Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sisi Lain Sebuah Misteri (Update Berkala Setiap kamis malam)


6cd4a61367912274.jpg


008a5b1371155190.jpg

Part 1


Mas jum mempelajari benda pemberian nyai sri anjar. Benda seperti paku berbahan dasar emas itu masih belum dia ketahui apa fungsinya. Apakah sebagai jimat, atau senjata. Hari-hari berlalu, job tak kunjung datang. Hasil dari ia menghilangkan gangguan genderuwo sudah semakin menipis. Untuk mengakalinya, mas jum kini mulai rajin puasa mutih. Selama ia sepi job besar, paling ia beberapa kali menangani job-job kecil. Misalkan menghilangkan gangguan ghaib seperti kesurupan atau korban santet. Kemudian di sela-sela sepinya job, mas jum kadang menghabiskan hari-harinya untuk naik gunung. karena baginya gunung adalah rumah keduanya. kebetulan saat itu mas jum ada rencana pergi hiking ke sebuah gunung di jawa tengah. mas jum berencana naik dengan beberapa temannya sewaktu SMA.

“jum, apa kabar?” sapa ken. sahabat mas jum sewaktu sekolah.
“eh ken, baik-baik. lu sendiri gimana ken?”
“baik jum. gimana? dah bawa bekel apa aja nih?”
“ya biasa lah, indomie, kopi, sama sarden”
“hahaha, biasa ya”
“ya emang mau bawa apa lagi?”
“iya iya. yaudah yuk jalan”

mereka berdua jalan dari kota mereka menuju barat. disana mereka berdua janji akan bertemu dengan 3 orang lainnya. 1 orang adalah salah satu teman jumanto dan ken. namanya lastri. dan yg 2 lagi adalah teman kuliah lastri sewaktu lastri kuliah di jogja. lastri dan ken sewaktu SMA pernah terlibat kisah cinta. namun kisah cinta mereka berdua pupus sewaktu ken kuliah ke surabaya, sedangkan lastri kuliah ke jogja. bukan karena mereka tidak bisa menjalani hubungan LDR. namun lebih karena saling menghargai dan tidak saling mengikat. supaya diantara mereka berdua bisa fokus pada kuliahnya masing-masing.

Tips-Jika-Datang-Bulan-Saat-Mendaki.jpg


Lastri

“ken, ini kayaknya pertama kali deh kita bakalan ketemu lastri lagi”
“iya jum. gimana ya? kemarin waktu gue telepon dia janjian mau naik kali ini dia sih enak aja ngobrolnya. gak ada canggung-canggungnya”
“bagus dong ken. jadi gak perlu bahas hubungan kalian waktu SMA ya”
“ya gak usah lah. kan gue sendiri juga dah punya cewe. dia sendiri juga dah punya cowok dan cowoknya juga katanya salah satu dari tim kita nanti jum”
“wo iyo tho? wahahaha. kalo itu sih bakalan canggung maksimal ini. lagi kenapa gak lu ajak aja ningsih. biar bisa saling pamer pacar baru”
“jancuk, gak gelem ningsih tak jak munggah gunung. cah caffe cuk”
“hahahaha. gak seru blas hidupnya cuk”
“iya, tapi ya gimana lagi, bocah e ayu pol. masa tak putusin. lha lu sendiri kapan punya cewe?”
“hahaha, gue kayaknya mau sendiri aja ken”
“lho, maksud lu gimana?”
“ya gak gimana-gimana. pengen bebas aja ken”
“tapi jum, masa lu gak mau punya anak?”
“punya anak kan gak musti nikah ken. gue bisa adopsi anak kan. sama aja tho hakikatnya”
“ya terserah lu lah jum”
“eh iya ken lu tau gak ini apa?” mas jum menunjukkan benda pemberian nyai sri anjar
“lho lho. sik sik. gue pernah liat di rumah mbah gue di surabaya ini. sama persis kaya gini jum. benda ngeri ini jum”
“emang apa ini ken?”
“kita mbah gue, ini paku kuntilanak jum”
“oooh ini tho paku kuntilanak. yang katanya kalo kita tancapkan di kepala kuntilanak bisa bikin kuntilanak jadi manusia”
“ya tetep kuntilanak ken. cuma dia jadi bisa hidup kaya manusia aja”
“oooh tau gue”
“tau apa jum?”
“nggak ken. dah gue mau tidur lah. masih panjang jalan kita ken”
“dasar muka bantal”

perjalanan panjang dihabiskan jumanto dengan tidur. sedangkan ken asyik mendengarkan musik melalui mp3 playernya. malam hari sekitar pukul 20.00 mereka sampai di tujuan. ken dengan handphone blackberry nya menelpon lastri. lastri mengatakan bahwa mereka bertiga sudah ada di sebuah rumah makan tak jauh dari tempat mereka turun dari bis. jumanto dan ken berjalan kaki menuju tempat yg dimaksud.

“halo halo. apakabar semua? oh iya gue ken, dan ini temen gue jumanto”
“halo mas ken. kabar baik semua mas. oh iya mas ini pacar lastri, mas bimo sama ini temennya mas bimo, namanya mas gagad”
“salam kenal mas ken, mas jumanto” kata bimo
“iya salam kenal juga. panggil saya jum aja”
“iya mas. jadi gimana? kita lanjut ya ke pos perizinan. barang-barangnya dinaikkin aja ke mobil mas” bimo menyuruh mereka menaikan barang-barang bawaan ke mobilnya

jumanto berbisik pada ken

“cuk, gawananne pajero cuk. awak e dewe ngebis”
“lha yo iyo, nek aku gowo ningsih opo gak tambah isin aku cuk”
“mas ayo mas. keburu malam” sahut lastri
“oh iya las”

mereka berlima melanjutkan perjalanan. dari tempat itu menuju ke kaki gunung muria. gunung muria? ya, mereka berlima akan mencoba untuk naik ke puncak natas angin gunung muria. mereka memilih gunung muria dibanding gunung yg lain karena mereka terutama ken dan jumanto merasa mereka berdua sudah lama tidak naik gunung. mereka berdua memutuskan gunung muria sebagai sarana untuk pemanasan supaya tidak kaget karena telah lama vakum. gunung muria adalah salah satu gunung yg terletak di utara jawa tengah. letaknya diantara kabupaten kudus dan jepara. gunung muria sendiri lebih sering di kunjungi oleh orang-orang yg niatnya ziarah di banding kan dengan orang yg memang hobby naik gunung. karena puncak tertingginya, yaitu puncak natas angin hanya memiliki ketinggian 1700 mdpl.

sedangkan jalur pendakian menuju puncak natas angin sendiri adalah salah satu jalur pendakian yg terkenal akan hawa mistis nya yg kental. karena jalur menuju puncak lebih sering kita temui orang yg sedang bertapa dibandingkan pendaki. target tim pendakian kali ini adalah mendaki malam sehingga dapat menikmati sunset esok pagi. jadi bimo mengendarai mobilnya mengejar sampai sana maksimal jam 12 malam. Gunung muria tidak seperti gunung-gunung lain pada umumnya yg memiliki pos perijinan, di gunung muria, para pendaki hanya akan dimintai biaya penitipan kendaraan bermotor jika membawa kendaraan pribadi. Arloji Bimo menunjukan pukul 23.38 saat akhirnya mereka sampai tempat dimana kendaraan mereka sudah tidak dapat digunakan. Bimo dan Gagad segera turun dan menitipkan mobil bimo pada warga setempat. Sedangkan jumanto dan ken menurunkan barang-barang.


"Jum, kok kayaknya gue ngerasa ada yg ganjel di hati ya"
"Halah perasaan lu aja kali ken. Udah gak usah dipikir. Tenang aja kan ada gue"
"Ya iya sih. Ya semoga aja cuma perasaan gue aja ya jum"
"Iya ken. Berdoa aja ken"
"Siap jum"
"Yuk mas, saya dah titipin mobil ke warga" Bimo bicara
"Oke mas Bim. Sebelumnya mari kita berdoa dulu. Semoga pendakian kita kali ini diberikan kelancaran dan kemudahan. Satu yg harus selalu kita ingat ya. Mendaki gunung itu untuk pulang, Bukan untuk puncak" jumanto menjelaskan pada anggota tim lain
"Siap mas. Lagian gunung ini kan cuma 1700 mas. Semua akan baik-baik aja lah" sambung gagad dengan sombong
"Eh, maaf mas gagad, lebih baik jangan begitu mas" jawab jumanto
"Iya-iya, yaudah yuk lah kita naik" lanjut gagad dengan nada yg menyepelekan

Jumanto sedikit kesal dengan kesombongan gagad. Sedangkan ken berbisik pada jumanto.

"jum, bener aja nih kayaknya firasat buruk gue"
"Hus, buang jauh-jauh pikiran lu ken"
"Ya lagian masih di bawah aja dah sombong gini ken. Kan lu tau sendiri pantangan di gunung"
"Yaudah ah. Berdoa aja semoga gak terjadi apa-apa"

Perjalanan mereka ke puncak natas angin di mulai. Mereka memilih bimo sebagai leader, karena bimo sudah pernah naik gunung muria sebelumnya, Jadi mereka merasa bahwa bimo mampu membawa tim ini naik hingga puncak. Diikuti lastri di belakang bimo, lalu ada jumanto, gagad dan di belakang ken. Di awal pendakian semua masih baik-baik saja. Kecepatan jalan mereka terbilang sangat santai. Karena mereka sendiri sepakat bahwa pendakian kali ini hanya sebagai ajang pemanasan karena jumanto dan ken sudah cukup lama vakum dalam kegiatan hiking.

Dari basecamp ke pos 1 yg normalnya ditempuh dalam waktu 30 menit. Mereka habiskan dengan lama perjalanan sekitar 50 menit. Perjalanan selama 50 menit tersebut terbilang sangat mudah namun sangat lambat. Ken yg sedari awal merasakan firasat yg tidak baik, kini ia merasa bahwa sejak basecamp hingga mereka tiba di pos 1 seperti ada yg mengikuti mereka dari belakang. Tapi Ken menganggap hal tersebut bukanlah sebuah gangguan. Ken mencoba berpikir bahwa itu hanyalah sebuah efek ketakutan karena mereka melakukan pendakian malam. Di pos 1 ketika semua beristirahat sejenak, lagi-lagi gagad berulah. Kali ini dia bilang pada semua orang bahwa dia sendiri mampu jalan lebih cepat daripada ini. Jumanto mulai kesal dengan apa yg gagad bicarakan. Jumanto lagi-lagi memperingati gagad agar bersikap rendah hati ketika mereka ada di gunung. Bimo pun demikian, ia cukup marah pada rekan kuliahnya itu. Perjalanan dilanjut, ken meminta untuk bertukar posisi dengan jumanto. Gagad lagi-lagi membuat suasana menjadi tak karuan dengan mengatakan.


"Wah bakal ada CLBK nih, awas bim hati-hati"

Kali ini ken hilang kesabaran dan melabrak gagad

"Maksud lu apa cuk?"
"Eh nggak, gue cuma bercanda kali. Jangan diambil ati lah. Chill man"
"Bercanda lu mulai gak lucu bro. Lu mesti sadar lu lagi dimana"
"Yaelah bro, selow aja kali bro. Jadi kita mau naik apa mau berantem aja disini?"
"Hati-hati mulut lu bro"
"Udah-udah, ken lu di belakang lagi aja biar gagad di belakang lastri" jumanto mencoba menengahi
"Gad, kan gue dah bilang sama lu su. Jaga sikap lu" bimo menambahkan
"Oke-oke, jadi gimana? Mau lanjut gak nih? Yaudah sini gue yg didepan. Cuma gunung muria aja lu pada ribet bgt sih"
"Yaudah oke lu didepan gad, tapi sekali lagi gue ingetin ke lu ya. Jaga mulut lu" kembali bimo menegaskan gagad

Perjalanan dilanjutkan. Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 mulai menunjukkan tantangannya. Di tengah perjalanan tiba-tiba rombongan mendengar suara raungan hewan seperti macan. Masing-masing dari mereka mendengar dengan jelas suara tersebut dan mereka semua berhenti dan saling tatap. Jumanto memecah ketegangan dan berkata lebih baik untuk tetap lanjut jalan saja dan jangan terlalu dipikirkan suara tersebut. 10 menit mereka berjalan, tiba-tiba semerbak aroma dupa yg sangat kuat merasuki hidung mereka semua. Jarak pandang malam itu sangat terbatas karena kabut cukup tebal. Lalu gagad berhenti diikuti anggota rombongan yg lain.

"Kenapa bro?" Tanya bimo
"Gak apa-apa, gue cuma ngerasa didepan ada orang"
"Mana? Gak ada siapa-siapa bro"
"Udah, udah gak ada bim. Lanjut aja yuk" lanjut gagad

Jumanto di belakang melihat sosok kakek-kakek di hadapan mereka semua. Namun sepertinya yg lain tidak melihat keberadaan kakek-kakek itu. Ketika rombongan mulai berjalan dan saat jumanto berada tepat di hadapan kakek itu. Jumanto menundukkan kepalanya seraya berkata, "amit mbah, kulo bade mlampah" yg artinya "permisi mbah, saya mau lewat". Kakek tua itu kemudian berkata, "mati". Jumanto merasa sangat takut dan ngeri. Tidak seperti biasanya yg tidak pernah memiliki rasa takut pada makhluk ghaib.

Jumanto sengaja untuk tidak memberitahu yg lainnya dikarenakan takut membuat keadaan menjadi kacau. Rombongan kembali melanjutkan perjalanan. Sudah 1 jam mereka berjalan, pos 2 belum juga nampak. Bimo berkata pada gagad bahwa sepertinya jalan yg mereka ambil merupakan jalan yg salah. Gagad masih bersikukuh bahwa jalan yg ia ambil adalah jalan yg benar. Sebenarnya pos 1 menuju pos 2 umumnya di lalui hanya dalam waktu 30 menit saja. Arloji bimo sudah menunjukkan pukul 02.45. gagad mengajak yg lain untuk mempercepat langkah karena target sampai puncak jam 4 pagi. Persiapan pasang tenda di puncak dan menikmati sunset.

Jumanto hanya diam dan berpikir, dia merasa ada yg salah dengan pendakian kali itu. Terlebih apa yg baru saja jumanto dengar dari kakek tua tadi. Di belakang jumanto mulai merapalkan mantra-mantranya. Dia meminta bantuan pada makhluk ghaib di sekitar mereka dengan berulang-ulang menyebutkan nama nyai sri anjar. Setelah jumanto merapalkan mantra. Ternyata betul-betul ada makhluk ghaib yg membantunya menunjukkan jalan. Seekor ular melintas di jalan mereka, ular itu kemudian berhenti di tengah jalan. Gagad yg melihat ular tersebut juga berhenti karena takut pada ular itu. Jumanto maju, ia yg sudah tau bahwa ular itu bermaksud membantu mencoba menangkap ular itu.

Ketika jumanto memegang ular itu, tiba-tiba ular itu berbisik dengan suara batin pada jumanto. Ular itu berkata bahwa mereka merasa marah pada gagad, mereka akan membuka jalan bila gagad meminta maaf dan tidak mengulangi perbuatannya. Jumanto berkata pada gagad apa yg disampaikan oleh siluman ular itu. Gagad kesal dan masih merasa tidak bersalah. Bimo angkat bicara tentang ini. Ia berkata keras pada gagad jika ia tidak mau merubah sikap untuk lebih bersikap baik dan sopan. Maka Bimo tak segan-segan untuk menyuruh gagad turun saja. Setelah bimo berkata seperti itu, barulah gagad meminta maaf pada semua orang yg terlibat. Namun permintaan maaf gagad seperti tidak tulus sama sekali.

Alam mulai melunak pada mereka. Jalan yg sedari awal seperti sebuah maze, kini mulai terlihat jalan yg sebenarnya. Pos 2 terlihat, mereka berlima istirahat sebentar, menghela nafas panjang sebelum mereka melanjutkan kembali perjalanan. Perjalanan ke pos 3 di mulai, waktu di arloji bimo sudah menunjukkan pukul 3.30. Kali ini lagi-lagi gangguan mistis mereka rasakan. entah dari mana kakek yg dilihat gagad dan jumanto sebelumnya terlihat sedang menapaki jalur pendakian. Kali ini semua orang melihat kakek itu. Seketika gagad menjadi pucat melihat kakek itu. Jumanto pun merasa sangat takut pada kakek itu. Belum pernah seumur hidupnya merasakan takut yg amat takut.

mereka berlima melewati kakek itu dengan sopan dan mengucapkan kata permisi. Kakek itu tersenyum saja sembari mengangguk. Perjalanan dilanjut, tak terasa mereka berlima akhirnya mencapai puncak gunung muria, puncak natas angin sesuai apa yg mereka harapkan. kemudian mereka mendirikan 3 tenda. 2 untuk bimo, gagad, jumanto dan ken, 1 untuk lastri. setelah tenda terpasang. Waktu menunjukkan pukul 5.15. Lastri mulai memasak air untuk membuat kopi dan teh. Setelah semuanya siap, akhirnya yg mereka nantikan muncul, Matahari pagi dari ufuk timur.

mereka berlima menikmati sunrise dengan suka cita. Sambil menikmati kopi dan teh, mereka berlima saling tukar cerita, Tak terkecuali jumanto. Setelah mereka beres dengan semuanya, mereka memutuskan untuk tidur karena telah melewati malam yg panjang dan berat. Bimo, jumanto dan ken masing2 langsung tertidur, Lastri pun demikian seperti nya. Sedangkan gagad tampak masih saja duduk di depan tenda menghabiskan kopinya.


"Mas, sst. Ayo" dari dalam tenda lastri memanggil gagad dengan nada berbisik
"ntar dulu. Ssst. Tak cek dulu mereka semua tidur apa nggak"

gagad melihat kedalam tenda jumanto dan bimo. Mereka bertiga tidur sudah nyenyak sekali. Lalu gagad masuk ke dalam tenda lastri. Di Dalam tenda lastri langsung melepaskan pakaiannya. Nampak payudaranya yg bulat dan kencang menantang gagad untuk dinikmati. Tunggu, bagi anda yg bingung kenapa gagad dan lastri seperti ini, saya akan menceritakannya sedikit.

sudah 4 bulan, tepatnya ketika bimo sakit cukup parah dan harus di rawat di rumah sakit kala itu, gagad dan lastri yg sebagai pacar serta sahabatnya menjadi lebih sering terlibat dalam beberapa percakapan, mulai dari yg ringan hingga akhirnya cerita tentang masalah masing-masing. Mulai dari cerita biasa hingga curahan hati. Mulai dari sekedar makan siang bareng, hingga akhirnya bobo bareng. Semua itu mereka berdua lakukan tanpa pengetahuan Bimo. Mengapa lastri masih mau menjadi pacar bimo, semuanya semata-mata karena selama menjadi pacar bimo, lastri mendapatkan apa saja yg ia inginkan. Maklum lah bimo anak tunggal dari orang yg berkecukupan secara materi.


b0a0b41371155188.jpg

kembali lagi pada pagi hari cerah di puncak natas angin, puncak tertinggi gunung muria. Tanpa ada rasa takut mereka berdua saling bergumul. Lidah mereka saling cumbu, tangan mereka saling meraba satu sama lain. Payudara lastri yg bulat di remas2 secara kasar oleh gagad. Lastri menggelinjang hebat dengan foreplay tersebut. Gagad pun demikian, penisnya yg besar sudah tegang secara sempurna. Foreplay mereka berdua bisa dikatakan berhasil dengan sangat baik. Tak puas hanya saling cumbu, kini kedua insan tersebut mulai memperagakan gaya 69. Dengan lahap lastri memasukkan penis gagad kedalam mulutnya yg mungil. Serta gagad tak mau kalah menjilati vagina lastri dengan rakus. Lastri lebih dulu orgasme dengan jilatan lidah gagad disekitar vagina lastri. Setelah itu momen yg mereka tunggu dimulai. Gagad langsung merebahkan lastri, mengangkangi kakinya lebar-lebar disambut dengan baik oleh lastri yg sudah pasrah, bahkan lebih kearah mengharapkan dengan sangat penis besar milik gagad segera memasuki liang vaginanya yg sudah becek.

Tanpa banyak kata, gagad langsung memasukkan penisnya kedalam lubang vagina lastri. Lastri menerima penis itu dengan hati yg senang. Kemudian gagad langsung menggoyangkan pinggulnya dengan ritme rendah, menusuk-nusuk vagina lastri dengan penisnya dan diiringi oleh desahan lastri. Semakin lama goyangan gagad semakin cepat. Desahan-desahan lastri mulai berubah menjadi erangan yg semakin membuat suasana semakin bergairah. Gagad merasakan vagina lastri berkedut-kedut kala ia mengejarnya dengan kecepatan tinggi. Gagad yg sudah tau bahwa lastri akan segera orgasme semakin mempercepat goyangannya. Tak lama berselang, lastri berteriak namun ia coba tahan agar suara mereka tidak membangunkan ketiga laki-laki lain yg tertidur.


"Punya kamu tuh enaknya keterlaluan mas. Gak ada yg ngalahin pokoknya mas"
"tubuh kamu juga terbaik dek. Mas juga selalu puas sama kamu"
"mas mau aku ulek kaya biasa nggak?"
"ya maulah dek. Sampe mas keluar ya"
"siap mas ku yg ganteng"

3814f71371155642.jpg

permainan dilanjutkan dengan gaya WOT. Lastri mengulek penis gagad dengan sangat liar. suhu udara yg dingin menambah panas suasana di antara mereka berdua. Lastri tak henti-hentinya menggoyangkan pinggul indahnya diatas penis gagad, sehingga membuat gagad kewalahan menahan rasa nikmat yg diberikan oleh lastri. Tak berselang lama, akhirnya gagad menyemburkan spermanya didalam vagina lastri. Lastri menerima calon janin itu dengan rasa puas luar biasa. Sebelum mereka tertidur karena nikmatnya orgasme, gagad dan lastri segera membereskan kekacauan yg mereka perbuat siang itu. Gagad kembali ke kantong tidur yg telah ia siapkan didekat api unggun yg mereka buat dan mulai tidur disana agar yg lain tidak curiga.

Ketika matahari mulai naik di atas, menandakan bahwa jam sudah menunjukkan pukul 12.00, Bimo terbangun. Dilanjutkan oleh Jumanto dan Ken. Mereka bertiga tidak tahu apa yg sudah terjadi diantara lastri dan gagad. Lastri dan gagad pun merasa sangat puas dan akan selalu teringat sensasi seksual yg mereka lakukan kala itu. Sebelum akhirnya mereka harus menyesali apa yg telah mereka berdua perbuat di atas gunung muria, di puncak natas angin.


Bersambung...


***



24cb9b1367912120.jpg
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd