Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Senyuman Kekasihku

Makasih neng updatenya. Ternyata tamu yg tak diundang itu ortunya vale. Semoga rissa pake pakaian yg sopan pas menyambut mereka. Kalau kondisi pakaiannya seksi seadanya bisa-bisa si vabio mupeng berat dan nafsu lihatnya kan udah lama dia gak enak-enak sama mami martha. Yg ada gak jadi ngelamar siren karena gak fokus.
:pandaketawa:
 


Salam sejahtera om momod, om mimin, para subes dan semproter. :ampun:

Kali enih eneng bikin cerita genre campur aduk semoga dapat diterima. Berjudul Senyuman Kekasihku.

• Ada gokilnya semoga bisa bikin ketawa sama dara belia yang satu enih.

• Ada romantisnya.

• Ada sedihnya juga tapi jangan pada nangis.

• Jangan berharap konflik berat disini.

• minim ss.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, jalan cerita, karakter mohon maaf.

Pembuatan cerita sebelumnya dibantu sama master poliklinik @Nicefor

Kalo pembaca pada baper alhamdulillah, mungkin karena kakak eneng @D 805 KI

Salam sungkem dan sayang buat abah @rad76 :ampun:

Kalo ceritanya ngeselin timpuk bata ke mamang @RSP27 ajah, jangan ke eneng :ngacir:

Puisinya jelek? Gombalan garing? Gak bagus? Gak indah?
• Iih kan eneng bukan anak sastra.

Tolong dimaafkan dan dimaklumi jika masih berantakan, karena enih tulisan ketiga eneng.


Bioskop semprot dibuka......


Senyuman Kekasihku


"Jika ada yang lebih bersinar daripada bintang
Itu pasti kamu

Jika ada yang lebih indah daripada rembulan
Itu pasti senyuman kekasihku"


Dandelion berguguran terbawa semilir angin dan terbang jauh.
Bunga liar itu kini tampak semakin layu tanda satu musim telah berakhir.

Sesaat aku terpana melihat cahaya jingga yang muncul dan meredup tenggelam ditelan kegelapan.

Siren Kana



Bibit randa tapak akan tumbuh kembali dimanapun ia terjatuh, Sayang.

Maaf, kau telah melewati mekarnya bunga tanpa kehadiranku.

Revan Apriliano



Cuplikan :

"Mah, kenapa kita celalu kecini?"

"Karena ini adalah tempat yang paling indah, Sayang."




Cover by @RSP27

Imaacih eyang sayang... :ampun:
[/


Der... start baca yah Neng… semoga senyuman kekasihkunya seindah senyuman eneng...
 
Terakhir diubah:
Petromax A...
Ada hadiahnya loh :o


Aihh cepet jasa...

Tak cokot ta :lol:

Si pahit lidah teh saha om?


Puisina ndhak ada pakde? :sendirian:

Hastaga...
Katana keabisan adonan, hayo atuh mang..
Mau saran gak?

Imaacih :panlok4:

Di skip ki, kepanjangan eta mah.
Lanjutin nanti yah hehe..

:kopi::kopi::donat: ngopi duyu ki :D

Aihh cepet jasa...(bahasa Tangerang na kaluar.......)
 
Selesai sudah Marathon nya...

Dua kumbang berebut satu bunga,adakah kerelaan diantaranya...
Bukankah generasi pertama anak Adam
Menumpahkan darah saudaranya untuk untuk seorang wanita...
 
Terakhir diubah:
Senyuman Kekasihku

Part 26. Di Lamar








Siren mengerjap pelan, tidur lelapnya terganggu karena guncangan kendaraan yang ia tumpangi. Pelukannya pada perut Revan di pererat. Kepalanya merapat bersandar ke dada bidang Revan.

"Sampai mana ini, Kak?" tanyanya sembari menguap, tidak ada malu-malunya.

Revan terkekeh pelan. Ia gemas sekali dengan kekasihnya yang menurutnya sangat lucu.

"Sebentar lagi sampai, Sayang."

Diusapnya lembut dahi Siren dan menyampirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik Siren ke telinga.

"Lama banget sih, Kak. Pegel tahu." keluh Siren. Matanya terbuka, ia tegakan duduknya dan meregangkan tubuhnya seraya merilekskan otot-otot yang kaku.

Revan tersenyum simpul. Ia tak begitu menanggapi celotehan Siren. Lagipula harusnya Revanlah yang pegal karena Siren hanya tertidur sepanjang perjalananan. Revan memaklumi Siren yang kelelahan lantaran percintaannya beruntun.

Revan khilaf, sekhilaf-khilafnya. Semalam saja sudah beberapa ronde sampai pagi. Siangnya terulang kembali gara-gara ketagihan bersetubuh.

Berbagai tehknik diperagakan dari mulai gaya konvensional hingga gaya profesional.

Alhasil selama 3 jam perjalanan Siren tertidur pulas dipelukan Revan. Hari sudah menjelang sore. Mobil memasuki tempat wisata dengan panorama sangat indah. Hamparan daratan tinggi terlihat amat mengagumkan dan menenangkan dari balik kaca jendela mobil.

Kendaraan mulai memadati area parkir. Setelah membayar karcis, mobil kembali melaju dan mencari tempat pemberhentian. Mobil terparkir dengan rapih dibantu petugas penjaga parkiran.

Revan keluar dahulu dari dalam mobil, ia memakai ransel dan mengulurkan tangannya untuk kekasihnya agar segera turun.

"Pak sopir, bapak tunggu disini saja yah. Jangan ngintipin kita pacaran." tukas Siren sebelum keluar dari mobil.

Si sopir senyum-senyum melihat dari kaca spion. "Baik, non." jawabnya patuh.

Siren terpesona mengedarkan pandangan menatap pegunungan di depannya. Ia melipat tangan di depan dadanya merasakan hawa sejuk bagai menyentuh pori-pori hingga ke tulangnya.

Siren merasa sangat beruntung, karena Revan sudah menyiapkan mantel yang pas dengan ukurannya.

Karena sebelumnya Revan sudah bisa menebak apa yang akan dibawa Siren. Isi kopernya kebanyakan barang-barang yang tidak diperlukan.

Makanya sebelum pergi Revan sendirilah yang menyiapkan seluruh keperluan Siren dari mulai tas, sepatu, celana jeans panjang, mantel hangat, hingga syal.

"Dingin yah, Kak. Kakak tahu saja tempat pacaran yang enak." Siren berkhayal mesum.

Revan terkekeh, mengacak rambut Siren.

"Iih Kakak kebiasaan deh." Siren mencebik kesal.

"Kakak gemas sama kamu." jujur Revan. Ia menggemgam tangan kanan Siren. "Tempat ini special bagi Kakak. Kenangan masa kecil Kakak."

Revan memandang jauh ke dua bukit menjulang tinggi bak lukisan di hadapannya. Ia terkenang kembali saat ibunya membawanya kesini kala usianya 10 Tahun.

Ya. Sebelum mengasingkan diri ke Thailand, ibunya Marta memang mengajaknya ke tempat ini. Kampung halaman kakek angkat Marta yang sempat merawatnya sebelum ia menetap di Thailand.

Siren tergugu melihat raut sedih di wajah Revan. Ia ikut merasakan apa yang Revan rasakan.

"Jangan sedih, aku sayang Kakak selamanya."

Siren mendekat dan memeluk Revan. Sedang Revan tersadar dari lamunan. Hatinya melumer, gadis yang ia cintai, menyayangi kekurangannya dengan tulus.

"Kita jalan. Kakak ada kejutan buat kamu."

"Beneran?" mata Siren berbinar-binar. Pelukannya dilepas, kedua tangannya memegang pipinya sendiri. "Aku tahu Kakak mau ngelamar aku kan?" lanjutnya kegeeran.

"Tidak. Kakak hanya ingin menunjukan sesuatu." kilah Revan tersenyum tipis.

"Kok gitu?" protes Siren. "Dasar patung."

Siren menghentakan kakinya kesal dan berjalan sembari mengegangkan kaki, ia meninggalkan Revan di belakang.

Revan tergelak geli melihat kekasihnya berjalan sangat aneh. "Jalannya biasa saja, Sayang."

Siren berbalik menghunuskan matanya tajam. "Ini kan gara-gara Kakak." tangannya bertolak pinggang.

"Kamu yang mancing." Revan mendekati Siren, bibirnya berbisik halus. "Kakak akan belikan sabuk yang tidak mudah putus."

Semburat merah muncul di wajah Siren. "Iih Kakak ngomong apa sih." sahutnya pura-pura polos. "Itu kan biar Kakak tidak kabur."

Revan tergelak, memeluk mesra kekasihnya. Mereka tak sadar para pengunjung yang berlalu-lalang memperhatikan mereka berdua berbisik-bisik.

"Kak dilihat orang malu." ucap Siren pelan. Namun perlukannya sengaja dipererat. Bibirnya melancip, mengejek para wanita yang ia tahu dari tadi selalu memperhatikan Revan. Seolah ingin menunjukan kalau Revan hanya miliknya.

Wanita mana yang tidak terpesona memandang pria blasteran Italia dan Thailand seperti Revan. Walaupun pahatan wajah Italiano sudah bercampur dengan keimutan wajah sang ibunda. Namun tak mengurangi wibawa dan pesonanya.

Apalagi jika tersenyum. Bisa membuat banyak wanita rela memberikan kenikmatan secara cuma-cuma.

Siren saja sampai kesengsem. Debaran jantungnya bertalu-talu. Meskipun sudah berkali-kali bercinta dan mendesah bersama.

"Kita lanjutin jalannya?" ajak Revan.

Siren mengangguk dan tersenyum, ia menyetujui usul Revan. Mereka berjalan bergandengan menelusuri jalan setapak. Menuruni tangga dan berhenti di taman.

"Tas Kakak isinya apa?" Siren melihat ransel Revan yang penuh.

Revan menoleh sesaat ke belakang melihat ransel yang ia bawa. "Snack buat kamu. Bukankah kamu suka makan?"

Siren nyengir kuda lalu mengerutkan dahi. "Kapan belinya? Dari semalam kan Kakak sama aku."

"Kakak meminta mereka yang membelinya." Revan menengok ke belakang.

Siren mengikuti arah mata Revan dan menoleh. Ia terkejut melihat Phaitoon dan Channarong yang tiba-tiba berada di belakang membuntuti mereka, menjaga jarak.

"Sejak kapan mereka ada disini? Kok aku tidak tahu, Kak."

"Sejak kita berada disini."

"Jadi mereka yang selalu menyiapkan makanan buat kita?"

Revan mengangguk. "Iya, Sayang. Tugas mereka memang menjaga kita."

Siren memanyunkan bibirnya. Acara ingin berdua saja dengan kekasihnya terganggu dua makluk kembar muka datar beda usia.

"Kalau gini sih namanya bukan bulan madu ih." gumamnya sebal. "Suruh pergi, Kak. Aku mau duaan saja sama Kakak. Yah baba! Jangan-jangan semalam mereka ngintipin kita!!" seru Siren terpekik.

Pikirannya melayang penyatuan semalam. Desahan yang ia keluarkan keras sekali, hingga bisa terdengar sampai rumah tetangga.

Siren menutup mulut dengan kedua tangannya. Sedang Revan terkekeh dan menggeleng kecil, ia tidak menyangka pikiran kekasihnya sekonyol itu. Ia menghela napas sesaat. Kemudian tangannya merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan menelpon seseorang.

Revan menghubungi seseorang dengan bicara bahasa Thailand beberapa menit. Siren natap curiga. Ia mendekati Revan, telinganya ia dekatkan dengan gagang ponsel.

Revan menegang sesaat setelah bergesekan dengan Siren. Kekasihnya melompat-lompat, kepoh ingin mendengar pembicaraan. Ia seolah tidak sadar memberi efek maksimal pada milik Revan yang tersentuh tak sengaja dengan perutnya.

Revan meremas dan menahan erat pinggang kekasihnya agar berhenti bergerak. Tapi apalah daya, Siren sangat ingin tahu siapa yang dihubungi Revan. Pria atau wanita?

Siren berhenti bergerak saat ia mendengar suara pria menjawab telepon. Hatinya lega. Ia menjauhkan tubuhnya dari Revan. Namun gerakannya terhenti karena Revan merengkuh pinggangnya sangat kuat.

Siren malah cekikikan dan ngusel-ngusel senang di dada Revan. Membuat Revan melenguh tertahan. Seleting jaket yang Revan pakai di buka.Jari telunjuknya berputar-putar mengelilingi puting Revan.

"Sayang, sebentar." pinta Revan masih bercakap-cakap di telepon.

Kekasihnya malah memencet dan memelintir pelan puting Revan. Pipi Revan bersemu merah dan menahan napas. Siren makin jahil, tangannya kini merambat ke celana Revan yang membesar dan mengelusnya perlahan dari luar celana.

Revan membulatkan matanya. Telepon ia matikan dan tangannya menangkap pergerakan tangan Siren yang hampir masuk ke dalam celananya.

"Banyak orang, Sayang."

"Lagian telponnya lama. Memang ada yang lebih penting dari aku?" sarkas Siren.

"Tidak ada satu orangpun yang lebih penting dari kamu, Sayang. Kakak hubungi Phaitoon. Kamu bilang tidak mau diganggu."

"Apa mereka sudah pergi?" tanya Siren celingukan.

Revan mengangguk.

"Yess!!" pekik Siren kegirangan. Meloncat memeluk Revan. Kakinya melingkar ke pinggang Revan kuat.

Revan terkejut. Untung saja mereka tidak terjatuh bersama. Revan menahan kuat pinggang Siren.

Posisi seperti ini yang mereka pakai saat Revan kerasukan setan napsu. Napas Revan memburu, jika tempat ini sepi Siren pasti sudah polos dibuatnya.

Revan menurunkan Siren kembali. Menahan gejolak gairah yang akan ia tebus saat di villa nanti.

Mereka melanjutkan perjalanan. Melihat panorama menakjubkan terpampang di depan kedua insan tersebut. Pewisata berdatangan dan mulai ramai menikmati keindahan alam disini.

Tanaman liar tumbuh di sepajang jalan setapak. Padang rumput di penuhi bunga bermekaran yang condong ke arah barat.

Akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga. Mata Revan terpaku pada sederetan bunga yang merunduk.

Siren celingak-celinguk heran melihat Revan melamun. "Kakak liatin apa?"

"Dulu disini terdapat banyak sekali dandelion."

"Dandelion?!"

Revan tersenyum tipis. "Dandelion atau Randa Tapak adalah tanaman liar jenis Taraxacum, dari famili Asteraceae yang berasal dari Eropa dan Asia yang kemudian menyebar ke segala tempat. Termasuk ke daerah sini. Bunganya sangat indah, jika mekar akan berwarna kuning." jelasnya pada Siren.

Siren menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kakak kan cowok ngapain suka sama bunga." ia cengar-cengir.

"Kakak suka pilosofi bunga itu. Serpihan-serpihan kecil bunganya yang ringan akan terbang terbawa angin dan menyebar kemana pun ia mau, yang akhirnya akan tumbuh menjadi bunga baru di tempat ia jatuh dan membawa kehidupan baru. Bunga dandelion, terlihat sangat rapuh, namun sangat kuat, sangat indah, dan memiliki arti yang dalam. Kuat menentang angin, terbang tinggi dan menjelajah angkasa, dan akhirnya hingga di suatu tempat untuk tumbuh menjadi kehidupan baru."

Siren mangguk-mangguk. Ia tertarik oleh penjelasan Revan. Bibirnya membentuk hurup O. "Ohh.. Bunganya yang mana, Kak?"

Revan menuntun Siren ke arah semak bebatuan kecil yang berada di pinggiran telaga.

"Ini bunganya. Namanya dandelion."

"Mirip bunga krisan, Kak. Warnanya kuning. Gimana cara terbangnya?" Siren mengerutkan dahi, ia menelisik lebih dekat dan berjongkok.

"Ini baru mekar, Sayang. Bunga liar itu nantinya akan berwarna putih dan akan mudah tertiup oleh angin."

Siren bangkit berdiri disamping Revan.

"Oh.. Begitu.. Pengetahuan aku tentang bunga sedikit, Kak."

"Bukannya kamu punya kebun di teras samping. Semua bunga yang kamu tanam indah, Sayang."

Siren menggeleng tak setuju. "Bagiku yang paling indah itu selalu melihat senyuman Kakak."

Hati Revan melumer. Kejeniusan otaknya tak berpungsi melawan gombalan Siren.

"Beliin bibitnya yah Kak. Aku mau tanam di kebun nanti."

"Iya. Nanti Kakak belikan bibitnya."

"Celana dalam kesayangan aku juga gantiin, Kak." ceplos Siren teringat celana dalam kesayangannya yang di robek Revan.

Revan tergelak. Tangannya memegang perutnya sakit tertawanya kencang sekali.

"Kok ketawa sih? Aku tuh serius, Kak."

Siren memanyunkan bibir kesal. Ia jadi terbayang detik-detik terakhir tercerai-berainya ikatan benang sutra segitiga pembungkus terakhirnya semalam.

Revan menahan tawanya. "Maaf, Sayang. Kakak bisa tertawa lepas jika bicara dengan kamu." tangan kirinya merangkul kekasihnya. "Sabuknya mau juga?"

"Mau. Tapi yang sama persis yah, Kak. Tadi pagi Kak denden telpon nyariin sabuknya." polos Siren.

Padahal Revan ingin mengusilinya tapi di tahan takut kekasihnya akan ngambek lagi.

"Iya, Sayang." Revan mengacak kembali rambut Siren gemas.

"Jangan, Kak. Ih sudah rapih rambut aku."

"Kakak tidak tahan kalau lihat kamu cemberut."

"Kiss dong, bukan diacak-acak."

Cup.

Siren membulatkan matanya seakan tidak percaya Revan mengecup bibirnya di depan umum. Revan kan pendiam dan pemalu!

Sepertinya Revan telah banyak berubah setelah berpacaran dengannya.

"Kakak sehat?"

"Kenapa?"

"Tumben berani? Disini kan banyak orang, Kak. Lihat deh mereka ngeliatin."

"Kakak tidak perduli. Karena yang Kakak perdulikan hanya calon istri Kakak. Yang sekarang tepat berada di hadadapan Kakak."

Siren merona. Debaran jantungnya kencang sekali. Revan sudah mulai mahir merayu. Ucapan kekasihnya barusan merupakan mata air abadi di padang rumput hatinya. Jiwanya damai berdekatan dengan Revan.

"Kakak tahu kan, setiap hari aku sering jatuh?" ucap Siren menyendu.

"Iya. Jalannya hati-hati Sayang."

"Bukan itu."

"Lalu?"

"Jatuh hati sama Kakak." Siren cengengesan.

Revan tergelak kencang. "Kakak kangen sama rayuan maut dan puisi-puisi kamu."

"Aku juga, kangen godain Kakak. Apalagi lihat pipi Kakak merona merah. Rasanya pengen cium bibirnya."

Cup.

"Ih Kakak tidak permisi dulu. Kalau kiss itu yang lama Kak." protes Siren. Tapi senyumannya kian melebar. "Dilihat orang tuh."

"Mereka sibuk dengan pasangan mereka masing-masing." Revan senyum-senyum.

"Oiya, Kak. Kalau lihat telaga begini kayaknya mau mandi deh."

"Nanti tenggelam, Sayang."

"Yah gapapa. Kan tenggelam bersama gairah dan percintaan kita saja." Siren makin ngayal. "Tapi, Kak. Seks dalam air keren juga kali yah, Kak." Siren terkekeh mesum.

"Airnya sangat dingin Sayang."

"Nanti juga hangat. Yang penting kan pemanasannya harus tepat."

Revan menggeleng kepala pelan. Menjelaskan sesuatu pada kekasihnya tidak bisa hanya dengan teori, ia harus mempraktekannya secara langsung di rumah nanti.

"Cahaya jingga akan tenggelam."

Pandangan Revan kini tertuju pada garis piringan yang hampir menghilang di telan cakrawala. Siren ikut menoleh menyaksikan sinar emas kemerahaan.

"Indah sekali."

"Iya keren Kak."

Matanya kembali menatap Siren. Siluet tubuh kekasihnya disinari cahaya keemasan. Revan mengeluarkan kotak kecil dan membukanya sedikit, menunjukannya di depan mata Siren.

Siren terpaku melihat kilauan cincin berlian tepat berada di depan matanya. Kilau putihnya beradu dengan matahari senja. Bentuk cahanya kini seperti bintang.

"Kakak pakaikan."

"Ini buat aku, Kak?"

Siren masih terperangah. Mulutnya terbuka lebar. Yang ada dalam pikirannya, betapa mahal harga berlian itu.

Revan tersenyum, mengeluarkan cincin berlian putih dan menggapai jemari Siren. Kedua pasang mata bersirat cinta, terkunci.

Dengan restu sinar kemerahan di langit sore. Cincin itu perlahan melingkar di jari manis Siren.

Di dekatkannya kelima jari tersorot dengan mata penuh takjub. Debaran di dadanya berdentum hebat.

Siren berkaca-kaca, ia terharu. Impiannya menjadi kenyataan setelah penantian panjang. Ia menyentuh pipi Revan sebelah kanan dengan tangan kirinya yang memakai cincin, diusapnya lembut dengan ibu jarinya.

"Pernah suatu hari ragu menyelimuti asa
Aku dan kamu tenggelam pada ego
Yang merajai kebodohan dibasuh penderitaan
Tapi itu dulu!
Kini tersematlah sebuah janji
Berwujud lingkaran cinta dijari manisku
Aku hanya ingin bersama dengan si pemilik hatiku
Bernapas bersama aliran darahmu
Terbuai abadi di putihnya kasihmu
Hanya itu
Miliki aku selamanya."

Bulir air kebahagiaan menetes tak terbendung lagi membasahi pipi Siren.

Revan trenyuh, matanya berkaca-kaca. Kedua tangannya menangkup kedua pipi Siren.

"Sentuhan jemarimu di wajahku
Bagai hangat terik mentari yang menyinariku
Senyum terindahmu menghilangkan duka
Yang selama ini membelengguku
Kuhitung setiap langkah kebersamaan kita
Sepertinya masih kurang
Karena aku ingin terus menghitungnya sampai waktuku habis
Kaulah satu-satunya cahaya dalam hidupku, kekasihku
Tu sei la mia per sempre.
(Milikku selamanya)."



Bersambung ke Part 27.






Mohon maaf jika masih banya typo :ampun:

Setelah perenungan, pergolakan, dan pertimbangan. Nanti eneng akan selalu memakai author pov sampai waktu yang di tentukan. :D

Ini semua dikarenakan gaya bahasa eneng yang labil.

Tapi suwer tekewer kewer deh.
Tees berani sumpah demi duit ceban mamah maksa :pandaketawa: ini semua murni tulisan eneng. Mesti beberapa ada yang dibantuin editor sih 😂 tapi dikit loh 😃

Moga terhibur yah :angel:
 
Terakhir diubah:
Mana? Kan janjinya setelah disuwir mau up. Boong iiih...
Udah nih A.
Kasih tau gak ya ;);)
Meluncur yuk om udah up nih.
D antosan atuh teh NU nganggur choco chip na..
Dikit dikit yah karang mah kuenya. Alnya bahan udah pada naek :lol:
andai ane masih:gubrak: keturunan asal si Pahit Lidah bisa gawat se forum, Om... pada jadi batu mereka tiap quote post mereka yang ane kirim...
:takut:
Hehehe.... Kuy sini om, baca ae cerita eneng.
Makasih neng updatenya. Ternyata tamu yg tak diundang itu ortunya vale. Semoga rissa pake pakaian yg sopan pas menyambut mereka. Kalau kondisi pakaiannya seksi seadanya bisa-bisa si vabio mupeng berat dan nafsu lihatnya kan udah lama dia gak enak-enak sama mami martha. Yg ada gak jadi ngelamar siren karena gak fokus.
:pandaketawa:
Cinta Vab cuma buat mamih marta om. Rissa punya singa jantan sendiri :lol:
Der... start baca yah Neng… semoga senyuman kekasihkunya seindah senyuman eneng...
Kasi saran ma kripiknya dong om.
Kasi gombalan juga boleh tapi khus buat teesnya :o
Aihh cepet jasa...(bahasa Tangerang na kaluar.......)
Nuhun updatena Neng @gadissoyu, makin mantap aja, ditunggu lanjutannya.
Hampir bener om :D

Silahkan ngopi duyu om :kopi::kopi:
Selesai sudah Marathon nya...

Dua kumbang berebut satu bunga,adakah kerelaan diantaranya...
Bukankah generasi pertama anak Adam
Menumpahkan darah saudaranya untuk untuk seorang wanita...
Om ngomong apaan?

Terus eneng sapa yang rebutin? :mati:
Yoyoyoyoyoyoo
Yoyoyoyoyoyoo (2)
Nuhun nya udah mampir :ampun:
Pertamax... Dari belakang lagi.. Jia aa.. Sekalinya calon besan bertamu eeh dapet suguhan auh auh.. Matursuwun sajiannya ya neng..
Yang mantennya ae duyu om, calon besan nanti gapapa hehe..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd