Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SECRETUM TENEBRIS (UPDATE PAGE 103)

Status
Please reply by conversation.
Aku bukan pahlawan berparas tampan

Sayap sayap pupus terbakar

Salah benar semua pernah kulakukan

Angkat gelas kita bersulang….

_SID_





Chapter 12

Jatuhlah Serigala, Tiaraplah dalam Luka






“al…al…ALVAROOOOO” teriak Claire memanggilku di meja makan.

“ah….iya” aku menjawab dengan malas, aku tersadar dari lamunanku..lamunanku yang masih berbekas pelukan dengan Luna. Masih bertanya dalam pikiranku, kenapa luna tidak melwan saat kupeluk? Apa arti kalimat luna “biarkan berjalan dulu..” semua pertanyaan, asumsi, dugaan….berkutat di kepalaku.



“kamu bengong apa si? Diajak ngomong ga respon?” tanya Claire dengan nada kesal.

“biasa masalah RS” jawabku sambil memakan makananku….yang terasa hambar. Emma duduk di pangkuanku….dan bermain dengan makananya. “ayo emma makan yang baik…jangan dibuat mainan makanannya” kataku ke pada emma. Diapun tersenyum dan menganggukkan kepala, kemudian dengan lahap memakan makananya. “pinter anak papa” pujiku.



“tau ga kemarin aku liat tas bagus? Keren gt..kayanya boleh juga tuh. Tas lamaku udah pada jelek< ngelupas..” Claire mulai merajuk

“bukannya 2 bulan yang lalu baru saja kamu beli tas?”tanyaku

“yaa kan ini trend baru…masa aku yang istri COO ga tampil bagus…kamu juga yang malu nanti”



“bukannya kamu sudah minta cerai kemarin” jawabku dingin

Claire terdiam, matanya memerah menahan amarah. Aku yakin mulutnya sudah siap menghujani ku dengan makian dan umpatan. Namun aku menatap tajam Claire, dan memberikan kode ada Emma di sini. Aku memang tidak pernah mau berkelahi di hadapan Emma.



Setelah makan malam yang hening, Emma sudah memakai baju tidurnya. Aku menemani Emma di kamarnya, membacakan cerita untuknya hingga dia terlelap. Emma memang jauh lebih mudah tertidur bila denganku.



Aku beranjak keluar dari kamar. Claire sudah berdiri di sana “aku mau bicara tentang kalimat cerai mu tadi….”

“bukan aku yang meminta cerai…..”jawabku sambil berlalu. Menuju lemari kunci dan mengambil kunci motorku.

“kamu mau kemana lagi? Aku blm selesai bicara” Claire menaikkan nada bicaranya.

“bukan urusanmu lagi sebenarnya. Tapi jika ada apa apa aku ada di warung kopi biasa aku nongkrong” jawabku tajam. “dan cari aku hanya bila ada masalah dengan Emma” lanjutku dingin sambil berlalu mengambil jaketku.



Aku menaikki motorku seperti orang gila. Ninja RR tahun 2012….modifikasi di Blok piston dengan PDK GOLD 1878, karburator kuganti dengan PWK 28, knalpot baja tipis dari cilegon, dan Silencer Acerbis Full Karbon Kevlar. Setang piston di modifikasi khususMenembus kecepatan 150 km/jam bukan hal sulit bagi motorku…dia mampu menembus 200 km/jam di trek lurus. Kenikmatan tersendiri….saat angin mengalir di wajahku dalam kecepatan tinggi…sinar sinar lampu mobil berseliweran di pantulan kaca helm ku.

Sungguh nikmat yang tak dapat kudustakan….



Aku tiba di kafe langgananku….aku memarkirkan motorku. Dan duduk di spot dimana aku biasa menikmati kopiku. Aku mengeluarkan perangkat Vapor ku…liquid baru….blueberry donuts cereal milk….hmmmm nikmat.

Tak lama capucinno ku datang. Hahahah sudah hafal memang. “bro nih capucinno mu…racikan baru..ini cupping tubruknya cb lu rasain sebelum minum capucino nya” the owner si barista bertato yang mengantar sendiri



“wah ini nih…racikan ganti lagi” senyumku mengembang.

“hmmm….acid nya aneh…beda ini but enak…ada hint kacang dan tembakau???” aku mencoba memecah layer kopi yang dia sajikan

“yess…lu bener bro…itu acidnya aroma plum sih..katanya…cm gue sendiri belum bs dapet taste plumnya” jelas nya

“hahahahah oke ini klo ke capucino gmn ya?” aku minum segelas air putih unutuk menetralisir rasa vapor ku. Sruuup…..”hmm…. enak enak kaya nutty gt capucino nya pas banget sama creamy nya”

“bener bro kena susu dia keluar aroma nutty nya, gmn lu enak mana sama yang racikan lama?”

“susah bos, sama sama enak kata gue si…. Hahahhahah” dan kami tertawa bersama.

Malam kuhabiskan di warung ini bercengkrama dengan sang pemilik warkop ini. banyak hal kami bicarakan dari kopi hingga vapor hingga politik. Menyenangkan bisa melonggarkan pikiran ku malam ini.

Dan hp ku menerima pesan messeger. Esok hari aku diminta menemui dewan komisaris RS. Entah drama apalagi ini yang akan terjadi. Peduli setan lah dengan drama RS, malam ini aku ingin menghapus galau ku dengan kopi dan vaporku.





Esok hari



“dok, hari ini diminta menemui dewan komisaris pukul 9” kata tika sekretaris ku. Entah kenapa mukanya sangat penuh senyum bahagia. Nampaknya dia senang aku akan dihajar oleh dewan komisaris.

Kantor dewan komisaris

Nampak di dalam kantor ada 3 komisaris yang hadir. Jennifer Hartawan sang komisaris utama, dan 2 wakilnya Ari Kusuma Wardhana untuk bagian keuangan, Dokter Andy Sinulingga SpB untuk bagian medis nya.

“silakan duduk dokter alvaro” sapa bu Jenni ramah.

“terima kasih bu” sambil aku menarik kursi di depan dewan ini. “selamat pagi bu Jenni, pak ari, dan dokter andy. Ada yang bisa saya bantu?”



“haahahah..khas alvaro kalingga, tanpa basa basi langsung ke pokok masalah” dokter andy tertawa.

Bu jenni tersenyum, “tenang dokter, kita bahas santai saja kok. Silakan kopi dan camilannya dok, kita beneran ngobrol santai saja”



“baik bu” aku megambil gelas kopi daan meneguknya.

“dokter alvaro, pengalaman dokter banyak ya rternyata sebelum bergabung bersama RS ini” bu jenni membuka pembicaraan ini “dan saya suka dengan cara anda selama 2 tahun ini memberikan laporan kepada kami, maaf jika kami dari dewan seringkali menuntut laporan yang lebih rinci dan terkesan mengada ada”

“sudah menjadi tugas saya sebagai COO bu” jawabku tenang

Bu jenni tersenyum kembali. “betul dok, dan saya berterima kasih atas kinerja anda. Laporan yang anda tampikan memang lengkap. Data pun valid setelah tim audit turun memeriksa. Dan laporan audit internal, divisi yang anda pimpin sangat solida dan tidak ada kebocoran anggaran, semua stok opname terkendali dengan baik, tidak ada pemborosan….kecuali…bagian farmasi”

Aku tersenyum……

“saya dengar dokter memindahkan dokter Luna, ke logistic farmasi? Apakah benar?” tanya pak ari

“ya benar pak” jawabku singkat

“apa tujuan anda dok? Memindahkan dokter Luna?”

“memberikan data dan proyeksi pengadaan secara realtime, dan melakukan pengendalian yang dirasa perlu. Dokter Luna ex dokter fungsional, pasti sudah memahami pola pasien dan kunjungan ke RS ini. saya kira dia bisa mengendalikan pengadaan obat dari logistic dengan baik. Laporan pengadaan yang tidak wajar sudah saya laporkan CEO” jawabku.



“benar, laporan sudah ada dan sudah saya baca, meski sudah terlambat beberapa hari sejak anda buat dok. Tidak ada yang memberitahu kami anda menyajikan laporan tersebut” bu jenni mencoba menanyakan seseuatu. “pengadaan yang anda beri tanda khusus, dianggap oleh anda tidak wajar, bisakan anda menjelaskan kepada kami?’



“saya rasa laporan saya sudah lengkap dan bisa dianalisa. Logika sederhana jika pasien kita 80% BPJS tapi pengadaan obat paten 2 kali lebih banyak dari pada obat BPJS. Itu jelas tidak wajar” sanggahku

“betul dok, tapi menurut CEO, dan kepala Intalasi farmasi menjelaskan itu adalah obat paten yang harganya lebih murah dari obat generic” jelas bu jenni

“ahahahahahahah, yang benar saja bu ada obat paten lebih murah dari generic. Apakah yang lapor ke ibu ini sedang mabuk? Atau asal bicara? Ga masu akal bu” jawabku dengan geli



“bisa anda buktikan dok?” tanya pak ari. Sekilas mataku tertuju pada dokter Andy, seharusnya dia tau bahwa apa yg kukatakan barusan benar adanya.

“bisa…dan bila kata kata saya salah, saya akan berhenti dari RS ini. akan saya buktikan bahwa apa yang saya bilang benar” aku mengambil telp ku. “ saya ijin menarik data bu, pak. Saya akan hubungi Dokter Luna” aku memohon ijin unutk menelepon.





“halo dok, saya minta bantuan tolong di emailkan ke saya. Laporan pengadaan obat 3 bulan terakhir………untuk 20 besar obat yang paling kita sering beli dan mengeluarkan cost besar. …….. terima kasih dok” aku menelepon Luna.

Tidak sampai 10 mnit data itu sudah masuk ke dalam emailku. Dan segera aku berikan kepada dewan komisaris. Dokter andi tersneyum membaca laporan tersebut.



“jadi saya siap mundur daru jabatan saya jika saya terbukti bersalah mengahdirkan laporan ini” jawabku tegas.



“tenang anak muda….kamu memang cerdas, dan tangguh. Kamu mampu memiliki team yang luar biasa. Sekejap saja bisa memberikan laporan macam ini” kata dokter andy. “tapi kmu perlu mendinginkan kepalamu anak muda”

Dasar dokter andy, kalo bicara macam Guru padepokan silat. Anak muda…anak muda…. Masa harus kujawab…mohon arahan dan bimbingan eyang guru Begawan andy???? Ini jaman apaaa



“maksud dokter?” tanyaku penuh selidik

“tidak perlu berperang jika perang itu tidak bisa kamu menangkan…..”kata dokter andy penuh dengan makna>

Aku makin bingung dengan maksud pembicaraanya.

“begini dokter….mungkin kami memerlukan ketenangan dokter dalam artian jangan banyak membuat perselisihan dengan divisi Medis dan CEO” kata bu jenni dengan lembut. “sepak terjang dokter bagus, tapi amarah dan emosi yang anda tebar menjadi terror bagi yang lain”



“lho saya hanya melakukan tugas saya bu, jika memang mereka tidak bersalah kenapa mesti takut? Mesti marah? Kalo benar saya pasti tdak akan mengusik dan bertanya kepada mereka” aku membela diri. Dasar CEO dan direktur medis keparat! Beraninya lapor Komisariat….pengecut! babi!

“dokter alvaro tidak salah dari sisi uraian tugas, tapi sikap dan attitude dokter perlu diperbaiki” kata pak ari.



“darah mu panas anak muda, kamu harus mendinginkan gejolak amarahmu. Bersikap bijak dan wlas asih itu lebih baik anak muda” timpal dokter andi.

Gila ini semacam penghakiman untukku? Baiklah baik…aku terima

“baik dok, baik dewan komisaris, jika saya memang harus diam dan tutup mata atas kelakuan para maling ini” jawabku dengan menahan amarah. “ sejak awal bu jenni sudah tahu, karakter saya seperti apa, saya bukan orang yang akan mencuri dari tempat dimana saya mencari makan. Dan saya tidak akan tinggal diam bila ada yang mencuri, taoi jka saya dibungkam seperti ini baiklah” jawabku semakin geram



“betul dok, maksud anda tidak salah. Tapi jika anda berseteru dengan direksi lain, bagaimana pandangan jajaran pelaksana nanti jika anda terus berseteru dan mengumbar amarah?” jawab bu jenni.

“terkadang perlu menjadi buas danjahat untuk membuat Order Within Chaos. Tujuan saya hanya ingin RS ini dikelola dengan baik, bukan dengan plonga plongo semacam Dr Taksaka, dan pimpinan yang mencari untung demi diri pribadi semacam dr Tantri” aku bicara sudah tanpa rem dan tanpa takut. Peduli setan, apa maling terus mau dipelihara.



“dokter…terkadang kita perlu bersabar untuk kepentingan yang lebih besar, mereka senior di bidangnya, dengan jaringan koneksi pemerintahan yang luas. Kita perlu mereka untuk mencari celah di pemerintah, “rekan” di pemerintah yang bisa dengan mudah memuluskan jalan perijinan yang kita perlukan dengan sejumlah rupiah” bu jenni menjelaskan dengan tenang, memang segala alasanini masuk akal. Memang pemerintahan kita pun masih berisi tikus tikus kantoran yang mencari rupiah



“baiklah…jika memang ini kemauan dari dewan komisaris, saya akan menutup mata dan berpura pura tuli atas semua masalah yang terjadi. Saya hanya akan melakukan tugas harian saya seperti biasa” dengusku dengan kesal. Orang orang ini tidak mau keluar dari zona nyaman, tidak mau membawa perubahan. Memang kita butuh uang, tapi bukan berarti halalkan segala cara untuk bisa mendapatkan uang.



Jika kita bekerja lurus dan jujur, aku yakin Tuhan pasti akan memberikan jalan. Jika aku yang bajingan lendisr saja masih percaya dan bersandar pada Tuhan…..apa mereka ini semua sudah tidak punya nurani?



“anak muda….bukan seperti itu yang kami mau…kami hanya berharap kamu bisa lebih tenang…taringmu tidak selalu keluar menyeringai anak muda…” pesan dokter Andy.



“baik dewan komisaris. Apakah ada hal lain yang masih perlu dibicarakan dengan saya?” aku tidak bisa menyembunyikan kegeraman ku. Aku harus segera kembali ke kantor ku. Menenangkan diriku.

Ketiga dewan komisaris menggelengkan kepalanya.



“saya ijin undur diri” aku berdiri membetulkan jasku dan keluar dari ruangan ini.



Mataku memerah, wajahku memerah menahan amarah. Sepanjang jalan ku dari kantor dewan menuju kantorku tak satupun karyawan yang berpapasan denganku berani menyapaku. Mereka tidak akan repot mencari masalah saat melihat rona wajahku seperti ini. KEPARAT! Dasar direksi pengecut, kalah berdebat denganku malah naik ke dewan komisaris. TUA BANGKA BAU TANAH! Aku bukan tidak sopan kepada para senior ku. Tap ini urusan profesionalitas dan integritas….bukan masalah siapa lebih tua dan siapa yang dihormati.



“hai dok. Wah abis ke kantor komisaris ya? Aku denger divisi mu banyak kleuarin duit ya makanya kamu di panggil” Suara KIESWARA memecah keheningan kepalaku. Sontak kesadaran ku kembali dan amarahku memuncak. aku menghentikan langkahku yang memang berpapasan dengannya.

Tatapanku tajam ke mukanya yang cengar cengir “apa katamu? Divisiku? Butuh cermin untuk berkaca? Jangan kau kira aku tidak tahu permainan obat yang kau lakukan di IGD? Berapa duit yang kau terima dari sales obat? Aku bukan orang bodoh macam pimpinanmu yang bisa kau tipu”

Kieswara terdiam dan nampak pucat. Aku berjalan lagi dan saat berdiri tepat di sampingnya aku berbicara pelan “belum lagi 4 pasien yang kau bunuh, karena kau salah diagnosis…lebih baik lepaskan jas putih mu. Ga usah jadi dokter. Pulang dan buka tokok hp saja” kemudian aku melanjutkan langkahku tanpa menoleh ke belakang.

Aku memasuki kantorku merebahkan badanku di sofaku. Menenangkan kepalaku dan migren ku yang sanagt berdenyut ini. aku menerawang ke langit langit kantorku. Mungkin waktuku memimpin disini tidak lama lagi. Aku harus segera mencari tempat lain untuk bekerja.

Aku akan dijegal bila terus berseteru seperti ini. tapi jika aku mengalah sama saja aku tidak membawa perubahan pada system dan larut ke dalam nya. Aku terlelap di kantorku dengan kepalaku yang mashi berdenyut





Sayup kudengar pintu kantor diketuk. Aku terbangun dan ternyata sudah pukul 15.00 mendekati jam pulang. Aku tertidur cukup lama rupanya.

“masuk” kataku

“Permisi dokter Alvaro, selamat sore.”…Luna datang

“Dokter Luna… silakan duduk. Ada yang bisa saya bantu, dok? Ada kesulitan?” jawabku dengan bedebar. Wajahku yang bangun tidur jelas tidak professional.

Luna nampak banyak pikiran, entah apa yang mengganggu benaknya. Speertinya dia tidak konsentrasi.

“Dok?... sepertinya berat sekali pikiranmu… ada apa?”aku menanyakan kepadanya sekali lagi. Luna nampak duduk diam saja di depan mejaku. Aku benar cemas dengan kelakuannya hari ini. kurang cukup masalahkah untukku hari ini?



“Begini dok… saya ada pertanyaan… bagaimana kita bisa tau dan mendeteksi secara dini adanya permainan ataupun monopoli pasar oleh salah satu supplier pabrikan tertentu?” tanya Luna.



“Logistik tidak mau ada dominasi, karena akan jadi beban pembelian dan beban hutang karena ada target yang harus dicapai jika telah menerima advance money dari pabrikan…bla…bla…bla” kujelaskan panjang dan lebar kepada Luna. Tapi nampkanya dia tidak mendengarkan. Luna terpaku dalam lamunannya sendiri. Apa yang sedang mengganggu benaknya? Aku jadi penasaran.



“Luna? Kamu nampak sangat tidak konsentrasi sore ini… ada apa?” aku bertanya sekali lagi. Dan dia melihatku dengan mata teduh nya dan pipinya yang memerah. Ohhhh Luna kau membuat hatiku meleleh

“Maaf dok…” jawabnya kembali menunduk

“Apa yang sebenarnya membawamu kemari dok? Kalau instingku benar, ada hal lain yang sangat memenuhi pikiranmu…”tanya ku sekali lagi.



“Well… tentang kemarin…” luna tercekat



“Oh.. ya… tentang kemarin…” aku menegakkan duduku aku ingin menjelaskan kepada Luna tentang perasaanku dan aku ingin tau sejauh mana Luna berpikir. aku masih terkenang pelukan Luna

ya pelukan yang hangat, lembut, menenangkan....bergabung dengan harum rambutnya....semua hal yang membuatku bisa memejamkan mata dan terasa tenang....tenang untuk tidur sejenak karena percaya akan adanya cinta

“Kemarin… aku tak tahu apa yang sudah menguasaiku… sepertinya aku terbalut emosi. Aku sangat tidak profesional… kuharap dokter Alvaro bisa memaafkanku.”Luna memotong kalimatku.

“ahhmm.. tidak, tidak… “ aku ingin menjelaskan pada Luna



“Tolong, ijinkan aku menyelesaikan kata-kata dan permintaan maafku dulu dok… saya mohon maaf sekali saya tidak cakap dalam mengatur emosi dan perkataan saya. Sehingga saya sudah dengan lancang membentak dan memaksakan kehendak untuk mengobati lukamu kemarin. Kuharap ini bisa menjadi pelajaran berharga yang akan kubawa seumur hidup. Maafkan aku yang sudah melupakan jabatan anda sebagai seorang direktur RS ini. Sedang saya adalah bawahan anda. Yang sudah sering merepotkan anda, baik secara langsung ataupun tidak langsung… sekali lagi kumohon dengan sangat, anda akan dapat memaafkan saya…”

Luna dengan tegas memotong pembicaraan ini



“Terimakasih untuk waktunya dok. Saya permisi.” Kata Luna memecah keheningan dan berdiri menuju pintu











Aku bangkit mengejarnya, dan menahan nya membuka pintu. Merengkuh tubuhnya….memeluknya….mencium harum tubuhnya…..”jangan pernah meminta maaf, kamu tidak bersalah, aku yang bersalah telah jatuh cinta padamu” dan kudekap erat tubuhnya.

….

….





ZAAAAP!!!! Aku tersadar tadi hanya lamunanku. Dan aku masih terduduk terpaku tak bergeming melihat Luna pergi dari pintu kantorku. Aku melepaskannya begitu saja?

Kenapa ini begitu sakit?

Begitu perih melihatnya pergi?

Dan sapu tangan ini masih di genggamanku belum sempat ku kembalikan….
Maaf, chapter 10 sama 11 nya mana ya om..
 
Jangan jangan real ini .... sebagai pelajaran sih .... biar gak ganas lg
Hahaha
imajinasi kudu maks suhu klo kaga kan ga bs "menyentuh" pembaca nanti. klo mau dibikin imajinasi besar semua ya malah kaya anime harem gt jd males nulisnya
 
Lhaaaaa.... kirain beneran udh next step sama dokter luna, twnya cuma ngelamun.. wah serigala kita koq jd kaya kucing rumahan nih sama dokter luna...

itulah seni nya om saat cinta sudah berbicara binatang buas pun akan terlena. kaya beauty and the beast om
 
Suka cerita ini. Perjuangan mengungkapkan kebenaran di RS. Tentu saja dg bumbu sexual stories :cendol: :mantap:
 
Suhu cuman saran aja kalau bisa kasih flash black ke dokter alvaro seberapa kelah kehidupan waktu dijalanan
 
Aku hancur

Kuterluka

Namun engkaulah nafasku….



Luka Berdarah Rembulan Menghilang​



Siang ini menjemukan untukku. Semua pekerjaan telah kubereskan. Dan Luna entah tidak pernah menghubungiku lagi sejak beberapa waktu stelah pembicaraan kemarin. Aku bisa saja memaksa mencarinya atau mengada ada membuat tugas untuknya yang mengharuskannya menemuiku. Tapi tidak aku tidak mau menggunakan cara cara bajingan untuk Luna. Dia terlalu berharga.



Aku melangkahkan kakiku berkeliling rumah sakit untuk menghilangkan kejenuhanku…



Di IGD Nampak ada sedikit keributan. Hmmm Kieswara yang bertugas. Tak membuatku heran jika dokter tolol ini yang bikin masalah.

“jak..jaka..sini sebentar” aku memanggil salah satu perawat senior di IGD.

“ya dok maaf ada yang bisa saya bantu dok?”Tanya jaka.

“ada apa ribut itu?”

“itu dok ada pasien dengan self amputated jari kaki, tapi tidak mau dirawat. Dr Kieswara berkeras pasien harus dirawat” jawab jaka

“kenapa pasien tidak mau dirawat?”

“pasien tidak punya kartu B*J*, dan kebetulan pasien dari golongan tidak mampu, dan tidak terdaftar di dinas social. Pasien Cuma buruh tani dok, kasihan dok”



Aku bergegas melangkah ke ruang tindakan IGD. Aku masuk tanpa permisi.

“siang pak, saya dokter alvaro kalingga. Bapak kenapa ini kakinya?” tanyaku kepada pasien tanpa mempedulikan Kieswara.

“anu dok, kaki saya tadi terkena ani ani, saat memotong panen padi tadi. Saya Cuma minta tolong saja ini di potong saja sekalian dan ditutup saja dok. Saya tidak punya uang dok. Saya tidak bisa membayar jika harus dirawat” kata bapak ini dengan mata berkaca kaca.

Aku melihat ke luka bapak ini. Clean Cut, ani ani pemotong padi memang tajam. Ruas pertama jari kedua di kaki bapak ini benar terpotong sempurna dan rapi. Hanya tersisa kulit bagian bawah yang masih menempel. Kuperhatikan jaringan lemak dan pempuluh darah bagian bawah jari masih utuh. Mungkin bisa kubebaskan dan kulakukan Flap Kulit.

“baik pak, bapak tidak perlu di rawat dan tidak perlu di operasi di kamar operasi. Saya yang akan melakukan amputasi jari kaki bapak disini. Apakah bapak bersedia?”

“tapi dok biayanya? Saya Cuma buruh tani … “ katanya sambil menunduk

“bapak jangan kuatir nanti saya akan laporkan pada dinas social, kami akan menagihkan pada dinas social” jawabku



Kieswara sontak menarik lenganku. Membawaku keluar ruang tindakan. “dok kamu jangan bikin aturan sendiri, mana ada dinas social mau urus ginian”



“lepaskan tanganmu dari lenganku” tatapku dingin

Kiesawara segera melepaskan tangannya dan undur selangkah. “kamu ga bisa operasi di sini, siapa yang bayar nanti? Alat alat bedah yang dipakai?”

“otakmu Cuma duit ya? Kau ga lihat luka clean cut seperti itu sangat mudah di bersihkan dan dibuat Flap” jawabku

“tetap saja nanti gimana? Dan apa hakmu melakukan itu” Kieswara memandang remeh dan ngotot.

“jaga bicaramu dok, I am still the COO of this hospital, and I am a Doctor too. Dan kemampuanku masih di atasmu.” Aku menoleh pada Jaka “siapkan set bedah minor, dan seluruh biaya bapak ini aku yang bayar.” Jaka bergegas mengerjakan apa yang kuperintahkan.

Aku menoleh kembali kepada Kieswara. “jika kau mau bantu aku amputasi silakan, jika tidak…Fuck Off”. Aku melepaskan jas hitamku. Dan mencuci tanganku. “jaka kau asistensi” perintahku.

Aku memakai masker dan google pengaman mata. Memasang sarung tangan steril yang telah disediakan. Jaka dengan sigap meakukan tindakan aseptic dan antiseptic pada lapang operasi yang akan aku lakukan. Memasang kain steril pelindung.

Aku mengamati jari yang hamper terlepas itu dengan lebih seksama. “lidocaine” aku meminta obat bius. Dan kusuntikkan pada kedua sisi sela jari kaki yang akan ku amputasi. “bisturi no 11” aku meminta pisau bedah pada jaka.

Aku melakukan sayatan melingkar dari samping jari memutar ke ujung dan menuju sisi yang lain. Aku membebaskan tulang yang telah terpotong tadi dari kulit bawahnya. Kulakukan sayatan dan pembebasan jaringan dengan sangat menempel pada sisi tulang. Aku ingin lapisan kulit yang tersisa cukup tebal dan tidak menebas habis pembuluh darah kecil yang tersisa. Ini bagian penting saat mekakukan Flap Kulit.

“gunting jaringan” aku membersihkan lapisan lemak pasa kulit yang akan kugunakan Flap. Setelah kubersihkan jaringan lemak yang tipis dan kusisakan sedikit. Kuperhatikan masih merembeskan darah. Bagus! Berarti kulit ini masih mendapatkan peradarahan yang baik.

Aku mengukur jarak sisa kulit untuk kulipat ke atas menutup luka tulang yang terpotong tadi. Dengan ketegangan kulit yang cukup aku mulai menjahit. “nylon 4.0, cutting” akue meminta jenis jarum dan benang yang tidak diserap kulit. Agar nanti benar bisa menyatu dengan baik. Perlahan aku mulai menjahit kulit dengan kulit menutup luka tulangnya. Dan selesai…..

“pak sudah selesai, nanti obatnya di bawa pulang dan diminum. Jangan tidak diminum ya pak. Ada antibiotiknya agar luka bapak tidak infeksi. Dan jangan kena air. 3 hari lagi bapak control ke Klinik Sriwijaya di jalan anggrek. Jak, tutup luka nya”

“dok….tapi….” bapak itu ragu menanyakan sesuatu.

Aku menoleh “klinki nya punya kawan saya pak, saya juga praktek di sana. Bapak ga usah khawatir” aku tersenyum kepadanya.

“terima kasih dok..hiks..terimaa kasihh, saya Cuma bisa mendoakan dokter……saya Cuma bisa itU” bapak itu menangis sambil kedua tangannya menyembah.

Aku Cuma tersenyum dan berlalu. Aku menuju Nurse Station dan duduk di sana untuk membereskan administrasi yang akan kubayar.

“kamu gila. Akan kulaporkan komite medis. Kamu benar2 melanggar kode etik. Kamu ga ada SIP disini” cerocos Kieswara. Aku diam saja tidak menjawab. Aku membalik badanku menghadap dia dan memandangnya tajam “yang penting bayar kan?” jawabku sinis.

“aku tidak sudi mengisi rekam medis pasien itu” jawab kieswara.



“pasien yang mana? Yang kuamputasi barusan? Udah selesai kok semua rekam medisnya. Sudah kutanda tangani dan kuresepkan obat pulang” suara Dokter Toni Mawengkang membuat kaget.

“kau…kau…” Kieswara Nampak kehabisan kata kata

“kenapa? Pasien itu kuselesaikan tepat di jam operan kan. Sekarang kan jam dinasku, dan pasien itu dipulangkan saat jam dinasku. Dan aku yang melakukan tindakan amputasi tadi. Bos ini yang bayar” Toni dengan senyum bangsatnya menjawab Kieswara. Muka Kieswara merah padam, dan meninggalkan IGD begitu saja tanpa melakukan operan dengan Toni.



Semua perawat terdiam, dan memilih pusra pura tidak mendengar perdebatan kami.

“thanks Ton” aku mengucapkan terima kasih pada Toni.

“apa yang engga buat Lo Al. tapi beneran, stop tindakan koboimu ini. Tidak selamanya aku bisa ada melindungi punggungmu. Suatu saat ini bisa jadi titik lemah untuk menjatuhkanmu.”

“ya..ya..yaa kaga usah lu nasehatin gue” aku mengambil jasku dan segera beranjak dari IGD.

“ dasar keras kepala kau alvaro!” dengus Toni.

“lo tau gue kan?? Emang keras dan mantap” kataku sambil tersenyum dan menunjuk ke arah celanaku.

“sinting!” Toni mengacungkan jari tengahnya.





SORE HARI

“pak tris, lu gue ajak ke tempat biasa gue nongkrong, ngopi kita”. Malam ini aku mengajak pak tris untuk menemaniku menghabiskan waktu di warung kopi langganan ku.

“siap ndannn….tapi nanya dulu ndan. Kopinya mahal kaga? Kan masih belumm gajian ni kite” jawabnya sambal cengengesan.

“geblek lu, ada gue suru lu bayar apa? Selama ini gue ngajak lu nongkrong juga gue bayarin ngehe” jawabku santai. Dan kami pun tertawa.



Warung kopi



“dah pesen lu apa?’ tanyaku kepada pak tris.

“wah ndan ane tau nya kopi item aja. Yang lain lain ginian mana ane mudeng ndan” jawab nya polos.

“hmmm oke. Gue biasa satu bro, sama Americano satu bro” aku memesan ke barista sahabatku ini.

“ndan apaan tu America America? Jadi kafir ga ane nanti ndan? Minum yang amrik2 gt? Halal kaga?” Tanya Tris sambil cengengesan.

“dasar sinting…..itu kopi item klo di warung gini namanya Americano… espresso ditambah air panas”

“wahhh apa lagi itu press press?” tanyanya lagi

“njir udah ntar minum aja, daripada gue pulangin lu pake Ojol” kataku kesal. Barista warung pun tersenyum melihat kelakuan kami.

Kami pun duduk di tempat biasa aku menikmati kopiku. Tris Nampak sangat canggung, karena memang biasa kami hanya nongkrong di warkop pinggir jalan di samping Rumah Sakit. Aku menerangkan ini warung langganan ku dan meminta Tris untuk bersantai.

“ndan, asoy juga ni ginia. Liat yang bening2 gini. Pantesan komandan suka nognkrong” Tris sudah mulai nyaman dan maatanya jelalatan melihat pengunjung warung yang memang rata rata anak kuliahan. Jelas anak kuliahan jaman sekarang pasti berdadan secy dan menarik kemudian berfoto dengan berbagai gaya dan di upload di medsos.

“matamu!” jawabku sambil menghisap vaporku.

“ndan gimana ama bini? Jadi cerai?” Tanya tris memecah keheningan

“udah gue iyain, tapi dia masih tuh di rumah” jawabku santai sambil mengganti kapas vaporku

“udah ndan baekan aja. Ga baik satu rumah diem dieman, gimana juga udah pilihan lu dulu ndan, kasian anak”
“gue juga udah mikir gitu Tris, bukan gue gam au, tapi ya gn hati gue udah terlanjur mati. Tiap taun kaya gini. Gue udah usaha kaya apa. Dia selalu minta lebih lebih dan lebih. Kaga pernah puas”jawabku kepada Tris.

“ya komandan si. Jadi orang lurus amat. Megang lahan basah gt kaga pernah ambil persenan” Tris menghisap rokoknya dalam dalam.



“eh monyet, klo gue tukang korup, emang lu bakal mau kerja ma gue?” tanyaku

“hehehehehe ya kaga bos. Gue udah kapok kerja ama orang yang model korup gt. Tar kalo ada maslaah pasti ngorbanin orang lain. Udah kena 2 kali ndan. Klo kaga ente tolong dulu ya ane udah ga tau dah kerja apaan ndan” jawab tris sambil menerawaang ke langit.

“kaga usah sok dramatis liat ke langit” aku melempar tissue ke wajahnya.

“bangke ndan…..” dan kami tertawa.

Tidak lama kopi kami pun dating.

“malam bro.. sesuai pesanan” barista seperti biasa mengantarkan sendiri. “boelh ikut gabung nih?”

“boleh donk, kaya ke siapa aja. Ini kenalin Tris, kepala keamanan gue bro” aku mengenalkan Tris pada Edo sang barista.

Dan mereka saling berkenalan dan kami tenggelam dalam percakapan yang mengasyikkan. Tak disangka Edo menawarkan minuman keras yang dimasukkan ke dalam Kopi racikannya. Jelas kami tidak menolka menambahkan kegirangan pada malam indah ini.

Gelas demi gelas mengalir, courtesy dari warung ini. Alasan Edo karena dia sedang berulang tahun dan ingin merayakan dengan kami. Ditengah keasyikan kami menikmati minuman kami Nampak ada keributan di area warung.

“appan sih colek colek…ga sopan!” teriak seorang cewe kepada beberapa pria yang mengelilingi mejanya dan teman temanya.

“halah…sok jual mahal pecun. Berapa si semalam…gue tambahin gocap deh..” ucap sang preman sambil mencolek dagu sang gadis. Dan mereka ber empat tertawa.





“ada apaan tuh do?” tanyaku

“biasa preman sini mabok cari gara2 biasanya si minta duit jatah. Lagi kumat ini pasti” jawab Edo.

Edo beranjak dari kursi dan menghampiri mereka. Aku dan tris masih mengawasi saja, keadaan kami cukup mabuk untuk dengan mudah terpancing keributan. Tris hanya menunggu perintahku dan aku masih diam. Aku ingin melihat sejauh mana mereka akan bertindak.

Edo dan keempat preman itu terlibat perang mulut. Dan mulai baku hantam. Jelas edo kalah dikeroyok 4 preman itu. Tak ambil banyak pikir. Aku segera berlari ke area mereka berkelahi. Tris jelas menyusul ku dari belakang, dia kaget aku tanpa aba aba langsung bergerak dan berlari kearah para preman yang sedang baku hantam dengan Edo.

JDAAAAAGGGG!!!!!!! Aku menerjang satu preman dari belakang dengan lututku. Terjangan ku tepat di area tulang punggungnya. Dan dia terlempar kedepan, kepalanya sontak membentur tembok yang ada di depannya. Preman itu berguling guling di tanah kesakitan karena wajahnya tepat mengahantam tembok. Nampak darah mengucur dari sela sela tangan yang menutupi wajahnya.

Kafe menjadi kacau…para pengunjung berlarian. Sebagian lari keluar kafe, dann sebagian lari ke halaman belakang. Aku melihat gaids gadis tadi sudah lari ke halaman belakang. So aku bs bebas bertarung di sini. HAHAHAHAHA…..kebetulan aku sedang kesal, aku sedang mabuk, LUNA……..terbersit nama itu saat aku menyadari aku sedang kesal.



“anjing…siapa kalian?” Tanya preman yang masih berdiri “ga usah ikut campur klo kag mau bonyok”



“BACOT!!!!” aku melayangkan tendanganku ke perut preman itu. Karena jarak yang tidak cukup. Tendangan ku tidak bisa maksimal memberikan impact pada perutnya. Dia hanya mundur dua langkah dan bersiap menyerang lagi.

BRUAAAK! Satu preman terlempar ke sampingku. Ternyata Tris menerjang preman itu tepat waktu saat akan memukulku dari belakang dengan kursi. “hati hati boss….asal tabrak aja ente kaga liat kanan kiri…ga ada ane abis ente tadi” jawabnya cengengesan. Tris memang sama gilanya denganku jika sudah bertarung seperti ini.

“sekarang adil satu lawan satu” lanjut Tris.

“Dia milikku” jawabku pada Tris sambil menunjuk pimpinan kelompok ini.

ARRRGGHHHH!!!! Teriak pimpinan preman itu merangsek maju untuk menyerangku. Tanganku dengan sigap meraih kursi yang ada di kanan ku dan menghantamkan kepadanya. Dia cukup sigap dengan melindungi area kepalanya dengan lengan dan pundaknya. BUGHHHH! Satu pukulan masuk ke area rusuk kiriku. Ughhhh! Sakit cukup sakit pukulannya membuatku mundur. Keparat ini keras juga pukulannya. Dia menegakkan badannya dan menahan sakit di lengan nya. Memberiku awaktu juga untuk menarik nafas.



Kali kedua kepala preman ini maju merangsek menyerangku dengan tendangan kakinya. Dengan momentum yang tepat kutepis tendangannya ke samping, BUGHH!! Kumasukkan pukulan ke dadanya. Preman ini mundur dua langkah dan kembali melayang kan pukulan sambil Manahan sakit. Aku lengah pukulan hook nya masuk ke rahangku. Dan aku jatuh terjengkang. Tidak membuang waktu dia maju untuk menginjak ku.



DUAGHHHHH! Di waktu yang tepat kakiku masuk ke ulu hatinya. Dia mundur sambil membungkuk. Aku segera bangkit dan maju menabraknya. Mendorongnya ke dinding. Lututku menekan mengunci lututnya.

Bugh ! bugh ! bugh ! bugh! Bugh bugh ! aku menyarangkan pukulan berulang kali ke perutnya. Dia mencoba menyikut punggungku berulang kali. Mencoba membebaskan diri dari tekananku. Adrenalin ku telah membuatku gila dan tidak merasakan sakit. Aku bertubi tubi menghajar perutnya dengan pukulanku. Hingga pukulan yang dia arahkan mulai melemah. Ternyata bisa merasakan sakit juga kau!.



Saat pukulannya melemah aku menanduk dagunya dengan kepalaku. DUAGHH! Keras! Dan dia limbung. Aku berdiri mencengkeram lehernya dan kupukul dadanya berulang kali. Hingga dia tidak bisa bernafas. Aku merenggut kepalanya dan kubenturkan keras ke meja kafe.

“okhhh” darah segar keluar dari hidung dan wajahnya. Aku belum puas. Kujambak rambutnya dan kubenturkan kepalanya ke meja kafer berkali kali. “ahhhmmposnn…ahhhmmffoon…ashhhoonn” sepertinya dia meminta ampun namun aku tidak mempedulikannya.



Aku menempatkan kepalanya di kursi kafe. Aku tersenyum puas meski dari bibirku mengalir darah segar. Aku bersiap menginjak kepalanya. Kaki ku terangkat tinggi.



BRUGHHHH!!! Tris menabrakku. “boss…cukupp…boss…sadar boss…mati nanti dia” mendorongku menjauhi Preman tadi.

“LEPASKAN ANJINGGG!!!” teriakku keras tidak sadar dan akan memukul Tris.

“BOSS!!! INI GUEEE!!” Tris berteriak tepat di depan wajahku.

Mataku memerah, wajahku memerah……….dan aku kembali sadar, dia sahabatku, penjagaku.

“hghhh….hghhhh…maaf…maaf… Tris….” Aku memeluknya sambil terengah engah.



Aku menoleh ke sekeliling kafe…..nampak wajah ngeri memandangku dari para pengunjung kafe. Edo pun terperangah dengan keadaanku saat ini. Kulihat 3 pengikut preman tadi terdiam membeku saat pimpinannya terkapar dengan wajah berdarah dan suara ngorok tidak jelas keluar dari mulutnya yang penuh darah. Tangannnya menggapai ke arah rekannya. Tapi tak satupun yang berani bergerak menolongnya.



Aku melepas kan diri dari Tris. Dan berjalan menghampiri preman yang terkapar tadi. Tris masih menahan tanganku. “aku sudah tenang, aku cuma mau bicara”



Aku mendatangi binatang jalang yang terkapar ini. Tangannya membentuk gerakan menyembah seakan meminta ampun. Aku menepisnya. Membuka jaketnya.
“Ludiro Ireng? Anjing kalian!” aku mencampakkanya kembali ke lantai. Aku memandang ketiga orang yang sudah babak belur juga tapi tidak separah pimpinannya. Mereka masih sadar penuh.

“kalian Ludiro Ireng? Masih berani menampakkan hidung? Kalian tidak tau siapa aku?? AKU ALVARO KALINGGA! Aku yang menghajar Heri Codet dan menjebloskan dia ke penjara. Aku yang menghancurkan markas kalian, pangkalan ojek kalian!” pandanku tajam ke mereka. Pucat pasi wajah mereka saat tau aku yang telah menghancurkan organisasinya.

“kafe ini tempatku bersantai. Jika kalian masih sayang nyawa kalian. Jangan pernah menginjakkan kaki kalian lagi ke sini” ujarku dingin sambil menunjuk wajah mereka. “bawa bajingan ini enyah dari hadapanku”

Mereka segera mengangkat pimpinan mereka keluar kafe.



“bro sori…kerugian kafe aku yang bayar bro…besok ku transfer” kataku sambil membenahi kursi kursi dan meja yang terbalik.

Edo cum tersenyum dan membantu membereskan ruangan itu, pekerjanya dan para pengunjung yang masih ada ikut membantu.

“buat pengunjung kafe, maaf atas kejadian ini. Silakan kembali menikmati kopi kami, dan gratis semua hari ini” Edo berujar kepada seluruh pengunjung kafe.

“tar gue ganti bro…lu itung aja” aku pun sudah dalam keadaan setengah mabuk memang.

“udah lu pulang dulu aja istirahahat, gue yakin mereka ga akan berani balik. Pak Tris bisa antar bosmu pulang?” kata edo

“thanks bro….”





Di Rumah.

Aku memasuki rumah. Dan Nampak Claire di ruang tengah memakai lingerie tidurnya.

“gila kamu al, ini jam berapa dari tadi aku nungguin. Dan kamu kenapa babak belur kaya gini” cerocosnya yang membuatku makin pusing.

Aku segera menuju kamar mandi dan membasuh mukaku dari darah yang ada di wajahku.

“kamu mikir dikit lah al. kamu ada Emma. Masih saja mabuk dan berkelahi. Umurmu sudah berapa? Hah?” Claire masih berceloteh saja.

Aku membalikkan badanku. Maju merangsek nya. Mencekik lehernya…cukup untuk membuatnya panic tapi tidak menghalangi nafasnya. Dan…mmmuuuuaaachhhhh….aku menciumna dengan ganas, melumat bibirnya, meremas dadanya. Nafsu binatang telah menguasaiku. Claire mencoba mendorongku “lepasin..al…ga gini..al”

Aku tak peduli. AKU MAU NGENTOT MALAM INI! Aku mengangkat tubuh Claire di pundakku. Membawanya ke kamar tamu. “al..apaan si…lepasin al..sadar”

Aku menutup kamar dengan kakiku. Dan melemparkan tubuhnya ke Kasur. “auuu…gila kamu jangan kasar al” matanya melotot… tapi seketika berubah ketakutan….Claire tidak pernah melihat wujud binatangku ini.

Aku menubruknya. Claire meronta..”jangan al…aku ga mau…All….” Aku memaksa kedua tangannya ke atas. Aku menindih dan menduduki tubuhnya. Claire menangis ketakutan dan memohonku melepasnya “all..udah…maaf all…” dia menangis meronta. Aku tetap diam. Aku melepas dasiku dan mengikat ke dua tangannya ke atas Kasur. “al…lepasin…please..aku gam au hiks…hiks all… please…al…”

Aku tak peduli “mmmhh…mhhhmmmhh.mhhhmm” wajah Claire kupegang agar tidak menoleh kanan dan kiri. Aku melumat bibirnya dan memaksa kan lidahku masuk ke dalam mulutnya. Sambil tetap memegang pipinya. “jangan banyak bacot daripada kuhajar mulutmu!” aku benar kesetanan malam ini.

BREEET!! SREEKK !!BREETT aku merobek lingerie nya. Claire terdiam terisak ketakutan. Aku mencaplok payudaranya. Menghisap keras putingnya. Mencupang dadanya…smochh…smooch… aku sangat menikmatinya. “hikss…al…sakit ….pelan..pelan all” Claire memohon. Membuatku makin ganas dan bukan melambatkanku.

BRETTT!!! Thong yang di pakainya kutarik putus. Dan aku memaksa melebarkan kaki Claire, tidak banyak perlawanan berarti. Aku yakin dia sudah tidak sanggup melawan. Kulihat memek nya….hmmm masih indah…pink dan…..basah…..”dasar…*** mau tapi becek?” ejekku. Tanpa buang waktu aku menjilat memek Claire…slurp slurp slurppp…kugigiit kecil clitorisnya “akkkkkh……mmmhhhh” Claire melentingkan pinggulnya ke atas. “Suka??? Tadi kau bilang ga mau?” ejekku sekali lagi dan dia tetap terdiam.

Aku melanjutkan menjilat dan menusuk memeknya dengan lidahku, menghisap clitorisnya dalam dalam. Dan menyusupkan jariku ke memeknya. Aku kocok jariku dalam memeknya sambil terus menghisap clitorisnya. Pinggangnya tersu bergerak kesana kemari menikmati jilatan tiap jilatan yang kuberikan. Memang pikiran Claire mungkin menolak, tapi tubuhnya tidak bisa berbohong menikmati perlakuanku.

“uhhhh….ahhhhh…mmmmhhh…AAAAHHHH” Claire orgasme dari memeknya mengeluarkan cairan yang sangat banyak…ya dia squirt …… dasar pecun. Mulutmu bilang tidak tapi tubuhmu menikmati. Hahahhahahahahah.

Aku berdiri dan menelanjangi tubuhku. Claire Nampak sangat ketakutan…walau tubuhnya menikmati orgasmenya. Selakangan nya masih terbuka lebar dan masih bergetar menikmati puncak syahwatnya.

Aku membasahi penisku yang sudah tegang dengan air liurku. Dang mengocoknya tetapt di wajah Claire. “mala mini gue mau nikmatin lu” ujarku dengan keadaan mabuk. Claire memilih diam karena ketakutan, dia belum pernah melihatku segila ini, se bajingan ini.

Aku memaksa kakinya terbuka, dan dengan mudahnya aku melesakkan penisku ke dalam memeknya. Aku langsung memompa memeknya dengan cepat dan keras. PLOK…PLOK….PLOKK..PLOKkk….bunyi pshs ksmi beradu. “hhh….ssshh…aaahhh…mmmhhh…”Claire Nampak menikmati hujaman penisku dalam memeknya. Aku mencekik Claire, dia Nampak kaget dengan perlakuanku…..Smoochhh…smooochh…aku memaksan mencium bibirnya melumatnya, memasukkan lidahku ke mulutnya dan menjiati rongga mulutnya.

“HGGHHH…memekmu kenapa jadi longgar…..main dildo..??? kau taruh mana dildo mu???” tanyaku sambil terus menghujamkan penisku. Claire hanya menggeleng gelengkan kepala….”JAWAB!!!!” bentakku dan tangannya menunnjuk pada laci di meja rias kamar ini. Hah benar dugaanku dia memang masturbasi di kamar ini.

Aku menghrntikan kegiatanku. Dan aku beranjak ke arah meja rias. Dan membuka lacinya. Aku menemukan dildo berbentuk penis yang bs berputar dan bergetar. Dan juga lubrikan. Hehehehehheh, yesss aku ada ide gila malam ini.

Aku kembali menghampiri Claire….dia Nampak menggelengkan kepalanya. “kamu suka pake ini? Pantes aja kaga mau ngentot sama gue….oke nikmatin yaaa…”

Aku membalikkan posisi Claire hingga menungging…dengan tangan masih terikat. “al…jangan al….please..jangan” Claire memohon.

Aku menghujam kan penisku kembali dengan kasar dan menikmati Claire dalam posisi doggy. Aku menikmati hal ini. Aku yang memegang kendali. Aku merabai punggung Claire yang basah oleh keringat. Meratakan nya,….dan PLAKKK aku menampar pantat nya. Aku merasakan memeknya mengejang. Menjepit penisku. Mmmhhhhhhh FUCK this is Good. PLAKKK…PLAAAk…. Tamparan demi tamparan ku arahkan ke pantatnya untuk memperoleh sensasi tadi. FUCK FUCK…FUCKIN GOOOD.

Aku makin gila. Aku melumuri lubang Dildo dengan lubrikan. Dan aku melumuri lubang anus Claire. “ehhhh…all….no…please don’t….please jangan al…jangan disitu…alllllll” aku tak peduli. Sambil kembali memompa Claire..membuatnya menikmati rangsanagan pada memeknya….saat tidak di sadari

“AKHHHHHH ALLLLL …..ALLLLLL” aku memasukkan dildo ke anusnya. Dan menggetarkan Dildo itu…..anehnya sangta mudah…sangat mudah masuk….

“gampang banget masuk….sudah pernah anal???seingatku aku tidak pernah Claire” tanyaku dengan dingin.

“siapa yang sudah menidurimu??? Maen lobang taimu????” tanyaku dengan emosi dan terus memompanya…panisku di memeknya dan dildo getar di anusnya.

“ah..ah..ah…ah..uh…nooo…please..” dan aku menggila…..



“katakana siapa yang bermain di ranjang denganmu” aku meraih toketnya dari belakang dan meremas serta memilin putingnya.

“mmhhh….mhhhmmmm” Claire tetap menutup mulut dan menggelengkan kepala

Aku menjambak rambutnya, menjilat telinganya, “apakah dia lebih enak ngentot kamu daripada aku?????” tanyaku dengan nada geram sambil terus menyodok memeknya. “ahhhh….engga….ahhhh ahh ahhh ahhh ahh”

Tidak mau menjawab? Baiklah aku tak peduli toh tujuan ku mencari nikmatku sendiri. Aku mencengekram pinggul Claire dan menyodok memeknya dengan lebih keras. “ARGGGHHH……” aku ejakulasi di dalam memek Claire….”mmmhhhaaaaaaaaahhhhhhh” Claire nampaknya juga mendapatkan orgasmenya.

Aku menarik penisku keluar dan bersalam dengan dildo “ahhhhhhh….mhhhhh” lenguh Claire dengan nikmatnya. Sperma ku mengalir deras keluar dari memek Claire. Aku melepaskan ikatanya. Dan Claire meringkuk sambil terisak isak…..

“terserah kamu mau dengan siapa….aku tak peduli toh kamu sudah minta cerai…asal jangan kau bawa penyakit dan lelakimu ke rumah ini” uajrku sambil berdiri menuju kamar mandi dan meninggalkannya di kamar…..

Aku merenung…..aku menyesal…apa yang telah kulakukan….kenapa aku menjadi binatang seperti ini? Luna….terlintas dalam pikiranku….apa karena aku kecewa padanya…membuatku GILA…….
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd