Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sisil: Pacar Yang Tidak Adil

Lanjut dengan pov Sisil atau tanpa pov Sisil?

  • Pakai

    Votes: 251 78,2%
  • Tidak

    Votes: 70 21,8%

  • Total voters
    321
  • Poll closed .
SEGMEN DAG DIG DUG 1

Perkenalkan, namaku Sisil Indarwati yang biasa dipanggil Sisil, Sil, Cicil. Bukan karena chindo tapi karena lucu aja dipanggil Cicil. Aku seorang mahasiswi yang kini telah memiliki gelar Sarjana di salah satu Universitas di sebuah kota. Aku adalah pacar dari seorang cowo bernama Yanuar yang tinggalnya berbeda kota dengan kota asalku. Kita sama-sama merantau di tempat kami kuliah. Yanuar adalah teman sekelasku dari semester 1 sampai 6. 7 dan 8 nya kemana? Semester 7 hanya berisi praktik di lapangan, sedangkan semester 8 sudah fase skripsi. Berbeda dengan Yanuar yang semester 7 masih memiliki tanggungan mata kuliah mungkin karena dia seorang aktivis organisasi di kampus. Tapi aku tidak akan menceritakan tentang dia saat ini. Aku akan menceritakan tentang aku. Aku bingung akan memulainya dari mana. Tapi aku coba untuk ajak kalian untuk kembali ke masa lalu.

Cerita ini dimulai ketika aku masih bersekolah. Jangan menganggap sebuah sekolah jelek ya tapi itu kesalahan orang-orangnya. Seperti aku hehe. Aku memulai kisah percintaan ketika masih di kelas 1. Pacarku seorang kakak kelas namun berbeda sekolah, namanya Dana. Dana saat itu bisa dibilang ganteng bisa juga tidak, tapi ketika dewasa aku mengingat kisah cintaku dengan Dana rasanya geli sendiri hihihi. Aku dengan Dana menjalani hubungan yang sangat singkat, hanya berjalan 1 bulan. Udah kayak kuota internet hihihi. Dengannya aku pacaran sehat tidak ada cuddle atau semacamnya. Ya bisa dibilang pacaran yang jalan jalan ke sebuah tempat wisata. Alasan putus dengannya pun aku sudah lupa.

Oh iya di saat sekolah itu payudaraku sudah dikategorikan cukup besar dibanding teman sebayaku. Ukuran yang sangat menggoda tentunya.

Yuk lanjut. Lalu masih di kelas 1 aku memiliki pacar lagi bernama Bahar, dia kakak kelas berbeda sekolah lagi. Aku bertemu dengannya di sebuah warnet. Di duduk di komputer yang berhadapan dengan komputerku. Saat itu Bahar sepertinya secara sengaja melempar puntung rokok ke arahku. Aku yang takut tidak berani menegurnya. Aku melanjutkan aktivitasku bermain komputer sendiri di warnet. Sampai ketika dia selesai, dia menghampiri komputer dan meminta nama FB ku. Aku yang takut tanpa pikir panjang langsung memberikan nama FB ku padanya.

Aku yang masih memiliki waktu bermain sekitar 15 menit, mendapatkan notif FB permintaan pertemanan dari Bahar. Bahar mengirim pesan yang tak perlu aku tulis disini, intinya dia mengajak ku berkenalan. Hingga singkat cerita aku yang awal bertemu takut dengannya, kini sudah semakin dekat. Aku mulai menaruh hati padanya, dan aku rasa Bahar pun sama. Akhirnya hanya butuh waktu dua minggu saja aku sudah jadian dengannya. Awal pacaran dengan Bahar pun sama, hanya bermain ke wisata dan jalan jalan keliling kota. Hingga masuk ke pacaran dua bulan, Mas Bahar mulai mengajak ku ke tempat sepi siang hari. Aku tidak menaruh curiga apapun kepadanya.
Kami duduk di sebuah pondasi rumah yang belum jadi dikeliling oleh bambu-bambu. Area itu jauh dari pemukiman warga. Mungkin jaraknya hanya sekitar 1 km dari pemukiman. Mas Bahar mengajak ku berbincang kesana kemari. Mas Bahar bertanya padaku.

“yang kamu sebelum sama aku pernah pacaran?”

“pernah mas.”

“berapa kali?”

“sekali mas.”

“aku yang kedua berarti yang?”

“iya mas.”

“udah ngapain aja dulu sama mantan?”

“ga pernah ngapa ngapain mas, sama kayak mas gini cuma jalan-jalan”

“aku boleh cium Sisil ga?”

“cium apa mas?”

“pipinya.”

“boleh lah mas, kan mas pacarku”

Akhirnya Mas Bahar mendaratkan bibirnya ke pipiku. Officially, Mas Bahar adalah orang pertama yang menciumku. Mas Bahar mencium pipi kanan ku bergantian sampai dia puas. Aku hanya bisa diam karena merasakan ciuman pertama di pipiku. Aku merasakan nyaman dan seolah-olah aku dicintai dengan hebat oleh Mas Bahar, ku pikir begitu. Tangannya Mas Bahar ditaruh di pinggangku, sedangkan tanganku hanya saling menggenggam kedua tanganku. Aku bingung harus apa saat itu. Lalu gerakan Mas Bahar terlihat mengarah ke bibirku. Sontak aku kaget dan langsung memalingkan wajah. Tapi bibir kami sempat bergesekan. Entah itu bisa dikatakan cium bibir atau belum.

“loh kenapa kok gak mau yang, tadi katanya aku pacarmu tapi dicium bibirnya malah noleh ngehindar gitu?” Ucap Mas Bahar.

“aku ga berani mas tadi itu reflek dari kepalaku noleh noleh sendiri.”

“yauda sekarang mau ya dicium bibirnya?”

“engga mas, aku takut.”

“sekali aja ya?”

“engga mas aku takut.”

“yauda pipi lagi ya yang.”

“iya kalo itu boleh mas.”

Akhirnya mas Bahar kembali mencium pipiku lagi. Oh iya saat itu aku tidak mengenakkan jilbab, baju lengan pendek dan celana jeans lengan panjang, padahal aku sekolah di sekolah berbasis ya tau lah kalian hihi. Mas Bahar kini tangannya membelai rambutku yang menjuntai yang tidak aku ikat. Aku merasa semakin nyaman dengan perlakuannya. Sampai tanpa sadar tangan Mas Bahar sudah memegang payudaraku. Dan kedua kalinya officially Mas Bahar yang memegang payudaraku pertama kali. Melihatku yang tidak melawan, Mas Bahar tidak hanya memegang namun juga meremas dadaku. Aku seperti orang tidak punya pendirian. Bibir aku tolak tapi dada aku diamkan saja. Aneh saja rasanya ketika momen itu terjadi. Mas Bahar sudah melepas ciuman pada pipiku dan fokus pada payudaraku. Bahkan Mas Bahar sudah berpindah posisi. Kini kami berdua berhadapan, tapi aku tidak berani memandang Mas Bahar dan aku memilih memejamkan mata. Aku sungguh malu karena payudaraku kini dibuat mainan olehnya. Dia terus meremas walau hanya dari luar baju. Dia meremas bergantian antara kanan dan kiri. Aku sesekali hanya mengeluarkan lenguhan kecil merasakan remasan di payudaraku. Aku mengira diremas payudara itu sakit tapi aku salah. Rasanya enak dan geli meskipun di luar. Aku memikirkan kenapa Dana tidak memperlakukan seperti ini ketika pacaran dulu. Mungkin bukan rejekinya.

“yang susu kamu termasuk besar dibanting teman-temanku loh padahal dia kakak kelasmu, mungkin kamu satu angkatan sama aku ya.”

“engga mas, aku tepat waktu kok masuk sekolahnya.”

“tapi ini besar banget yang.”

“malu mas.”

“gausa malu yang kamu buka mata ya liat aku.”

“engga mas malu.”

“yauda pindah posisi ya.”

“iya mas.”

Mas Bahar kini berada di belakangku. Tubuhnya dirapatkan di tubuhku, sangat rapat. Tangannya sudah kembali memegang payudaraku. Tapi kini aku sudah membuka mata. Aku sudah leluasa membuka mata melihat sekeliling yang penuh dengan bambu. Mas Bahar selain memainkan payudaraku, dia juga menghirup aroma rambutku. “untung aku keramas, kalo gak keramas mungkin bau keringat.” Pikirku. Mas Bahar sambil terus meremas payudaraku, satu tangannya juga turun ke perut membelai perutku. Diselingi dengan menghirup rambutku, dia sesekali mencium pipi kanan ku karena kepalaku miring ke kiri. Aku merasa seperti geli banget ketika dieksploitasi seperti itu. Dari remasan, menghirup rambutku, memainkan perutku sampai mencium pipiku. Kegiatan itu terus berulang hingga tak kerasa sudah dua jam di kebun bambu itu. Akhirnya aku meminta pulang pada Mas Bahas, dan Mas Bahar pun setuju. Sampai di rumah aku hanya mengingat kejadian yang baru saja aku lakukan itu. Aku merasakan hal baru dalam hidupku, hal berbeda yang aku rasakan.

Aku sempat menyelingkuhi Mas Bahar tanpa diketahuinya. Mas Bahar memang tipe ketika aku slow respon, dirinya tidak mencari keberadaanku. Aku berselingkuh dengan teman sebaya namun berbeda kelas, namanya Nurandika, dipanggil Nuran. Ketika aku pulang sekolah selalu diajak Nuran ke rumah salah satu teman kelasnya untuk main PS. Ketika giliran Nuran tidak bermain, maka Nuran mundur untuk memberikan ruang kepada teman-temannya yang lain untuk bermain. Saat itu cowo ada 5 cewenya ada 2. Temanku cewe adalah pacar si pemilik rumah, mereka pacaran di kamar. Sedangkan aku berselingkuh dengan Nuran duduk di belakang mereka yang bermain PS. Jadi dua cowo bermain PS satu cowo nganggur karena nanti ketika gilirannya dia akan bermain dengan Nuran. Lalu aku Nuran duduk bersebelahan di belakang 3 cowo tersebut. Tapi tiba tiba Nuran berpindah posisi di belakangku. Dirinya memelukku dari belakang. Respon ku hanya diam saja. Namun sama halnya dengan Mas Bahar, Nuran juga meremas payudaraku di posisi seperti itu. Remasannya pelan dan lembut. Aku sedikit melenguh ketika merasakan remasannya. Teman yang nganggur tadi menoleh ke arah ku dan Nuran, sedangkan dua cowo yang bermain PS fokus pada PS. Cowo yang noleh tadi akhirnya mundur mendekati arah kami. Tangannya ikut meremas payudaraku. Kini Nuran dan cowo itu berbagi payudara. Nuran payudara kanan cowo itu payudara kiri. Sempat aku dengar bisikan Nuran kepada temannya “ati ati arek 2 iku noleh mburi, pelan pelan ae nyekele.” Bisik nuran pada cowo itu. Cowo itu sesekali sambil melihat kedua temannya yang di depan bermain PS. Mendapat rangsangan dari dua tangan berbeda aku merasakan geli di kemaluanku. Kedua tangan itu memberikan sensasi yang berbeda. Nuran yang masih halus dan temannya cukup kuat. Aku hany bisa menggigit bibir untuk meredam suara agar tidak keluar dari mulutku.

Waktu di TV menunjukkan menit ke 90 (game sepakbola) Nuran dan temannya langsung melepas tangannya dari payudaraku, dan Nuran tanpa aba-aba berdiri untuk berpindah ke depan. Aku yang lemas karena rangsangan kedua cowo itu langsung ambruk ke belakang dan sedikit mengeluarkan erangan sakit “aduh”. Sontak 4 cowo menoleh ke arahku. Aku hanya berpikir untung mereka menoleh saat dua cowo tadi sudah melakukan mesum padaku. Coba saja kalau sebelum itu mungkin 4 cowo akan menjamah tubuhku. Lalu setelah itu gantian Nuran dan temannya tadi bermain. Saat Nuran bermain, dirinya tidak tenang dan sesekali selalu melihat ke arah ku dan kedua temannya di belakangku. Singkat cerita itu adalah game terakhir dan kami pulang ke rumah masing-masing. Aku pulang diantarkan Nuran. Ketika dibonceng Nuran, aku menyandarkan kepalaku pada bahunya sehingga payudaraku menempel erat di punggungnya. Aku nyaman sekali dengan Nuran. Tidak ada pembahasan apapun di jalan itu.

Hubunganku dengan Mas Bahar tidak lama kandas. Bukan karena ketahuan tapi kami saling bosan. Tapi kami sempat melakukan hal serupa seperti waktu itu. Setelah itu tidak ada lagi.

Kini aku menjalani hubungan tanpa status dengan Nuran, karena Nuran sendiri sudah punya pacar, bahkan ketika main PS itu dirinya sudah punya pacar. Lalu suatu sore, Nuran mengajak ke 5 cowo yang waktu itu bermain PS dan satu temanku yang pacarnya si pemilik rumah bermain PS itu untuk bermain di sungai. Semua bermain air kecuali Nuran dan aku. Aku duduk di batu besar bersama Nuran. Dia tanpa ragu memelukku dari belakang walaupun ada teman-temannya di hadapan kami. Tapi dia tidak senekat waktu itu yaitu bermain payudara. Tapi di satu kesempatan ketika temannya tidak menghadap kami, Nuran meremas payudaraku dengan kencang. Aku hanya melenguhhh karena geli dan sakit. Kegiatan itu berulang kali dilakukan ketika temannya tidak fokus. Puas dengan itu Nuran akhirnya ikut nyebur. Di saat nyebur, temannya yang waktu itu ikut meremas payudara ku berbisikan sesuatu dengan Nuran. Setelah berbisikan, temannya tadi tersenyum dan dia naik lalu duduk di batu yang sama denganku. Nuran mengajak teman-temannya yang lain untuk menjauh dari kami. “Apakah ini siasat Nuran dan temannya?” tanya ku dalam hati.

Ketika sudah menjauh, tanpa aba aba teman Nuran tadi meremas payudaraku dari samping dengan lembut lalu kencang. Aku akhirnya bisa melenguh bebas dan pasrah diapakan saja dengan teman Nuran ini. Teman Nuran berpindah ke belakangku lalu memelukku dari belakang. Badannya yang masih basah otomatis membasahi baju ku yang kala itu memakai baju pramuka. Teman Nuran dengan ganas memainkan payudaraku sesuka hatinya.

“enak gak sil?”

“iyaa tapi ada sakitnya.”

“hehe, sama Nuran enak mana?”

“sama aja. Cuma kamu agak kenceng dibanding dia.”

“hehehe sengaja."

Lalu tanpa aba-aba dirinya mencium pipiku sebelah kanan sambil tetap meremas dadaku. Aku merasakan seperti burungnya ditekan pada bokongku. Pinggul dia tidak bisa diam karena aku bisa merasakan kalau dia bergerak terus menerus. Tapi hanya sebatas itu, hanya 15 menit aku "digarap", teman Nuran itu akhirnya nyebur lagi dan mengikuti yang lain agar tidak curiga. Aku hanya bisa diam mendapatkan perlakuan yang demikian dan merenungi apa yang terjadi barusan sambil aku menjaga tas mereka. Aku merasa nikmat tapi merasa murah juga karena aku dinikmatin dua orang yang bukan pacarku itu.

Lalu setelah pulang dari sungai hubungan ku dengan Nuran merenggang dan lama lama sudah tidak saling kontak.

Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd