Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 68 21,1%
  • Indah

    Votes: 40 12,4%
  • Vera

    Votes: 20 6,2%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,6%
  • Azizah

    Votes: 125 38,8%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    322
Sebagai tukang sol spatu keliling, diriku berhenti tidak jauh dari rumah yg dgunakan sbagai safe house indah&lia and the kid.

Aku langsung mngeluarkan hpe jadul ku sony erricson K320 dan segera mengetik sebuah SMS tuliskan "Mawar Melati djual $100K@each minat klik link ini blblablabladotcrotdotcom." ke Mr. RZ

Dalam hati smbil berkata
"khukhukhu.... all acording to keikakku" (sambil menirunkan gaya protags anime pd umumnya)

lanjutku dalam hati berkata
"Mana mungkin org se calculate RZ mau terpancing ke rumah brum brum.. khakhakha.. naive sekali Reza itu. Dia pasti terkejut bahwa itu cuman doppelganger dr RZ.. khekhekhe"
(Sambil membayangkan sosok RZ seperti boss los poyyos hermanos di film/series breaking bad)

Diriku tersenyum melihat notif bank swiss muncul bahwa $200K telah masuk ke rek anon ku.
 
Terakhir diubah:
SG 72 – Final Boss Coming


Aku melepaskan gelas di tanganku hingga gelas itu jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping. Namun sebelumnya aku sudah mengaktifkan skill [Room of Silence] dan mengatur radiusnya menjadi 2 meter di sekitarku.

Semua orang yang ada di ruangan ini terlihat heran dengan apa yang barusan aku lakukan, kecuali Yollie dan Vera yang ada di sebelahku. Vera justru kaget karena tiba-tiba aku memecahkan gelas di dekatnya sehingga suara pecahnya membuatnya terkejut.

Lalu aku bertanya kepada Kolonel Bagus yang berada beberapa meter di depanku,

“Apa Bapak mendengarkan suara pecahan gelasnya?”

Kolonel Bagus semakin heran melihatku yang bibirnya bergerak seperti sedang mengucapkan sesuatu, tapi tidak keluar suara apapun dari dalam mulutku. Lalu tiba-tiba matanya mendelik kaget saat menyadari apa yang terjadi. Dengan raut wajah heran namun terlihat agak bersemangat ia bertanya,

“Apa mas Reza bisa menciptakan sebuah area yang kedap suara?”

Pertanyaannya itu sontak membuat anak buahnya yang ada di dekatnya menjadi terkejut. Kemudian mereka serentak menoleh ke arahku untuk menunggu jawabanku. Aku tersenyum dan menggangguk.

GASP

Mereka semua semakin terkejut setelah menerima konfirmasi dariku atas pertanyaan Kolonel Bagus itu. Namun Kolonel Bagus terlihat cepat bisa menerima keadaan yang tidak masuk di akal ini dan menenangkan keterkejutannya. Ia bertanya lagi,

“Berapa meter area yang mas Reza bisa buat kedap suara?”

“Radius 10 meter dari posisi saya”, jawabku sambil mengangkat semua jari di kedua tanganku dan mengarahkan telapak tanganku kepadanya sebagai kode angka ‘10’.

“Luar Biasa.. Apa mas Reza bisa praktekkan sekali lagi dengan menggunakan pintu kamar itu?”, tanya Kolonel Bagus sambil menunjuk ke arah satu kamar di dekat ruangan keluarga ini.

Aku menyanggupi permintaan Kolonel Bagus itu dan berjalan masuk ke dalam kamar yang ditunjuknya lalu menutup pintunya dengan kencang. Sesaat kemudian, aku membuka pintu lagi dan keluar dari kamar.

Sambil tersenyum aku melihat ke arah Kolonel Bagus yang sekarang terlihat sudah percaya dengan kemampuan yang aku miliki.

“Hebat. Dengan skill yang mas Reza miliki ini, persentase keberhasilan rencana kita ini semakin meningkat. Ngomong-ngomong, apa mas Reza berniat terjun di dunia espionase dan membantu unit saya, jika ada misi-misi espionase nantinya?”, tanya Kolonel Bagus lebih bersemangat kali ini.

Aku menonaktifkan skill [Room of Silence] lalu tersenyum kepadanya dan berkata,

“Kalau semua ini sudah berakhir, saya siap membantu Bapak dan tim Bapak kapanpun Bapak membutuhkan kemampuan saya”, jawabku mantap.

“Haha good good.. Sejak awal saya tau, mas Reza mempunyai jiwa patrionisme yang tinggi. Ok saatnya kita bersiap-siap menyambut kedatangan Rudy Zhao.. Perkenalkan mas, ini Letnan Geri yang akan bersembunyi bersama mas Reza nanti dan membantu mas melumpuhkan Rudy Zhao”, kata Kolonel Bagus sambil memperkenalkan anak buahnya yang berdiri di samping kanannya.

Seorang pria berbadan tegap dengan wajah tampan namun tampak sangar, maju selangkah ke depan dan menganggukkan kepalanya kepadaku seraya berkata,

“Salam kenal mas Reza. Saya Letnan Geri Darwanis Harahap, yang akan membantu mas Reza nanti”

“Salam kenal mas. Terima kasih sudah mau membantu saya”, jawabku membalas perkenalannya.

“OK.. kalian harus bersiap-siap sekarang. Saya akan memantau dan memberi komando dari sini”, ujar Kolonel Bagus memberikan instruksi kepada kami. Lalu ia menoleh ke arah Vera dan berkata,

“Vera.. Tetaplah di dekat mas Reza-mu dan jangan bertingkah yang aneh-aneh”

“Hehe iya pakdhe”, jawab Vera sambil memeletkan lidahnya di ujung bibirnya.

Kemudian aku, Vera, Yollie dan Letnan Geri pergi meninggalkan rumahku dan berjalan menuju rumah Bramono.

“Dasar tukang pamer yang sok dramatis”, bisik Yollie di sebelahku.

“Hehe”, aku hanya terkekeh sambil berjalan lalu menggenggam tangannya.

Terlihat beberapa orang anak buah Kolonel Bagus sedang memindahkan mobil-mobil yang diparkir di depan rumahku dan Bramono ke sebuah tanah kosong di dekat rumah kami itu.

Sesampainya di rumah Bramono, aku melihat Bramono dan Sersan Revaldi sedang duduk mengobrol di sofa yang ada di ruang tengah. Kopral Lusi dan Dewi berdiri tak jauh dari mereka. Ada juga beberapa orang yang berjaga di beberapa titik di dalam rumah, baik di lantai ini dan juga lantai atas. Sersan Revaldi dan Bramono melihat kedatanganku dan langsung berdiri,

“Master..”, ujar Bramono menyambutku.

“Kerjamu bagus tadi, Bramono. Apa kau sudah tau situasinya sekarang?”, tanyaku.

“Sudah master. Rudy Zhao dan 4 orang anak buahnya sedang dalam pejalanan kemari”, jawabnya.

“Kau sudah siap melanjutkan aktingmu seperti tadi nanti?”, tanyaku lagi.

“Siap master”, Bramono menjawab singkat dan mantap.

“Bagus. Setelah kedatangan mereka, ajak mereka ke ruangan ini lalu langsung berikan koin High Table itu kepada Rudy Zhao. Gak lama setelah itu aku yakin Rudy Zhao akan menanyakan tentang Yollie. Bawa dia ke kamar atas tempat Yollie disekap. Lalu pancing dia untuk sendirian di kamar itu dengan Yollie. Kau mengerti maksudku kan?”, aku mem-briefing Bramono atas hal-hal yang harus ia lakukan nanti setelah kedatangan Rudy Zhao.

“Me-mengerti master. Bagaimana kalau Rudy Zhao tidak mau sendirian di kamar itu dan mengajak anak buahnya?”, tanya Bramono menskenariokan kemungkinan lain yang mungkin saja bisa terjadi.

“Kalau hanya seorang anak buahnya yang ikut, aku masih bisa membuat anak buahnya itu langsung tertidur di tempat, dan Letnan Geri tetap akan melumpuhkan Rudy Zhao. Tapi kalau ternyata lebih dari satu..”, aku tidak melanjutkan perkataanku dan menoleh ke arah Letnan Geri.

Letnan Geri terdiam sesaat sambil mendengarkan instruksi Kolonel Bagus dari earpiece yang dipakainya. Tak lama kemudian dia berkata,

“Kolonel Bagus berkata kalau situasinya jadi seperti itu, maka seluruh tim akan bergerak dan melumpuhkan semua anak buah Rudy Zhao. Kalau mas Reza yakin nantinya akan bisa mengontrol Rudy Zhao, maka cara frontal seperti itu jadi tidak masalah”, ujar Letnan Geri menyampaikan perintah dari Kolonel Bagus.

“Ok kalo gitu. Ayo kita segera ke kamar atas. Kamu tunggu saja disini Bramono dan bersiap menyambut kedatangan Rudy Zhao”, kataku kepada Bramono.

“Baik master”, jawabnya.

Lalu aku, Vera dan Yollie diikuti oleh Letnan Geri dan kedua tentara wanita yang tadi membantu mengikat Yollie, berjalan menaiki tangga dan masuk ke kamar.

Sesampainya di kamar, Yollie langsung naik ke atas ranjang dan kedua tangan dan kakinya diikat lagi ke tiap sudut ranjang oleh Kopral Lusi dan Dewi.

Kemudian Letnan Geri membawaku ke sebuah ruangan kecil yang dijadikan sebagai closet pakaian yang ada di kamar ini. Pada closet pakaian itu, terdapat beberapa pintu lemari pakaian dengan bentuk dan warna yang sama. Namun pada pintu lemari yang paling pojok itu adalah sebuah connecting door yang menghubungkan kamar ini dengan sebuah ruangan kecil yang ada di sebelahnya, yang tadinya digunakan sebagai gudang kecil untuk menyimpan kotak-kotak sepatu.

Letnan Geri membuka pintu itu lalu mengajakku dan Vera untuk masuk ke ruangan yang ada di balik pintu itu. Sesampainya di ruangan itu aku menyadari bahwa ruangan ini tidak terlalu sempit. Berukuran sekitar 2x2,5 meter, sehingga membuat kami bertiga masih bisa leluasa berdiri dan tidak berdesakan.

Di dalam ruangan ini juga terdapat sebuah jendela. Di luar jendela itu adalah rooftop rumahku, tempat biasanya Lia menjemur pakaian. Tadinya kami akan menggunakan jendela ini, untuk membawa Rudy Zhao yang sudah kami lumpuhkan, ke rumahku. Lalu aku akan memaksanya untuk menandatangani slave contract seperti yang sudah pernah kulakukan dengan Bramono.

Namun dengan skill [Room of Silence] yang baru saja kudapatkan dari sistem, maka rencana kami itu tidak diperlukan lagi. Aku cukup tinggal membuat ruangan tempat Yollie disekap itu menjadi kedap suara, sehingga tidak akan terdengar suara apa pun dari luar.

“Kita akan menunggu disini”, kata Letnan Geri kepadaku dan Vera.

Aku melihat ke arah jam tangan yang kupakai. Masih sekitar 1 jam lebih lagi, baru rombongan Rudy Zhao akan tiba di rumah ini.

“Masih lama sebelum kedatangan Rudy. Kita tunggu dulu saja di kamar tempat Yolanda disekap”, kataku kepada Letnan Geri.

“Ok”, jawabnya menyetujui saranku.

Lalu kami bertiga kembali ke kamar Yollie. Aku melihat kondisi Yollie yang sudah terikat tapi mulutnya masih belum disumpal kain. Kopral Dewi berdiri di samping ranjang. Aku berjalan menghampiri Yollie dan duduk di pinggir ranjang. Kopral Dewi yang melihatku duduk di samping Yollie yang terbaring, langsung bergerak menjauh untuk memberi aku dan Yollie sedikit ruang privasi.

Aku membelai rambut Yollie dan berkata lirih,

“Masih sejam-an lagi sebelum Rudy Zhao datang. Kamu boleh tidur dulu kalau mau”

Yollie mengangguk sambil tersenyum lalu memejamkan matanya. Aku terus membelai rambutnya dan terlihat ia semakin rileks karena sentuhanku itu. Kulihat Vera sedang mengobrol dengan Kopral Lusi. Tak lama kemudian, Kopral Dewi bergabung dengan mereka dan mengobrol dengan suara pelan.

Letnan Geri kulihat duduk di kursi yang ada di sebelah jendela. Sesekali ia mengintip ke luar jendela dengan menyibakkan sedikit gordennya. Aku merasa semua orang yang terlibat dalam rencana ini, sedang menunggu dengan cemas. Tapi masing-masing punya caranya sendiri untuk merilekskan tubuh dan pikirannya.

Aku pun memejamkan mataku sambil mengaktifkan perintah ‘ring’ dan melakukan persiapan terakhirku sebelum aksi penyergapan kami terhadap Rudy Zhao nanti. Di dalam ruangan dimensional saat ini, hanya tinggal ada 2 gelembung reward yang tersisa, 1 draft kontrak dan 1 pil str booster.

Draft kontrak ini yang akan kugunakan untuk mengontrol Rudy Zhao nanti. Aku sempat berpikiran untuk menggunakan pil str booster itu nanti ketika kami akan menyergap Rudy Zhao. Namun niat itu kuurungkan karena aku tidak tau efek samping apa yang akan diakibatkan oleh pil itu. Lalu aku mengaktifkan perintah ‘status’..

..

“” Status “”

“” Name : Master Reza Renjani“”

“” Total Slaves : 3 “”

“” Total Score : 380“”

“” Title : Adorable Master (Unique), Threesome Addict “”

“” Charm : 65 “”

“” Stamina : 51 “”

“” Technique : 85 “”

“” Strength : 39 “”

“” Int : 73 “”

“” Luck : 16 “”

“” Remaining points : 15 “”

“” Skills : [Change Body Posture + Lock], [Golden Finger], [Mesmerizing Gaze], [Slave’s Emotion], [Stop Climax], [Lull (1 charge, 2 in CD)], [Strong like a Bull (Passive)], [Room of Silence]“”


..


“Hm.. Aku masih punya 1 charge skill [Lull] dan sisa 15 poin atribut. Apa aku harus menghabiskan sisa seluruh poinku ke salah satu atribut? Well, aku bisa mendapatkan skill baru kalau atribut str-ku mencapai 50 poin seperti pada poin staminaku waktu itu”, aku membatin sambil mempertimbangkan beberapa opsi.

“Tapi apa str yang sedang kubutuhkan saat ini? Dengan bantuan pasukan khusus Kolonel Bagus sepertinya kekuatan kami untuk misi ini sudah cukup.. Atau aku harus menambahkan semuanya ke luck? Tapi hal-hal yang tidak berwujud seperti ini..”, lanjutku dalam pikiranku yang semakin ragu.

Akhirnya aku memutuskan untuk menyimpan semua sisa poinku. Aku bisa kapan saja menambahkannya kalau aku mau. Aku masih yakin, dengan apa yang kumiliki sekarang ditambah dengan bantuan dari pasukannya Kolonel Bagus, rencanaku kali ini akan berhasil.

..

Tak terasa sudah sekitar 60 menit berlalu. Aku masih duduk dipinggir ranjang sambil menggenggam tangan Yollie. Sampai pada suatu ketika, Letnan Geri berdiri dan berkata,

“Kolonel Bagus sudah mendapat laporan bahwa rombongan Rudy Zhao baru saja keluar dari pintu tol di kota B. Kita harus segera bersiap sekarang”, ujarnya. Itu artinya sekitar 15 menit lagi, Rudy Zhao akan tiba di rumah ini.

Aku menganggukkan kepalaku dan berdiri dari ranjang. Kulihat Yollie juga membuka matanya. Kopral Dewi segera menghampiri Yollie dan mengikat mulutnya dengan sumpalan kain. Lalu ia dan Kopral Lusi segera meninggalkan kamar ini.

“Aku akan menunggu di ruangan sebelah”, kataku kepada Yollie yang dijawabnya dengan mengangguk lemah. Kemudian aku, Vera dan Letnan Geri bergegas menuju ruangan kecil tadi lalu bersembunyi dan menunggu.

Sekitar 15 menit kemudian, Letnan Geri berbisik kepadaku,

“Rombongan Rudy Zhao sudah tiba”. Lalu ia mengeluarkan sebuah stun gun dari balik jaketnya. Aku pun menganbil dan menghela nafas beberapa kali untuk menenangkan diriku.

“Here we go.. The final boss..”, batinku berujar dengan jantungku yang semakin berdebar-debar..



….

….

….
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd