Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SERTIFIKASI BIRAHI

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Beruntung sekali suhu.dapet 2 daging segar sekaligus.semoga update cepet menyusul hu :adek:
 
Paten kali lah... Sekali pusing langsung dapet 2 memek. Kenapa nggak dari kemarin-kemarin aja pusingnya? Hahahahaa....
 
Selamat sore teman-teman.

Terima kasih atas respon yang luar biasa. Mudah-mudahan dapat menghibur teman-teman semua ceritanya.

Saya jadi tertarik dg pertanyaan "mudah sekali dapatnya" yang saya temukan beberapa di sini.

Namanya juga sudah melalui proses editing, yg ditampilkan kemudahannya saja. Apalagi memang fokusnya menampilkan cerita tentang perjalanan seks si Awang. Bagian yang tidak diceritakan adalah susahnya. Sebenarnya banyak kok kegagalan tapi saya pilih untuk tidak diceritakan. Jadi jangan dianggap semudah itu ya. Namanya juga cerita, sudah melalui proses edit dan tambal sulam. Hahahaha.

Akhirnya kita sampai di ujung episode di cerita ini. Mudah-mudahan lain kali bisa menampilkan cerita yang lain. Sekali lagi terima kasih atas dukungan, kritik, dan sarannya.

Sampai jumpa lain waktu.

Salam.
 
EPISODE 7
WAKTU PENUH


Semua peserta sertifikasi sedang berada di sebuah ruangan untuk acara makan malam perpisahan. Hari ini kami telah menyelesaikan semua rangkaian pelatihan dan sertifikasinya. Semua lulus, termasuk aku tentunya. Meski tak mendapat nilai terbaik, aku berhasil menghindar dari golongan nilai terburuk. Tapi kami semua merayakan. Tiga minggu rasanya waktu yang cukup untuk membuat kami semua mengenal. Meski tentu tak semuanya me jadi akrab. Aku bertemu dengan manusia-manusia jenis baru yang cukup mengesankan, selain ada juga yang menyebalkan. Tak lupa, beberapa dari mereka memuaskan juga, di ranjang. Berhasil bercinta dengan 4 orang perempuan kucatat sebagai keberhasilan terbesar di sertifikasi ini. Dasar mesum, pikirku.

Selain peserta, semua panitia juga hadir di malam ramah tamah kali ini. Aku beberapa kali bermain mata dengan Mbak Karina. Ia menggodaku saat kami ada kesempatan berbincang. Di malam kali ini pula aku akhirnya bisa berbincang bertiga dengan Laura dan Mbak Vina, setelah terakhir terjadi di persetubuhan malam itu. Tak ada canggung. Kami bercanda sambil menikmati makanan dan hiburan. Seolah tak pernah terjadi apa-apa diantara kami. Bahkan, saat beberapa kawan lain berbaur, kami juga langsung nyetel. Aku heran sendiri rasanya.

Tak ada rencana untuk menghabiskan malam dengan salah satu dari perempuan yang sudah bercinta denganku selama sertifikasi ini. Aku memang ingin istirahat setelah otakku rasanya panas menghadapi ujian sertifikasi. Mbak Karina akan langsung balik Jakarta malam ini. Begitu pun dengan Laura yang naik kereta tengah malam. Mbak Vina juga akan kembali ke Jakarta nanti malam, sudah kangen dengan anak, katanya. Nadia? Aku tak yakin Ia mau mengulangi.

Maka dari itu kuputuskan untuk istirahat saja di kamar. Tapi rencana tinggal rencana. Tommy memaksaku untuk ikut ke bar malam ini. Ia bersama beberapa laki-laki ingin menikmati Bandung katanya. Kebetulan, ada Hisyam yang memang orang Bandung. Akhirnya, kami berlima berangkat setelah ramah tamah malam itu rampung di jam 22.00. Laura, Mbak Karina, Mbak Vina, dan beberapa perempuan lain saling berpamitan denganku.

"Kalau ke Jakarta bilang-bilang lho ya," kata Mbak Karina dengan tambahan kode dari matanya

Dasar binal. Tapi tidak apa, lumayan untuk melepas penat. Begitu pun dengan Mbak Vina. Nampaknya Ia masih membuka pintu untuk mengulangi kenikmatan malam itu. Laura lebih cool. Ia hanya basa-basi padaku. Kami berpisah malam itu, entah kapan akan berjumpa lagi.

Setelahnya, kami berlima menuju sebuah bar di jalan yang tak kuketahui namanya. Bari itu terletak di pojokan jalan. Tak terlalu ramai karena ini masih hari kamis. Kami masuk dan disambut oleh beberapa perempuan yang tentunya berpakaian seksi. Hisyam terlihat hafal dengan tempat ini. Kami diantar menuju sebuah meja yang sepertinya sudah di pesan. Pesta pun dimulai.

Selain minum, kami saling bercerita. Aku memang hanya akrab dengan Tommy. Hisyam hanya formalitas saja karena sesama peserta. Dua lainnya yakni Theo dan Kharis juga tak lebih baik. Theo termasuk populer karena tampangnya yang rupawan. Sedangkan Kharis lebih pendiam meski fisiknya mumpuni untuk digilai perempuan. Maka dari itu, tiga orang sudah bersama perempuan di sampingnya. Hanya aku dan Hisyam yang lebih banyak menikmati. Aku masih belum tertarik dengan perempuan-perempuan di sini. Hisyam mungkin jaim, atau sudah bosan karena ini kandangnya.

Satu setengah jam kami di sini, aku mulai bosan. Beberapa kali aku hanya berbincang dengan Hisyam yang ternyata sudah beristri. Ia baru setahun menikah, dan sejak menikah memang tak pernah lagi bermain perempuan. Dulunya? Di sini lah Ia biasa menghabiskan akhir pekan. Sekadar minum atau pulang bawa gandengan menjadi hal biasa. Ia ternyata cukup enak diajak berbincang. Katanya Ia mau pensiun, fokus pada istri. Mudah-mudahan saja pensiunnya lancar tanpa kendala. Sepertinya itu yang membuatnya tak digoda oleh perempuan penghibur ini. Kulihat Ia beberapa kali berbincang dengan pegawai cukup akrab. Benar-benar akamsi. Sebenarnya Ia dinas di Malang, maka dari itu Ia bebas malam ini. Apalagi istrinya juga bekerja, jelas tak bisa membuntutinya ke sini.

Aku memutuskan mengitari bar yang tak terlalu besar karena Hisyam sedang berbincang dengan salah satu pegawai. Dengan alasan ke toilet aku meninggalkan meja yang berada di pojok ini. Sungguh tempat yang strategis. Dari kejauhan, kulihat Tommy mulai bermain kerajinan tangan di tubuh perempuan yang ada di pelukannya. Kharis malah sedang berciuman. Aku tak tahu di mana keberadaan Theo. Dasar para laki-laki ini. Aku sebenarnya tak pernah berminat bermain dengan perempuan penghibur di tempat seperti ini. Beda lagi kalau nemu sesama pengunjung. Sepertinya aku belum pernah mencobanya.

Aku yang sedang menikmati pemandangan di dalam bar cukup pusing mendengarkan musik yang sedang dimainkan. Pasalnya, aku tak terlalu suka musik elektronik begini.

"Temennya Hisyam?" Sapa seorang perempuan yang entah kapan sudah ada di sampingku

"Oh iya," aku mengulurkan tangan

Kami lalu terlibat obrolan. Ia manajer F&B di sini. Kutaksir usianya lebih tua dariku. Tubuhnya ramping, setara denganku. Yang paling mengalihkan perhatian tentu payudaranya. Untuk ukuran tubuh ramping begini, gunung kembar itu terlihat menonjol. Ia mungkin memperhatikan aku yang dari tadi bosan duduk di pojokan sana.

"Temennya udah pada asyik gitu, nggak ikutan?" Tanyanya sambil menyodoriku minuman

"Kurang tertarik, Teh," kuminum tawarannya tadi

"Sama "ceweknya"?" Ia memberikan isyarat tanda petik ketika bilang begitu

"Aku nggak suka main sama cewek di tempat ginian," kujelaskan maksudku

"Lalu?" Ia bertanya lagi

"Mending sama Teteh," entah kenapa kata itu yang keluar dari mulutku

"Hah?" Ia heran, aku segera sadar ucapanku

"Maksudnya mending sama cewek random yang bukan pekerja gituan," aku mengklarifikasi

Kami tertawa. Tanda kami makin akrab. Ia memang lebih tua dariku. Usianya hampir 40 katanya. Sudah bekerja di sini 7 tahun. Kini Ia salah satu pemilik tempat ini. Sudah menikah dan punya satu anak. Aku heran, di tempat seperti ini aku bisa bertanya latar belakang pribadi seseorang.

"Udah berapa cewek yang didapetin di bar gini?" Tanyanya mengorek informasi

"Belum pernah, Teh. Suer deh. Aku cupu kok," aku membela diri meski memang begitu adanya

"Gombal ah. Jujur juga nggak apa-apa," desaknya tak percaya

"Aku juga jarang ke tempat ginian, kurang suka berisik," aku jujur saja padanya

"Ayo ikut aku," Ia memberi isyarat

Aku bagai kerbau dicocok hidungnya. Kuikuti langkah perempuan itu. Bahkan, aku belum tahu namanya. Ia juga tak kuberi tahu namaku.

Ia membawaku melewati dapur, berjumpa dengan beberapa karyawannya yang melihat keheranan. Dapurnya cukup besar dan sibuk karena tempat ini juga menjual makanan. Dan cukup enak tadi kucoba. Setelah melewati dapur, kami masuk ke sebuah ruang kerja. Tak terdengar lagi suara musik dari bar. Ruangan ini kedap suara sepertinya. Aku masuk ruangan itu, Ia mengunci pintu. Aku tahu ini arahnya ke mana, meski kurang begitu yakin.

"Biasanya anak-anak suka nyari aku ke sini," katanya tanpa kutanya

"So?" Aku pura-pura bingung

"Aku lagi horni, kamu kayaknya bersih," jawabnya enteng

Shit. Semudah ini Ia ingin melepas birahinya. Padahal Ia salah satu bos di sini. Apa tak dicurigai oleh pegawainya. Dan lagi, bukannya Ia bisa segera pulang dan melampiaskan birahi ke suaminya? Perempuan aneh.

"Susah cari yang bersih di sini. Dan aku terkesan waktu ngobrol sama kamu," Ia mengungkapkan ketertarikannya padaku

"Belum tentu aku bisa muasin kamu kan, Teh?" Aku berusaha merendah

"Aku belum pernah salah milih lawan tanding," katanya sombong

Aku tersenyum, Ia membalas. Kami lalu berciuman. Mulutnya bau alkohol. Tapi bibir tipisnya lembut menggairahkan. Ia mengajakku memainkan tempo cepat. Tak butuh waktu lama, Ia berhasil melolosi celanaku beserta dalamannya. Tangannya langsung memainkan penisku. Cekatan sekali dan terlihat berpengalaman. Setelah puas bermain dengan tangan, Ia kini sudah berjongkok dan mengerjai Si Johny dengan mulutnya.

"Uhhhh. Beda emang yang pengalaman sama enggak," ku puji Ia agar lebih semangat

Ia makin terpacu. Penisku keluar masuk mulutnya dengan lancar. Bahkan sampai diselingi dengan deept throat.

"Ohhhhhh," aku hanya bisa melenguh

Aku tak ingin jebol dulu agar jumawanya tak salah. Kubaringkan tubuhnya di meja kerja miliknya. Perempuan ini memakai terusan sepaha yang memudahkanku mengerjai tubuhnya. Benar saja, celana dalamnya sudah basah kuyup. Kulepaskan segitiga itu dan kukerjai habis-habis lubang di baliknya.

"Oohhh uuuuhhhh," Ia membenamkan kepalaku

Ia menggeliat bak cacing kepanasan. Beberapa barang di mejanya jatuh tak karuan.

"Oooohhhh give me you cock pleaseee" Ia memohon tapi tak kukabulkan

Aku ingin membuatnya orgasme dulu. Kulanjutkan pekerjaanku. Lidah dan jari-jariku tak henti mengerjai vaginanya. Kakinya mulai menjepit leherku. Gerakannya makin kacau, desahannya juga.

"OHHH GOOOOD"

Yes. Berhasil. Nafasnya memburu. Aku tersenyum penuh kemenangan. Ia bangkit, disosornya bibirku. Disapu habis cairan orgasmenya dari bibirku.

"Aku bilang apa tadi," bisiknya

Ia menarik penisku menuju vaginanya. Diturunkan pakaiannya hingga bukit kembar itu terpampang. Tak hanya besar tapi sepasang payudara itu juga bulat padat. Aku makin bernafsu ingin menjamahnya.

"OOOHH YESSSSS"

Penisku sudah amblas di dalam vagina yang sangat basah itu. Sambil kupompa, aku tak mau kehilangan kesempatan menikmati payudara bulatnya. Kujilati tiap sudutnya dan kutinggalkan air liurku di sana. Ia makin mendesah tak karuan. Pompaanku makin meningkat kecepatannya.

"Uhhh i like this cock," Ia kembali memujiku di tengah desahannya

Aku tak terpengaruh. Fokusku tetap pada dua titik kenikmatan ini.

"Ooohhh here I goooo OOOOHHHHHHH,"

Ia orgasme, lagi. Didekap erat kepalaku dan dijepitnya tubuhku dengan kedua kakinya. Tubuhnya menegang. Aku sengaja berhenti, memberinya kesempatan menikmati orgasmenya.

Ia mendorong tubuhku. Dituntunnya aku menuju sofa di sebelah mejanya. Ia melepas seluruh pakaiannya. Tubuh telanjang dengan payudara besar membulat itu makin kelihatan seksi dengan sepatu hak tinggi yang tersisa. Yang lebih menakjubkan, ada tato mawar di perut bagian bawah. Idaman.

Ia masih belum puas nampaknya. Didudukinya penisku dan secepat kilat menenggelamkan batang itu ke vaginanya.

Kami melenguh bersama-sama. Tak ada jeda, Ia langsung memompa Si Johny. Gerakannya liar, cenderung tak beraturan. Aku tentu mengerjai payudaranya. Dengan posisi begini, bukit bulat ini bisa kunikmati lebih leluasa.

"See? Aku belum pernah salah pilih. Oooohhhh," Ia masih saja meracau memujiku, dan dirinya sendiri tentunya

Aku tak diperbolehkan bergerak. Gilirannya, katanya. Tapi kuakui gerakannya memang memabukkan. Meski aku harus menempatkannya di bawah Mbak Karina dan Dokter Ara. Penisku mulai keenakan, nampaknya tak lama lagi.

Ia makin gila. Dua kali tubuhnya menegang selama naik turun di tubuhku. Mungkin Ia orgasme lagi, tapi sama sekali tak mengambil jeda. Tubuhku basa oleh keringat. Sedangkan Ia kutambahi dengan air liurku yang memenuhi payudaranya.

"Bentar lagi, Teh. Ooohhh," aku memaksa ikut memainkan penisku

Kali ini Ia mengizinkan. Kami berpacu dalam birahi yang kian menggila. Nafasku sudah tak karuan, apalagi Ia.

"Cum in my pussy please ooohhh" Ia memohon

Aku makin cepat menyodok, Ia makin cepat bergoyang. Kami berpacu. Kami sungguh bernafsu.

"OOOHH YESSS OHHHHH OHHHHH"

"UUUHHHH YESSSSS"

Kami orgasme. Bersama-sama. Tubuhnya ambruk. Kupeluk, kudekap seerat mungkin. Kucium kening dan pipinya. Ia tersenyum. Lalu kumainkan tanganku di punggungnya. Kebelai selembut mungkin. Aku ingin Ia rileks dan menikmati orgasmenya kali ini setelah beberapa kali tanpa jeda.

"Kamu harus hubungi aku kalau ke Bandung," Ia terkesan denganku

Kamu berpandangan. Bibir kami bertemu. Mesra sekali kami dalam posisi ini. Penisku bahkan belum lepas dari vaginanya.

Setelah beberapa menit di posisi ini, kami akhirnya saling melepaskan diri. Ia menuju toilet yang ada di ruangannya. Saat kembali, Ia segera berpakaian. Ganti aku yang membersihkan diri.

"Aku bahkan belum tahu namamu, tapi sudah orgasme 5 kali," Ia tertawa

"Kadang nama nggak penting, Teh. Yang penting kan rasanya," aku menggodanya

"Tapi nomor hapemu penting," Ia menyodorkan kertas dan bolpoin

Kutuliskan nomorku dan namaku di sana. Kutaruh kertas itu di tempat alat tulisnya.

"Taruh di sini aja, biar aman," aku lalu mencium bibirnya

"Bella" Ia memelukku sambil membisikkan namanya

Kulirik jam sudah menunjukkan pukul 01.50. Lebih dari setengah jam kami berpacu nafsu. Badanku agak lelah meski hanya orgasme sekali.

"Kamu keluar dulu ya. Tahu jalannya, kan?" Ia mempersilakanku

"Mudah-mudahan nggak nyasar," aku berpamitan dan sekali lagi mengecup bibirnya

"Thank you,"

"My pleasure,"

Kami berpisah. Aku melewati dapur dengan tatapan biasa dari para karyawan. Mungkin mereka sudah paham dengan perilaku bosnya. Aku tak peduli. Sampai di bar, kulihat temanku sudah tak ada di sana. Entah mereka balik ke hotel atau sedang memacu birahi dengan perempuannya masing-masing. Menengok sekilas, aku langsung meninggalkan tempat ini.

Sampai di hotel, aku mandi dan merebahkan diri. Tak kusangka, perjalanan di Bandung kali ini ditutup dengan nikmat. Perjalanan yang tak bisa dilupakan. Dan Bandung sangat menggoda untuk dikunjungi berkali-kali. Aku terlelap memnawa kenikmatan dan bayangan perempuan-perempuan yang sudah kunikmati di sini. Besok, kehidupan akan dimulai lagi. Meski judulnya kembali, siapa tahu masih ada yang baru.

Sampai jumpa Bandung. Permainan kali ini menyenangkan. Dan menggairahkan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd