Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Semua Karena LDR

Status
Please reply by conversation.
POV Sari


Aku lebih suka dipanggil dengan nama Sari, dari pada nama panggilanku lainnya. Aku merasa nama ini tidak menunjukkan keangkuhan pemiliknya. Aku memang bukan wanita sosialita, meskipun aku sekarang tinggal di kota besar. Aku lebih suka menghabiskan waktuku untuk sekadar membaca buku atau melihat film di kamar kosan. Aku tak pandai untuk menggambarkan bentuk tubuhku. Tinggiku hanya 160. Untuk ukuran tubuh aku memang tergolong kecil, aku juga mempunyai dua payudara yang dapat ku banggakan bila sedang berjalan melewati para pria. Aku sangat suka bila payudaraku ditatap oleh para mata keranjang. Aku juga merasakan horny bila orang yang tak ku kenal sengaja menyenggol payudaraku ketika berdiri berdesakan menaiki KRL. Sensasi itu membuatku merinding. Aku sering membayangkan bahwa pacarkulah yang sedang mengelus payudaraku.
Semenjak aku bekerja di kota J. Banyak yang berubah dalam hidupku, terutama urusan seks.


Aku menjadi lebih terbuka soal seks. Dari kehidupan yang begitu kaku, menjadi hal yang begitu dekat dengan keseharianku. Apalagi di tempatku bekerja, tim dari divisiku berisi orang-orang yang terbuka tetang segala sesuatu. Yang terakhir ku ketahui, ada affair antara rekan kantorku.


Aku mengenal Wisnu sejak pertama kerja disini, dia yang mengajariku segala sesuatu yang belum aku tahu, dia juga tak enggan membantu pekerjaanku ketika aku lembur. Dari Wisnu juga aku merasakan sensasi lain tentang seks, bukan melulu tentang bagaimana orgasme di atas ranjang, tapi juga tentang bagaimana seks menjadi suatu kesenangan dan bahan obrolan yang menyenangkan.


Aku sendiri memang sudah tidak suci, pacarkulah yang merenggut kesucianku ketika aku masih duduk di bangku kuliah, dia yang begitu aku cinta hingga saat ini, tapi aku juga begitu sebal kepadanya, karena dia tak kunjung lulus kuliah. Tapi aku masih bersabar untuk menunggu pacarku untuk melamarku, meskipun ada beberapa cowok yang terang-terangan menggodaku, dan merayuku untuk menjadi kekasihku.


Bulan Mei kemarin merupakan bulan kelahiranku, yang tak kusangka, Wisnu memberikan aku sebuah dildo untuk kado ulang tahunku. Aku kaget atas hadiah ini, karena ini benar-benar pertama kalinya aku memiliki dildo, dildo ini berukuran sedang, dan aku seketika teringat penis pacarku.


“Untuk menemani harimu yang sepi”


Begitu tulisan dalam kardus dildo ini. Aku tak tahu maksud dari Wisnu memberiku dildo. Hanya saja, aku sudah pernah bercerita dengan Wisnu tentang hubungan seksku dengan pacarku.

Untuk urusan dildo ini, Aku tak menceritakan hal ini dengan siapa pun, bahkan pacarku.


Malam itu, Wisnu sedang mampir ke kosan ku, dia mau mengambil flash disknya yang ku pinjam sore tadi, dia singgah bebarapa saat di kamarku. Wisnu meskipun sering mengumbar obrolan tetang seks, tapi tak pernah ku lihat kelakuannya yang melebihi batas.Wisnu malam ini kulihat berbeda dari biasanya, wangi parfumnya membuatku terpesona. Dia juga terlihat rapi. Tak kutanyai dia mau kemana.


Aku menduga beberapa hari lagi aku akan kedatangan tamu bulanan, perutku sudah terasa nyeri. Bila sudah seperti ini, birahiku dengan mudahnya naik. Kota sedang panas-panasnya udara malam bahkan tak berbeda dengan udara siang hari. Saat menemani Wisnu bercerita tentang bagaimana padatnya jalanan kota, aku hanya mengenakan kaos dan legging, tapi aku tidak memakai bra, aku memilih tidak memakai bra bila di kamar.


“Sar, kamu udah buka hadiah dari aku dulu?” Wisnu membuka percakapan.
“Eh, itu, udah Wis, makasih ya. Tapi belum aku apa-apain.”
“Yah, pake dong sar, biar ga sepi.”
“Males ah Wis, pacarku juga mau kesini. Hiihii.”


Wisnu melanjutkan beberapa obrolan tentang Wisnu yang pernah bersenggama sengan rekan sekantornya, yang dia rahasiakan namanya, membuatku tegang. Aku juga teringat tentang kejadian di kantor bersama Mia dan Wisnu. Sejujurnya, aku juga berharap agar Wisnu menjamahku lagi. Tapi aku masih bisa menjaga akal sehatku. Tiba-tiba aku merasa putting payudaraku mengencang. Aku menduga bila saat ini seharusnya Wisnu dapat melihat tonjolan putingku.


Karena rasa horny yang medera ini, aku putuskan untuk ke kamar mandi berpura-pura buang air kecil. Di dalam kamar mandi, aku melihat putingku benar-benar tegang. Aku menghela nafas, menghilangkan rasa ini.
Kembali ke kamar, aku melihat Wisnu sedang membuka lemari pakaianku, dia sedang memegang braku.


“Heh, ngapain buka-buka lemari?”


Wisnu terlihat gugup. Dia menyembunyikan bra ku yang telah diambilnya.


“Engga sar, ini , ini engga. Maaf sar.”
Dia tiba-tiba mendekapku, napasnya sangat berat. Aku bingung apa yang terjadi.


“Aku selama ini suka kamu Sar, aku selama ini jadiin kamu fantasi seks ku. Maafin aku sar.”


Aku benar-benar kaget dibuatnya.
Aku merasa linglung. Aku tak mengira akan seperti ini. Dia masih memelukku, ku lihat dia hampir menangis. Seketika itu juga kurasakan putingku bergesekan dengan dadanya. Yang tadinya dia cuma diam saja, kini aku mulai merasa gerakan dadanya, semakin membuat putingku geli.


“Udah Wis, lepasin aku. Apaan sih ini.”
“Aku mau kamu Sar, aku mau kamu.”
“Ahh, eh, jangan ah Wis.”


Aku benar-benar merangsang, karena bau parfumnya, karena putingku juga. Dibalikkan badanku oleh Wisnu. Kala itu aku tak bisa berpikir jernih lagi. Aku juga merindukan saat-saat seperti ini. Yang dilakukan pertam oleh Wisnu adalah menjamah vaginaku. Dia menggesekkan vaginaku dengan jarinya. Aku tak bisa menahan desahan. Ini sangat nikmat


“AAAHHH Wis, dasar anjing, kamu apain memek aku UUHHH, iya Wis disitu, tusuk Wis.”


Aku dalam posisi menungging bertumpu pada meja rias. Aku melihat wajahku sendiri saat sedang pasrah. Payudaraku juga terlihat bergoyang dari celah kaosku.
Aku merasa Wisnu dari tadi sibuk memainkan vaginaku, tapi ku lihat dia tak terburu. Berbeda dengan pacarku yang suka menusukkan penisnya, tanpa foreplay yang cukup lama untuk membuatku nyaman.


“Plaaaaaak”, pantatku ditampar oleh Wisnu, terasa sangat panas.


Dan


“Plaaaaaaakk”, tamparan kedua mendarat di pantatku lagi.


“Enaaaaaak Wis, lagiii Wis.”

“Apanya yang lagi Sar?”

“Tampar lagi wiiis.”


Seketika Wisnu menghentikan aktifitasnya. Napasku memburu. Mataku sayu memohon pada Wisnu untuk melanjutkannya. Aku mulai meremas payudaraku sendiri. Rasa gatal pada putingku tak bisa ku tahan. Aku masih menungging, dengan sebelah tanganku menjepit putingku, sesekali meremas kuat.


“Ayo Wis, lanjutiin, AAhhhhh.”


Aku tak peduli dengan rasa maluku, aku ingin malam ini tuntas.


“Oke kalo gitu, tapi dengan syarat, panggil aku tuan, kamu jadi lonte, buat aku, malam ini.”

“Baik tuan Wisnu. Lontemu siap melayani tuan Wisnu.”


Wisnu tiba-tiba menurunkan leggingku, dia menjilat vaginaku yang sedang merekah.


“OOOhhhh nikmat tuan Wisnu, jilatan tuan enak.”

Slurrrrp, lidahnya begitu dalam menusuk lubang vaginaku, aku semakin membuka lebar pahaku, merasakan setiap jilatannya.


“Dasar lonte, ga pernah dientot, pantes banget kalo di kantor pake baju seksi.”

“Iya tuan, saya suka pake baju seksi, saya jarang dijamah. OOOhhhh tuan, jangan dijilat itilnya. Uhhhhh.”


Aku merasa vaginaku begitu banjir oleh cairanku. Wisnu kemudian mengambil dildo yang berada di meja sebelah tempat tidurku. Diusap vaginaku menggunakan jarinya, jarinya yang dibasah diarahkan ke mulutku, seketika aku menjilat jarinya yang basah oleh cairan vaginaku.


Perlahan, Wisnu menusukkan dildo ke dalam vaginaku, “UUhhhhh, yang dalem tuan, saya pengen lagi.” sudah lama vaginaku tidak dimasuki kontol pacarku. Aku merasa benar-benar melayang.


Aku melepaskan bajuku, aku benar-benar sudah telanjang di hadapan laki-laki lalin. Payudaraku yang menggantung aku remas sendiri, putingnya aku pelintir, Wisnu masih sibuk dengan dildonya.


“AAAhhh kenapa tuan tidak menyetubuhi lonte tuan ini, lonte tuan ingin kontol, pengen memeknya ditusuk kontol tuan.”

“Aku lebih suka gini, aku jarang menyetubuhi wanita, aku puas lihat wanita orgasme tanpa aku setubuhi HAHAHAHA.”


Diputarnya dildo dalam vaginaku, terasa begitu penuh, menggesek seluruh dinding vaginaku.


Rambutku ditarik kebelakang oleh Wisnu, dia memintaku menciumnya.


“Eehhhmmm.”


Bibirnya terasa panas, lidahnya memasuki mulutku. Lidah kami saling bertemu. Kami bertukar lidah.


“Dasar lonte, tetek kaya pepaya gini dibanggain. Emang ada laki yang nafsu sama tetek lonte gini. Besok ke kantor ga usah pake bra. Aku mau lihat apa ada yang nafsu sama lonte ini.”

“Baik tuan, AAAhhh sayaaaa besok ga pake bra ke kantor, tapi puasin lontemu ini tuan. Lontemu mau orgasme.”


Aku tak peduli dengan semua cacian dari Wisnu, menurutku hal itu menambah gairahku. Dildo dalam vaginaku semakin kencang digerakkan oleh Wisnu. Aku merasa sedikit lagi mencapai puncak.


“Tuaaan masukkan lagi tuan, memek lontemu sudah gatal, aaaaaaaahhhh. Yang dalam tuan Wisnu.”


Dengan tetap menggerakkan dildo dalam vaginaku, putingnya ditarik dari belakang.


“AAAAHHHHHHH.”

“Aku sampai tuaaann Ahhhhhhh.”


Aku mengejang, aku merasa melayang di udara. Aku jatuh ke lantai, cairan vaginaku mebasahi lantai. Wisnu terlihat duduk di pinggiran tempat tidurku. Dia membiarkanku menikmati orgasme ini.


Aku mengusap vaginaku sendiri, membersihkan sisa-sisa cairan. Wisnu terlihat melepaskan celananya. Penisnya tergolong besar. Dia tidak memperdulikan aku yang masih kelelahan setelah dilanda badai orgasme. Ditariknya aku untuk berlutut didepannya. Dia berdiri. Kedua tanganku dipegang oleh Wisnu.


Penisnya tepat didepan wajahku. Ketika aku hendap menjilatnya, dia mundur.


“Plaaaak.”


Kali ini payudaraku ditampar. “Siapa suruh jilat?”


Aku hanya diam saja. Dielusnya payudaraku, aku merasa geli, Wisnu meraba putingku. Ternyata begini maunya Wisnu, dia menyodokan penisnya ke payudaraku, seolah sedang menyetubuhi payudaraku. Kadang dia menaik turunkan penisnya ke belahan dadaku. Aku diam saja menikmati perlakuan Wisnu. Ini merupakan pengalaman baru bagiku, dimana lelaki begitu dominan terhadapku.


“UUrggghh.” aku kaget ketika penis Wisnu dimasukkan ke mulutku. Aku berusaha menggerakkan kepalaku. Dan beberapa saat kemudian, penisnya menyemburkan sprema, sangat banyak, dan panas. Aku terpaksa menelan sperma Wisnu, karena kepalaku ditahan, dan penisnya tetap di dalam mulutku.


“Uhuk uhuk. Jahat banget sih Wis, hampir mati rasanya, ga bisa napas tau.”

“Hehehe.”


Kami kemudian berciuman mesra, begitu hangat, begitu lama.


Wisnu hanya tertawa. Kulihat dia puas atas perlakuannya terhadapku. Karena hampir tengah malam, aku membiarkan dia menginap di kosanku. Sepanjang malam, tak ada kejadian lain yang berlangsung.


Kali ini kami berdua tidur tanpa sehelai pakaian apapun. Aku membiarkannya menyusu di payudaraku hingga dia terlelap.


“Maafkan aku kekasihku, sepertinya aku menemukan kepuasan dari lelaki lain, meskipun dia tidak benar-benar menyetubuhiku.”
 
Wah binal juga nih sari...
Bisa-bisa nanti nikah nya sama wisnu bukan pacar nya yang sedang kuliah ngga lulus-lulus di lain kota.
 
Munurutku sih mending pov satu orang aja biar mudah berimajinasi. Klo berubah2 kyaknya agak susah hhhh. Sory hu ane cuman perpendapat aja hhh
 
POV Sari

“Maafkan aku kekasihku, sepertinya aku menemukan kepuasan dari lelaki lain, meskipun dia tidak benar-benar menyetubuhiku.”

Hohoho
Sesuai dugaan ane....
:pandajahat:

Ayo, sari...
Taklukkan semua cowo di tempat kerjamu, biarkan cowokmu kering diujung sana
Wkwkwk
:konak:
 
Sejujurnya, aku juga berharap agar Wisnu menjamahku lagi

berarti sari pernah dijamah sama wisnu sebelum ini hu?
 
Bimabet
Bagi saya itu terlalu cepat suhuu.. Seharusnya perang batin dimunculkan lebih greget

Ampuuun
:ampun:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd