Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY SEXFLU 2030

Dari semua episode yang sudah dipublikasikan, episode mana yang jadi favoritmu?


  • Total voters
    143
hahaha, kalo gini sih takutnya banyak yang 'pura-pura sakit'. Harus dipikirkan mekanisme test serta pengujiannya, suhu. Takutnya pada tiba-tiba pengen dicoliin.
 
Semoga polwannya jd ketularan trus pas nangkep penjahat sakau gitu
:top:
 
Mulai sekarang kita harus berdamai dan hidup berdampingan dengan virus.
Lanjutkann ceritanya.
 
menarik sekali...........hadirkan emak emak polw4n donk hu.......hadirkan yang sudah berpengalaman hehehehe
 
hahaha, kalo gini sih takutnya banyak yang 'pura-pura sakit'. Harus dipikirkan mekanisme test serta pengujiannya, suhu. Takutnya pada tiba-tiba pengen dicoliin.
Bener banget, hu. Memang banyak cacat dan lubang logika dalam cerita ini, soalnya awalnya emang dicocok-cocokin biar pas aja. Kalau ada masukan atau ide boleh banget. Kalau ada yang mau bikin spin off dengan universe yang sama juga boleh.
 
Bener banget, hu. Memang banyak cacat dan lubang logika dalam cerita ini, soalnya awalnya emang dicocok-cocokin biar pas aja. Kalau ada masukan atau ide boleh banget. Kalau ada yang mau bikin spin off dengan universe yang sama juga boleh.

hmm, ah tapi menurut ane gak perlu terlalu gimana juga, sih. Jujur, buat ane sih gak masalah soal lubang logika yg kecil + gak terlalu menganggu. Yang penting masih bisa dinikmati story-nya.

kalo terlalu ingin perfect banget, malah rumit, jadi repot bikinnya dan gak enjoy lagi. Intinya, tetep semagat aja, hu :beer:
 
Story 3.1: LDR



Ketika wabah Sexflu mulai menyebar dan pembatasan sosial diberlakukan di Ibukota, hal pertama yang dipikirkan oleh Galih bukanlah keselamatannya, melainkan istrinya. Kartika, istrinya yang belum setahun ia nikahi itu, kini tinggal di rumah mereka di Ibukota. Sementara itu, sejak tiga minggu yang lalu Galih harus berada di luar kota karena harus menghadir konferensi yang sangat penting bagi perusahaannya.

Andai saja tidak ada wabah Sexflu, seharusnya minggu depan Galih sudah bisa pulang ke Ibukota dan menikmati liburan seminggu full bersama istrinya. Galih teringat dengan video call terakhir yang ia lakukan bersama istrinya, kemarin.

"Minggu depan kamu jadi pulang kan, sayang?" tanya Kartika dalam video call. Dalam video, istrinya sedang tiduran di kamar sambil mengenakan tanktop. Make up-nya terlihat natural dan sebagian belahan dadanya terlihat mengintip dari leher tanktop.

"Insya Allah, jadi sayangku. Kamu kok cantik banget sih?" goda Galih.

"Iya, dong. Kan mau VC sama suami. Harus tampil cantik dan seksi, biar suami inget kalau masih ada bidadari yang nungguin di rumah, jadinya nggak tergoda sama yang lain di sana," jawab Kartika sambil tertawa kecil.

"Mana mungkin aku tergoda sama yang lain di sini? Yang aku temui setiap hari teman-teman cowok semua, kalaupun ada yang perempuan, emak-emak semua."

"Iya, percaya kok. Nggak papa dong aku dandan begini, biar kamu kangen dan buru-buru pulang."

"Bukan cuma kangen kalau begini sih, tapi juga geregetan."

"Masa cuma begini aja udah geregetan? Apalagi kalau ...," Kartika tidak melanjutkan kalimatnya, ia sengaja menjatuhan salah satu tali tangktopnya.

Tali tipis sebelah kiri itu jatuh hingga ke lengannya, membuat separuh payudaranya tampak jelas, bahkan sebagian areola putingnya pun tampak mengintip usil. Galih menelan ludah. Payudara itu mulus dan kencang. Ukurannya tidak kecil, tapi juga tidak terlalu besar, kira-kira pas seukuran genggaman tangan Galih. Ia masih bisa mengingat betapa lembut dan kenyalnya sepasang benda itu. Ingin rasanya segera meremas kedua payudara itu, kemudian melumat dan menghisap putingnya hingga istrinya itu mendesah. Namun apa daya, ini cuma video.

"Aduh, semakin kangen, deh," gumam Galih.

"Kangen apa horny?" goda Kartika.

"Dua-duanya laaah...."

"Sabar ya, Sayang. Minggu depan, aku milikmu seutuhnya," ucap Kartika sambil memperbaiki tali tangktopnya. Payudaranya kini kembali tertutup, tapi tonjolan puting di balik kain tanktop itu masih terlihat jelas. "Untuk sementara waktu, kamu main sabun aja ya. Hahaha."

"Awas, ya. Aku habisin kamu nanti!" balas Galih, serasa seperti pengantin baru lagi.

"Love you, Hun...."

"Love you too...."

Galih sempat senyum-senyum sendiri setelah mengakhiri video call itu. Ia ingat, tiga hari setelah kepulangannya minggu depan adalah first anniversary mereka. Pasti akan jadi momen yang pas untuk membuat pernikahan mereka semakin mesra dan hot.

Namun harapannya itu hancur ketika tak lama kemudian ia menonton televisi dan melihat siaran pers bahwa pembatasan akses masuk Ibukota mulai diberlakukan. Penerbangan dan pelayaran menuju Ibukota dalam dua minggu ke depan akan dihentikan sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.

Galih segera menelepon bagian yang mengatur perjalanannya. Benar saja, ia diberitahukan bahwa kepulangannya minggu depan akan ditunda sampai akses masuk ke Ibukota dibuka kembali. Staf yang ia telepon sampai meminta maaf kepadanya, tetapi ia tahu bahwa itu bukan salahnya. Ini adalah force majeur yang tak bisa ditebak. Galih terduduk lemas, ia tidak tahu harus berkata apa kepada istrinya.

Akhirnya, malam ini ia memberanikan diri untuk menjelaskan kondisinya lewat pesan singkat.

Galih: Sayang, kamu udah lihat berita kan?
Kartika: Udah. Kamu mau bilang kalau kamu ga jadi pulang kan?
Galih: Iya. Maaf ya. Kalau aku bisa berenang nyeberang laut, udah aku lakuin deh.
Kartika: Gpp, aku ngerti kok. Ini buat kebaikan kita bersama. Yang penting, sama-sama jaga kesehatan ya. Insya Allah semua cepat kembali normal.
Galih: Aaamiin. Selama dua minggu ke depan aku ga ada agenda, disuruh stay di wisma. Kamu juga jangan ke mana-mana ya. Kalau mau belanja, suruh Mas Arif aja. Dia kan lagi nggak nyupirin aku, jadi dia bisa pergi belanja bawa mobil kita. Kan satu mobil cuma boleh satu orang.
Kartika: Iya, sayang. Ntar aku sampein ke Mas Arif.
Galih: Miss you, darl....
Kartika: Miss you too.... mmmuach!

Seminggu itu, Galih merasa gelisah bukan main. Ia membayangkan alangkah bahagianya bila ia bisa pulang. Rasa kesepiannya semakin menyiksa batinnya. Memang, kota tempat tugas Galih sekarang bukan zona merah, tapi semua agendanya dibatalkan demi berjaga-jaga.

Setiap malam, ia selalu berdoa agar Kartika baik-baik saja. Semoga kondisi Ibukota semakin membaik, semoga wabah Sexflu segera berakhir, semoga akses masuk lekas dibuka. Di balik itu, Galih masih bersyukur, sebab Kartika tidak benar-benar sendiri. Di sana ia ditemani oleh supir mereka, Mas Arif, pemuda yang ia pekerjakan sejak lama sebagai supir sekaligus orang kepercayaan karena sifatnya yang amanah dan sangat loyal. Selain itu, ada pula Mbak Iyem, pembantu yang bertugas membantu pekerjaan rumah tangga, meskipun sering pulang ke rumahnya di kota sebelah.

Seminggu setelah PSBB, Kartika mulai mengeluh tidak enak badan. Katanya, badannya terasa lemas dan kepalanya pusing.

Kartika: Aku nggak enak badan, sayang. Kayanya masuk angin deh. Mungkin juga karena kangen banget sama kamu. Duh, kangen banget, nggak tahan.

Galih berusaha menyangkal kekhawatirannya. Mungkin istrinya hanya masuk angin biasa. Ia terlalu takut memikirkan kemungkinan jika istrinya telah tertular virus Sexflu.

Tepat pada hari ulang tahun pernikahan mereka, Galih mencoba melakukan video call kepada istrinya. Namun lama sekali istrinya itu tak mengangkat panggilannya. Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya diangkat juga. Anehnya, suara Kartika tidak seperti biasanya.

"Sayaaaang.... mmmmh... aku kenapaaa..... ahhh...." terdengar suara Kartika mendesah dan melenguh tak terkendali.

"Say, kamu di mana?" tanya Galih, sebab videonya tak terlihat jelas.

"Aaaaah... akuu... aku... uuuh.... di kamar."

Setelah videonya mulai membaik, Galih dapat melihat Kartika sedang rebahan di atas kasur. Wajahnya tampak lemah, mulutnya terbuka, matanya sayu. Ia tak berhenti mendesah selayaknya orang yang sedang dilanda birahi. Tangan kanannya memegang handphone, sementara tangan kirinya bergerak-gerak di selangkangannya.

"Kamu kenapa? Kamu nggak lagi bercanda kan?" tanya Galih.

"Nggak.... akuu nggak tahaan.... tolong.... aaah... sesak ..... haaah ...." jawab Kartika dengan susah payah. Pelipis dan lehernya tampak basah oleh keringat.

Mendengar itu, Galih merasa sangat tertampar. Ia sadar bahwa istrinya telah terjangkit virus Sexflu dan kini sedang menampakkan gejalanya. Bila tak segera mendapatkan pertolongan, nyawa istrinya bisa terancam. Ya, nyawanya. Nyawa perempuan yang sangat ia cintai dan sangat ia rindukan. Membayangkan itu, mata Galih mulai berkaca-kaca dan dadanya terasa sesak.

"Sayang... Sayang... dengeri aku... kamu, kamu bisa tuntaskan sendiri kan?" tanya Galih dengan suara yang bergetar. "Atau, atau, aku bantu dari sini ya? Aku bantu ya?"

Kartika tidak menjawab. Ia hanya mendesah tanpa henti. Dengan agak putus asa, Galih segera membuka celananya, kemudian memperlihatkan penisnya ke arah kamera. Bodoh sekali rasanya. Ia berharap dapat membantu merangsang istrinya lewat video call agar cepat mencapai klimaks. Tapi itu percuma.

Pertama, penisnya terkulai lemas. Tidak bisa tegang. Wajar saja. Bagaimana mungkin ia bisa ereksi kalau membayangkan nyawa istrinya sedang terancam karena terjangkit flu misterius?

Kedua, Kartika dalam kondisi yang tidak bisa fokus ke layar handphone. Sejak tadi kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, menunduk dan menengadah sambil mendesah, tubuhnya menggeliat dan melengkung seperti busur panah. Bahkan memegang handphone pun ia kesulitan.

Galih semakin frustrasi. Ia merasa sangat bersalah. Andai saja ia ada di sana sekarang, ia pasti akan membantu Kartika untuk meredam birahinya. Ia akan menyetubuhi istrinya itu sekuat tenaga selama apa pun yang ia butuhkan, bahkan kalau bisa sampai virus di tubuhnya itu kalah dan musnah. Namun ia ada seberang lautan sekarang, tak berdaya dan ketakutan.

Tidak ada jalan lain, ia harus meminta bantuan orang lain. Protokol B3 harus dijalankan. Betapa pun pahit rasanya, ia wajib menyelamatkan nyawa istrinya.

Pikiran pertamanya adalah menghubungi Hotline Sexflu di 6969. Namun ia mengurungkan niat itu. Kalau menghubungi 6969, maka akan ada petugas medis yang datang ke rumahnya dan mencoba memberikan pertolongan pertama kepada istrinya. Tapi siapakah petugas medis itu? Pasti orang yang tidak ia kenal. Orang asing. Dan orang asing itu kemungkinan akan melakukan fingering, oral, atau bahkan memasukkan penisnya ke vagina Kartika, istrinya tercinta.

Ia tidak bisa melakukan itu. Ia tidak mudah percaya kepada orang asing yang belum pernah ditemuinya. Ia harus mencari pertolongan lain. Tiba-tiba ia teringat pada seseorang yang ia percayai dan paling mungkin melakukan pertolongan....

Bersambung ....
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd