Aku hancur
Kuterluka
Namun engkaulah nafasku….
Luka Berdarah Rembulan Menghilang
Siang ini menjemukan untukku. Semua pekerjaan telah kubereskan. Dan Luna entah tidak pernah menghubungiku lagi sejak beberapa waktu stelah pembicaraan kemarin. Aku bisa saja memaksa mencarinya atau mengada ada membuat tugas untuknya yang mengharuskannya menemuiku. Tapi tidak aku tidak mau menggunakan cara cara bajingan untuk Luna. Dia terlalu berharga.
Aku melangkahkan kakiku berkeliling rumah sakit untuk menghilangkan kejenuhanku…
Di IGD Nampak ada sedikit keributan. Hmmm Kieswara yang bertugas. Tak membuatku heran jika dokter tolol ini yang bikin masalah.
“jak..jaka..sini sebentar” aku memanggil salah satu perawat senior di IGD.
“ya dok maaf ada yang bisa saya bantu dok?”Tanya jaka.
“ada apa ribut itu?”
“itu dok ada pasien dengan
self amputated jari kaki, tapi tidak mau dirawat. Dr Kieswara berkeras pasien harus dirawat” jawab jaka
“kenapa pasien tidak mau dirawat?”
“pasien tidak punya kartu B*J*, dan kebetulan pasien dari golongan tidak mampu, dan tidak terdaftar di dinas social. Pasien Cuma buruh tani dok, kasihan dok”
Aku bergegas melangkah ke ruang tindakan IGD. Aku masuk tanpa permisi.
“siang pak, saya dokter alvaro kalingga. Bapak kenapa ini kakinya?” tanyaku kepada pasien tanpa mempedulikan Kieswara.
“anu dok, kaki saya tadi terkena ani ani, saat memotong panen padi tadi. Saya Cuma minta tolong saja ini di potong saja sekalian dan ditutup saja dok. Saya tidak punya uang dok. Saya tidak bisa membayar jika harus dirawat” kata bapak ini dengan mata berkaca kaca.
Aku melihat ke luka bapak ini. Clean Cut, ani ani pemotong padi memang tajam. Ruas pertama jari kedua di kaki bapak ini benar terpotong sempurna dan rapi. Hanya tersisa kulit bagian bawah yang masih menempel. Kuperhatikan jaringan lemak dan pempuluh darah bagian bawah jari masih utuh. Mungkin bisa kubebaskan dan kulakukan Flap Kulit.
“baik pak, bapak tidak perlu di rawat dan tidak perlu di operasi di kamar operasi. Saya yang akan melakukan amputasi jari kaki bapak disini. Apakah bapak bersedia?”
“tapi dok biayanya? Saya Cuma buruh tani … “ katanya sambil menunduk
“bapak jangan kuatir nanti saya akan laporkan pada dinas social, kami akan menagihkan pada dinas social” jawabku
Kieswara sontak menarik lenganku. Membawaku keluar ruang tindakan. “dok kamu jangan bikin aturan sendiri, mana ada dinas social mau urus ginian”
“lepaskan tanganmu dari lenganku” tatapku dingin
Kiesawara segera melepaskan tangannya dan undur selangkah. “kamu ga bisa operasi di sini, siapa yang bayar nanti? Alat alat bedah yang dipakai?”
“otakmu Cuma duit ya? Kau ga lihat luka clean cut seperti itu sangat mudah di bersihkan dan dibuat Flap” jawabku
“tetap saja nanti gimana? Dan apa hakmu melakukan itu” Kieswara memandang remeh dan ngotot.
“jaga bicaramu dok, I am still the COO of this hospital, and I am a Doctor too. Dan kemampuanku masih di atasmu.” Aku menoleh pada Jaka “siapkan set bedah minor, dan seluruh biaya bapak ini aku yang bayar.” Jaka bergegas mengerjakan apa yang kuperintahkan.
Aku menoleh kembali kepada Kieswara. “jika kau mau bantu aku amputasi silakan, jika tidak…Fuck Off”. Aku melepaskan jas hitamku. Dan mencuci tanganku. “jaka kau asistensi” perintahku.
Aku memakai masker dan google pengaman mata. Memasang sarung tangan steril yang telah disediakan. Jaka dengan sigap meakukan tindakan aseptic dan antiseptic pada lapang operasi yang akan aku lakukan. Memasang kain steril pelindung.
Aku mengamati jari yang hamper terlepas itu dengan lebih seksama. “lidocaine” aku meminta obat bius. Dan kusuntikkan pada kedua sisi sela jari kaki yang akan ku amputasi. “bisturi no 11” aku meminta pisau bedah pada jaka.
Aku melakukan sayatan melingkar dari samping jari memutar ke ujung dan menuju sisi yang lain. Aku membebaskan tulang yang telah terpotong tadi dari kulit bawahnya. Kulakukan sayatan dan pembebasan jaringan dengan sangat menempel pada sisi tulang. Aku ingin lapisan kulit yang tersisa cukup tebal dan tidak menebas habis pembuluh darah kecil yang tersisa. Ini bagian penting saat mekakukan Flap Kulit.
“gunting jaringan” aku membersihkan lapisan lemak pasa kulit yang akan kugunakan Flap. Setelah kubersihkan jaringan lemak yang tipis dan kusisakan sedikit. Kuperhatikan masih merembeskan darah. Bagus! Berarti kulit ini masih mendapatkan peradarahan yang baik.
Aku mengukur jarak sisa kulit untuk kulipat ke atas menutup luka tulang yang terpotong tadi. Dengan ketegangan kulit yang cukup aku mulai menjahit. “nylon 4.0, cutting” akue meminta jenis jarum dan benang yang tidak diserap kulit. Agar nanti benar bisa menyatu dengan baik. Perlahan aku mulai menjahit kulit dengan kulit menutup luka tulangnya. Dan selesai…..
“pak sudah selesai, nanti obatnya di bawa pulang dan diminum. Jangan tidak diminum ya pak. Ada antibiotiknya agar luka bapak tidak infeksi. Dan jangan kena air. 3 hari lagi bapak control ke Klinik Sriwijaya di jalan anggrek. Jak, tutup luka nya”
“dok….tapi….” bapak itu ragu menanyakan sesuatu.
Aku menoleh “klinki nya punya kawan saya pak, saya juga praktek di sana. Bapak ga usah khawatir” aku tersenyum kepadanya.
“terima kasih dok..hiks..terimaa kasihh, saya Cuma bisa mendoakan dokter……saya Cuma bisa itU” bapak itu menangis sambil kedua tangannya menyembah.
Aku Cuma tersenyum dan berlalu. Aku menuju Nurse Station dan duduk di sana untuk membereskan administrasi yang akan kubayar.
“kamu gila. Akan kulaporkan komite medis. Kamu benar2 melanggar kode etik. Kamu ga ada SIP disini” cerocos Kieswara. Aku diam saja tidak menjawab. Aku membalik badanku menghadap dia dan memandangnya tajam “yang penting bayar kan?” jawabku sinis.
“aku tidak sudi mengisi rekam medis pasien itu” jawab kieswara.
“pasien yang mana? Yang kuamputasi barusan? Udah selesai kok semua rekam medisnya. Sudah kutanda tangani dan kuresepkan obat pulang” suara Dokter Toni Mawengkang membuat kaget.
“kau…kau…” Kieswara Nampak kehabisan kata kata
“kenapa? Pasien itu kuselesaikan tepat di jam operan kan. Sekarang kan jam dinasku, dan pasien itu dipulangkan saat jam dinasku. Dan aku yang melakukan tindakan amputasi tadi. Bos ini yang bayar” Toni dengan senyum bangsatnya menjawab Kieswara. Muka Kieswara merah padam, dan meninggalkan IGD begitu saja tanpa melakukan operan dengan Toni.
Semua perawat terdiam, dan memilih pusra pura tidak mendengar perdebatan kami.
“thanks Ton” aku mengucapkan terima kasih pada Toni.
“apa yang engga buat Lo Al. tapi beneran, stop tindakan koboimu ini. Tidak selamanya aku bisa ada melindungi punggungmu. Suatu saat ini bisa jadi titik lemah untuk menjatuhkanmu.”
“ya..ya..yaa kaga usah lu nasehatin gue” aku mengambil jasku dan segera beranjak dari IGD.
“ dasar keras kepala kau alvaro!” dengus Toni.
“lo tau gue kan?? Emang keras dan mantap” kataku sambil tersenyum dan menunjuk ke arah celanaku.
“sinting!” Toni mengacungkan jari tengahnya.
SORE HARI
“pak tris, lu gue ajak ke tempat biasa gue nongkrong, ngopi kita”. Malam ini aku mengajak pak tris untuk menemaniku menghabiskan waktu di warung kopi langganan ku.
“siap ndannn….tapi nanya dulu ndan. Kopinya mahal kaga? Kan masih belumm gajian ni kite” jawabnya sambal cengengesan.
“geblek lu, ada gue suru lu bayar apa? Selama ini gue ngajak lu nongkrong juga gue bayarin ngehe” jawabku santai. Dan kami pun tertawa.
Warung kopi
“dah pesen lu apa?’ tanyaku kepada pak tris.
“wah ndan ane tau nya kopi item aja. Yang lain lain ginian mana ane mudeng ndan” jawab nya polos.
“hmmm oke. Gue biasa satu bro, sama Americano satu bro” aku memesan ke barista sahabatku ini.
“ndan apaan tu America America? Jadi kafir ga ane nanti ndan? Minum yang amrik2 gt? Halal kaga?” Tanya Tris sambil cengengesan.
“dasar sinting…..itu kopi item klo di warung gini namanya Americano… espresso ditambah air panas”
“wahhh apa lagi itu press press?” tanyanya lagi
“njir udah ntar minum aja, daripada gue pulangin lu pake Ojol” kataku kesal. Barista warung pun tersenyum melihat kelakuan kami.
Kami pun duduk di tempat biasa aku menikmati kopiku. Tris Nampak sangat canggung, karena memang biasa kami hanya nongkrong di warkop pinggir jalan di samping Rumah Sakit. Aku menerangkan ini warung langganan ku dan meminta Tris untuk bersantai.
“ndan, asoy juga ni ginia. Liat yang bening2 gini. Pantesan komandan suka nognkrong” Tris sudah mulai nyaman dan maatanya jelalatan melihat pengunjung warung yang memang rata rata anak kuliahan. Jelas anak kuliahan jaman sekarang pasti berdadan secy dan menarik kemudian berfoto dengan berbagai gaya dan di upload di medsos.
“matamu!” jawabku sambil menghisap vaporku.
“ndan gimana ama bini? Jadi cerai?” Tanya tris memecah keheningan
“udah gue iyain, tapi dia masih tuh di rumah” jawabku santai sambil mengganti kapas vaporku
“udah ndan baekan aja. Ga baik satu rumah diem dieman, gimana juga udah pilihan lu dulu ndan, kasian anak”
“gue juga udah mikir gitu Tris, bukan gue gam au, tapi ya gn hati gue udah terlanjur mati. Tiap taun kaya gini. Gue udah usaha kaya apa. Dia selalu minta lebih lebih dan lebih. Kaga pernah puas”jawabku kepada Tris.
“ya komandan si. Jadi orang lurus amat. Megang lahan basah gt kaga pernah ambil persenan” Tris menghisap rokoknya dalam dalam.
“eh monyet, klo gue tukang korup, emang lu bakal mau kerja ma gue?” tanyaku
“hehehehehe ya kaga bos. Gue udah kapok kerja ama orang yang model korup gt. Tar kalo ada maslaah pasti ngorbanin orang lain. Udah kena 2 kali ndan. Klo kaga ente tolong dulu ya ane udah ga tau dah kerja apaan ndan” jawab tris sambil menerawaang ke langit.
“kaga usah sok dramatis liat ke langit” aku melempar tissue ke wajahnya.
“bangke ndan…..” dan kami tertawa.
Tidak lama kopi kami pun dating.
“malam bro.. sesuai pesanan” barista seperti biasa mengantarkan sendiri. “boelh ikut gabung nih?”
“boleh donk, kaya ke siapa aja. Ini kenalin Tris, kepala keamanan gue bro” aku mengenalkan Tris pada Edo sang barista.
Dan mereka saling berkenalan dan kami tenggelam dalam percakapan yang mengasyikkan. Tak disangka Edo menawarkan minuman keras yang dimasukkan ke dalam Kopi racikannya. Jelas kami tidak menolka menambahkan kegirangan pada malam indah ini.
Gelas demi gelas mengalir, courtesy dari warung ini. Alasan Edo karena dia sedang berulang tahun dan ingin merayakan dengan kami. Ditengah keasyikan kami menikmati minuman kami Nampak ada keributan di area warung.
“appan sih colek colek…ga sopan!” teriak seorang cewe kepada beberapa pria yang mengelilingi mejanya dan teman temanya.
“halah…sok jual mahal pecun. Berapa si semalam…gue tambahin gocap deh..” ucap sang preman sambil mencolek dagu sang gadis. Dan mereka ber empat tertawa.
“ada apaan tuh do?” tanyaku
“biasa preman sini mabok cari gara2 biasanya si minta duit jatah. Lagi kumat ini pasti” jawab Edo.
Edo beranjak dari kursi dan menghampiri mereka. Aku dan tris masih mengawasi saja, keadaan kami cukup mabuk untuk dengan mudah terpancing keributan. Tris hanya menunggu perintahku dan aku masih diam. Aku ingin melihat sejauh mana mereka akan bertindak.
Edo dan keempat preman itu terlibat perang mulut. Dan mulai baku hantam. Jelas edo kalah dikeroyok 4 preman itu. Tak ambil banyak pikir. Aku segera berlari ke area mereka berkelahi. Tris jelas menyusul ku dari belakang, dia kaget aku tanpa aba aba langsung bergerak dan berlari kearah para preman yang sedang baku hantam dengan Edo.
JDAAAAAGGGG!!!!!!! Aku menerjang satu preman dari belakang dengan lututku. Terjangan ku tepat di area tulang punggungnya. Dan dia terlempar kedepan, kepalanya sontak membentur tembok yang ada di depannya. Preman itu berguling guling di tanah kesakitan karena wajahnya tepat mengahantam tembok. Nampak darah mengucur dari sela sela tangan yang menutupi wajahnya.
Kafe menjadi kacau…para pengunjung berlarian. Sebagian lari keluar kafe, dann sebagian lari ke halaman belakang. Aku melihat gaids gadis tadi sudah lari ke halaman belakang. So aku bs bebas bertarung di sini. HAHAHAHAHA…..kebetulan aku sedang kesal, aku sedang mabuk, LUNA……..terbersit nama itu saat aku menyadari aku sedang kesal.
“anjing…siapa kalian?” Tanya preman yang masih berdiri “ga usah ikut campur klo kag mau bonyok”
“BACOT!!!!” aku melayangkan tendanganku ke perut preman itu. Karena jarak yang tidak cukup. Tendangan ku tidak bisa maksimal memberikan impact pada perutnya. Dia hanya mundur dua langkah dan bersiap menyerang lagi.
BRUAAAK! Satu preman terlempar ke sampingku. Ternyata Tris menerjang preman itu tepat waktu saat akan memukulku dari belakang dengan kursi. “hati hati boss….asal tabrak aja ente kaga liat kanan kiri…ga ada ane abis ente tadi” jawabnya cengengesan. Tris memang sama gilanya denganku jika sudah bertarung seperti ini.
“sekarang adil satu lawan satu” lanjut Tris.
“Dia milikku” jawabku pada Tris sambil menunjuk pimpinan kelompok ini.
ARRRGGHHHH!!!! Teriak pimpinan preman itu merangsek maju untuk menyerangku. Tanganku dengan sigap meraih kursi yang ada di kanan ku dan menghantamkan kepadanya. Dia cukup sigap dengan melindungi area kepalanya dengan lengan dan pundaknya. BUGHHHH! Satu pukulan masuk ke area rusuk kiriku. Ughhhh! Sakit cukup sakit pukulannya membuatku mundur. Keparat ini keras juga pukulannya. Dia menegakkan badannya dan menahan sakit di lengan nya. Memberiku awaktu juga untuk menarik nafas.
Kali kedua kepala preman ini maju merangsek menyerangku dengan tendangan kakinya. Dengan momentum yang tepat kutepis tendangannya ke samping, BUGHH!! Kumasukkan pukulan ke dadanya. Preman ini mundur dua langkah dan kembali melayang kan pukulan sambil Manahan sakit. Aku lengah pukulan hook nya masuk ke rahangku. Dan aku jatuh terjengkang. Tidak membuang waktu dia maju untuk menginjak ku.
DUAGHHHHH! Di waktu yang tepat kakiku masuk ke ulu hatinya. Dia mundur sambil membungkuk. Aku segera bangkit dan maju menabraknya. Mendorongnya ke dinding. Lututku menekan mengunci lututnya.
Bugh ! bugh ! bugh ! bugh! Bugh bugh ! aku menyarangkan pukulan berulang kali ke perutnya. Dia mencoba menyikut punggungku berulang kali. Mencoba membebaskan diri dari tekananku. Adrenalin ku telah membuatku gila dan tidak merasakan sakit. Aku bertubi tubi menghajar perutnya dengan pukulanku. Hingga pukulan yang dia arahkan mulai melemah. Ternyata bisa merasakan sakit juga kau!.
Saat pukulannya melemah aku menanduk dagunya dengan kepalaku. DUAGHH! Keras! Dan dia limbung. Aku berdiri mencengkeram lehernya dan kupukul dadanya berulang kali. Hingga dia tidak bisa bernafas. Aku merenggut kepalanya dan kubenturkan keras ke meja kafe.
“okhhh” darah segar keluar dari hidung dan wajahnya. Aku belum puas. Kujambak rambutnya dan kubenturkan kepalanya ke meja kafer berkali kali. “ahhhmmposnn…ahhhmmffoon…ashhhoonn” sepertinya dia meminta ampun namun aku tidak mempedulikannya.
Aku menempatkan kepalanya di kursi kafe. Aku tersenyum puas meski dari bibirku mengalir darah segar. Aku bersiap menginjak kepalanya. Kaki ku terangkat tinggi.
BRUGHHHH!!! Tris menabrakku. “boss…cukupp…boss…sadar boss…mati nanti dia” mendorongku menjauhi Preman tadi.
“LEPASKAN ANJINGGG!!!” teriakku keras tidak sadar dan akan memukul Tris.
“BOSS!!! INI GUEEE!!” Tris berteriak tepat di depan wajahku.
Mataku memerah, wajahku memerah……….dan aku kembali sadar, dia sahabatku, penjagaku.
“hghhh….hghhhh…maaf…maaf… Tris….” Aku memeluknya sambil terengah engah.
Aku menoleh ke sekeliling kafe…..nampak wajah ngeri memandangku dari para pengunjung kafe. Edo pun terperangah dengan keadaanku saat ini. Kulihat 3 pengikut preman tadi terdiam membeku saat pimpinannya terkapar dengan wajah berdarah dan suara ngorok tidak jelas keluar dari mulutnya yang penuh darah. Tangannnya menggapai ke arah rekannya. Tapi tak satupun yang berani bergerak menolongnya.
Aku melepas kan diri dari Tris. Dan berjalan menghampiri preman yang terkapar tadi. Tris masih menahan tanganku. “aku sudah tenang, aku cuma mau bicara”
Aku mendatangi binatang jalang yang terkapar ini. Tangannya membentuk gerakan menyembah seakan meminta ampun. Aku menepisnya. Membuka jaketnya.
“Ludiro Ireng? Anjing kalian!” aku mencampakkanya kembali ke lantai. Aku memandang ketiga orang yang sudah babak belur juga tapi tidak separah pimpinannya. Mereka masih sadar penuh.
“kalian Ludiro Ireng? Masih berani menampakkan hidung? Kalian tidak tau siapa aku?? AKU ALVARO KALINGGA! Aku yang menghajar Heri Codet dan menjebloskan dia ke penjara. Aku yang menghancurkan markas kalian, pangkalan ojek kalian!” pandanku tajam ke mereka. Pucat pasi wajah mereka saat tau aku yang telah menghancurkan organisasinya.
“kafe ini tempatku bersantai. Jika kalian masih sayang nyawa kalian. Jangan pernah menginjakkan kaki kalian lagi ke sini” ujarku dingin sambil menunjuk wajah mereka. “bawa bajingan ini enyah dari hadapanku”
Mereka segera mengangkat pimpinan mereka keluar kafe.
“bro sori…kerugian kafe aku yang bayar bro…besok ku transfer” kataku sambil membenahi kursi kursi dan meja yang terbalik.
Edo cum tersenyum dan membantu membereskan ruangan itu, pekerjanya dan para pengunjung yang masih ada ikut membantu.
“buat pengunjung kafe, maaf atas kejadian ini. Silakan kembali menikmati kopi kami, dan gratis semua hari ini” Edo berujar kepada seluruh pengunjung kafe.
“tar gue ganti bro…lu itung aja” aku pun sudah dalam keadaan setengah mabuk memang.
“udah lu pulang dulu aja istirahahat, gue yakin mereka ga akan berani balik. Pak Tris bisa antar bosmu pulang?” kata edo
“thanks bro….”
Di Rumah.
Aku memasuki rumah. Dan Nampak Claire di ruang tengah memakai lingerie tidurnya.
“gila kamu al, ini jam berapa dari tadi aku nungguin. Dan kamu kenapa babak belur kaya gini” cerocosnya yang membuatku makin pusing.
Aku segera menuju kamar mandi dan membasuh mukaku dari darah yang ada di wajahku.
“kamu mikir dikit lah al. kamu ada Emma. Masih saja mabuk dan berkelahi. Umurmu sudah berapa? Hah?” Claire masih berceloteh saja.
Aku membalikkan badanku. Maju merangsek nya. Mencekik lehernya…cukup untuk membuatnya panic tapi tidak menghalangi nafasnya. Dan…mmmuuuuaaachhhhh….aku menciumna dengan ganas, melumat bibirnya, meremas dadanya. Nafsu binatang telah menguasaiku. Claire mencoba mendorongku “lepasin..al…ga gini..al”
Aku tak peduli. AKU MAU NGENTOT MALAM INI! Aku mengangkat tubuh Claire di pundakku. Membawanya ke kamar tamu. “al..apaan si…lepasin al..sadar”
Aku menutup kamar dengan kakiku. Dan melemparkan tubuhnya ke Kasur. “auuu…gila kamu jangan kasar al” matanya melotot… tapi seketika berubah ketakutan….Claire tidak pernah melihat wujud binatangku ini.
Aku menubruknya. Claire meronta..”jangan al…aku ga mau…All….” Aku memaksa kedua tangannya ke atas. Aku menindih dan menduduki tubuhnya. Claire menangis ketakutan dan memohonku melepasnya “all..udah…maaf all…” dia menangis meronta. Aku tetap diam. Aku melepas dasiku dan mengikat ke dua tangannya ke atas Kasur. “al…lepasin…please..aku gam au hiks…hiks all… please…al…”
Aku tak peduli “mmmhh…mhhhmmmhh.mhhhmm” wajah Claire kupegang agar tidak menoleh kanan dan kiri. Aku melumat bibirnya dan memaksa kan lidahku masuk ke dalam mulutnya. Sambil tetap memegang pipinya. “jangan banyak bacot daripada kuhajar mulutmu!” aku benar kesetanan malam ini.
BREEET!! SREEKK !!BREETT aku merobek lingerie nya. Claire terdiam terisak ketakutan. Aku mencaplok payudaranya. Menghisap keras putingnya. Mencupang dadanya…smochh…smooch… aku sangat menikmatinya. “hikss…al…sakit ….pelan..pelan all” Claire memohon. Membuatku makin ganas dan bukan melambatkanku.
BRETTT!!! Thong yang di pakainya kutarik putus. Dan aku memaksa melebarkan kaki Claire, tidak banyak perlawanan berarti. Aku yakin dia sudah tidak sanggup melawan. Kulihat memek nya….hmmm masih indah…pink dan…..basah…..”dasar…*** mau tapi becek?” ejekku. Tanpa buang waktu aku menjilat memek Claire…slurp slurp slurppp…kugigiit kecil clitorisnya “akkkkkh……mmmhhhh” Claire melentingkan pinggulnya ke atas. “Suka??? Tadi kau bilang ga mau?” ejekku sekali lagi dan dia tetap terdiam.
Aku melanjutkan menjilat dan menusuk memeknya dengan lidahku, menghisap clitorisnya dalam dalam. Dan menyusupkan jariku ke memeknya. Aku kocok jariku dalam memeknya sambil terus menghisap clitorisnya. Pinggangnya tersu bergerak kesana kemari menikmati jilatan tiap jilatan yang kuberikan. Memang pikiran Claire mungkin menolak, tapi tubuhnya tidak bisa berbohong menikmati perlakuanku.
“uhhhh….ahhhhh…mmmmhhh…AAAAHHHH” Claire orgasme dari memeknya mengeluarkan cairan yang sangat banyak…ya dia squirt …… dasar pecun. Mulutmu bilang tidak tapi tubuhmu menikmati. Hahahhahahahahah.
Aku berdiri dan menelanjangi tubuhku. Claire Nampak sangat ketakutan…walau tubuhnya menikmati orgasmenya. Selakangan nya masih terbuka lebar dan masih bergetar menikmati puncak syahwatnya.
Aku membasahi penisku yang sudah tegang dengan air liurku. Dang mengocoknya tetapt di wajah Claire. “mala mini gue mau nikmatin lu” ujarku dengan keadaan mabuk. Claire memilih diam karena ketakutan, dia belum pernah melihatku segila ini, se bajingan ini.
Aku memaksa kakinya terbuka, dan dengan mudahnya aku melesakkan penisku ke dalam memeknya. Aku langsung memompa memeknya dengan cepat dan keras. PLOK…PLOK….PLOKK..PLOKkk….bunyi pshs ksmi beradu. “hhh….ssshh…aaahhh…mmmhhh…”Claire Nampak menikmati hujaman penisku dalam memeknya. Aku mencekik Claire, dia Nampak kaget dengan perlakuanku…..Smoochhh…smooochh…aku memaksan mencium bibirnya melumatnya, memasukkan lidahku ke mulutnya dan menjiati rongga mulutnya.
“HGGHHH…memekmu kenapa jadi longgar…..main dildo..??? kau taruh mana dildo mu???” tanyaku sambil terus menghujamkan penisku. Claire hanya menggeleng gelengkan kepala….”JAWAB!!!!” bentakku dan tangannya menunnjuk pada laci di meja rias kamar ini. Hah benar dugaanku dia memang masturbasi di kamar ini.
Aku menghrntikan kegiatanku. Dan aku beranjak ke arah meja rias. Dan membuka lacinya. Aku menemukan dildo berbentuk penis yang bs berputar dan bergetar. Dan juga lubrikan. Hehehehehheh, yesss aku ada ide gila malam ini.
Aku kembali menghampiri Claire….dia Nampak menggelengkan kepalanya. “kamu suka pake ini? Pantes aja kaga mau ngentot sama gue….oke nikmatin yaaa…”
Aku membalikkan posisi Claire hingga menungging…dengan tangan masih terikat. “al…jangan al….please..jangan” Claire memohon.
Aku menghujam kan penisku kembali dengan kasar dan menikmati Claire dalam posisi doggy. Aku menikmati hal ini. Aku yang memegang kendali. Aku merabai punggung Claire yang basah oleh keringat. Meratakan nya,….dan PLAKKK aku menampar pantat nya. Aku merasakan memeknya mengejang. Menjepit penisku. Mmmhhhhhhh FUCK this is Good. PLAKKK…PLAAAk…. Tamparan demi tamparan ku arahkan ke pantatnya untuk memperoleh sensasi tadi. FUCK FUCK…FUCKIN GOOOD.
Aku makin gila. Aku melumuri lubang Dildo dengan lubrikan. Dan aku melumuri lubang anus Claire. “ehhhh…all….no…please don’t….please jangan al…jangan disitu…alllllll” aku tak peduli. Sambil kembali memompa Claire..membuatnya menikmati rangsanagan pada memeknya….saat tidak di sadari
“AKHHHHHH ALLLLL …..ALLLLLL” aku memasukkan dildo ke anusnya. Dan menggetarkan Dildo itu…..anehnya sangta mudah…sangat mudah masuk….
“gampang banget masuk….sudah pernah anal???seingatku aku tidak pernah Claire” tanyaku dengan dingin.
“siapa yang sudah menidurimu??? Maen lobang taimu????” tanyaku dengan emosi dan terus memompanya…panisku di memeknya dan dildo getar di anusnya.
“ah..ah..ah…ah..uh…nooo…please..” dan aku menggila…..
“katakana siapa yang bermain di ranjang denganmu” aku meraih toketnya dari belakang dan meremas serta memilin putingnya.
“mmhhh….mhhhmmmm” Claire tetap menutup mulut dan menggelengkan kepala
Aku menjambak rambutnya, menjilat telinganya, “apakah dia lebih enak ngentot kamu daripada aku?????” tanyaku dengan nada geram sambil terus menyodok memeknya. “ahhhh….engga….ahhhh ahh ahhh ahhh ahh”
Tidak mau menjawab? Baiklah aku tak peduli toh tujuan ku mencari nikmatku sendiri. Aku mencengekram pinggul Claire dan menyodok memeknya dengan lebih keras. “ARGGGHHH……” aku ejakulasi di dalam memek Claire….”mmmhhhaaaaaaaaahhhhhhh” Claire nampaknya juga mendapatkan orgasmenya.
Aku menarik penisku keluar dan bersalam dengan dildo “ahhhhhhh….mhhhhh” lenguh Claire dengan nikmatnya. Sperma ku mengalir deras keluar dari memek Claire. Aku melepaskan ikatanya. Dan Claire meringkuk sambil terisak isak…..
“terserah kamu mau dengan siapa….aku tak peduli toh kamu sudah minta cerai…asal jangan kau bawa penyakit dan lelakimu ke rumah ini” uajrku sambil berdiri menuju kamar mandi dan meninggalkannya di kamar…..
Aku merenung…..aku menyesal…apa yang telah kulakukan….kenapa aku menjadi binatang seperti ini? Luna….terlintas dalam pikiranku….apa karena aku kecewa padanya…membuatku GILA…….