Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
mantap suhu ceritanya.. ibunya udah, tinggal anaknya, temannya, sama si bosnya nihh... hehe
 
Siang suhu mudah-mudahan kalau tidak ada acara nanti malam mau update Om suhu.

Batam- Nongsa sinyal lgi susah suhu:ampun:
Tiker... Mana tiker... :aduh:

Kopi.. Mana kopi.. :groa:

Gorengan siap... Mie rebus siap.. Rokok siap!!
Kita tunggu updatenya.. Awas kl ga rugi bandar nich hahaha..
:horey:
 
Chap 05



819e17543663572.jpg

Nakula Andreas


3f23a0534401800.jpg

Nadya Clara Navista


008a4d534401793.jpg

Tante Meriska

*Pov Author*

“Mah, berisik banget ada apa?” sebuah suara keras dari lantai atas di luar kamar Mamanya.

“Aduh ini gimana Mer… eh tant ?” paniknya.

“Udah kamu tenang aja mas?” sahut si wanita menimpali sambil terus tidur memeluk tubuh prianya itu.

“ Kamu ini sempat-sempatnya tenang sih sayang!” gerutu si prianya sambil mencubit gemas wanitanya.

“Auw...!!” tampang kamu itu lucu banget mas. Takut ketahuan selingkuh ya, sama calon mertuanya?” canda dari si wanitanya.


“ Hmmz. Lagian siapa juga yang mau sama anak tante yang galak dan bawel itu” kata si pria itu yang terlihat berbohong.

“Yakin mas nggak suka sama Clara. Kalo Meri menjodohkannya sama kamu. Apa kamu masih tetap menolaknya?” ujar wanita bernama Meri kepada prianya.

“Tergatung sih, Meri sayang? Lagian Clara mana mungkin mau dijodohkan dengan aku ini,aku sadar diri! Kamu ada-ada saja si Mer!” ungkap si pria yang mengelak ucapan dari Meri.

“Tapi Meri kepingin menjodohkan Clara sama kamu mas? Karena Meri ngerasa kamu itu pria yang bertanggung jawab, setia dan penyayang mas!” manik mata Meri memperhatikan muka prianya itu yang terus menatap langit-langit kamarnya.

“ Cinta itu tidak bisa di paksakan sayang. Aku ini jauh dari kata sempurna. Semua pria manapun dia bertanggung jawab dan penyayang kok, hanya satu yang membedakan mereka yaitu kesetiaan. Aku pikir, aku tidaklah patut dengan yang kau sebutkan tadi sayang. ” sangkalnya merendahkan diri.

“Bagi Meri kamu udah cukup sempurna. Aku merasakannya sendiri sekarang, Meri merasa nyaman banget berada di dekat mas. Cara mas memperlakukan wanita juga sangat lembut dan tulus.” ungkapnya terus mengelusi dada prianya itu. Tanpa peduli lagi ke gap anaknya di luar yang sedang melangkah ke kamarnya.

“Mas...” suaranya lirih.

“Yah tant...eh Mer!”

“Ada satu hal yang ingin Meri sampaikan ke mas? Tapi mas harus berjanji dulu sama Meri , kalo mas mau menerimanya dan menepatinya? ” terangnya lugas.

“Katakanlah selama aku masih sanggup dan mampu melakukannya, tetapi jangan yang aneh-aneh sayang!”


“Emh... Meri ingin mas menjaga dan melindungi Clara sepenuh hatimu mas. Meri berharap mas juga mau mencintai Clara ” wajah prianya mengerut menautkan kedua alisnya.

Dalam hatinya “ Mana mungkin dia bisa mencintai wanita bermulut iblis seperti Clara itu. Apalagi disuruh menjaga dan melindunginya si Clara, ogah banget. Tapi kalau bukan karena tante Meri dia tak akan mau”

“Ehh...tap..tapi tant!” manik matanya menatap tajam prianya dan menganggukkan kepalanya, tanda jika dia harus menyetujuinya.

“Aku belum bisa mengatakannya Tante. Tetapi seenggaknya aku akan berusaha melakukan apa yang tante mau. Walau aku yakin pada akhirnya tidak bisa bersama, namun setidaknya aku sudah berusaha menepati janji kecilku pada tante untuk menjaga dan melindunginya.” jawaban yang di lontarkannya begitu getir seakan usahanya nanti bakal berakhir dengan kekecewaan.


“Meri bangga dan tidak salah. Setidaknya kamu sudah mau melakukannya demi Meri mas?”

“Ya. Seperti yang aku bilang tadi Meri sayang. Cinta itu tidak bisa di paksakan, dan aku juga bukanlah seorang pemain cinta yang dengan mudahnya memikat lebih dari satu orang wanita” imbuhnya jelas.

“Justru itu , Meri percayakan Clara padamu mas. Karena kamu bukan seorang pemain cinta. Tidak seperti yang diceritakan Clara tentang mantan-mantannya seorang penipu hati yg dengan mudahnya mereka membohongi dan mencampakkan hatinya” terang Tante Meri dengan manik matanya mulai berkaca-kaca.


“Huffpt... Aku tidak tahu”

“Pokoknya kamu mesti janji sama Meri mas?” suaranya terdengar serak menahan tangisnya.

“i-iya...aku janji !” terdengar kurang menyakinkan.

“Kenapa mas, kedengarannya kamu masih belum yakin seratus persen mas? ” kata Meri menyelidik.

“ Sepertinya bukan hanya Clara yang menginginkan di jaga dan dilindungi aku. Wanita di sampingku sepertinya menginginkan juga.” katanya balas menyindir Meri.

Meri Hanya tersipu malu dan wajahnya nampak memerah seperti kepiting rebus tidak bisa membalas ucapan prianya itu.

“i-itu...” terbata-batanya.

“Itu apah hah?” dipeluknya tubuh Meri erat-erat kedalam tubuhnya.

“MAH... Mah...” teriaknya dari luar kamar.

“Mending kamu sembunyi di kamar mandiku, mas?” saran Meri ke prianya.

Tap...Tapp...Tap...

Derap langkahnya terhenti tepat didepan kamar Mamanya itu.

...KLEEKKK...!

“Ihh... Clara kalau masuk kamar Mama itu ketuk pintu dulu! ”omel Mamanya sambil menutupi payudara dan vaginanya dengan menggunakan tangannya.

“Lagian dari sebelumnya masuk Clara juga udah teriak-teriak kali mah? Mama aja yang enggak dengar” protes nya.

“Mamah abis ngapain kok bugil begitu?itu badan Mama pada merah-merah lagi. Itu dipaha Mama ada banyak cairan putih apa? Ceroboh banget sih Mama ini, nanti si cowok gendut mesum itu masuk nggak sengaja ngintip gimana?” imbuhnya terus nyerocos dengan berbagai pertanyaan terlontar ke arah Mamanya.


“iya...iya. Kamu bawel banget ternyata? cowok mesum gendut siapa? Andre maksudmu nak!” kata Mamanya.

“Ya iyalah, siapa lagi kalau bukan dia,mah?” balas Clara dengan semangat ketika menjelek-jelekkan pria bernama Andre itu.

“Huss... tidak baik menjelek-jelekkan dia. Andre anaknya baik kok, ramah, bisa memasak dan seorang pekerja keras lagi. Sempurna buat kamu nak, Mama berharap kalian bisa berjodoh.” timpal Mamanya sambil tersenyum penuh arti.


“Menurut Mama dia baik! Menurutku dia nggak?” sungutnya.

“Dijodohin sama dia, Ogah banget. Kayak nggak ada cowok yang lebih ganteng aja apa?” ungkapnya lagi dengan nada bicaranya sedikit ketus.

“Sudah ah, kamu keluar Mama mau ganti baju dulu” perintahnya sambil mendorong kecil tubuh Clara untuk keluar dari kamarnya.

“Oh iya. kemana itu si cowok gendut mesum itu mah?” tanya Clara dengan manik matanya mengelilingi setiap sudut kamar Mamanya.

Mamanya menyadari jika tatapan matanya itu mencoba menyelidiki setiap sudut kamarnya. “ Dia enggak ada disini, saat di ruang Tv tadi dia ijin ke kamar mandi” jawab Mamanya berbohong, berusaha meyakinkan anaknya agar segera bergegas keluar dari kamarnya.


“Kok lama banget mah, ke kamar mandinya? Ini udah jam 10 malam” sahutnya lagi semakin kepo.


“Udah ah,kamu kembali lagi aja ke kamarmu nak! Biar nanti Mama yang suruh nak Andre untuk menunggui kamu, kali aja kamu mau ngobrol-ngobrol sama nak Andre. Biar makin akrab dan Mama bisa cepet-cepet punya menantu, hihihi” seloroh Mamanya. Langsung ditatap tajam oleh Clara dan Mamanya hanya tersenyum lebar.

“Ngobrol sama dia, ketemu aja Akau mau muntah mah, uweekk?” Imbuhnya sambil menirukan seseorang yang sedang muntah.

“Jangan begitu, benci tanda cinta lho?” Mamanya menimpali dengan candaan.


“Enggak!!! enggak akan mungkin mah? aku Nadya Clara Navista suka sama cowok gendut mesum itu, enggak ada di kamusku, titik?” tegasnya lantang dengan memutar tubuhnya berjalan kearah pintu.


“Terserah kamu, tapi Mama lihat kamu dengan nak Andre memang cocok kok!” sahut Mamanya tak mau kalah.

“Udah ah, capek ngomong sama Mama. Makin ngaco aja omongannya, udah nggak asik? ” kesalnya berlalu keluar begitu saja.

BRUUUGHT

“Hahaha” tawa Mamanya pecah ketika melihat ekspresi wajah anaknya itu. Sebenarnya ia tau bahwa Clara itu sudah diam-diam mengagumi sosok Andre, mungkin karena gengsi dan watak keras kepalanya. Perlahan pasti sudah ada benih-benih cinta diantara mereka berdua.

“Mama berharap kamu mau dengan Andre nak, kamu bisa hidup bahagia. Karena feeling Mama mengatakan Andre itu pria yang setia dan penyayang. Mama berharap juga kamu bisa bersanding dengan Andre, Mama bakal punya menantu plus-plus, tubuh Mama tidak aka kesepian di belainya. Eh.. memang Andre tukang pijat plus-plus, hihihi.” gumamnya di dalam hati. “ Bodo ah”


********


*Pov Andreas*


Tokkk...Tokk....

“Mas buka pintunya, semua udah aman sayang?” sahut tante Meri dari luar kamar mandi.


“Yakin Tante!” manik mataku mengelilingi seluruh kamarnya.

“Kamu itu lucu mas! Udah kayak tampang orang baru nyelingkuhin istri orang takut ketahuan suaminya” ucapannya sambi mengodaiku.


“Huh...dasar” gerutuku berlalu meninggalkannya berlalu menuju sofa yang ada di sisi depan ranjangnya.

“Ah..mas nggak boleh ngambek kayak begitu sama Meri” sahutnya dengan suara yang dibuatnya manja.

Kurasakan tante Meri menyandar kepalanya di dadaku,sedang kedua tangannya melingkar di pinggangku, seakan tidak ingin melepaskanku.

“Tante, ehh... Meri! Kayaknya malam ini aku pulang saja ke apartemen,sayang?” bisikku yang memulai membuka pembicaraan.

“Kok gitu, enggak jadi nginep temani Meri?”


“Ini situasinya terlalu beresiko sayang , nanti kalau ketahuan Clara bisa berabe Meri. Kita cari aman saja dulu, lain waktu kita puas-puasin” tuturku sambil mengelus lembut sebelah pipinya.

“janji loh mas!”

“iya janji!”

“Ya sudah, kamu cepet-cepet aja mas tunggu di ruang tv,” ujarnya sambil menciumi dadaku dan puting susuku yang belum sempat aku mengancingkan kemejaku tadi .

“Ihh...geli Meri?” protesku

“Meri suka sama bau keringat kamu mas, pasti nakal ngangenin setiap hari,hihi” sahutnya sambil mengancingkan kemejaku. Perlahan tubuh Meri beranjak dari tempatku, untuk segera merapikan diri. Tak berapa lama kami sudah rapi seperti sebelumnya.

“Yukk...” sahutku menggandeng tangannya.

“Ehh... i-iya m-mas!” katanya sedikit terbata-bata.

Kulihat diruang tv, tidak ada siapa-siapa. Berarti aman, Clara pasti belum lagi keluar dari kamarnya yang berada di lantai atas. Aku dan Tante Meri memutuskan hanya untuk menonton TV sekedar menunggu Clara. Namun sesekali kami french kiss dan grepe-grepean. Sekitar jam 11 malam akhirnya yang ditunggu-tunggu keluar dari kamarnya.


“Eh cowok mesum lo belum pulang. Terus ngapain itu lo nempel-nempel sama Mama ku” teriaknya saat sedang menuruni tangga.

“Habis Mama kamu ini lebih cantik dan muda banget ketimbang kamu deh Clara” sahutku kulihat tatapan matanya melotot sepertinya aku bakal di telan hidup-hidup.

“Ah kamu ini Ndre, bisa aja! Tante ini udah keriput, sudah tidak muda lagi. Kalau menurut tante kamu dan Clara pasangan yang sangat cocok” balas tante Meri tersenyum mengembang.


“Mama bilang aku sama dia cocok! Nggak' deh, cowok ganteng, keren dan tajir-tajir di luaran sana banyak. Kenapa mesti memilih cowok gendut mesum dan sok kecakepan kayak dia” dengan sombongnya dia membanding- bandingkan aku dengan orang lain.

Aku hanya bisa mendengus kesal tetapi berusaha untuk tetap bersabar. Agar tidak kepancing emosiku. Semua yang dikatakannya semua memang benar. Aku ini siapa? Tampang pas-pasan dan tubuhku sedikit gemuk tetapi ideal. Sedang Clara wanita high class, inconent, seksi di tunjang lagi dia seorang pramugari sangatlah mudah mendapatkan pria tampan dan tajir di luaran sana. Bahkan seorang pangeran berkuda seperti yang ada dongeng-dongeng bisa ia taklukan. Yang aku khawatirkan terjadi juga, ia menolakku secara terang-terangan, makanya tadi aku ragu untuk mengiyakan janji kecilku pada tante Meri untuk menjaga dan mencintai Clara sepenuh hatiku. Cibiran Clara sukses membuatku diam tak bisa mengucap sepatah katapun. Tante Meri sepertinya mengerti keterdiamanku ini.

“Nak Andre tadi katanya mau pulang ya?” Tante Meri mengalihkan pembicaraan.

“ehh.. i-iya Tante!”

“Biar nanti Clara yang akan mengantarkanmu pulang nak Andre. Biasakan Clara?” tanya Tante Meri pad Clara

“Lho kok Clara sih mah, kenapa nggak nyuruh kang Didin aja yang ngantarin dia” protes Clara. Manik mata Clara melirikku tajam seakan dia berujar. “jangan senang dulu, blom tentu gue mau nganterin lo pulang”

“Nggak usah tante biar saya pulang sendiri aja, sebentar lagi juga saya mau menelpon taksi langgananku tant!” aku menimpali perdebatan antara ibu dan anak.

“Nggak perlu nak Andre! Clara pasti mau mengantarkanmu. Ya kan Clara ” imbuh Mamanya lagi kembali bertanya.

“Huhh... Iya iya?” dengusnya kesal.

Aku segera berpamitan kepada keduanya untuk mengambil tas ransel dan tas selempanganku yang kutaruh di meja makan tadi sore. Aku juga sempat mendengar perdebatan kecil mereka yang berada di ruang tv. Kulihat Tante Meri masih terduduk di sofa menungguiku, sedang Clara mungkin sudah keluar memanaskan mesin mobilnya di garasi.

“Mas, sering-sering singgah ya ke rumah!” sahutnya.

“iya tante Meri sayang! tapi aku nggak janji lho? ” imbuhku sambil menyisir rambutnya yang tergerai menutupi wajahnya.

“Kalau begitu biar Meri aja yang main ke apartemen kamu mas!” tuturnya memeluk mesra tubuhku.

“Ja-jangan mer...! Nanti ketahuan Sandra makin runyam urusannya.” tambahku.

“Terus..” Tante Meri masih tetap terduduk di pangkuanku dan bergelayut manja.

“Oke oke. aku yang bakal main ke tempat tante, kalau nggak ada kerjaan yang menumpuk” kataku mengalah.


*********


Saat ini aku sudah berada satu mobil dengan wanita bermulut iblis yang bernama Clara. Dan sialnya aku di suruhnya untuk menyupiri mobilnya.

***

Beberapa menit sebelumnya berangkat...


“ouhh...terusss hisap kontol kuu lebihh cepat lagii sayanggg...


Cklokkk... Cklokkk... slurrrrrpph slepp...
Cklokkk... Cklokkk... slurrrrrpph ckckck...

Tante Meri terus menghisap dan menjilati penisku dengan rakus.

“ouh aku udahh mauu keluar merr...!” lengguhku.

“kehelhuarin dhi muhulut meheri mahas....” gumamnya tidak jelas, karena dia terus mengocok penisku di dalam mulutnya.

“akhhh....aku keluaarrr merr...

CROOOTT... CROOOTT... CROOOTT....

Kedua mata Tante Meri terpejam kurasakan seluruh sperma ku dihisap dan ditelannya habis. Bahkan lubang kencingku si hisap-hisapnya.

“Glekkk...Glekk...huaa manis asin spermamu mas, tapi Meri suka.” ujarnya sambil mengangkangi kedua kakinya lebar-lebar. Aku mengerti maksudnya, aku singkap dasternya, dan kutarik paksa CDnya hingga betisnya. Saat dia mau memasukkan penisku ke liang vaginanya aku langsung menahannya.

“Aku ingin kamu menungging merr...!”

“Ihh mas ku sayang, fantasinya liar juga.”

“Ayo mas, Meri udah tidak tahan lagi pengen disodok kontol gedenya, mas.”

Kepala penisku mulai aku gesek-gesekkan tepat dibelahan vaginanya. Tante Meri mulai meringis keenakan dan aku merasakan vaginanya semakin becek, tanda Tante Meri sudah sangat terangsang.

“ouughh....ayoo maass buruuann sodokk kontoolllnyaa dii memekk Merri....

Belum sempat aku memasukkan penisku ke dalam vagina Tante Meri . Suara teriakan keras panggilan dari Clara di depan halaman menghentikan aktivitas persetubuhan kami berdua.


“Woii..cowok gendut mesum ngapain lo di dalam lama banget.” Tiba-tiba teriak keras Clara terdengar dekat di depan pintu. Aku yang merasa panik langsung mengenakan celana panjangku tanpa mengenakan CD ku. Begitu juga dengan tante Meri dia langsung merapikan gulungan dasternya yang tersingkap hingga ke pinggangnya tanpa mengenakan CDnya juga.

*****

Ini udah malem nggak usah keras-keras manggilnya.” omel Tante Meri kepada Clara dengan tatapan marah, mungkin karena kentang yang dia dapat dari aku.

“Iya maaf mah! Ini semua gara-gara di cowok gendut mesum itu mah?” tunjuknya.

“loh kok aku sih!”

“Bodo”! Hei cowok gendut mesum kau yang bawa mobil, bisakan kau menyetir.”, ujarnya memerintahku

Tante cantik aku pamit pulang dulu ya, makan malam hari ini enak banget servisnya.” bisikku menggodanya. Namun dia mencubit keras perutku. Namun sesudahnya di memberi kiss bye padaku, saat Clara tidak memperhatikan kami.

“Mah aku jalan dulu ngantar si cowok gendut mesum dulu.”

Ya udah kalian hati-hati di jalan. kamu juga nak Andre jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya.” pinta tante Meri pada ku.

Aku membukakan pintu mobil untuk si Clara dan aku segera menyusulnya masuk kedalam mobil Mini Cooper nya. Aku sempat melambaikan tangan ke arah tante Meri. Aku kembali meng-kiss bye ke Tante Meri dan dia membalasnya.

“Hemm... sepertinya lo udah mengambil hati mamaku, dasar pria bermuka dua”

“Apa maksudmu?” aku memincing mataku.

“Kamu berusaha mendekati Mamaku dan menyuruhnya agar aku bisa jadian sama kamu,ya kan? Dasar pria bermuka dua.”


“Kenapa? Otakmu terlalu picik. Melihat sesuatu yang samar. Tanpa mau menelaah apa yang sebenarnya terjadi.” aku memasang wajah kesal ku


“Ya. semua pria seperti kamu itu memang benar bukan, terlalu picik! Aturan kamu juga ngaca lihat tampang dan dirimu sendiri.” jawabnya ketus. Aku hanya bisa mendengus kesal untuk menahan amarahku, agar batin dan hatiku tetep bisa bersabar menghadapi si wanita mulut iblis.

“Sebaiknya kamu fokus ke jalan. Aku tidak mau mati konyol karenamu” aku memutar mata ku menatapnya.

Malam ini aku tidak ingin meladeni mulut kasarnya. Anak ini berbeda sekali dengan Mamanya yang lembut tutur katanya. Ingin rasanya aku mencekik dan membuangnya di tengah jalan.


Mobil yang ku kendarai aku alihkan di jalan yang berbeda. Aku rasa si Clara sedang ada masalah pribadi, tetapi aku sendiri tidak tahu. Seakan kemarahan yang dilontarkan kearahku semua itu kemarahan yang terpendam.

Mobil kulajukan mengarah ke suatu tempat yang sering aku kunjungi di saat sedang ingin menyendiri,tempat itu begitu sunyi penuh ketenangan.

“Heii.. sepertinya ini bukan jalan mengarah apartemen mu.”

“Sudah kamu duduk manis saja”

Jalan yang kulalui kiri kanannya adalah perbukitan dan ditumbuhi pepohonan yang rindang. Jalan menuju kasana berkelok-kelok naik turun.

”Kamu mau bawa aku kemana, kamu jangan macam-macam sama aku.” ancamnya.
“Hei dengar tidak kau cowok mesum”

“Kita akan ke tempat dimana kita bisa saling berbagi .....




[Next chap]>>>>
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd