Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG seiring hasrat manusia ( balada cinta sang perawat cantik )

seiring hasrat manusia
( balada cinta sang perawat cantik )



Sebuah kisah tentang sisi lain dari seorang perawat dalam menjalani kesehariannya. Sebuah kisah yang mungkin pernah terlihat atau mungkin pernah dialami sendiri, dan apabila kisah ini ada persamaan tokoh, kisah maupun alur ceritanya. Percayalah itu hanyalah sebuah kebetulan fiksi semata.

---------lanjutan dari part sebelumnya -----


Begitu masuk ke kamar kosnya, Dea segera masuk ke Kamar mandi, melepaskan semua pakaiannya menguyurkan air dingin ke seluruh tubunya. Membersihkan sisa-sisa keringat dan liur sang om yang menempel di tubuhnya yang bercampur bersama keringatnya sendiri dengan spon dan sabun beraroma melati. Dari lubang kemaluannya ternyata masih mengeluarkan cairan kental sang om. Dea pun tersenyum dan melanjutkan kembali mandinya.

Selesai membersihkan dan mengeringkan tubuhnya, seperti biasanya Dea langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur empuknya tanpa sehelai benang membalut tubuh. Dea pun terlelap dalam buaian kebahagian.

Pagi pun datang menyapa, menembuskan sinarnya diantara sela-sela tirai jendela kamar Dea, sinarnya yang lembut membelai lembut pipi dan tubuh mulusnya. Dea pun mengeliatkan tubuhnya sambil menguap, dengan malas-malasan ia pun bangkit dari kasurnya sambil memeluk sebuah boneka beruang besarnya.

Tak seperti hari-hari sebelumnya, hari ini Dea bangun dengan perasaan bahagia tampak dari wajahnya yang berseri-seri. Bernyanyi-nyanyi kecil, sambil melangkahkan kakinya yang jenjang dan mulus menuju kamar mandi.​

Usai dengan urusan kamar mandinya, dan berpakaian. Dea dengan penuh semangat siap menjalankan tugas profesionalnya kembali sambil melirik jam tangannya.

“masih ada waktu banyak, aku nongkrong dulu kali aja ya di pos satpam?” guman Dea dalam hati sambil tersenyum.

Dan sepertinya sang satpam memang masih berjaga di posnya, Dea pun langsung menghampiri pos satpam. Namun sebelum melangkah menuju pos satpam Dea mengintip kamar Maya dan Kamar Sita, namun sepi. Mungkin mereka sudah berangkat duluan bersama pasangan mereka masing-masing sambil cari makan, guman Dea dalam hati.

“Pagi Pak Arman....?” sapa Dea manja sambil tersenyum manis saat dirinya tiba di pos satpam.

Sang satpam pun segera keluar menyambut Dea yang pagi ini terlihat lebih segar dan cantik.

“eh ada bidadari...., silakan-silakan?” sahut Arman penuh kegembiraan. Dea pun menanggapinya dengan tertawa lebar.

kemudian menempatkan kedua pantat gembulnya diatas kursi plastik di teras depan Pos Satpam.

“Pagi juga Non...?”, kata sang satpam kemudian sambil tersenyum lebar, meski lelah. Namun pancaran kegembiraan tampak terpancar dari wajahnya.

“wah....mimpi apa aku semalam, pagi-pagi dah dapat rejeki..?” kata sang satpam sambil memperhatikan tubuh Dea dari ujung Kepala sampai ujung kaki.

“rejeki apaan sih pak, dapat bonus ya.., bagi dong?” sahut Dea sambil terkikik lucu.

“bukan....?”, sahut Arman singkat.

“Didatangi bidadari paling cantik di kosan ini?, masuk rejeki juga kan.....Ha...ha...ha...!” kata Arman kemudian dengan muka memerah.

“ah Pak Arman ini bisa aja dech?...., emang Dea secantik itu ya pak...?” sahut Dea manja sambil tertawa renyah.

Sang satpam mengangguk sambil terenyum cerah.

“iya non., cantiknya non itu kebangetan, bidadari aja kalah...?” kata Arman serius sambil kemudian tertawa.

“ah Arman ini, Halunya ketinggian dech?”

“tapi beneran kok non, berani sumpah....!” sahut Arman lagi sambil mengaangkat Dua jarinya keatas.

Dea tersipu, wajahnya memerah mendengar pujian demi pujian dari sang satpam.

“eh Pak......, bapak kok belum pulang sih, nungguin Dea...ya?” tanya Dea kemudian.

“yang namanya rejeki, kan pamali non buat ditolak...Ha....ha...ha...?” sahut Arman sambil tertawa terkekeh, Dea pun ikut tertawa.

Tak beberapa lama kemudian ridwan si satpam kedua datang, setelah memarkirkan motornya di parkiran ia pun segera menghampiri Sang Satpam Senior.

“maaf pak, tadi saya ada urusan keluarga?” kata Ridwan memohon maaf atas keterlambatannya.

“ya udah, ngak papa?. Dah sana kamu masuk?” Sahut Arman.

“ngomong-ngomong, apa motornya non masih di bengkel?” kata Arman kembali berbincang dengan Dea.

“iya pak, nanti sore rencananya Dea mau ngecek ke bengkel. Memang kenapa pak?” jawab Dea sambil Memamerkan ketiaknya yang mulus dengan lipatannya yang lucu mengemaskan kepada sang satpam, saat ia merapikan rambutnya yang dicepol.

Hari ini Ketiak Dea masih terlihat mulus, karena kemarin ia baru saja mencukur habis semua bulu ketiaknya

“kalau diperbolehkan, Bapak pengen banget nganterin Non?” kata Arman memohon.

“ih ngak usah pak, bapak kan masih capek, ntar ngrepotin lagi?” jawab Dea sopan.

“ngak papa kok non, lagian ngak tiap hari juga kan?” kata Arman mendesak Dea agar mau dianter.

“kapan lagi non.., bapak bisa ngrasain nikmatnya ngoncengin Bidadari?” kata sang Satpam memohon dengan nada merayu.

“ih bapak ini, bisa aja dech..?, ya udah...?, tapi jangan ngebut...ya?” kata Dea sambil tersenyum.

Dengan hati riang Sang Satpam Senior itu pun segera mengambil Sepeda Motornya. Dan mempersilahkan Dea untuk naik ke motornya

Disepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, Dea tak henti-hentinya tertawa. banyolan-banyolan setengah merayu dengan sedikit bumbu mesum sang Satpam Senior, nyatanya mampu mencairkan suasana diantara lalu lalang kendaraan pagi ini. ditambah semburan benih kenikmatan sang om semalam semakin membuat suasana hati Dea semakin membaik setidaknya untuk hari ini dan mungkin untuk beberapa hari kedepan.

“non ntar pulangnya jam berapa, biar sekalian Bapak jemput?” kata Arman sesampainya di rumah sakit.

“jam 4 pak, makasih banyak ya pak?” sahut Dea sambil tersenyum, melambaikan tangannya kepada Arman, dan melangkah masuk ke laundry yang bersebelahan dengan ruang loker untuk mengambil seragamnya.

Setelah mengambil baju seragamnya Dea segera menuju ruang loker, yang terlihat masih sepi karena jam dinding masih menujukan pukul setengah delapan. Dea pun segera menganti pakaiannya dengan pakaian seragam putih-putihya. Selesai berganti pakaian Dea segera menuju posnya. Dan rupanya sahabat-sahabatnya juga sudah selesai berganti pakaian.

“eh De, tumbenan pagi-pagi?” kata Maya yang juga masuk pagi hari ini, kemudian disusul sita dari belakang.

“Hai semuanya.., pada baik-baik saja kan?”,

“semoga kebahagian terlimpah kepada kalian semua, wahai sahabatku?”,

“semoga benih yang tertanam, membuat kalian tetap bahagia selalu!” seru sita kegirangan, sambil kemudian memeluk kedua sahabatnya satu persatu.

“ih apaan sih ta..!, Dasar Babi Gembul, Rakus Pejuh...!” kata Maya kesal.

Sita pun malah tertawa terbahak-bahak, Sementara Dea hanya tersenyum geli.

“sudah-sudah, dah jam 8 nih, cepetan?” kata Dea sumringah.

“De, kamu sepertinya ada yang beda hari ini?” seru Maya sambil menatap wajah Dea, diantara riuhnya para perawat yang mulai bergegas keluar menuju posnya masing-masing.

Dea pun hanya tersenyum tak menghiraukannya, dan segera melangkah menuju keposnya. Sementara itu Kedua temannya melangkah menuju posnya yang agak berjauhan dari posnya Dea, Sita dan Maya memang menempati pos yang sama.

Pukul setengah dua belas, ketika hendak Dea bangkit dari kursinya untuk beristirahat di kantin. Tiba-tiba sang Kepala Perawat Senior sudah berada didepannya sambil membawa secarik amplop ukuran A4 dan menyerahkannya kepada Dea.

“De ini hasil pemeriksaan Lab.nya Bapak Hendra, aku titipin ke kamu ya, sekalian nanti kamu serahkan ke orangnya langsung?” perintah sang kepala perawat senior kepada Dea.

“ya, mbak?” sahut Dea datar.

Tak beberapa lama kemudian, yang dibicarakan oleh meraka berdua datang. Dengan sopan om hendra mengucap salam, sang kepala perawat senior pun membalasnya tak kalah sopan dan mempersilahkan masuk.

“ya udah kalau gitu De, aku serahkan semuanya kepada mu?” kata sang kepala perawat senior sambil melangkah keluar menuju ruang kerjanya.

“eh kebetulan Om Hendra datang, ini hasil pemeriksaan sudah selesai om?” kata Dea, sambil menyerahkan amplop putih tersebut kepada Sang Om.

Om hendra segera pun membuka amplop tersebut, dan mulai membaca secarik kertas putih yang ada di dalammya.

“De, kau saja yang menjelaskan hasil pemeriksaannya?” kata sang om, sambil menyerahkan kembali hasil pemeriksaan lab. itu kepada Dea.

“Hasilnya bagus kok om?,” Kata Dea dengan tersenyum saat membaca hasil pemeriksaan Lab.nya Om Hendra.

“syukurlah...?” kata sang om dengan perasaan lega.

“seperti yang sudah Dea duga sebelumnya?” kata Dea kemudian sambil menatap kertas putih ditangannya

“jumlahnya memang banyak diatas normal?”,

“pergerakannya juga bagus dan cepat?”,

“tidak ada kecacatan maupun ketidaknormalan?”.

“jadi intinya tidak ada masalah sama sekali?” kata Dea lagi menjelaskan hasil pemeriksaan lab. sang om.

“lagian kamu kan udah membuktikannya, semalam?” sahut sang om sambil tersenyum.

Dea pun tersenyum, sambil menatap wajah sang om.

“tapi sudah dicobain ke tante kan om.....?” sahut Dea kemudian.

“ya Belumlah De, kan nunggu dulu dua tiga hari dulu biar banyak, seperti yang kamu bilang” kata Sang Om sambil mengengam jemari halus Dea dengan mesra.

“eh iya..., Dea lupa?” sahut Dea tertawa, sambil membalas genggaman tangan sang om tak kalah mesra.

“De, seandainya nanti tantemu tetap ngak mau, kamu ngak keberatan kan?” pinta sang om dengan mata berkaca-kaca.

“iya om?” kata Dea tersenyum manis sambil mengangguk.

“dicoba dulu aja om?, kan sudah ada buktinya, kalau om memang baik-baik saja?” kata Dea lagi mesra, sambil mempererat genggaman tangannya.

“ya sudah kalau begitu, nanti om kabari ya?” sang om pun melepaskan gengaman tanganngya dan segera bangkit dari kursi melangkahkan kakinya ke pintu keluar.

Dea pun mengikutinya dari belakang, dan sang om berbalik menghadap kembali ke arah Dea sambil menatap wajahnya yang cantik.

“om yang sabar ya, tetap semangat, Dea tunggu kabar baiknya?” kata Dea, sambil mencium mesra pipi sang om.

Sang om pun tersenyum, berbalik arah ke pintu dan melangkah pergi meninggalkan Dea yang masih berdiri di depan pintu.

Dea kemudian melangkahkan kakinya menuju kantin, dan seperti biasanya suasana kantin memang ramai apalagi di jam-jam istirahat seperti ini. Setelah mengambil pesanannya es jeruk dan gado-gado tanpa lontong. Dea pun segera mencari meja kosong dipojokan dekat jendela, Dan melahap gado-gado pesanannya dengan lahap. Sambil menyapukan kedua matanya kesetiap sudut kantin mencari dua sahabatnya yang tak kunjung muncul meski jam istirahat sudah akan mulai berakhir.

“kemana sih meraka, ngak biasanya dech?” guman Dea dongkol.

Hari ini Dea makan sendirian di kantin, tanpa banyolan-banyolan mesum kedua sahabatnya. Selesai makan, Dea pun menghampiri pos Kedua temannya, dan kedua temannya memang tak ada diruangannya.

“Eh De...., lagi cari Maya sama Sita ya?” kata salah satu perawat pria yang muncul dari dalam ruangan. dan ternyata itu adalah Dedi teman bercocok tanamnya Maya, yang beberapa hari lalu pernah Dea intip.

“eh iya Ded, mereka kemana ya?” sahut Dea kemudian.

“ooo...mereka lagi dapat tugas ke daerah tapi beda tujuan, memang akhir-akhir ini rumah sakit kita banyak diminta untuk membantu beberapa rumah sakit di daerah” kata Dedi lagi menjelaskan.

“tapi lagi-lagi kok maya sama sita ya ded?” kata Dea bertanya.

“yach soalnya diantara semua perawat yang terpilih, mereka berdua yang paling bisa berkomunikasi dan punya pengalaman di daerah?” kata Dedi lagi.

“kamu ngak ikut Ded, biasanya kamu juga ikut kan?” kata Dea lagi.

“maunya juga gitu sih De, bisa dampingin mereka berdua terus?, tapi kan harus bagi-bagi tugas dengan yang lain?” kata Dedi sambil tersenyum.

“lah, kamu juga pernah kedaerah sama sita juga..?” tanya Dea lagi.

Dedi pun mengangguk.

“tugas ke daerah sama meraka itu, sunnguh seru dan menyenangkan seperti bukan tugas tapi lebih ke traveling?” kata Dedi lagi sambil tersenyum lebar.

Dea hanya mengerutkan dahinya, sambil teringat kejadian beberapa hari lalu di kamar maya. Dan apakah sita juga melakukan hal yang sama dengan Dedi.

“De, kok diem aja?” kata Dedi mengagetkan lamunan Dea.

“eh ngak kok ded...., iya sih mereka berdua memang jagonya dalam berkata-kata meski kadang agak cablak?” kata Dea segera.

“Ya justru itulah yang membuat tugas ke daerah jadi ngak membosankan?” kata Dedi kemudian.

“kalau kamu mau, aku bisa kok ngerekomendasikan ke pimpinan?” kata Dedi lagi menawarkan.

“eh ntar dech, aku pikir-pikir dulu?” jawab Dea sambil tersenyum.

“ya udah kalau gitu, makasih ya infonya?” kata Dea lagi sambil melangkah menuju kembali ke posnya.

“sama-sama Dea, aku tunggu kabar baiknya ya?” kata Dedi sambil tersenyum.

Sesampainya di posnya, Dea masih kepikiran tentang tawaran Dedi yang keliatannya menyenangkan. Ditambah lagi dengan hubungan Dedi dan Sita, apakah dedi juga sudah melakukan hal yang sama, seperti yang sudah Dia lakukan sama Maya. Semuanya berkecamuk dalam otak dan konsentrasi Dea. Sehingga beberapa Dokumen yang seharusnya bisa ia selesaikan hari ini menjadi terbengkelai.

“yaudah lah, besok aja lagi?” guman Dea sambil melirik jam tangannya. Sambil bergegas menuju ruang loker.

Didepan gerbang rumah sakit, ternyata sang satpam sudah menunggunya bersama sebuah motor gede. Dan sepertinya bukan motor yang sering sang satpam gunakan sehari-hari. Sebuah motor gede merek Ducati berkapasitas 1500cc dengan model Naked Sport. Sejenak Dea terkagum-kagum melihat kegagahan dan kegantengan sang satpam bersama motor gedenya.

“sore nona manis, kemanapun tujuan non sore ini saya siap?” sapa Sang Satpam, tersenyum sambil mempersilahkan Dea naik ke motor gedenya.

Dea pun membalasnya dengan sebuah senyuman yang tak kalah manisnya, dan segera naik ke jok belakang motor gede sang satpam.

Mereka pun meluncur menyusuri jalanan kota yang mulai memadat di sore ini. Sesampainya di bengkel dea segera menanyakan keadaan motornya, dan ternyata sparepartnya baru tiba sore ini sehingga motornya baru bisa diperbaiki besok atau lusa.

“gimana sih mas, sudah hampir sebulan nich!” kata Dea mengerutu kesal.

“mohon maaf mbak, soalnya kirimannya juga terlambat?, bukan hanya mbak aja kok?” kata sang montir memohon maaf sambil menjelaskan.

“ya udah non, sabar...sabar...?”,

“ditunggu aja, yang penting motornya non Dea beres,...OK”

“Kan, sekarang Non Dea sudah punya ojek pribadi...?” kata Arman menenangkan dengan nada melucu, sehingga membuat Dea tertawa. Wajahnya yang semula tertekuk lesu kini menjadi cerah kembali.

“sekali lagi makasih ya pak?” kata Dea manja.

“iya non, sama-sama?, pokoknya Non Dea tenang saja, saya siap buat non Dea?” kata sang satpam sambil meletakan tangan kanannya miring ke pelipis keningnya seagai tanda kesiapan dan kesungguhannya.

Mereka pun kembali menyusuri jalanan perkotaan yang belum juga mereda kepadatanya.

“non kita makan aja dulu kali ya, macet parah nich!” seru sang satpam dari balik helm sportnya.

“iya, Dea juga lapar!” sahut Dea.

Kemudian sang satpam itu pun menepikan motor gedenya ke pinggir trotoar. Dimana sederetan warung makan, warteg, lesehan hingga restoran dari yang sederhana sampai yang berkelas berjejer rapi di sepanjang trotoar.

“Mau makan apa Non, disini banyak pilihannya?” kata sang satpam sambil melepas helmnya, dan membantu Dea melepaskan helm.

“Apa aja deh, yang penting enak dan tempatnya nyaman?” sahut Dea.

Mereka pun akhirnya memilih salah satu warung makan lesehan. Memesan makanan dan duduk selonjor saling berhadapan satu sama lain, diantara sebuah meja kecil.

“pak, jam hampir jam 5 nich?,” kata Dea sambil melirik jam tangannya.

“non tenang aja, pergantian jam jaga aku sama ridwan, jam 6 kok? “ sahut sang satpam.

Kemudian mereka pun melahap pesanan meraka dengan lahap, sambil mengobrol tentang banyak hal, di tambah banyolan-banyolan berbau mesum sang satpam semakin membuat suasana hati Dea sore itu makin merekah, semerekah bibir bawah Dea yang mulai memerah dan basah.

“Maaf Pak, kalau boleh tahu umurnya berapa sih?” kata Dea sambil meyeruput es jeruknya.

“kata orang sih ya 35 tahunan lah” kata sang satpam sambil tertawa.

“ih masak sih pak, tak kirain 25 tahun?” kata Dea sambil ikut tertawa.

Kemudian Arman mengeluarkan Dompetnya dan mengambil KTPnya dan menunjukannya ke Dea. Dea pun hanya menggangguk.

“ngak Masalah sih, yang penting bisa buat Nyaman ?” Guman Dea dalam hati namun suara lirihnya sedikit terdengar.

“Kenapa Non, apanya yang bisa buat Nyaman?” sahur Arman.

“Ah ngak kok pak, tapi bapak masih keliatan muda lho, ngak pantes dipanggil pak?”seru Dea kemudian.

“Ah...non ini” senyum Arman kemudian.

Kemudian sang satpam pun bercerita secara singkat, kenapa ia bisa akrab dengan seluruh penghuni kos yang rata-rata memang perempuan dan berfrofesi perawat.

“banyak dari mereka yang menganggap bapak, seperti bapak mereka sendiri?” kata Sang Satpam. Yang nyatanya masih terlihat muda dibandingkan dengan umur sebeanarnya. Selain karena orangnya yang santai dan tenang dalam menghadapi masalah, Arman juga rajin fitnes dan olah raga lari tentunya ia lakukan disore hari sebelum berangkat menjaga kosan Dea.

“hmmm.....pantesan?

“bapak kan baik banget sama kita-kita, terutama sama Dea?” kata Dea Sambil tertawa manja.

“kamu boleh kok panggil mas atau kak?” sahut Arman Kemudian sambil terkekeh.

“ngak ah, panggil bapak aja?, Dea kan sudah lama ngak punya Bapak?” kata Dea menunduk dengan mata berlinang.

“loh Non, kok nangis sih?” kata Sang satpam sambil mengangkat wajah cantik Dea dan mengelap pipi Dea yang basah dengan saputangannya.

“kamu boleh kok panggil Bapak, mas atau Kak terserah kamu?” kata Sang Satpam kemudian.

Dea pun mengaangguk, dan Arman pun terdiam dan tak ingin memperpanjangnya. Mereka pun berganti topik pembicaraan sembari menikmati makanan mereka.

Setelah membayar semua makanan dan minuman, keduanya pun kembali melucur menyusuri jalanan kota, yang mulai sedikit lega. Arman pun bisa sedikit memaju motor gedenya, yang disambut dengan teriakan Dea yang memang tak biasa mengendarai motor dengan kecepatan tinggi diantara lalu lalang kendraan. Dea menjerit-jerit sambil memukul punggung sang satpam, namun sang satpam tampak malah kegirangan.

Sesampainya di kosan, Dea segera turun dari motor gede sang satpam. wajahnya terlihat cemberut, namun demikian raut bahagia terpancar jelas dari wajahnya.

“ih jahat ya kamu..!, sudah tahu aku ketakutan malah digas....!” protes Dea, sambil menyerahkan helmnya kepada sang satpam. Sang satpam terhenyak mendengar kata kamu dari bibir mungil Dea.

“tapi serukan non?” jawab arman sambil tertawa kegiragan.

Dea pun memalingkan wajahnya yang cemberut sambil berlalu begitu saja dari hadapan sang satpam tanpa sepatah kata pun. Arman pun hanya tersenyum dan tampak begitu bahagia.

Arman pun segera menganti pakaiannya dengan seragamnya dan melaksanakan tugasnya. mendata motor dan mengecek para penghuninya yang masuk kosan malam ini, dan menanyakan apakah ada penghuni lain yang ikut bermalam hari ini?, Saat itu Maya dan sita belum kembali dari tugasnya kedaerah.

Selesai berurusan dengan urusan kamar mandinya, Dea segera merebahkan tubuh mulusnya yang tanpa sehelai benang menutupi, keatas kasurnya yang empuk. mencoba menghubungi sang kekasih namun tak berhasil karena smarphone sang kekasih dimatikan.

Dengan perasaan dongkol, Dea menyalakan tv platnya yang tertempel di dinding memencet-mencet tombol remotenya beberapa kali sambil memeluk guling besarnya. Akhirnya dea pun menonton sinetron, yang menceritakan seorang lelaki yang rela menyerahkan kekasihnya kepada sang om demi kebahagian rumah tangga sang om. Namun dea tak terlalu memperhatikan alur cerita sinetron tersebut, karena Dea sendiri tengah membayangkan sesuatu yang lebih menarik daripada cerita sinetron. Dua jam berlalu Dea pun tertidur lelap sambil memeluk guling dan boneka beruang besarnya.

Tepat pukul 12.30, Dea terbangun dia merasa ada suara keributan dibalik jendela belakang kamarnya. Dea pun terhenyak kaget, dengan segera mengambil piyamanya dan menutupi tubuh mulusnya yang telanjang dengan piyamanya, membuka sedikit tirai jendela belakang kamarnya. Dan benar saja diatas tembok belakang kamarnya ada beberapa bocah tengil sedang nangkring senyum-senyum dan tertawa sambil sibuk mengarahkan kamera smartphonenya kearah kamar maya dan sita. Kemungkinan besar tirai jendela belakang kamar meraka terbuka, pikir Dea. Dea pun langsung mengambil smartphonenya dan menghubungi Sang Satpam lewat Whatapps, yang langsung direspon oleh sang satpam yang kebetulan memang sedang online.

Tak beberapa lam kemudian, Sang Satpam tiba dibelakang kamar Dea dan langsung melempari para pengintip tengil itu dengan kerikil sambil menyoroti mereka dengan senter besarnya.

Tak ayal para pengintip tengil itupun terkaget, dan langsung buyar melarikan diri. Dan beberapa diantaranya ada yang terjatuh dengan suara kesakitan.

“woiiii, tungguin... kakiku..kakiku...!” kata sang pengintip terdengar dari balik tembok.

Beberapa saat kemudian suasana kembali tenang dan hening. Para penghuni kosan yang sempat melongok keluar, pun kembali lagi ke kamarnya masing-masing untuk melanjutkan aktivitas bawah perut mereka yang sempat terhenti.

Sang satpam kemudian segera berkeliling dan mengecek kamar kosan satu persatu, memastikan para penghuni kos kembali nyaman dengan aktivitas mereka masing-masing.

Meskipun hampir setiap malam Sang Satpam sering melihat aktivitas bawah perut para penghuni kos yang memang dihuni oleh perawat-perawat cantik bertubuh indah. Arman tetap menjaga profesionalitasnya. Namun entah mengapa beberapa hari ini hatinya terus bergetar tak menentu, akhir-akhir ini libidonya mudah memuncak dan meluap-luap. Meskipun ia sudah menyalurkannya kepada kedua istri dan beberapa teman perempuanya yang tak kalah cantik dan seksi dengan para penghuni kos, namun entah mengapa ia merasa masih ada yang berbeda di hatinya.

Sesampainya di depan kamar Sita yang jendelanya masih terbuka, sang satpam pun hanya tersenyum sambil mengelengkan kepalanya. Begitu juga saat di depan kamar maya, sang satpam kembali tersenyum, mengelengkan kepalanya lagi sambil memegang dagunya.

“mereka berdua sungguh luar biasa,..?” guman Arman dalam hati,

Hingga akhir ia pun sampai di depan kamar Dea, belum sempat ia mengetuk. Pintunya sudah terbuka. Dea pun muncul dengan piyama tipisnnya yang memperlihatkan lekuk tubuh indahnya di depan mata sang satpam.

“eh Pak Arman?” sapa Dea sambil tersenyum.

“eh.... Non...?” kata sang satpam gemetar.

“kok gemetaran...sih pak, udah sini masuk, Dea angetin dulu?” kata Dea dengan Nada manja.

Arman pun mengangguk tanda setuju dan melangkahkan kakinya memasuki kamar Dea, Yang didominasi warna putih dan pink dengan aroma melati menyeruak disetiap sudut kamar. Sebuah kasur besar bersepreikan kain putih motif kembang berwarna pink tergeletak melintang memenuhi seperempat ruangan kamarnya. Beberapa baju seksi tanpa lengan koleksi Dea tergantung rapi disamping sebuah lemari plastik warna coklat, disampingnya lagi tergeletak tak beraturan setumpuk baju tidur tipis transparan warna pink dan putih, dan beberapa celana dalam seksi tertumpuk dalam sebuah keranjang warna pink.

“tapi cuman pake kopi lo pak, ngagetin nya.....?” sahut Dea kembali sambil terkikik.

“ah itu lebih dari cukup non, dari pada tidak....?” jawab sang satpam kemudian.

“bentar ya pak...?” kata sambil Dea melangkah masuk kedapur kecilnya dekat kamar mandi yang terletak dibelakang disamping jendela. Sambil menyambar sebuah baju tidur pendek berwarna putih transparan.

Sementara itu sang satpam duduk bersila didekat kasur besar Dea, sambil mengamati setiap sudut kamar Dea.

Dea pun menanggalkan piyama tipisnya, berganti dengan baju tidurnya yang tipis transparan, berbelahan dada rendah dan lebar dengan tali kecil dipundak, dengan tanpa daleman apapun. sehingga lekuk tubuh indahnya telihat jelas, Dua gumpalan besar di dadanya yang membulat padat kencang terlihat indah, putingnya yang mengacung keras kedepan terlihat kemerahan. Begitu juga dengan bulu lebat di selangkangannya yang tercukur rapi terlihat indah dari balik baju tidurnya yang tipis. Menyemprotkan farfum aroma melati ke bagian leher, ketiak pergelangan tangan dan keseluruh tubuhnya.

Sambil tersenyum lebar, Dea kemudian memutar-mutar tubuhnya didepan Cermin besar di dalam kamar mandinya.

Puas dengan pilihan baju dan penampilannya, Dea pun membuka kotak kecil yang tertancap dinding kamarnya mandinya. Dua Botol kaca berukuran sedang berisikan cairan warana biru dan warna merah. Botol yang berisi warna biru tertulis Anti Pregnan Formula pada kacanya, sedang kan yang satunya bertuliskan Anti Mens System.

Kedua cairan tersebut, adalah buah pemikiran Dea saat menginjak akhir semester meskipun bukan ranahnya Dea yang seorang perawat. Namun Dea bersikeras dengan teorinya, Dea pun merangkul seorang profesor dan beberapa assisten farmasi, dibantu oleh Sang Dosen Pembimbingnya Dea pun berhasil melakukan penelitiannya. Meskipun penelitian tersebut tidak bisa sepenuhnya ia aplikasikan pada tugas akhirnya, namun Dea puas dengan hasilnya.

Dalam menguji hasil penelitiannya, Dea pun beberapa kali bercocok tanam dengan Sang Profesor, Dosen Pembimbing, dan Para Asisten untuk mengujiannya. Dan hasilnya formula Anti Pregnan hasil pemikirannya mampu memblock benih-benih kenikmatan Sang Profesor, Dosen Pembimbing, dan Para Asisten masuk dan tertanam di ladang nikmatnya Dea. Tanpa sedikit pun mengurangi rasa dan kenikmatannya saat bercocok tanam. Benih-benih kenikmatan yang terblock pun akhirnya akan larut kedalam formula tersebut dan keluar dengan sendirinya.

Sebelum kenal dengan Farhan, Dea memang sering bercinta dengan beberapa lelaki yang menurutnya layak, tak harus pacar, bisa Teman, sahabat, Relasi, maupun yang baru dikenalnya asalkan sesuai dengan kriterianya ia siap dibungkus sampai pagi. Menurutnya sex adalah kebutuhan pokok layaknya makan yang harus dipenuhi dan tentunya bervariasi.

Namun semenjak kenal dengan farhan, Dea sedikit bisa meredam hasratnya untuk bercinta dengan banyak lelaki. Namun kini, komitmennya sudah mulai memudar.

Sambil tersenyum Dea Mengambil botol berisi cairan biru yang ternyata cairannya berupa jell. Dea pun menuangkannya kedalam sebuah alat berbentuk silinder dengan pompa diujung atasnya sedang ujung lainnya berbentuk kerucut namun tumpul.

Setelah menuangkan cairanya, Dea melumasi ujung runcingnya dengan cairan pelicin sebarguna merek Durex. Kemudian memasukannya kedalam lubang kemaluannya, menekan pompanya sehingga cairan jell berwarna biru tersebut memenuhi dinding lubang kemaluannya dan leher rahimnya

Setelah semuanya siap, Dea pun keluar dari dapurnya bersama nampan besar berisi dua gelas kopi panas dan dua toples berisi camilan kering.

“dah nungguin ya pak,...?,”

“maaf lama, namanya juga cewak..?” kata Dea manja sambil tersenyum.

Sang Satpam pun terbelalak, melihat detail keindahan yang disajikan Dea. Untuk beberapa saat sang satpam terdiam penuh gairah sambil berusaha memendam emosi dan libidonya yang semakin meninggi.

“kenapa pak...?” kata Dea saat meletakkan Baki berisi kopi dan camilan diatas karpet warna pink, Sambil menunduk.

“eh enggak kok non...?” kata Arman tergagap.

“ih Pak Arman ini....?, biasa aja kali pak?”, kata Dea, sambil memandagi buah dadanya sendiri.

“lagian ngak ada bedanya kan sama yang dirumah?” kata Dea lagi sambil tersenyum dengan nada bercanda.

“yah beda lah non?, biarpun sama bentuknya, rasa dan sensasinya kan tetap beda?” kata Arman sambil terus menatap kedua gundukan besar di Dada Dea.

“ih..., dimana-mana lelaki sama aja...?” kata dea sambil tertawa. Sambil mempersilahkan Arman untuk menikmati kopi dan camilan yang sudah ia sajikan.

“ya namanya juga lelaki non, sudah dari sononya gitu?” kata Arman kembali sambil ikutan tertawa. Sambil menyeruput kopi hitam sajian Dea.

“aahhhh?, hmmm kopi buatan bidadari memang beda ya...?” kata sang satpam mencoba kembali membual.

“ih Pak Arman nih, dari tadi nge gombal mulu dech?” kata Dea sambil tersenyum senang.

Sang satpam pun sengaja melanjutkan gombalan mesumnya kembali. Sehingga Dea pun kembali terbuai dalam imajinasinya .

Ditambah suara lirih erangan Maya yang tiba tiba terdengar jelas dari balik kamarnya, membuat imajinasi Dea kian liar, Dea pun merapatkan kedua pahanya sambil mengesekan kedua pahanya secara perlahan. sambil menutupinya dengan boneka beruangnya.

“pak, tadi ngecek kamar maya sama kamar sita ngak?” Kata Dea lirih sambil menahan rasa diselangkangannya. Dengan muka dan dadanya yang memerah

“iya non...?”, kata Arman sambil memperhatikan perubahan prilaku Dea.

“Maya lagi sama siapa pak, David atau Dedi?” kata Dea dengan posisi duduk tak tenang dengan nafas tak teratur.

“ngak sama keduanya Non, kayaknya teman barunya lagi?” kata Arman, dan kemudian terdiam sesaat, saat erangan Maya yang lirih tiba-tiba terdengar cukup keras. Dea pun juga terdiam.

“sita juga sama non, bukan sama riko?” sahut arman kemudian.

“non..., non kenapa?” tanya sang satpam.

“ngak kok pak, ngak papa...?” jawab Dea sambil meringis.

Sebagai seorang lelaki yang berpengalaman dalam soal bercinta, sang satpam tahu bahwa Dea sedang terbawa suasana ditambah alunan merdu kenikmatan dari balik kamar, sang satpam pun tersenyum senang.

“non, setahu aku ya?”, kata sang satpam yang kini mulai memakai kata aku. Karena tahu dirinya kini satu langkah lebih dekat dengan Dea.

“kalau cewek lagi pengen atau lagi subur biasanya lebih terbuka soal hal-hal mesum?”,

“bener ngak sih non...?”,

“trus tingkahnya juga aneh kayak Non sekarang ini?” kata Arman sambil nyengir.

“ih...,apaan sih pak..?” kata Dea sambil perlahan membuka kembali selangkangannya dan menyingkirkan boneka besarnya dari atas pangkuannya ke atas kasur.

“Non aku boleh ngak ikut menyanyangi non..?” kata Arman sambil menatap mata Dea yang kini berubah menjadi sayu dengan bibirnya yang sedikit terbuka.

Dea pun hanya terdiam, sambil mengangguk pelan. Nafasnya kembali tak beraturan, wajah, leher dan dadanya kembali memerah.

Perlahan sang satpam mendaratkan bibirnya ke bibir Dea dan melumatnya dengan lembut, sementara lidahnya pun ikut masuk kemulut Dea dan menjelajahi seluruh isi mulut Dea. Suara dan rintihan nikmat maya masih terdengar jelas, Dea yang sudah terbawa suasana membalas lumatan bibir sang satpam tak kalah mesra sambil memainkan lidahnya yang panjang didalam mulut sang satpam, sambil saling bertukar air liur.

Sementara tangan kekar sang satpam yang semula diam, secara reflek mulai aktif mengelus pinggang ramping Dea, meremas Kedua pantatnya yang gembul namun padat. Dan secara perlahan tangannya mulai naik ke arah Dua Gumpalan besar di Dada Dea dan dengan gemas meremas kedua gumpalan besar itu dengan sambil memainkan kedua putingnya yang mengeras.

Dea pun mengeliat, mendongakan kepalanya keatas dengan mata terpejam, bibirnya terlepas dari bibir sang satpam. Dea pun mengerang sambil perpeganggan pada kepala sang satpam dengan kedua tangan.

“ouuuuuuhhh.....ouuuhh.....ouhhhhhh...!” erang Dea merasakan getaran nikmat di sekujur tubuhnya.

Sang satpam pun segera mencumbui leher jenjang Dea yang mulus dengan bibir dan lidahnya, sambil terus meremasi kedua gumpalan besar di Dada Dea. Puas mencumbui leher Dea, sang satpam mengarahkan bibir dan lidahnya ke Dua gumpalan besar di dada Dea. Mencumbuinya dan menjilatinya dengan nikmat. Dea pun mengerang sambil menekan dan mendekapkan wajah sang satpam kearah belahan dadanya.

“ouuuuuuhhh.....ouuuhh.....ouhhhhhh...!” Dea kembali mengerang

Dea kemudian melepaskan diri dari dekapan Arman dan merebahkan tubuh indahnya diatas kasur empuknya sambil mengangkat kedua lengannya keatas kepalanya, sehingga kedua ketiak mulusnya yang basah berkeringat terbuka lebar. Arman pun ikut merebahkan tubuhnya disamping tubuh Dea dengan posisi miring, Aroma Melati di ketiak Dea telah pudar berbendar menjadi aroma lain. Aromanya yang khas menyengat menebar keseluruh ruangan, Menyeruak masuk kedalam hidung Arman.

Dengan penuh gairah Arman pun menciumi kedua ketiak Dea sambil menjilati keringatnya dengan penuh kenikmatan, tanpa sedikitpun merasa terganggu dengan aroma dan rasa dari ketiak Dea. Dengan rasa geli, Dea pun menikmati jilatan dan ciuman di kedua ketiaknya, sambil terus merintihkan rintihan nikmat.

Dea memasrahkan kepasrahan jiwa dan raga kepada Arman Sang Satpam, yang ternyata lebih menghadirkan rasa, yang jauh lebih besar dari pada Om Hendra maupun Farhan sang kekasih. Sebuah rasa yang Bukan hanya rasa nikmat, namun juga rasa cinta, kasih dan sayang yang belum pernah Dea rasakan sebelumnya. Bahkan rasa yang di rasakannya bersama Om Farhan jauh berbeda dengan apa yang Dea rasakan saat ini bersama Arman.

Puas dengan kedua ketiaknya Dea, Arman pun kembali mencumbui kedua Gumpalan besar di dada Dea. Kali ini Arman mencucup kedua putingnya yang kemerahan secara bergantian dengan mulutnya kemudian menghisapnya secara kuat namun lembut. Dea yang tak henti-henti merasakan kenikmatan hanya bisa merintih, mengerang dan menjerit, sambil meremas dan menjambak rambut Arman.

Puas dengan kedua gumpalan besar di Dada Dea, Arman melanjutkan jilatan lidahnya ke pusar dan kemudian mengarah kebawah menuju ke selangkangan Dea. dengan ciuman dan elus lembut Arman mencumbui kedua paha Dea yang mulus, Dan kembali melanjutkan ciuman dan jilatannya ke selangkangan Dea. Dengan penuh kenikmatan Arman menciumi bibir Kemaluan Dea yang memerah dan merekah, sedangkan lubang kemaluanya ia jilati dengan tak kalah nikmatnya. Tak lupa sambil menjilati biji kecil diatas bibir kemaluan Dea. Sesekali lidahnya ia masukan ke lubang kemaluan Dea dan mengorek isinya dengan liar.

Meskipun didalam lubang kemaluan Dea telah terisi cairan Anti Pregnan, namun hal tersebut sama sekali tidak mempengaruhi rasa dan kenikmatan lubang kemalauan Dea, begitu juga dengan lendir kenikmatannya yang terasa lebih manis dan beraroma harum. Kerena cairan Anti Pregnan tersebut hanya berpengaruh pada Sperma saja.

Dea pun mengerang keras, sambil mengeliat tak karuan. tak lama kemudian tubuhnya menegang, dari dalam lubang kemaluannya menyembur cairan bening. Menyembur dengan cukup deras sampai membasahi seluruh wajah Arman. Arman pun tersenyum dan kembali menjilati Lubang dan bibir kemaluan Dea sampai bersih, Kemudian ia pun bangkit dan menanggalkan semua pakaiannya. Batang Kemaluannya yang lumayan cukup besar dan panjang membuat Dea terhenyak kagum, batang kemaluan Arman yang lumayan besar dan panjang sungguh diluar expektasi Dea.

Dea pun bangkit dan terduduk ditepian kasur, dengan penuh semangat Dea meraih batang besar kemaluan Arman, menciuminya dengan Gemas dan kemudian memasukannya kedalam mulutnya dan mengulumnya dengan liar penuh kegairahan. Arman tersenyum membiarkan Dea menikmati batang besarnya, membelai mesra rambut panjangnya yang hitam. Sambil menahan rasa nikmat di batang kemaluannya.

Arman, memegang kepala Dea menghentikan kuluman nikmat di batang besarnya dan kemudian kembali membaringkan tubuh Dea ke kasur, membuka lebar kedua selangkangan mengelus sebentar batang besarnya dan memasukanya kedalam lubang kemaluan Dea secara berlahan. Dea pun mengerang keras.

“OUUUUUUUUUHHHHHHHHH......!!!” erang Dea mendogakan kepalanya, dengan mata terpejam, sambil mencengkram kedua pantat Arman dengan kesepuluh jarinya.

Meskipun lubang Kemaluan Dea, sudah begitu basah namun batang besar Arman masih sedikit kesulitan untuk masuk sampai ke mulut rahim Dea.

“sakit...De?” tanya Arman lirih sambil menahan emosi dan libidonya.

Dea pun tak menjawab hanya merintih kecil, Arman pun segera menghentikan gerakan batang besarnya yang sudah separo jalan, dan menariknya keluar. namun Dea menahannya dengan menekan kedua pantat Arman dengan tangan halusnya. Menepuk kedua pantat Arman sebagai tanda agar Batang Besarnya kembali memasuki lubang kemaluannya

Perlahan namun pasti Akhirnya batang besar Arman berhasil memasuki lubang kemaluan Dea hingga menyentuh mulut rahimnya, Arman kemudian membiarkannya sejenak agar lubang kemaluan Dea dapat beradaptasi dengan Batang Besarnya. Sambil menunggu, Arman menindih tubuh ramping Dea, bertumpu pada kedua sikunya Arman mengelus rambut hitam Dea yang panjang, sambil menciumi kedua pipi dan kening Dea dengan lembut. Dea membalasnya dengan memeluk erat pinggang Arman, melebarkan kedua pahanya selebar mungkin dan mengapitkan kedua kakinya diatas pantat Arman sambil tersenyum bahagia.

Beberap saat kemudian, Arman mulai mengerakan pinggangnya naik turun secara perlahan. Dea pun tersenyum, keduanya saling menatap dengan mata sayu penuh makna.

“Pak, selama kita bercinta bapak jangan panggil aku non ya, panggil Dea aja?” lirih Dea sambil mengelus pinggang dan pantat Arman.

Arman pun mengangguk.

“trus kamu panggil aku apa De..?” kata Arman sambil perlahan mengoyangkan pinggangnya.

“Bapak aja.....?” kata Dea manja sambil sedikit merintah tanda kenikmatan mulai mengerayangi tubuhnya.

“Dea lebih nyaman panggil bapak......, karena Dea sayang Bapak...uuuuuhhh” kata dea merintih, sambil kedua tangannya meremas pinggang Arman sedikit lebih keras.

Tanpa banyak kata lagi, Arman segera mempercepat goyangan pinggangnya naik turun. Mengerakan Batang Kemaluannya yang panjang dan besar di dalam lubang kemaluan Dea, selama hampir 15 menitan tanpa sedikitpun mengendurkan goyangannya. Dea pun mengerang dan meraung tak henti-hentinya.

“ouuuhhhh.....Pak.....Auhhhhhh....terus pak......Dea sayang bapak.....ihhhh......?” erang Dea berkali-kali sambil mengeliatkan tubuhnya kesana kemari.

kedua tangannya terus bergerak mencari peganggan dari pinggang, bokong dan kepala Arman hingga mencengkram sprei, kemudian berpindah mencengkram boneka beruangnya sambil mengigit kepalanya. Sementara tangan satunya menepuk pinggang sang satpam sebagai tanda agar goyangan lebih dipercepat lagi.

Orgasme demi orgasme silih berganti menerjang seluruh tubuh, jiwa, hati dan pikiran Dea. Datang bertubi-tubi tanpa jeda sama sekali.

Setelah 5 menit mengoyang, Arman menghentikan aksinya sambil menatap wajah sayu Dea yang kelelahan namun gurat kepuasan tampak tergaris jelas diwajahnya.

“Pak...Bapak belum mau keluarkan, Dea masih mau dikontolin?” rengek Dea manja dengan nafas tersengal.

Dengan tersenyum lebar, Arman mengelengkan kepalanya. berdiri bertumpu pada kedua lututnya, sehingga batang kemaluannya besar dan panjang tampak mengacung keras.

Dea pun tampak bahagia, melihat kegagahan dan kegantengan batang kemaluan sang satpam yang begitu menantang.

“sampai pagi pun aku siap De?” kata Arman sambil memandangi tubuh telanjang Dea yang terlentang pasarah.

“Dea mau sampai ngak ada yang tersisa...?” kata lirih sambil mengocok pelan batang kemaluan sang satpam yang masih mengeras dengan lembut.

“malam ini semuanya milikmu...?” kata Sang satpam sambil memamerkan otot di lengannya, dan disambut dengan tawa riang bahagia Dea.

Kemudian, sang satpam itu pun mengangkat tubuh Dea dan membaliknya sehingga dalam posisi menungging, Arman pun membelai lembut pundak dan punggung Dea hingga ke bokong dan meremasnya lembut memainkan bibir kemaluan Dea dengan tiga jarinya.

“ouuuh....Pak....masukin...pak?” kata Dea sambil mendesah.

Arman pun melebarkan bokong gembul Dea kekanan dan kekiri, memainkan ujung batang kemaluannya di bibir bawah Dea, sehingga cairan kenikmatan Dea dapat melumuri batang kemaluannya.

“De...lubang belakang kamu boleh diicipin kan?” kata Arman kemudian saat melihat lubang matahari Dea yang sepertinya masih sempit.

“Boleh sih Pak, tapi masukinnya pelan-pelan ya?” sahut Dea, Sambil menunjuk kearah meja, dimana tergeletak sebuah cup dengan tulisan durex berukuran cukup besar.

Arman yang tak mengira dengan jawaban Dea hanya bisa tersenyum, kemudian perlahan Arman memasukan batang kemaluannya yang sebelum sudah ia lumuri dengan pelumas khusus merek durex. Dea pun mengerang menahan sedikit rasa perih di lubang belakangnya.

“uooohhhhh......pelan-pelan.... pak.....” erang Dea sambil mendongakkan kepalanya keatas.

meskipun dirinya sering dimasuki batang besar. Namun kali ini Batang Sang Satpam jauh lebih besar dan panjang.

Setelah semua batangnya masuk kedalam lubang belakang Dea, Arman pun segara mengesekan batang kemaluannya perlahan dan kemudian mulai mempercepatnya.

“ouuhhhh...De.....silitmu....enak..banget....!” erang Arman.

“ouhhh...pak jangan lama-lama ya......!” seru Dea.

“kenapa De,...ngak enakya..?” kata Arman sambil mencabut batang besarnya dan memasukannya kedalam lubang kemaluan Dea.

“iya pak, enak sih enak pak...cuman enaknya dikit banget” kata Dea lirih.

Arman pun segera memacu batang kemaluannya mengesek lubang kemaluannya Dea.

“ouhhh.....ouhh....iya...iaya..enak.....pak....terus...pak....!” erang Dea kembali merasakan kenikmatannya.

Keduanya pun terus memacu hasrat dalam Berbagai macam gaya dan posisi, dari Wot, Mot, Sponning, 69 dan lain-lain. Hingga jam 3 Pagi Arman masih terus mengenjot selangkangan Dea dengan masih penuh semangat, Suara-suara penanda pagi pun mulai berkumandang.

Dea pun menepuk pantat Arman sambil sedikit meremas, tanda untuk berhenti. Arman pun menhentikan goyang pinggangnya sambil mengatur nafas.

“Pak, udahannya ya.., sudah hampir pagi...nih.?” kata Dea lirih dengan sedikit mendesah.

Arman pun mengangguk sambil tersenyum puas.

“Bapak Keluarin di dalam ya Non...? balas Arman kemudian

“boleh pak....?, tapi harus yang banyak ya...? kata Dea lagi sambil mendesah, karena Arman kembali mempercepat genjotanya dengan lebih cepat dan liar.

Akhirnya mereka kembali saling mengoyangkan pinggangnya, stamina dan kejantanan sang satpam memang luar biasa, membuat Dea sangat terkesan. Butuh waktu sekitar 20 menitan hingga akhirnya sang satpam tak kuat lagi menahan lonjakan sperma yang sudah penuh diujung batang besarnya.

Dan akhirnya dengan menghujamkan beberapa kali batang kemaluannya yang besar dan panjang kedalam lubang kemaluan Dea, Arman pun menyemburkan berkali-kali benih-benih kenikmatannya kedalam rahim Dea dengan semburannya yang cukup kuat, dalam posisi Doggy Style. Dea kembali dibuat terkesan tidak hanya dengan Staminanya yang luar biasa namun juga semburan spermanya yang begitu deras bahkan lebih deras dari sang Om dan Sang Kekasih.

Dea pun tersenyum lebar dengan wajah berseri penuh kepuaasan, ia pun mengelepar beberapa saat dan kemudian terdiam dalam posisi menungging. Dan kemudian melepaskan diri dari cengkraman tubuh sang satpam dan terlentang dengan posisi kaki mengkangkang dan kedua ketiaknya terbuka lebar, dengan mata terpejam dan bibir tersenyum puas.

Melihat Dea terkapar penuh kepuasan, Arman pun hanya tersenyum. Kegundahannya selama ini benar-bernar terbayarkan.

Arman pun segera mengambil tisu disamping kasur, membersihkan batang besarnya yang mulai melunak, dan kemudian membersihkan selangkangan Dea bukan hanya dengan tisu namun juga dengan mulut dan lidahnya. Dan kembali menciumi dan menjilati ketiak Dea dan mengeringkannya dengan tisu.

Arman pun segera beranjak, meninggalkan tubuh indah Dea yang terlentang lemas.

Tiga jam kemudian Dea terbangun. tubuhnya lelah, namun dengan hati dan perasaan yang bahagia Dea berusaha bangun. Untuk kembali memulai menghabiskan harinya di rumah sakit merawat dan mengurusi administrasi para pasien.​
 
Terakhir diubah:
maaf upadatenya lama, dikarenakan kesibukan di dunia nyata yang tak mngkin ditinggalkan begitu saja. cerita akan terus mengalir dan mungkin akan ada sebuah kejutan buat Dea yang mengubah segala mimpinya.
 
Entah kenapa kalau tokoh ceritanya seorang perwat slalu bikin deg2n
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd