Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SERI PETUALANGAN SURADI

Ugi belum juga menyapu Ceu Lilis

Padahal Lilis sula nyapu malam2 🤣🤣
 
Salam sehat selalu suhu sumandono...eh salam waras selalu...🤗....
 
Keren suhu, update trus, tapi was was jg jgan" si ugi bs ke cyduk di kira sembunyiin barang bukti (koper merah)
 
Saya menemukan sesuatu di crita ini...adakah para pembaca sekalian juga menemukan "sesuatu" itu?
Ah mungkin emang cuman perasaan saya saja.....wes lah rasah di pikir..marai edaan....hahahaha
 
Saya menemukan sesuatu di crita ini...adakah para pembaca sekalian juga menemukan "sesuatu" itu?
Ah mungkin emang cuman perasaan saya saja.....wes lah rasah di pikir..marai edaan....hahahaha

Hm. Kelihatannya serius nih.:beruang::beruang::beruang:
 
Ugi mendadak kaya
Btw lanjut suhu...masa komeng mulu dri tadi😁😁😁😁
 
40

Minggu pertama di bulan baru, biasanya memang agak santai. Ugi lebih banyak jadi sopir bosnya daripada jadi kuli. Beberapa kali Pak Suradi menyuruhnya mengenakan Safari dan mengantarnya ke sejumlah tempat.

Pernah suatu kali, Bu Iis, istri bos, menanyakan ke mana saja Ugi mengantar bapak. Ugi menceritakan secara ditail tempat-tempat mana saja yang dikunjungi bosnya.
"Bapak melakukan lobby dan negosiasi, Bu. Saya tidak pernah jauh membawa tasnya." Kata Ugi.
"Kamu enggak bohong, Gi?"
"Enggak, Bu. Bapak emang sangat pendiam ya bu, bulan-bulan belakangan ini." Kata Ugi.
"Menurut kamu kenapa kira-kira, gi?"

Ugi menarik nafas dalam-dalam.

"Menurut saya bu, maaf, bapak melakukan banyak sekali lobby dan negosiasi, tapi hanya sedikit yang berhasil. Tapi bapak enggak pernah kelihatan patah semangat, bu." Kata Ugi.
"Ya, bos kamu itu memang bandel dan pantang mundur. Ibu cuma khawatir sedikit, dia ada main sama perempuan lain."
"Mana... mana mungkin begitu, bu? Ibu terlalu berlebihan." Kata Ugi.
"Soalnya... " Bu Iis menghentikan kalimatnya. "Ah, sudahlah. Dibilangin juga belum tentu kamu ngerti. Eh, Gi, Ibu ada HP bekas kamu mau?"
"Mau sekali, Bu."
"Masih bagus, Gi. Androidnya juga enggak jadul banget. Mau?"
"Mau, Bu. Mau."
"Tapi kamu harus jelaskan yang sejelas-jelasnya siapa perempuan yang bernama Linda. Jika menurut ibu penjelasanmu jujur dan masuk akal, Ibu kasih HP ini buat kamu. Setuju?"
"Siap, Bu. Namanya Ibu Anastasia Melinda Liem, pengusaha dari Jakarta. Bapak ditelpon sama Bu Linda dan janjian di hotel Horison, di ruang VIP. Ugi ada di luar kaca bu, bisa melihat mereka. Terus mereka berjabatan tangan, esoknya kita kerja sebulan full di Majalengka."
"Ya. Terus?"
"Terus, minggu lalu Bapak nemuin Bu Linda lagi di Kafe Dono, tapi bapak geleng-geleng kepala terus kalau Ugi lihat. Enggak ada jabat tangan, Bu."
"Hm. Terus?"
"Kemarin malam, ketemu lagi di Kafe Progo. Dari jam 7 sampai jam 10."
"Enggak ke hotel?"
"Enggak, Bu."
"Kamu ikut makan di sana?"
"Ya, ikut atuh bu."
"Coba sebutkan nama menu makanannya?"

Ugi diam sebentar. Mikir.

"Kalau nama menunya Ugi enggak tahu, tapi yang jelas itu makanan Jepang." Kata Ugi
"Ya, sudah HP ini buat kamu." Kata Bu Iis sambil tersenyum.
"Sekalian sama casannya, Bu, kalau boleh." Kata Ugi sambil nyengir.
"Beli sendiri gimana sih!"
 
Bimabet
41

Usai mencuci mobil pada Jum'at sore, Pak Suradi memberi uang mingguan dan Ugi diperbolehkan pulang. Sore itu juga Ugi berangkat.

Ketika melewati ujungberung, dia berhenti di sebuah counter Hp dan membeli charger. Tiba di rumah ternyata sepi. Tidak ada Cici, emak, Cucu, bi Popong atau mang Otong. Ugi sejenak termangu di halaman depan.
"Semuanya pergi ke rumah sakit Ujungberung." Tiba-tiba Ceu Lilis ke luar dari pintu rumahnya. Ugi menoleh ke arah Ceu Lilis dan tersenyum. "Katanya mang Asep pesta minum oplosan, terus mulutnya berbusa dan dibawa ke rumah sakit." Tambahnya.
"O, begitu ya ceu?"
"Mereka berangkat tadi sore... mmm, Ugi baru datang ya? Istirahat dulu di sini yuk, ceuceu bikinin kopi."
"Makasih, Ceu, enggak usah repot-repot."
"Ga pa pa, daripada duduk di luar. Yuk, sini yuk."
"Trimakasih ceu, saya akan nyusul ke rumah sakit."

Ceu Lilis tampak sangat kecewa. Ketika Ugi membelokkan motor dan pergi, Ceu Lilis membanting meja tamu hingga hancur berantakan.

Malam itu akan menjadi malam yang menyakitkan bagi Ugi.

Rumah sakit Ujungberung bukan rumah sakit besar, dengan mudah Ugi menemukan ruangan UGD. Terlihat olehnya Cici sedang menangis di bangku panjang ruang tunggu. Ugi segera mendekatinya.
"Uwak Kang." Katanya sambil terisak. Ugi tidak mengerti. Bukannya mang Asep yang sakit karena minum oplosan?
"Emak, kenapa?"

Cici tidak menjawab. Dia memeluk Ugi sambil terus menangis.

Setelah menenangkan Cici, Ugi pergi ke UGD dan mendapatkan penjelasan bahwa tadi pagi, Mang Asep meninggal dan satu jam yang lalu ibunya meninggal juga. Menurut penjelasan dokter, Ibunya meninggal karena tumor di otaknya.
"Bu Pupung sebenarnya mengidap glioblastoma ini sudah agak lama. Ketika dibawa ke sini dalam keadaan pingsan dan ternyata tumor itu sudah stadium 4. Kami tak bisa berbuat banyak." Kata Dokter itu.

Ugi terdiam. Hatinya menangis.
"Semuanya sudah terjadi, aku harus menghadapinya dengan berani." Kata Ugi dalam hatinya. Dia kemudian menelpon bosnya dan minta cuti satu minggu.
"Cuti? Satu minggu? Ada apa Gi?" Tanya Pak Suradi.
"Paman dan Ibu saya meninggal, bos. Mohon diijinkan."

Di sana diam sejenak.
"Alamat rumah kamu kalau tidak bisa di WAkan, di SMS kan ya Gi." Kata Bosnya.
"Siap, bos!"

Ugi segera menyelesaikan urusan administrasi sampai tuntas, memberikan alamat rumah ke petugas untuk mengantarkan ke dua jenazah itu ke rumahnya. Kemudian dia bersama Cici pulang dan melapor kepada RT dan RW. Penyelenggaraan pengurusan jenazah pun segera di siapkan malam itu di Mushola RW 05. Karena kesibukannya malam itu, dia tak sempat memperhatikan Cucu, Bi Popong dan Mang Otong. Cici juga sedari tadi hanya menangis dan menangis.

Malam itu, sekitar jam setengah 12, semua urusan selesai. Jenazah sudah dimandikan dan disholatkan, siap dimakamkan besok pagi di pemakaman umum Cigoledag.

Cici tertidur di kamar ibunya karena letih. Ugi merokok di ruang tamu sendirian sambil merenung. Sekitar jam satu pagi, 2 orang Polisi didampingi ketua RW 09 dan ketua RW 05 yang sudah dikenalnya dengan baik, mendatanginya. Ugi heran sekali.
"Wah, ini, ini ada apa lagi?" Tanya Ugi.

Polisi itu, Ipda Sukardi, tersenyum kepada Ugi dengan bijak.
"Begini, Gi, saya diberitahu bahwa malam ini Ugi baru saja memandikan dua orang yang Ugi sayangi, kami mengerti Ugi masih berduka." Katanya dengan tenang. "Namun, kami juga berkewajiban untuk menyampaikan kejadian tadi siang. Begini, tadi siang Ibu Popong dan Bapak Otong serta anaknya yang bernama Cucu, mendatangi rumah Pak Oding, di RT 02 RW 09. Tujuan mereka ke rumah Pak Oding adalah untuk bertemu dengan Gugun yang pada waktu itu tidak ada di tempat. Mereka bermaksud meminta pertanggungjawaban Gugun karena, Cucu yang mengaku pacarnya Gugun, sudah hamil 3 bulan." Ipda Sukardi menghentikan kalimatnya sejenak.

"Pak Oding pada saat itu menjawab, bahwa Gugun tidak ada di tempat. Namun Pak Oding merasa heran akan pengakuan Cucu yang minta pertanggungjawaban. Menurut Pak Oding, Gugun tidak pernah bercerita bahwa dia punya pacar bernama Cucu. Bahkan menurut Pak Oding, anaknya Gugun sudah menikah dengan Enah sejak satu bulan yang lalu."

Ugi diam. Mencoba mencerna penjelasan Ipda Sukardi.

"Mendengar penjelasan itu, Pak Otong tiba-tiba naik pitam. Lalu terjadilan percekcokan mulut di antara Pak Otong dan Pak Oding. Pada saat berlangsungnya percekcokan, tiba-tiba datang Gugun bersama istrinya Enah, ternyata hal tersebut memicu Cucu menjadi histeris. Akhirnya, percekcokan antara Cucu dan Gugun tidak terhindarkan. Sementara itu, Bu Popong yang sejak tadi diam tak banyak ngomong, secara diam-diam mengambil golok yang tergeletak di dapur. Lalu dia tiba-tiba menyerang dan berusaha membacok Gugun, tapi justru yang terkena malah anaknya sendiri sehingga lehernya setengah putus, sehingga memancurkan darah segar dan meninggal saat itu juga."

Ugi mengisap rokoknya dalam-dalam. Matanya meneteskan airmata.

"Melihat ternyata justru anaknya yang terkena bacokan, tiba-tiba saja Bu Popong menjadi kalap dan mengejar Enah untuk dibacok. Beberapa warga yang kebetulan pada saat itu berkerumun, mencoba menahan kemarahan Bu Popong. Akhirnya, salah seorang warga berhasil mengamankan Bu Popong dari belakang dibantu suaminya Pak Otong. Warga kemudian mengurus jenazah Cucu dan membawa Pak Otong dan Bu Popong ke rumah sebelah untuk diredakan emosinya."

Ipda Sukardi menarik nafas panjang.

"Pak Otong dan Bu Popong kemudian minta ijin ke belakang rumah itu untuk berbicara berdua. Mereka minta agar warga jangan mendekati mereka sebelum mereka mengijinkan. Warga pun setuju. Tapi setelah lama ditunggu-tunggu mereka tidak muncul juga, akhirnya warga penasaran dan segera melihat ke halaman belakang rumah itu. Warga ternyata menemukan mereka berdua telah gantung diri secara bersama-sama di pohon mangga yang banyak cabangnya yang tumbuh di belakang rumah itu."

Ipda Sukardi menyalakan rokok kreteknya.
"Warga pemilik rumah itu adalah pedagang tali tambang plastik, jadi wajar jika di belakang rumahnya banyak tambang plastik yang disimpan." Katanya.

Ugi mengangguk-angguk. Lalu pingsan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd