Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Secret-Tary

Bimabet
Part II


Aku menghampiri tubuh Winda yang sudah lemas. Aku lihat sperma pak Tito mengalir keluar liang kenikmatannya. Tatapannya mengandung kekhawatiran, tapi dia hanya diam tak beranjak.


"Dev, come here beib" undangku sambil berisyarat menggerakkan tangan


Dengan sedikit lemas Devi bangkit dan menghampiriku.


"Bersihin sperma di memek Winda. Sedot sampe bersih" kataku sambil sedikit menjambak dan mendorong kepala Devi ke memek Winda.


"Maass, toloong. Aku mau pulaang" kata winda lirih dan lemas.


Aku tidak memperdulikannya dan melihat Devi dengan sigap mengangkangkan pada kemudian mulai menjilati sisa sperma pak Tito mulai dari paha mingga memeknya.


"Emmhh.. arrgghhh.." erangan winda mulai keluar.


Sambil menenggak anggur aku memperhatikan lekuk tubuh Winda. Ukuran dadanya sedang namun begitu bulat dan kencang.
Naiknya birahi Winda membuat kontolku yang tadinya sudah lemas berdiri lagi. Tegak mengacung siap untuk menyantap menu utamanya.


Aku mendorong Devi yang masih asyik menjilati sperma Tito dan lendir Winda yang bercampur. Langsung aku menindih tubuh Winda dan mengarahkan kemaluanku ke liang senggamanya.


"Rom.. tolong.." katanya memelas.


Aku tak peduli dengan kata-katanya dan langsung melumat bibir mungilnya. Kontolku menggesek memek Winda yang basah oleh lendirnya dan liur Devi.


"Emmhh.. emmhh.." desah Winda yang sedikit memberontak.


Kriiiing... Kriiing...
tiba-tiba telpon berbunyi.


"Duuuh, ganggu banget" gumamku.


Aku beranjak dan melihat ternyata HP Winda, suaminya menelpon. Di HP terlihat pukul 01:36 Dengan sisa tenaga, Winda bangkit dan meminta HPnya.


"Haloo.." kata Winda memulai percakapan.


Seketika kondisi kamar hening. Terdengar suara samar-samar di balik HP.


"Iyaa, belum selesai. Sebentar lagi pulang"


Tuutt... Tuuutt..


Winda menghela nafas panjang
"Rom, pleasee.." Winda memelas.
"Iyaa.." kataku sedikit kesal karena kentang.


Akhirnya Winda berkemas, akupun demikian. Saking lemasnya, aku harus memapah Winda untuk bisa jalan keluar.


"Thanks pak, semoga lancar project kita" kataku pamit.
"Oke boss. Good luck" kedip pak Tito penuh arti.


Aku menutup kamar pak Tito dan sekilas melihat Devi mulai merayap naik ke badan pak Tito.


"Shiit! Masih mau nambah lagi dia. Kalo tau kentang gini, gw keluarin deh tadi waktu sama Devi" kataku dalam hati.


Sepanjang jalan Winda hanya diam.


"Win, kamu gapapa?" Tanyaku
"Gapapa"
"Nanti kamu libur dulu. Lusa mulai kerja lagi"


Tidak lama kami sampai depan gang rumah Winda. Winda sengaja minta diturunkan disini untuk menghindari kecurigaan suaminya.


"Bisa jalan sendiri?" Tanyaku sedikit khawatir.
"Bisa kok"


Akhirnya Winda pergi berlalu meninggalkan mobil dan aku kembali ke rumah.


Dua hari kemudian...
*Kantor - 09:14


"Pagi semua.." sapaku kepada semua karyawan
"Pagi pak.." kata mereka hampir serempak
"Win, ke ruanganku yaa.."




Ckleekk.. pintu tertutup. Kini hanya aku dan Winda di ruangan kerjaku.


"Kondisi di rumah aman?"
"Aduuhh Rom, suamiku marah besar tau aku pulang mabok" katanya serius.
"Teruus??"
"Ya aku jelasin ini tuntutan kerja."
"Dia maklumin?"
"Ya, tetep aja. Kena gampar beberapa kali gw. Sempet dilarang juga, tapi ya gw bilang. Kalo ga kerja, mau makan apa anak kita?"
"Haa? Lu digampar? Sini deh" aku memanggilnya untuk mendekat.


Aku melihat bekas luka di sudut bibir yang mulai mengering. Namun bibir sexy Winda membuatku tak tahan ingin melumatnya. Winda duduk diatas mejaku dan aku mulai mendekati bibirnya.


"Iiihhh room, jangan kesempatan deeh" katanya manja
"Hehe maaf maaaf. Abis kemaren kentang"
"Huuu dasar" sambil mendorong dadaku untuk sedikit menjauh.


Aku duduk di kursi sambil memandangi mulai dari wajah hingga paha Winda yang sedikit tersingkap karna duduk diatas meja.


"Sebagus itu ya? Hihi" katanya membuyarkan lamunanku.
"Ehh, hehe. Kamu tuh cantik dan seksi banget Win. Beruntung banget suamimu." Pujiku


Pipi Winda memerah akibat pujianku.


"Eh win, suami udah kerja?"
"Beluum Rom, kenapa?"
"Suruh kerja sini ajaa." Kataku.
"Aahhh, gila. Ntar dia bisa tau kamu nakal dong Rom." Winda turun sambil mencubitku.
"Aku taruh suamimu
di lantai bawah kerjanya. Jadi dia ga curiga. Itung-itung bantu keluarga kan." Kataku sambil mengedipkan mata.
"Emmm... Yaudah deh nanti aku bilang suami. Makasii yaa."
"Iyaa sama-sama"
"Yaudah aku balik kerja lagi, mau buat jadwal acara besok"
"Iyaa.."


Sebelum berlalu Winda mengecup pipiku dan mengatakan terimakasih lagi. Aku yang gemas langsung meremas pantatnya yang bulat ketika Winda berbalik badan dan dia hanya tersenyum tipis penuh arti.
 
Part III


"Jadi, dulu bapak kerja bagian akuntansi ya?"
"Iyaa pak benar"
"Kebetulan nih kami lagi butuh bagian itu, dan Winda, teman baik saya bilang suaminya lagi butuh kerjaan.
"Iiyyaa.. pak. Saya baru kena PHK."
"Okey, pak Doni.. bapak bisa mulai training dulu 1 minggu. Kalau kinerja bagus, langsung kerja tetap." kataku mantap.
"Terimakasih pak. Terimakasih banyak sudah membantu keluarga sayaa. Saya gatau gimana caranya berterimakasih pada bapak" katanya sambil mencium tanganku.
"Udahlah pak, yang penting kerja maksimal."
"Baik pak terimakasih"


Pak Doni, suami Winda yang berumur 30 tahunan dengan badan sedikit gempal berlalu meninggalkan ruanganku.


Tokk.. tookk..


"Iyaa masuk.."
"Gimana Rom?" Tanya Winda
"Eh win, sini" timpalku.


Winda kuarahkan duduk dipangkuanku dan kita sedikit berbincang tentang suaminya yang baru mulai bekerja hari ini.


Kami menjadi semakin akrab bak sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Kadang, tanganku nakal bergerilya menyentuh dan mengusap pahanya. Winda makin terbuka dan terbiasa dengan perlakuanku. Bahkan dia juga mulai aktif menggodaku dengan belaian-belaian lembutnya.


2 minggu berlalu, suami Winda kini sudah bekerja tetap di kantor. Aku sendiri masih belum menjamah tubuh Winda lagi, hanya sekedar bercumbu di waktu yang singkat. Ini memang sengaja aku lakukan untuk mengurangi kecurigaan dari karyawan lain terlebih suami Winda.


"Pak Doni.. gimana kerjaan? Lancar?" kataku di tengah-tengah jam kantor.
"Lancar boss. Beres."
"Oiya, ini ada project yang masih jalan, ada masalah di pembukuan. Saya ngeliatnya pak Doni lebih teliti dibanding yang lain. Tolong di cek lagi ya. Orang pajak minta besok harus udah siap. Kalo engga, kena denda kita" kataku menjelaskan.
"Waduuh pak, ini juga kerjaan masi belum selesai sih"
"Yaudah malem ini lembur aja, ntar kerjain bareng akuntan yang lain."
"Siap pak."


Sebenarnya ngga ada masalah dalam pembukuan, ini semua hanya akal-akalanku untuk bisa semalam bersama Winda. Hehe.


"Aman Rom?" tanya winda
"Aman Win, nanti malem bisa bebas deh." Rayuku
"Hmmm.. jangan lupa janjinya untuk bagian persenan proyek" katanya sambil mengedipkan mata.
"Beres kalo itu."


Waktu sudah menunjukkan jam 4 sore dan aku bergegas untuk pulang.


"Huh, lama bangeet hari ini" pikirku. Mungkin karena habis ini aku akan mendapat jatah yang selama ini masih aku tahan. Hehe.


Winda pulang naik taxi dan aku mengikuti naik mobil dari belakang. Aku tidak mau ada orang yang curiga tentang hubungan nikmat ini.


Sampai depan rumah, melihat kondisi sekitar sepi. Aku langsung memasukkan mobilku ke garasi.


"Rom, aku mau ambil anak dulu di baby day care deket sini. Kamu mandi dulu aja biar fresh"
"Aah, siaap beib." Kataku sambil mengecup tangannya.


Aku ambil peralatan mandi di mobil dan mulai membasahi tubuhku dengan air hangat shower rumah Winda.


"Aahh.. selesai juga. Segeer banget setelah seharian berkutat dengan kerjaan"


Aku membuka kamar mandi, melihat Winda yang sedang menggunakan kaos ketat dan celana pendek. Membuat kemaluanku sedikit menegang.


"Anak di mana?" Tanyaku
"Tidur. Aku mandi dulu yaa..."
"Eh, iyaaa."


Aku melihat Winda mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Beberapa menit shower mulai menyala. Birahiku meninggi membayangkan tubuh Winda yang seksi diguyur air shower.


"Shit. Udah ga tahan nih" batinku.


Aku akhirnya berinisiatif mengendap dan untuk mengintip tubuh molek Winda.


Ckleekk.. ternyata kamar mandi tidak dikunci dan Winda tidak menyadari kehadiranku.


Aku langsung telanjang bulat, menanggalkan semua pakaianku di depan pintu kamar mandi, mendekati tubuhnya dan memeluknya dari belakang.


"Awww" jeritnya kaget
"Hehe. Aku ga tahan Win." Kataku sambil mencium tengkuknya.
"Aahh.. Rom, tunggu bentar dong. Aku lagi mandi.."
"Yaudah aku mandiin aja"


Aku mulai mengusap tubuh winda dari belakang. Meraba paha hingga naik ke lengan. Membuat Winda mulai menikmati sentuhan-sentuhanku.


"Emmmhh.." lenguhnya.


Winda mulai menyandarkan kepalanya ke dadaku. Pasrah dan menikmati setiap jengkal tubuhnya yang kupermainkan.


Untuk kedua kalinya, aku memperhatikan tubuh Winda dengan detail. Dadanya begitu padat berisi. Bokongnya menggemaskan dengan pinggulnya yang masi kecil seperti ABG.


Kontolku mulai mengacung kembali. Menggesek-gesek pantat Winda yang membuatnya kegelian sekaligus terangsang.


"Hmmmm romm.. aaghhh.." katanya mendesah nikmat.


Aku kini membalikkan tubuhnya. Mendorongnya ke tembok dan mulai mencumbui bibir lembutnya.


Di bawah shower air dingin, semua terasa sangat panas. Suasana pengap karena udara yang terbatas juga menyelimuti. Tapi kami tidak peduli. Kali ini kami berdua sedang dibakar nafsu yang menggebu.


"Hmmm. Muuachh Muuuaachh.."


Beberapa menit kamar mandi ini hanya dipenuhi suara air shower dan ciuman-ciuman kami yang semakin mengganas.


Aku merabai dan meremas payudaranya yang padat dan menggesekkan kontolku ke memeknya. Sementara bibirku terus menjejali bibir Winda dan kadang lidahku bermain-main mengait lidahnya.


"Lanjutin di kamar. Aku udah ga tahan." Kata Winda berbisik.


Aku mematikan shower dan mengelap semua bagian tubuh Winda dengan handuk. Aku memperlakukan Winda seperti putri yang membuatnya makin merasakan romantisme pasangan baru.


Bruuukk..
Aku merebahkan tubuh Winda dengan lembut diatas kasur setelah membopongnya dari kamar mandi. Tidak menyangka, tempat pergumulan Winda dengan suaminya sebentar lagi akan ternodai olehku. Melihat bayang-bayang suaminya yang sedang sibuk bekerja mencari nafkah membuatku makin bernafsu mengerjai istrinya


Winda memandangku dengan penuh penghayatan.


"Kenapa sayang?" Tanyaku
"Aku belum pernah diperlakuin kaya gini." Katanya dengan senyum tipis khasnya.
"Akuu bakal kasih sesuatu yang belum pernah kamu dapetin sebelumnya. Kamu ga bakal nyangka." Ujarku.


Aku menyuruhnya telungkup dan aku mengeluarkan minyak urutku.


"Aku pijat ya. Kamu pasti capek seharian."


Winda hanya mengangguk pelan.


Kini aku disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa. Pantat yang kenyal dan semok berada tepat di hadapanku.


"Aku akan 'menghajarnya' nanti." Batinku.


Aku mulai menuangkan minyak urut aroma lavender ke punggung Winda. Aroma lavender langsung semerbak dan membuatnya makin rileks.


Aku pijat punggungnya perlahan mulai dari atas hingga pinggul. Di daerah pinggul aku benar-benar menikmati keseksian ibu satu anak ini. Aku mengurutnya perlahan hingga desahan-desahan kecil muncul dari mulut Winda.


Selesai bagian atas, aku menuangkan minyak urutku lagi. Kali ini pada bagian pantatnya yang menggemaskan. Aku memijatnya perlahan dan turun ke bagian paha dan betisnya.


Pada bagian paha, aku mengurutnya dengan sentuhan lembut yang membuat paha Winda sedikit demi sedikit terbuka. Aku melihat bulu kemaluannya yang begitu lebat membuatku semakin bernafsu untuk menyetubuhinya.


Kini aku membalikkan tubuhnya. Winda tersenyum tipis dan menyubit hidungku dengan sedikit manja.


"Kamu bisa bangeet Rom" katanya.


Aku hanya tersenyum dan sekali lagi menuangkan minyak urut di dada Winda.


Dua bongkahan yang menggoda siapa saja untuk melumatnya kini telah kukuasai seutuhnya.


Aku memijat bagian pinggir payudara Winda dengan melingkar tanpa menyentuh putingnya. Desahan kini lebih jelas keluar dari mulut Winda. Putingnya yang tadinya kecil mulai mencuat keluar.


Akhirnya aku mulai menyenggol-nyenggol putingnya ketika memijat payudaranya. Aku perhatikan, setiap tanganku menyenggol payudaranya, tubuh Winda sedikit bergetar. Aku yakin Winda sudah terangsang berat, tapi dia tetap sabar menunggu setiap hal yang akan aku perbuat padanya.


Pijatanku sudah sampai perutnya. Aku mengusap lembut bagian pusarnya yang membuat punggungnya agak terangkat menahan nikmat sentuhanku. Mulut Winda menganga, matanya terpejam. Kadang bibirnya digigit yang membuat Wajahnya semakin merangsang.


Sluuurrt.. sluurrtt..
Suara jari jemariku beradu dengan pahanya. Winda semakin tidak bisa mengontrol dirinya. Aku memijat setiap jengkal paha, betis, telapak kaki, bahkan paha bagian dalam. Tetapi belum sampai menyentuh vaginanya.

..
 
Winda bakalan lebih sering dicelupin Romi nih dr pd lakinya :nenen:
 
wah romi mantapp nih...
kerjaan lancar, proyek juga lancar, enaknya juga dapat :lol:
 
Iya bosz...
Kok langsung diekse,apakah sekertaris itu bisa langsung diekse??
Maaf ya bosz,sekedar usul...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd