku selesai. Makanya kemudian ia diam dan menatapku tajam. Kulihat juga ada kekecewaan di balik tatapannya itu.

Aku menghela nafas panjang lagi lalu dengan berat hati melanjutkan ceritaku,

“Awalnya aku berniat mencoba sistem itu kepadamu. Tapi di statusmu terdapat notifikasi ‘immune’, jadi aku tidak bisa. Trus mungkin karena emosiku yang saat itu jadi tidak stabil gara-gara rasa dendam yang mendadak muncul menggebu, atau juga karena rasa penasaran yang besar, aku memutuskan untuk mengetesnya ke orang terdekat”, jawabku semakin melemah lalu aku menundukkan kepalaku.

“Hahh”, Lia tersentak tertahan karena menyadari arah ceritaku. Karena sudah kepalang tercebur, aku melanjutkan ceritaku kepada Lia tentang proses penaklukan Indah dan bagaimana aku memanipulasinya dengan menggunakan SRA, sampai pada cerita aku yang mendapatkan reward dream room dari sistem lalu menggunakan dream room itu dengan Indah.

Sampai di sana, aku terdiam lama. Lia juga kurasakan sedang berusaha sekuat tenaga mengontrol emosinya. Lalu dengan intonasi yang meninggi, Lia berkata kepadaku,

“Lihat aku dan jawab aku dengan jujur, za.. Apa kamu sudah berhubungan badan dengan Indah di dunia nyata, za?”, tanyanya dengan suara bergetar.

Aku menggeleng dan menatapnya lalu berkata,

“Hanya di dalam dream room”

Terlihat ada sedikit kelegaan yang tergambar di wajahnya. Lalu Lia bertanya lagi dengan terbata dan suara yang masih bergetar,

“A-apa kamu mencintai Indah, za? Apa kamu juga ngerasa Indah mencintaimu?”

Aku melihat kali ini air mata mulai menetes di pipinya. Aku berniat menghapus air mata itu namun kuurungkan. Aku hanya bisa menjawab pasrah,

“Aku gak tau. Sejak sistem itu berada di kepalaku, aku sudah merasa aku bukan lagi menjadi diriku seutuhnya. Ada perasaan dan dorongan lain yang membuatku kehilangan jati diriku yang asli. Dan dengan Indah, aku merasakan sesuatu yang berbeda dari perasaan cintaku kepadamu. Hanya ada perasaan puas bisa mendominasi dan birahi yang menggebu-gebu tapi juga ada perasaan ingin melindungi dan memilikinya sepenuh hatiku. Dan aku yakin Indah juga begitu. Sistem memberiku skill [Slave’s Emotion] yang membuatku bisa benar-benar tau apa yang sedang dirasakan oleh budak-budakku. Dengan skill itu aku bisa merasakan Indah yang senang bisa patuh dan setia kepadaku serta perasaan tunduk yang mutlak”, jawabku menjelaskan panjang lebar kepada Lia.

Lia menatap mataku dalam-dalam, dan aku yakin ia menemukan kejujuran yang sedang dicarinya, karena aku memang berkata sejujurnya.

“Lanjutkan ceritamu”, perintahnya tegas.

“Setelah keberhasilan misiku kepada Indah, sistem memberiku reward draf kontrak yang bisa aku gunakan untuk mengontrol seseorang. Aku menggunakan kontrak itu kepada Bramono, setelah acara makan malam di rumahnya waktu itu. Sebelumnya aku juga sudah berhasil memanipulasi Vera seperti Indah, dan menjadikannya budakku”, kataku bercerita.

“Ohh”, Lia tersentak lagi dan menutup mulutnya dengan tangannya seraya melihatku tak percaya.

“Jangan-jangan.. jadi.. jadi kamu membeli rumah ini.. trus..ka-kamu dan Vera..”, ceracau Lia terpotong-potong. Air mata Lia pun mengalir lagi.

Aku mengangguk lalu mulai menceritakan tentang kejahatan yang dilakukan oleh Bramono dan kelompoknya. Kemudian tentang Rudy Zhao yang menjadi dalang sebenarnya, tentang rencana Bramono pada acara makan malam itu. Dan tentang rencanaku untuk membalas dendam dan menghancurkan kelompok mereka. Lalu aku bercerita tentang kisah Vera dan aku juga menceritakan sekilas tentang aksi penyelamatan Nuha Paredan yang kulakukan bersama dengan mas Teguh, lalu aku mengaitkannya dengan berita penggerebekan sarang teroris kemarin.

“Kenapa hiks hiks.. kenapa kamu harus memilih jalan itu, za.. Hiks.. Kamu bisa saja kan melupakan semuanya.. Lalu kamu mengajakku pergi jauh dari sini.. jauh dari pengaruh orang-orang jahat itu.. hiks hiks.. Kenapa kamu malah memilih jalan yang membahayakanmu dan keluarga kita, za.. kenapaa huuu hiks hiks”, tangisan Lia akhirnya pecah tak terbendung lagi. Lia menutup wajahnya sambil menangis terisak dan berteriak histeris kepadaku.

Aku berusaha menyentuh lengannya tapi Lia menepis tanganku. Aku hanya bisa menghela nafas lagi. Lalu sambil menundukkan wajahku aku berkata dengan suara dingin,

“Kamu tidak akan bisa membayangkan apa yang aku rasakan, Li. Bagaimana aku tidak berdaya dan harus rela dipenjara, bagaimana perasaanku melihatmu menderita namun kamu yang tetap setia mendampingiku dan rutin menjengukku, bagaimana aku yang terus menerus mengkhawatirkan keselamatanmu..”

“Lalu pada saat aku memutuskan untuk menerima tawaran program perlindungan saksi dari pihak kejaksaan dan interpol, aku akhirnya bebas lebih cepat asal aku mau bersaksi untuk melawan Bramono dan Rudy Zhao. Namun kemudian aku diculik oleh anak buah Bramono”

“Mereka menyiksaku berhari-hari. Lalu mereka memfoto kondisiku dan mengirimkannya kepadamu untuk mengancammu sehingga kamu akhirnya terjebak juga. Dan kejadian itu…”, aku menggeram dan mengepalkan tanganku. Air mataku pun menetes jatuh ke lantai.

“Apa kamu bisa membayangkan, bagaimana di depan mataku kamu dilecehkan lalu diperkosa beramai-ramai oleh Bramono dan anak buahnya? Bagaimana aku tidak berdaya menolongmu dan mendengarkan jeritan dan teriakanmu meminta tolong padaku, Li?”, aku berteriak menggeram kepada Lia dan melihatnya tajam sambil berurai air mata.

Lia membuka tangan yang menutupi wajahnya lalu balas menatapku dengan matanya yang sembap itu. Kami saling bertatapan dalam diam.

Setelah beberapa saat, aku melanjutkan,

“Dan aku takut, Li. Suara itu mengatakan padaku bahwa aku mendapatkan kesempatan yang kedua. Kalau aku menolaknya, aku takut…”, ujarku lirih.

“Lalu aku kemudian tersadar bahwa hanya aku yang bisa menghentikan mereka, Li. Tidak ada yang bisa, hanya aku. Kejahatan mereka bukan hanya menimpa aku dan kamu. Banyak keluarga lain yang harus mengalami kisah tragis kehancuran keluarganya, contohnya mas Teguh dan Vera”, kataku mantap.

“Trus kamu mau sok jadi pahlawan? Kenapa harus kamu? Ada hukum yang bisa menjerat mereka”, bantah Lia tegas.

Aku langsung menggeleng dan menjawabnya,

“Mereka kebal hukum. Tidak ada satu pun penegak hukum di dunia ini sekarang yang bisa menghentikan mereka. Di lingkup internasional, ada negara C yang melindungi mereka. Kamu dosen hubungan internasional, dan pasti tau bagaimana kondisi dunia saat ini, ketegangan di asia, persaingan C dan A yang membuat kekhawatiran akan terjadi WW3..”

Lia terlihat ingin membalas argumenku lagi, tapi tiba-tiba..

TINGTONG…TINGTONG

Aku dan Lia mendengar ada orang yang membunyikan bel rumah kami. Awalnya aku dan lia seperti sepakat dalam diam untuk mengabaikannya. Namun orang itu memencet bel terus menerus.

Akhirnya dengan kesal aku berdiri dan berjalan ke arah pintu depan.

..

POV Indah

Indah memencet bel rumah Reza berkali-kali dengan tidak sabar. Raut wajahnya terlihat cemas.

“Cepet..cepet mass”, gumamnya tak sabar.

Lalu tak lama kemudian, Indah melihat pintu depan rumah Reza terbuka dan sosok mas Reza-nya keluar dari rumah itu.

“Eh, Indah?”, kata Reza heran dengan kedatangan Indah yang tiba-tiba ini.

“Mas Reza cepet buka. Ada sesuatu yang mas harus liat”, kata Indah memburu-buru Reza.

Reza masih dengan raut wajah heran berjalan ke pintu gerbang lalu membuka kuncinya sambil berkata,

“Ini bukan saat yang tepat kamu kesini, ndah. Mas lagi..”

Namun Indah tiba-tiba langsung menerobos masuk dan menarik tangan Reza untuk masuk ke dalam rumah.

“Iya Indah tau mas. Mas Reza HPnya mati ya, Indah dari tadi berusaha menghubungi mas dan mba Lia tapi gak bisa. Ayo cepet, mas harus liat ini”, kata Indah tergesa lalu menarik Reza ke ruang TV. Lalu..

CKLEK

Indah melihat pintu kamar Reza dan Lia terbuka, lalu sosok Lia keluar dari kamar itu dan langsung melihat Indah dan Reza yang bergandengan tangan. Seketika Indah langsung melepaskan tangan Reza.

“Mbak..”, ujarnya lirih. Namun Lia hanya menatapnya tajam dan dingin.

Tapi seketika Indah tersadar dan teringat niatannya sebelumnya. Sambil mengabaikan tatapan Lia itu, Indah berjalan ke meja dan mengambil remote TV dan menyalakannya.

Sontak mereka bertiga melihat ke arah TV yang dinyalakan Indah. Saat ini di salah satu channel TV swasta sedang menyiarkan liputan berita terkini yang baru saja terjadi. Terlihat seorang reporter yang sedang meliput secara langsung dari tempat kejadian.

Reporter itu memberitakan bahwa setelah maghrib tadi, mobil yang ditumpangi oleh Nuha Paredan beserta anaknya yang berumur 5 tahun dan juga pengawalnya, tertabrak truk lalu terguling dan terjatuh ke jurang.

Reporter itu juga memberikan informasi tempat kejadian yang berada di tol luar kota antara kota B dan J dan mengkonfirmasi bahwa ketiga korban, tewas seketika di tempat kejadian.

Tiba-tiba Indah merasakan remote yang sedang dipegangnya, direbut oleh seseorang yang ternyata adalah Reza.

Indah melihat ke arah Reza dan terlihat raut wajah Reza yang dingin dan seperti sedang menahan amarah yang besar. Lalu Reza mengganti-ganti channel TV dan melihat beberapa channel menyiarkan berita yang sama.

Kemudian Reza berhenti sesaat lalu,

“AARGHH”, Reza berteriak lalu membanting remote itu ke lantai depan TV hingga hancur berkeping-keping. Lalu sambil mengepalkan tangan, Reza membalik badannya dan berjalan menuju pintu depan.

“Eh..tu-tunggu mas”, teriak Indah panik dan berusaha mencegahnya sambil menarik tangan Reza, tapi Reza mengelak dengan gesit dan tetap melanjutkan jalannya.

Indah terlihat semakin panik. Lalu Indah berlari ke arah Lia kemudian menarik tangannya sambil berkata cemas dan memelas,

“Mbak cepeet.. kita harus mencegah mas Reza, atau dia akan membunuh seseorang malam ini”

DEGG

“Eh??”, Lia tersentak lalu membiarkan Indah menariknya keluar rumah..



….

….

….
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd