Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 68 21,1%
  • Indah

    Votes: 40 12,4%
  • Vera

    Votes: 20 6,2%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,6%
  • Azizah

    Votes: 125 38,8%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    322
Sesampainya di Indonesia, Rudy segera memesan taxi online dan pergi menuju ke sebuah lokasi yang sangat tersembunyi.

...

"Apa orang itu ada?" ucap Rudy dengan tatapan yang tajam.

"Ada. Dia ada di dalam," jawab penjaga pintu.

Rudy berjalan memasuki sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat gemerlap cahaya lampu diskotik.

"Hei! Rudy...," teriak seseorang dari salah satu kursi.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Rudy dengan sinis.

"Ya... Beginilah!" jawab seseorang tersebut dengan santai.

"Kau lapar?"

"Tidak. Aku ada keperluan di negaramu," Rudy duduk dan memperhatikan sekitar.

"Hei... Ayolah! Setidaknya kita bisa sedikit bersantai malam ini,"

"Hansen A! Bawa sepiring bakso buat teman lo," ucap seseorang tersebut yang tidak lain adalah Koh A Liong.

"Hahaha... Kau masih berjualan bakso juga, rupanya!"
 
Cuma mengingatkan siapa tau autornya lupa. Bukannya MC bisa mengendalikan napsu budaknya knp gak di pakek. N kenapa harus pakek obat dr hk toh tujuannya sama.
 
SG 71 – A Cunning and Slippery Fish


Aku berdiri dari sofa dan berniat untuk pergi menuju ke rumah Bramono. Namun tiba-tiba Kolonel Bagus bertanya di belakangku,

“Apa mas Reza mau aku menyuruh orang-orangku untuk meninggalkan rumahmu dulu?”, tanyanya.

Aku menoleh ke arahnya dan menjawab,

“Kalau bisa seperti itu.. Yolanda butuh istirahat..”

“Ehem.. baiklah saya akan memerintahkan orang-orangku untuk menunggu di rumah Bramono dulu. Mas Reza dan nona Yolanda ‘istirahat’ dulu disini”, ujar Kolonel Bagus sambil menatapku dengan tatapan tanda ia mengerti ‘maksudku’.

Aku tau apa yang ada dalam pikirannya. Tapi sungguh, sebenarnya bukan itu maksudku. Aku benar-benar mengkhawatirkan kondisi Yollie. Dari kemarin Yollie sudah kurang tidur. Ditambah dengan kondisi tubuhnya yang memburuk akibat pengaruh obat itu saat ini.

Hanya Vera yang mengerti apa yang ada dalam pikiranku sekarang.

“Vera siapin makan buat mas dan mba Yollie ya. Tadi Vera udah masak sup daging. Abis makan baru mas dan mba Yollie istirahat”, ujar Vera lembut.

Aku tersenyum ke arahnya, “Makasih Ver..”.

Lalu aku mengangguk ke arah Kolonel Bagus dan berjalan bergegas menuju rumah Bramono.

Sesampainya aku di kamar tempat Yollie disekap itu, aku melihat ikatan di kedua tangan dan kaki Yollie sudah dilepas. Sumpalan kain di mulutnya pun sudah terlepas. Saat ini ia sedang berusaha duduk di pinggir ranjang dibantu oleh Sersan Revaldi. Bramono kulihat berdiri di pinggir ranjang di sebelah mereka.

Aku langsung menghampiri Yollie dan duduk di sebelahnya. Melihat kedatanganku, Sersan Revaldi langsung berdiri dan bertanya kepadaku,

“Apa mas Reza butuh bantuan untuk membawa nona Yolanda ke rumah?”, tanyanya.

“Tidak usah mas. Makasih”, jawabku. Lalu ia mengajak Bramono pergi keluar kamar dan meninggalkan aku dan Yollie.

“Kamu gpp?”, tanyaku khawatir sambil memeluk pundaknya.

“Kepalaku pusing dan badanku terasa aneh. Bawa aku ke rumahmu za..”, pinta Yollie lirih.

Aku mengangguk dan langsung menyelipkan lengan kananku ke belakang lututnya. Lalu lengan kiriku menahan punggungnya dengan menyelipkan tangan kiriku ke celah ketiak Yollie. Yollie pun mengalungkan lengannya di leherku. Kemudian aku menggendong Yollie dan berjalan menuju rumahku.

Ketika dalam perjalanan menuju rumahku, kami berpapasan dengan beberapa orang anak buah Kolonel Bagus. Kulihat mereka melirikku sesaat, namun tidak ada yang berkata apa-apa. Sebagian ada yang hanya mengangguk lalu tersenyum kepadaku, dan ada juga yang seperti Kopral Dewi dan Lusi, yang berjalan melewatiku dengan pandangan tertunduk dan wajah agak merona merah.

Aku tidak peduli dengan reaksi mereka itu dan hanya sesekali melihat ke arah Yollie yang sedang melihatku dengan tatapan sayu sambil tersenyum.

“Berat ga? Masih kuat?”, tanyanya dengan nada sedikit meledekku.

“Tentu saja.. Kamu ringan kok..”, jawabku sambil membenarkan posisi tanganku yang sedang menggendongnya. Walaupun sebenarnya sekarang aku merasakan tanganku sudah sedikit gemetar.

Sesampainya di ruang tengah rumahku, aku melihat Kolonel Bagus masih di sana. Tapi ia segera berkata ketika melihatku,

“Saya akan menunggu di rumah Bramono. Kalau ada kabar apa-apa, saya akan segera menghubungi mas Reza”

“Terima kasih pak”, jawabku.

Kemudian Kolonel Bagus berjalan keluar dan menutup pintu depan. Dengan perlahan, aku membaringkan Yollie di sofa dan berkata,

“Kamu harus tidur. Dari semalam kamu kurang tidur. Tapi sebelumnya kita makan dulu. Katanya, Vera sudah memasak sup untuk kita makan”, kataku sambil membelai rambutnya.

Yollie mengangguk lalu berkata,

“Ok. Tapi bisakah kamu menyuapiku? Badanku lemes banget. Efek obat itu benar-benar bikin tubuhku serasa aneh dan gak bertenaga”, pinta Yollie lirih.

“Iya aku yang akan nyuapin kamu”, jawabku seraya tersenyum.

Tak lama kemudian, Vera datang dengan membawa 2 piring berisi nasi putih. Setelah meletakkan kedua piring itu di meja depan sofa, ia kembali ke dapur dan membawa semangkuk sop daging hangat untukku dan Yollie. Aku membantu Yollie untuk duduk.

“Ayo mas Reza makan dulu. Biar Vera bantu nyuapin mba Yolanda”, ujar Vera.

“Gpp. Biar mas aja yang suapin dia. Abis itu baru mas makan”, kataku sambil mengambil piring dan menuangkan beberapa sendok kuah sup dan daging beserta sayurannya. Kemudian aku menyuapkan sesendok kepada Yollie.

Vera bertanya dengan nada sedikit cemas,

“Enak gak mba?”

“Enak Ver makasih”, jawab Yollie sambil tersenyum.

“Ini pertama kali Vera masak sop daging dengan resep ini. Resepnya diajarin sama mba Lia kemarin. Syukurlah kalo mba Yolanda suka..”, kata Vera lega.

“Oh ya?”, tanyaku sambil tersenyum lebar. Vera mengangguk menjawabku. Aku senang bukan karena Vera sudah bisa masak, tapi karena berarti hubungan Lia dan Vera baik-baik saja. Kalau tidak, bagaimana mungkin Lia mau mengajari Vera untuk memasak sop daging yang juga favoritku ini.

Aku jadi semakin yakin, Lia akan memutuskan untuk menerima kondisiku dan juga menerima keberadaan kedua wanitaku, Vera dan Yollie. Well, walaupun aku jadi cemas sekarang dengan hubungan antara Yollie dan Lia nanti setelah perseteruan mereka tadi pagi. Tapi setidaknya, Lia tidak ada masalah dengan Vera.

Aku menyuapi Yollie sesuap demi sesuap dengan perlahan. Sampai akhirnya Yollie mengatakan bahwa dirinya sudah kenyang. Kemudian aku meletakkan piring itu ke meja lalu mengambil air mineral gelas dari atas meja dan memberikannya kepada Yollie. Setelah itu aku mengambil piringku dan menuangkan isi mangkuk sup itu sebagian ke dalam piring.

Vera dari tadi hanya memperhatikan aku dan Yollie, dan tidak berkomentar apa-apa. Namun tiba-tiba ia teringat sesuatu dan berkata,

“Oh iya.. Vera bikinin air hangat campur madu ya mba Yolanda.. Vera sebelumnya juga pernah ngerasain gimana rasanya setelah meminum obat perangsang itu. Aneh banget rasanya di badan. Trus Vera pernah baca, minum air hangat madu bisa menetralisir racun”, katanya dengan sedikit bersemangat.

Yollie tersenyum dan menjawab,

“Boleh kalo itu gak ngerepotin kamu.. makasih Ver”

“Gak repotin kok. Vera malah sedih gak bisa bantu apa-apa buat rencana mas Reza dan mba Yolanda. Jadi cuma ini yang Vera bisa lakukan. Tunggu bentar ya, Vera buatin dulu”, ujar Vera lalu berdiri dan berjalan menuju dapur.

Setelah kepergian Vera, Yollie berkata pelan kepadaku,

“Kamu laki-laki beruntung ya”

“Hm?”, aku menaikkan alisku dan menatapnya heran. Mulutku masih mengunyah dan menikmati sup buatan Vera.

“Kamu punya istri cantik yang pinter masak dan sangat mencintaimu. Lalu sekarang, ada wanita lain yang gak kalah cantik yang perhatian dan mencintaimu juga”, ujar Yollie dengan nada sedikit sinis.

Aku mendengus setelah mendengar perkataan Yollie itu. Di dalam hatiku, aku mencibir kepada sistem yang hanya memberiku valuasi 15 poin untuk nilai atribut luck-ku. Tapi aku memang bersyukur, memiliki wanita-wanita baik dan cantik-cantik, yang berada di sisiku saat ini.

Lalu sambil tersenyum aku menjawab Yollie,

“Aku juga beruntung bisa mendapatkan hati dari wanita sepertimu.”

“Huh gombal”, ujar Yollie mencibirku. Lalu ia mendekatkan wajahnya ke kupingku,

“Tapi kamu harus tanggung jawab. Demi rencanamu, aku rela meminum obat perangsang itu dan sekarang tubuhku jadi begini, master 💕”, ujarnya berbisik menggoda.

“Haha.. Kamu gak bisa membohongiku Yollie. Aku juga pernah meminum obat itu. Walaupun aku tau mungkin tubuhmu jadi lemas gara-gara obat itu, tapi aku yakin kamu masih bisa menahan efek terangsang dari obat itu”, kataku sambil terkekeh geli.

Lalu aku menceritakan tentang pertemuan pertama kami di café itu. Aku menceritakan kepadanya bagaimana aku gagal mempengaruhinya dengan skill [Gaze] yang berakhir dengan Yollie yang memelintir tanganku. Sejak saat itu, aku tau bagaimana kekuatan tekad dan mental wanita ini.

“Huh.. Kamu kan gak tau gimana reaksi obat itu di tubuh perempuan. Pokoknya nanti kamu harus tanggung jawab, masteerr..”, ujarnya sambil mengelus-ngelus penisku dari luar celanaku sambil mencumbui leher dan telingaku.

“Shit.. ternyata wanita ini juga dari tadi pura-pura lemes”, aku mengutuk dalam hati.

Walaupun aku membatin begitu, aku tetap menikmati cumbuan dan sentuhan Yollie ini.

“Aku abisin makan dulu boleh?”, kataku sambil menatapnya sedikit melotot.

“Hehe maaf.. tapi pokoknya nanti kamu harus tanggung jawab. Gara-gara kamu, aku jadi bergairah gini”, kata Yollie santai tapi ia juga menghentikan cumbuannya padaku.

“Bukannya tadi aku sudah melarangmu minum obat itu. Kamu sendiri kan yang mau”, kataku sambil menyuap makanan di piringku dengan sedikit terburu-buru sekarang.

“Aku cuma penasaran. Lagian ada kamu ini”, jawabnya cuek. Aku berniat membalas perkataan Yollie.

Namun tiba-tiba..

BRAKK

Pintu depan rumah terdengar dibuka keras dan tergesa-gesa oleh seseorang. Yollie seketika menghentikan aksinya terhadapku dan sedikit menggeser duduknya menjauhiku. Aku pun meletakkan piringku yang makanannya belum habis ke atas meja. Lalu aku dan Yollie melihat ke arah pintu depan.

Terdengar beberapa langkah yang berjalan tergesa ke arah kami. Lalu dari balik lorong yang menghubungkan ruang tamu dan ruang tengah, muncul Kolonel Bagus diikuti oleh beberapa anak buahnya.

Aku melihat Kolonel Bagus menatapku dan Yollie dengan raut wajah agak sedikit panik. Kemudian ia berkata,

“Rudy Zhao membohongi Bramono. Ternyata waktu menelpon Bramono tadi, ia sudah berada di jet pribadinya dan sedang terbang menuju ke airport kota J. Baru tadi pesawatnya mendarat. Sebelumnya, saya sudah menempatkan orang untuk memantau di sana. Dan barusan anak buahku itu melaporkan kedatangan Rudy Zhao dan beberapa anak buahnya di terminal kedatangan bandara J”

“Apa??”, aku dan Yollie langsung tersentak kaget mendengarkan perkataan Kolonel Bagus itu. Dengan buru-buru aku bertanya,

“Di mana posisinya sekarang? Apa jangan-jangan dia sudah tau rencana kita?”

“Saat ini Rudy Zhao sedang dalam perjalanan menuju kesini dengan menggunakan mobil. Sepertinya dia belum tau tentang rencana kita. Menurutku, dia memutuskan untuk langsung datang ke negara kita, karena dia tidak bisa menghubungi Bramono sejak tadi malam”, jawab Kolonel Bagus.

Aku terdiam dan langsung berpikir keras menganalisa perilaku Rudy Zhao ini dan akhirnya dalam pikiranku aku setuju dengan perkataan Kolonel Bagus itu. Lalu aku bertanya lagi kepadanya,

“Jadi kita tetap melanjutkan rencana kita?”, tanyaku sambil menatapnya tajam.

“Iya.. sepertinya begitu..”, jawab Kolonel Bagus sambil mengangguk.

“Ayo. Berarti kita harus siap-siap sekarang di rumah Bramono”, kataku mengajak Yollie.

“Yahh.. berarti air madu ini jadi sia-sia dong”, suara Vera tiba-tiba menyahut di belakangku. Aku langsung menoleh ke arahnya dan berkata,

“Sini biar mas aja yang habisin”, kataku lalu berjalan ke arahnya dan menghabiskan segelas air hangat campur madu yang dibuat Vera itu.

“Vera ikut mas..”, ujarnya tiba-tiba sambil menatapku dengan tatapan memelasnya seperti biasa.

Aku menghabiskan tegukan terakhir minuman itu lalu memberikan gelasnya kepada Vera sambil menatapnya dan berkata dengan lembut,

“Situasi nanti bukan main-main dan bisa berbahaya, Ver. Kamu disini aja”

“Tapi mas, bukannya Rudy Zhao tau itu rumah Bramono dan Vera. Gimana kalo tiba-tiba dia menanyakan Vera kepada Bramono? Vera bisa bantu dalam situasi seperti itu”, jawabnya mencoba membujukku.

Aku terdiam sambil memikirkan alasan lain untuk meyakinkan Vera. Namun aku berpikir tidak ada salahnya juga Vera ikut dalam rencanaku ini. Selain alasannya tadi masuk akal, situasinya nanti kupikir tidak seberbahaya yang aku bayangkan. Ada banyak anak buah Kolonel Bagus yang sudah siap siaga kalau sampai terjadi pertikaian.

Aku menghela nafas panjang sebelum berkata,

“Ok kamu boleh ikut. Tapi kamu harus selalu dekat-dekat mas. Kita akan sembunyi di kamar, sebelah kamar tempat Yollie disekap”, kataku sambil menatap Vera tajam dan membuatnya paham atas situasi yang akan kami hadapi nanti.

“Iya mas”, kata Vera sambil tersenyum senang.

“Mas Reza! Semakin banyak orang, semakin mungkin persembunyian kita nanti akan ketahuan oleh Rudy Zhao. Bukannya nanti sama saja, Rudy setelah berhasil kita lumpuhkan, akan kita bawa juga ke rumah ini?”, Kolonel Bagus berkata dan memperingatkanku.

Aku menoleh kepadanya dan berkata sambil tersenyum menyeringai,

“Saya lupa memberitahu Bapak. Rencana kita akan sedikit berubah. Sistem baru saja memberi saya sebuah skill baru”, ujarku sambil mengambil gelas yang dipegang Vera dan melepaskannya jatuh ke lantai hingga pecah berkeping-keping.







 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd