SG 59 – A Rash Decision
Bramono melihatku dan menunggu instruksiku selanjutnya. Lalu sambil balik menatapnya tajam aku berkata,
“Angkat telponnya dan aktifkan mode loud speaker. Yang lain jangan sampai bersuara”, kataku menjawab tatapannya itu lalu menoleh ke semua orang yang ada dalam ruangan ini.
Bramono mengangguk lemah kemudian dengan tangan bergetar, ia mengangkat panggilan telpon itu,
“Ha-hallo Bos”, ujar Bramono terbata. Bramono terlihat gugup dan aku segera memberinya kode untuk bernafas lebih rileks.
Lalu suara serak dan berat yang kukenali itu membalas dari dalam telpon dengan memakai bahasa inggris dalam logat HK-nya yang kental,
“Brum-Brum.. Bagaimana liburanmu?”
“Saya sedang tidak liburan, Bos. Saya lagi di rumah saya di kota B”, jawab Bramono agak kaget mendengar pertanyaan Rudy Zhao yang aneh itu.
“Ahh.. Aku kira kamu sedang asik berlibur sehingga banyak pekerjaanmu yang terbengkalai”, ujar suara itu santai.
“Tidak bos. Saya baru saja sampai di kota B. Dari 2 hari yang lalu saya ada di kota J di kantor saya, Bos”, kata Bramono buru-buru.
“Lalu kenapa kau tidak langsung menghubungiku ketika rencana eksekusi awal ketua BPK itu gagal, Brum-Brum? Sehingga aku harus sampai turun tangan sendiri membereskan masalah ini”, tanya suara itu dengan dingin.
Bramono tampak terkejut setelah mendengarkan perkataan Rudy itu. Lalu dia menoleh ke arahku. Aku menatapnya tajam sambil berpikir sejenak. Kemudian aku menganggukkan kepalaku dan memberi kode kepada Bramono untuk memberikan alasan.
“Eh soal itu bos. Saya sungguh tidak tau apa-apa. Saya juga mencurigai hal ini. Saya pikir… ada kebocoran dari pihak
hitman yang bos kirim. Beberapa hari ini saya mendengar kabar juga bahwa ada beberapa pejabat yang pernah bekerja sama dengan kita, sedang diselidiki oleh BPK untuk kasus impor pupuk itu. Saya juga jadi tidak bisa bergerak bebas. Saya takut BPK akan menyelidiki saya juga, jadi saya tidak langsung mengabari bos”, jawab Bramono beralibi.
“Hoo.. Apakah mungkin ternyata dari pihakmu lah yang sebenarnya membocorkan hal ini? Atau.. mungkin saja kamu sendiri yang sudah mengkhianatiku, Brum-Brum..”, kata suara itu dengan nada curiga yang kentara.
“NO WAY!! Apa kamu mencurigaiku? Bos sudah mengenalku selama bertahun-tahun, jadi pasti bos tau bagaimana loyalitasku.. Buat apa saya mengkhianatimu Bos, apa untungnya buatku?.. Kalau saya mengkhianatimu, sama saja saya sudah menembak kaki saya sendiri..”, bantah Bramono tegas. Namun aku melihat raut wajahnya berubah semakin cemas.
“Hahaha.. kau bisa menggunakan aktingmu itu di depan orang lain, Brum-Brum.. tapi tidak denganku. Aku tau kedok aslimu, Bramono. Kau tidak akan berpikir dua kali untuk mengkhianatiku agar kau bisa menyelamatkan dirimu sendiri..”, ujar Rudy Zhao dingin.
“Tidak bos.. sungguh.. percayalah padaku.. sampai saat ini aku masih setia padamu Bos”, kata Bramono tergesa dan berusaha meyakinkan Rudy.
“Haahhh.. I don’t know, Brum-Brum.. kejadian akhir-akhir ini membuatku yakin ada orangku yang berusaha mengkhianatiku.. dan kecurigaan terbesarku ada padamu yang sudah membocorkan rahasia-rahasia kita..”, Rudy terdengar menghela nafas panjang lalu melanjutkan perkatannya, masih dengan nada kecurigaan yang terdengar jelas.
“A-apa maksudmu, Bos? Saya benar-benar tidak mengerti”, tanya Bramono semakin cemas.
Suara Rudy Zhao tidak terdengar lagi selama beberapa saat, sebelum akhirnya ia berkata panjang lebar,
“Selain usaha eksekusi awal Nuha Paredan yang gagal, dan beberapa rekan pejabat kita yang beberapa hari ini ditangkap oleh BPK. Baru tadi aku mendapat kabar dari orang-orangku di interpol dan badan bea cukai negaramu, bahwa interpol dibantu oleh pihak kepolisian menggerebek dermaga pelabuhan tempat kapal-kapal kargo kita berlabuh. Sedang ada beberapa muatan kargo kita yang mau dikirimkan ke HK malam ini juga. Kalau saja orang-orangku itu tidak mendengar kabar ini lebih dulu, sudah pasti operasi kita akan terbongkar, Brum-Brum..”, suara serak itu berkata dengan intonasi yang semakin meninggi.
Aku yang mendengar perkataan Rudy Zhao itu mendadak terkejut sambil membatin miris,
“Oh no, Yollie.. sifat tidak sabaranmu itu bisa membunuhmu dan menghancurkan rencanaku..”, aku membatin cemas. Aku jadi mendadak merasakan firasat buruk karena hal ini.
Bramono melirikku sesaat sebelum menjawab,
“Aku sungguh tidak tau apa-apa soal itu, Bos. Jadwal pengiriman dan detail muatan kargo kita bukan menjadi tanggung jawabku. Bos juga tau hal itu”, bantah Bramono buru-buru.
“Aku tau Brum-Brum.. Itu sebabnya aku tidak langsung mengirimkan
hitman-ku untuk membunuhmu..”, ujar Rudy Zhao santai.
Bramono langsung terkejut mendengar itu. Namun kemudian ia berusaha menenangkan dirinya lalu bertanya kepada Rudy,
“A-apa Bos sudah mengetahui siapa yang membocorkan tentang keberadaan kapal-kapal kargo kita itu?”, tanya Bramono mencoba mengorek informasi.
“Orangku di interpol mengatakan bahwa ada seseorang yang memberikan informasi itu ke pihak bea cukai dan memiliki hubungan akhir-akhir ini dengan interpol. Dan setelah orang-orangku menyelidikinya, ternyata ia seorang yang kita kenal, Brum-Brum”, jawab Rudy.
“Si-siapa Bos? Apakah aku mengenalnya? Aku akan segera membereskan orang itu Bos.. Trust me..”, Bramono mencoba mengorek lebih jauh.
“Kau mungkin tidak mengenalnya, Bramono.. Tapi aku yakin kau tau orang itu. Dia seorang jaksa muda wanita yang ternyata setelah kuselidiki, merupakan anak dari hakim yang dulu pernah menjadi hakim dalam kasusnya William..”
“Fck!!”, aku mengutuk dalam hati. Firasat burukku semakin membesar di dalam benakku.
Bramono dan Rudy terdiam beberapa saat, lalu Bramono berkata,
“Apa instruksimu Bos? Apa kamu mau aku mencari tau lebih jauh tentang wanita itu?”, tanya Bramono kepada Rudy.
“Sudah terlambat untuk itu, Brum-Brum.. Aku mau kau menangkap wanita itu dan menginterogasinya. Aku mau membersihkan secepatnya mata-mata yang ada di pihak kita yang membocorkan rahasia kita kepada wanita itu”, perintah Rudy dengan nada tegas dan tidak mau mendengar jawaban ‘tidak’ dari Bramono.
“Ta-tapi Bos. Bukankah katamu wanita itu memiliki hubungan dengan interpol dan dari kejaksaan? Pasti wanita itu dilindungi oleh interpol. Lagipula kalau sampai wanita itu menghilang apalagi terbunuh, pihak berwajib akan langsung menjadikan kita sebagai tersangka”, Bramono berusaha untuk merubah perintah dari Rudy.
“Cih! Asal kau bisa melakukannya secara diam-diam dan tidak di depan umum, pihak kepolisian tidak akan tau. Jangan sampai meninggalkan barang bukti. Kalau pihak berwajib mencurigaimu, kau tinggal membantahnya lewat media-media rekanan kita. Dari informasi yang kudapat, wanita itu memiliki seorang anak. Culik anaknya dan pancing wanita itu ke suatu tempat. Aku juga akan mengirimkan dua orang kepercayaanku di HK untuk membantumu”, jawab Rudy mencibir dan menjelaskan perintahnya kepada Bramono. Lalu ia melanjutkan,
“Tangkap dan interogasi wanita itu lalu cari tau siapa mata-matanya untuk membersihkan kecurigaanku padamu, Brum-Brum.. Kalau wanita itu bersikeras tidak mau memberitahu siapa yang membocorkan rahasia kita itu, bunuh anaknya di depan matanya lalu buang mayatnya ke laut. Dan untuk wanita itu sendiri, kulihat ia lumayan cantik. Gunakan produk terbaru yang kukirim dari HK, dan buat ia jadi budak seks yang patuh. Lalu kirim wanita itu bersama dengan muatan kargo kita yang lain ke HK”, perintah Rudy. Suara seraknya itu terdengar semakin dingin dan sadis.
Tak ayal semua orang yang ada di ruangan TV ini seketika membelalak dan tersentak kaget setelah mendengar perintah Rudy itu kepada Bramono, termasuk juga aku.
Kulihat Vera dan Indah menutup mulutnya untuk mencegah suara terkejut mereka terdengar. Lia menatapku cemas dengan mulut yang sedikit terbuka. Mas Teguh juga melihatku. Raut wajahnya tampak datar tapi dari tatapannya kulihat ada kecemasan yang sama.
Otakku berfikir ekstra keras menganalisa situasi yang berubah semakin buruk ini. Jantungku berdegup dengan kencang. Dalam bayanganku, wajah Yolanda yang baru saja aku temui tadi pagi, terlintas dengan jelas. Aku mencoba menyusun rencana untuk meng-
counter rencana jahat Rudy Zhao ini terhadap Yollie dan anaknya. Tapi aku belum berhasil menemukan cara yang efektif.
“Eh.. i-itu”, Bramono terlihat ragu untuk menjawab. Ia juga sama seperti yang lain, menatapku dan menunggu keputusanku. Aku mengangkat jari telunjukku sebagai tanda untuk memberiku waktu berpikir sebentar. Tapi suara Rudy Zhao terdengar lagi dari dalam telpon,
“Kenapa, Brum-Brum? Kau tidak mau menjalankan perintahku ini?”, tanya Rudy dengan intonasi yang lebih dingin dari sebelumnya. Terdengar juga ada ancaman di balik nada suaranya itu. Bramono terlihat semakin cemas sambil menatapku dengan pandangan memelas.
Setelah beberapa detik, aku mengangguk kepada Bramono yang langsung buru-buru menjawab pertanyaan Rudy Zhao itu,
“Ba-baik Bos.. saya akan segera melaksanakan instruksimu itu. Percayalah padaku Bos.. aku tidak akan mengecewakanmu”
“Good.. Very good.. Aku akan menunggu kabar baik darimu, Brum-Brum.. jangan kecewakan aku atau orang-orangku akan datang mengunjungimu..”, lalu tanpa menunggu jawaban dari Bramono, ia langsung menutup telponnya.
SHINGG
Ruangan TV ini seketika mendadak menjadi hening. Semua orang melihat ke arahku dengan raut wajah cemas. Sedangkan aku masih berkutat dengan rencana-rencana baru di dalam pikiranku. Mereka mencoba untuk sabar dan menungguku untuk memberitahukan rencanaku selanjutnya.
Beberapa saat kemudian terlihat Indah akhirnya sudah tidak sabar dan memanggilku lirih,
“Mass..”, ujarnya pelan. Namun Indah tidak melanjutkan perkataannya setelah melihatku menoleh ke arahnya. Dan tiba-tiba malah mas Teguh yang berkata dengan suara tegas,
“Kita harus menyelamatkan wanita itu dan anaknya”. Kemudian ia menatapku dengan pandangan yakin dan mantap.
“Tentu saja”, jawabku dingin.
“Tapi aku punya rencana..”, lanjutku. Tapi aku langsung menoleh ke arah Lia. Aku tidak mau melibatkan Lia dalam rencanaku ini.
Lia yang saat ini masih menunjukkan raut wajah cemasnya seketika tersadar dengan aku yang tiba-tiba menatapnya dan mengerti maksud tatapanku itu. Lalu setelah mengehela nafas, Lia berdiri dan berkata kepada Indah,
“Kamu ikut mba ke rumah. Ada banyak yang harus kita bicarakan. Malam ini kamu nginap di rumah mba”, perintah Lia kepada Indah dengan tegas dan tidak mengharapkan jawaban selain mengiyakan.
Indah pun, dengan perasaan takut dan suara bergetar, hanya bisa menjawab, “I-iya mba”. Kemudian Indah ikut berdiri di samping Lia.
Lia hanya menatap dingin melihat reaksi Indah. Lalu Lia menoleh ke arah Vera dan berkata,
“Besok.. aku dan kamu akan berbicara 4 mata”, intonasi suara Lia bahkan hampir mirip dengan nada mengancam Rudy Zhao tadi.
Sontak Vera langsung menjawab dengan jawaban yang sama dengan yang diberikan Indah. Kemudian Lia menoleh ke arahku,
“Dan untuk kamu.. jangan pulang malam ini..”, ujarnya dengan sedikit menggeram. Namun ia masih melanjutkan,
“Tapi.. selamatkan wanita itu dan anaknya, za.. atau aku gak akan maafin kamu selamanya”, kata Lia dengan suara bergetar kali ini seraya menatapku tajam namun seperti sedang memberiku semangat dan kepercayaannya padaku bahwa aku bisa menyelamatkan Yollie dan anaknya.
Aku menganggukkan kepalaku untuk menjawab permintaannya itu. Mataku menatap matanya sambil berusaha menunjukkan kepercayaan diriku bahwa aku akan membereskan masalah ini.
Lalu Lia dan Indah pergi meninggalkan kami. Vera mengantarkan kepergian mereka sampai ke depan gerbang.
Setelah kepergian Lia dan Indah, aku menoleh ke arah mas Teguh dan Bramono lalu berkata,
“Aku punya rencana. Dengarkan baik-baik …. “
….
….
….