Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Skandal Desa (discontinued,, sorry)

Kalian tim mana?

  • Bu Widya

    Votes: 452 62,8%
  • Kak Putri

    Votes: 135 18,8%
  • Bu Dea

    Votes: 61 8,5%
  • Kak Cindy

    Votes: 72 10,0%

  • Total voters
    720
Status
Please reply by conversation.
Skandal Desa
Part 3: Misi Investigasi & Pelukan Hangat Ibunda


Widya Anindya 39 tahun, Ibu dari Rafi dan Anindya Putri


Anindya Putri 21 tahun, Kakak perempuan Rafi


Dea Mustika 41 tahun, Ibu dari Yudi dan Cindy


Cindy Purnamasari 20 tahun, Kaka perempuan Yudi



Pov Putri

19:00​

Sedih, Kecewa, Kesal. Itulah yang kurasakan saat ini. Entah bagaimana aku menjelaskan hal ini pada adikku si rafi itu. Tak mungkin rasanya ku beri tahu rafi bahwa ibunya telah selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Dia pasti tak percaya dan menuduh ku bicara omong kosong. Namun itulah yang terjadi tadi siang. Sampai sampai aku tak tahan menahan perasaan ku ketika melihat ibu di depan rumah dan tak lama tangis ku pecah. Untung saja ada rafi yang meredakan kesedihan ku.

Saat ini aku mencoba menenangkan diri dengan tiduran di kasur sambil mendengar musik favorite ku di earphone.

Dalam lamunan, terbesit ide untuk menyelidiki kasus ini lebih dalam.

YA, Aku harus hadapi kasus ini sendiri! Jelas ada skandal di desa ini!

Tekad ku sudah bulat, akan ku susun rencananya untuk mengumpulkan bukti bukti terkait skandal hubungan gelap ibu ku dengan anak itu!

Yang terpenting saat ini aku harus mengontrol emosi ku dan menjaga hubungan baik dengan ibu ku agar tak dicurigai.

~~~~~~



Pov Rafi

Saat ini aku sedang duduk bersantai di kursi teras, memandangi langit malam yang gelap nan berbintang. Suasana malam hari yang sangat syahdu di desa cibambu.

Aneh sekali tadi sore kak putri menangis sampai memelukku, sepertinya kak putri baru putus sama pacarnya? Hahaha.., pikirku begitu

Dari belakang ibu datang membawakan dua gelas teh lalu ikut duduk di kursi sebelah.

“Wuihh asik nih bu bawain teh, tau aja lagi dingin..” ucapku riang

“Ibu tau kamu capek raf, hari ini ada pelajaran olahraga kan?..” ucap ibu

“Iya bu, pegel juga ini kaki muter muter lapangan dua puluh kali..,

Oiya bu, kira kira kenapa kakak nangis tadi ya?..” tanya ku

“Oh itu..hhmmmmm...ah mungkin masalah percintaan anak gadis aja itu hihi..” jawab ibu

“Oalah pantes ngga mau kasih tau, malu mungkin bu haha..”

“Hihihi mungkin begitu kira kira, kakak mu itu sampai SMP masih cengeng loh jadi ya masi ada sisa sisanya sampai sekarang hihi..”

“Hahaha iya bu aku inget haha..”

Nampaknya ibu tak begitu mempermasalahkan perihal tangisan kak putri, masalah ini lebih baik ku lupakan saja.

Aku dan ibu pun mengobrol ini itu sampai larut malam, banyak sekali yang ibu bahas dan bercerita tentang pengalaman masa lalunya. Aku senang mendengarnya karena aku merasa semakin dekat dengan ibu. Belakangan ini juga kuperhatikan ibu suka memakai pakaian terbuka seperti tank top atau daster pendek armless, seperti sekarang ini walau angin malam cukup dingin tapi ibu dengan santainya memakai tank top coklat menemani ku di teras.

Namun aku belum memiliki ketertarikan seksual pada ibuku tak seperti pada ibunya yudi bu dea.

Namun semua itu berubah malam ini.



23:10​

Aku dan ibu baru selesai menyikat gigi dan membereskan gelas bekas teh tadi, lalu aku seperti biasa pergi ke kamarku untuk tidur karena sudah sangat larut malam.

Baru beberapa detik aku memejamkan mata, tiba tiba pintu kamarku diketuk

*tok tok tok*

“Sayang...kamu udah tidur belum?..”

Rupanya itu ibu, ada perlu apa lagi ibu tengah malam begini? Akupun segera membuka pintu kamarku

*kreeeeeek* suara pintu kamarku berdecit

“Ah ibuu, iya aku udah tidur sebenernya tadi..”

“Oh...maaf ya ganggu,, tapii..ibu boleh minta tolong ga?..”

“Kalau suruh usir tikus aku ga berani deh bu...gelii..”

“E-ehh engga engga...anu...uhhh... rafi boleh ga ibu tidur bareng malam ini?..” pinta ibu dengan manja

Apa?? Ibu ingin tidur di kamarku?

Bagaimana ini?? Aku dibuat dilema antara menuruti permintaan ibu namun kasurku tidak cukup untuk dua orang.

“T-tapi bu...kasur aku kayaknya ga muat bu??..”

“Ah muat kok, dulu kita kan sering tidur bareng waktu kamu kecil sayang?..”

“I-itu kan waktu kecil bu...rafi masih boleh meluk ibu, jadinya dimuat-muatin..”

“Emangnya sekarang ga boleh? Hihi..”

“M-maksud ibu?..”

Disini aku mulai keringat dingin.

“Iya kita pelukan aja biar muat nak...boleh kok..”

“T-tapi bu...kenapa emangnya kalau tidur sendiri?..”

“Ibu kangen aja sama kamu sayang..., teringat cerita tadi waktu ibu kelonin kamu tiap hujan badai..”

Setelah berpikir sebentar akhirnya kuizinkan saja ibu tidur bersama ku. Lagian aku juga kangen kehangatan tubuh ibu saat mengeloni ku. Ahh aku makin sayang saja pada ibuku ini.

“Oh iya-iya bu masuk aja..” ucapku mempersilakan ibu masuk

*Klek* Pintu kamarku ibu kunci

Kemudian kami berdua naik keatas kasur berhimpitan. Terasa tidak nyaman bagiku tidur berdempatan seperti ini. Tapi mau gimana lagi daripada aku menolak permintaan ibu.

Saat jiwa ku hampir terlelap, ibu bertanya kepadaku

“Sayang, kamu udah tidur belum?..” tanya ibu dengan nada rendah yang manis.

Aku membuka mataku dan mendapati ibu sudah merubah posisi menghadapku, wajah ku dan ibu kini hanya berjarak beberapa senti.

“Eh hampir bu, emang kenapa?..”

“Sini dong sayang...peluk ibu..”

“......”

“......”

“Kok kamu diam aja?..”

“E-eng-nggak bu...aku takut aja..”

“Kenapa takut? Hmm?..”

“Sama kak putri bu, tadi aja liat ibu diurut aku ga boleh, apalagi sekarang...tidur bareng..”

“Ohh hihihi, gausah pikirin itu...wajar kok anak peluk ibunya..”

“Tapi bu, aku takut kakak lihat..”

“Hihi lagian kita cuma pelukan doang ga yang aneh aneh kan? Hihi..”

“I-iya bu...”

Mendapat lampu hijau dari ibu, aku pun makin merapatkan tubuhku ke ibu lalu aku merangkul ibu.

“Hmmhhh...”

“Hmm?..”

“Hnghhh..”

“Kenapa kamu raf?...”

Karena tinggi ku masih di bawah ibu, kepala ku kini di bawah kepala ibu dan menempel pada kulit tetek bagian atas ibu alias belahan dadanya. Oiya ibu malam ini masih memakai tank top coklat yang tadi. Aku hirup dalam dalam aroma tubuh ibu sambil ku peluk erat tubuhnya.

Ahh... Inikah rasanya aroma tubuh wanita dewasa? Enak sekali memeluk ibu, namun perasaanku beda sekarang. Bila 15 tahun lalu aku merasakan kasih sayang, tapi sekarang aku sudah 18 tahun. Yang kurasakan hasrat seksual, darahku berdesir, mengirim stimulasi pada kemaluanku yang lama kelamaan semakin keras.

Tangan ibu mengelus-elus kepala ku yang setengah terbenam di belahan dadanya. Hangat sekali rasanya di dalam dekapan ibu. Aku merasakan langsung kasih sayang ibu dari tiap detak jantung ibu yang dapat kurasakan langsung. Sangat nyaman hingga lama kelamaan aku pun tertidur pulas.

Di dekapan ibu dengan penis ku yang mengeras.

Tapi...ini kan seharusnya tidak terjadi.

Aku sudah resmi memiliki ketertarikan seksual pada orang yang membesarkan ku dari kecil, Ibu kandung ku sendiri. Hingga pada akhirnya aku kalah pada rasa kantuk.

Zzzzzz...



Keesokan harinya, pukul 06:30

Aku yang bangun agak telat langsung pergi mengambil handuk untuk mandi, saat aku melewati dapur tiba tiba kak putri menyetop ku.

“Hey raff! Berhenti!..” teriak kakak

“Aduh apaan sih kak, aku buru buru nih..” balas ku

“Ibu habis ngapain di kamar kamu?? Kakak cari dimana mana gak ada, ehh tahunya keluar dari kamar kamu?..”

“Duh kakak, ibu kan tid....” ucap ku terhenti

“Ibu apa? Yang jelas dong!..” omel kakak

Ah sial, mana mungkin ku beri tahu kak putri kalau ibu habis bermalam di kamar ku.

Aku pun terpaksa berbohong.

“I-itu aku minta ibu pijetin tadi shubuh..h-heheh..”

“Hmm? Aneh..”

“Kan semalam aku ngangkat galon berat kak..”

“Tapi kan kita gak pakai dispenser?? Heyy jangan bohong kamu!..”

Sial.... Blunder sekali aku bicara seperti itu, kini aku sudah benar benar terpojok. Tatapan mata kak putri pun makin sinis.

Untung saja tak lama ibu keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk. Akupun selamat dari terkaman kakak ku.

“Ehh ada apa sih kalian pagi pagi ribut?..” ucap ibu menghampiri kami

“Ih kakak nih bu, nahan nahan orang mau mandi.., aku kesel dong..” ucapku

“E-ehh apanya! Kamu ini raf nuduh aja!..”

“Udah udah! Rafi kamu buruan mandi nanti telat, Kakak tolong bawa masakannya ke warung..”

Aku dan kakak pun mengikuti perintah ibu, aku pun lega bisa terhindar dari situasi canggung tadi. Semoga saja nanti ibu tidak cerita yang aneh aneh pada kakak.



09:30

Pov Putri​

Aneh sekali adik ku pagi ini.

Kenapa dia terlihat canggung ketika ku tanya tentang ibu, Apa mungkin rafi menyembunyikan sesuatu?

Ah tidak mungkin, kenapa aku berpikir yang tidak tidak pada rafi. Mungkin ada benarnya juga ucapannya tadi. Tapi agak aneh ibu memijat rafi pagi pagi sekali...

“Lagi mikirin apa sihh... hihihi..”

“Hei put..”

“Wah sialan gue di kacangin..”

“Ehhh!! Maaf maaf..”

Aku melamun terlalu serius sampai tak menyadari sedari tadi ada si Cindy duduk di kursi warung.

“Waduh put lagi jaga warung sih jangan mikirin mang entis dulu deh, dia udah bahagia sama anak pak RW ikhlasin aja..” ucap cindy

“E-ehh apaann...engga engga..ngawur aja kamu ndy..”

Tahun lalu aku memang sempat berpacaran dengan mang entis yang berumur 30 tahun, pria itu lumayan gagah dan tinggi hingga akupun tak bisa menolak ketika ia menembakku. Namun hubungan kami tak berlangsung lama, Aku mendapati mang entis bersenggama dengan gadis lain saat aku berkunjung ke rumahnya tanpa sepengetahuannya. Tanpa pikir panjang aku melapor pada pak RT dan tak lama mereka dipaksa menikah oleh warga.

Sejak itu pula aku trauma dengan hal yang berbau seks. Karena pertama kali aku melihat adegan seks adalah pria yang ku cintai dengan gadis lain.

Kira kira begitu kisahnya.

“Hihihi, aku mau bayar soto yang kemarin dua put..” ucap cindy sambil memberi dua lembar uang 20 ribu

“Oh iya iya ndy, ehh ini kelebihan cindyy..”

“Yaa aku kan mau beli lagi duaa..nanti dianterin lagi ya sis hehe..jamnya sama..” ucap cindy dengan senyum sok manisnya

“Loh jadi minta delivery terus nih...orang rumah pada males kah cindy?..”

“Ah betul itu put, apalagi si yudi tiap siang pengennya dirumah terus sejak bu widi suka dateng..”

APA?!!

Jadi selama ini ibu suka ke rumah si cindy?? Pantas saja seminggu ini ibu suka pergi ke pasar siang siang, rupanya ibu berbohong dan malah pergi ke rumah cindy. Aku tak percaya ibu berbohong pada ku.

“Loh ibuku ngapain ke rumahmu ndy?..” tanyaku sambil menahan emosi

“Ah kurang tau aku put, aku kan ga tiap siang ada di rumah.. mungkin ngerumpi aja sama mamaku, biasalahh ibu ibu hahaha..”

“Loh bukannya bu dea siang masih jaga kios di pasar ndy?..”

“Ngerumpi sama si yudi kali! Udah lah nanya mulu kayak wartawan...aku mau berangkat nih..dadah putri...jangan lupa ya..”

Cindy pun pergi, sepertinya ia agak kesal ku tanya terus menerus.

Yess, pagi ini aku dapat intel berharga dari si cindy tentang hubungan adiknya dengan ibuku.

“Kak ini lauk tolong ditata yang benar ya, ibu mau beres beres rumah dulu..” ucap ibu dari belakang membawa serantang besar berisi lauk untuk warung.

“Siap buu beres..”

“Gitu dong semangat hihi..” Puji ibu

Lalu akupun melakukan tugas ku sehari-hari, menjaga warung dan melayani pembeli, biasanya aku bergantian dengan ibu bila aku ada perlu. Kecuali bila waktu makan siang tiba kami berdua yang berjaga karena saat itu paling ramai pekerja ladang yang makan ditempat.



Jam dua siang. Akhirnya jam sibuk berakhir juga, seperti biasa dagangan kami ludes hanya menyisakan sedikit jeroan jeroan untuk kucing-kucing. Aku memang biasa memberi sisa jeroan untuk kucing karena aku sangat sangat tidak suka jeroan, rasanya sangat aneh bagiku.

Setelah selesai memberi makan kucing, aku lanjut menutup warung dan bersiap mengirim pesanan Cindy ke rumahnya. Dan ya benar, ibu tidak ada di rumah lagi dengan alasan “pergi ke pasar” sejak 30 menit yang lalu, kemarin mungkin aku percaya percaya saja, namun hari ini tidak.

Aku menggowes sepeda ku dengan agak cepat karena penasaran ada kejutan apa lagi di rumah cindy.

Setelah sampai aku menaruh sepeda ku tersembunyi di semak semak agar tak ketahuan ibu atai bahkan rafi.

*tuk tuk tuk tuk*

Langkah kaki ku pelan dan hati hati memasuki halaman depan rumah cindy.

“Sial...sepertinya ibu tidak ada disini, sendalnya ga ada..”

“Huff syukurlah berarti beneran ke pasar..”

Walau tidak mendapati sendal ibuku, aku tak percaya begitu saja, karena aku melihat lampu ruang tamunya menyala. Pasti ada seseorang di dalam.

Aku punya ide cemerlang untuk memanggil penghuni rumah.

Aku akan mengubah suara ku menjadi lebih seksi, skill ini ku pelajari saat latihan vokal semasa SMA dulu.

“ekhem”

“Cindy...”

“Cindy...”

“Permisiii..” *tok tok tok*

Beberapa saat kemudian terdengar sahutan dari dalam. Tapi....kok aku tak asing dengan suara itu.

“Cindynya lagi kelu-.....Ehhhhhhh?!?!?!!..K-kakak??..”

“LOH IBU LAGI NGAPAIN DISINI?..”

Aku terkejut mendapati ibu ternyata ADA didalam, nampaknya trik merubah suara tadi berhasil mengelabui ibu. Ibu keluar hanya memakai baju dalaman tanktop yang agak lecek dan berkeringat dan celana pendek

“I-ini kak bu dea tadi nitip belanjaan, suruh di anter ke rumahnya..” ujar ibu

Hmm sepertinya ibu berbohong lagi? Aku akan meladeni kebohongan ibu untuk saat ini.

“Ohhh...ngga nyangka aja aku bu..hihi..”

“Terus kamu mau ngapain kesini kak?..” tanya ibu

“Ini bu si Cindy minta anterin soto pesanannya tadi pagi..” ucap ku

“Ih tau gitu mah bilang dari tadi, kan ibu sekalian ke pasar juga tadi...biar kamu ga cape cape sepedahan..”

Hihi mana mungkin ku beri tahu ibu akan ke rumah Cindy, bisa bisa gagal misi mata mata ku ini.

“Ah gapapa bu biar sekalian olahraga..”

“Iya lain kali kalau mau ngirim ke rumah Cindy bilng ke ibu dulu yah?..., dah sana masuk taruh di meja tamunya aja..”

“O-oke bu?..”

Pernyataan ibu tadi sangat aneh, sepertinya ibu tidak ingin aku diam diam kesini lagi. Jelas ibu sedang menyembunyikan sesuatu. Lagi pula kenapa ibu melepas bajunya dan hanya memakai tanktop hitam di rumah orang lain?, Pasti si yudi ini kerjaannya!.

Sebelum masuk aku ingin bertanya perihal itu.

“Bu, ibu kesini pakai tanktop doang?..”

“E-ehh eng-ngga...lah..”

“Teruss..??..”

“Uhh..ibu kegerahan di perjalanan dari pasar sampai sini..”

“Ohh yaudah pakai lagi bajunya bu..”

Aku pun masuk hendak menaruh soto pesanan Cindy, Di dalam aku mendapati baju daster ibu tergeletak di lantai depan kamarnya yudi yang tertutup. Hmmm...ibu berarti melepas bajunya di depan kamarnya yudi! Waduh waduh waduh...pelanggaran ini..

Aku tak bisa membayangkan lagi apa yang ibu dan yudi lakukan setelahnya. Bisa pusing aku, lebih baik aku lanjut keluar dan bersikap biasa. Aku butuh bukti lebih banyak lagi perihal hubungan mereka berdua. Mengkonfrontir ibu perihal ini terlalu awal membuat penyelidikan ini berakhir terlalu cepat, aku juga ingin mengetahui “sifat” asli ibu ku ini.

“Nih bu, bajunya, pakai dulu baru kita pulang...takut si rafi nungguin di depan rumah..”

“Oh iya kak, makasih..”

Sepanjang perjalanan pulang aku mendorong sepeda ku agar bisa menemani ibu, walau ibu menyuruhku naik saja agar sampai duluan. Aku menolak karena takut ibu sendirian di jalan.

“Bu, tadi dirumah cindy ada siapa?..”

“Ada si yudi..”

“Ohh yudi...enak dong..”

“E-eh apanya kak?..”

“Lah itu tadi ibu buka baju dirumahnya yudi, hihihi...”

“Ibu kan gerah kak, ga enak tau lepek...lagi pula yudi udah kayak anak ibu juga..kita kan dekat sama keluarga bu dea..”

“Duh ibu jangan disamain dong, aku cemburu nantii hahaha..”

“Ngga dong sayangg, ibu paling sayang sama kamu dan rafi dong..”

“Hihi awas aja sampai sayang sama si yudi juga bu hihii..”

Ibu tidak menjawab lagi karena sudah sampai di depan rumah.

Rafi tampak sedang rebahan di bale bale, sepertinya kelamaan menunggu kami.

“Ihh kakakkk lama banget sihh, aku haus nihh..”

“Eh iya iya maafin kakak raf, tadi ngobrol dulu sedikit hehe..” ucapku sambil membuka kunci pintu



DI dalam aku langsung merebahkan badanku ke kasur, sambil melamun memikirkan rencana penyelidikan ku selanjutnya.

Saat ini nampaknya penyelidikan ku menemui jalan buntu, Ibu “hampir” kepergok oleh ku tadi di rumahnya Cindy. Ibu pasti kapok berkunjung kesana lagi menurutku.

Padahal aku belum melihat bukti yang paling kuat saat ini. Yang kumaksud adalah..

Aku belum melihat Ibu dan Yudi berhubungan seks.



Pov Rafi



17:30

Jam jam segini yang paling membosankan sehari hari, Tugas semua sudah selesai, aku juga sudah membantu ibu membersihkan rumah. Huff... apalagi yang bisa kulakukan.

Saat hendak ke dapur aku melewati pintu kamar ibuku yang terbuka, saat ku intip rupanya ibu sedang memijati lehernya sendiri.

Aku pun izin masuk dengan mengetuk pintu

*tok tok tok*

“Bu...lagi ngapain?..”

“Eh nak sini masuk buka aja..”

Aku pun masuk, saat ini ibu hanya memakai handuk yang di lilit sebatas dada dan dengkul atas. Sepertinya ibu baru habis mandi, karena tercium harum wanginya.

“Lagi pegel ya bu? Aku liat liat megangin leher terus..”

“Iya nih sayang tau aja kamu.., ada perlu apa?..”

“Ah ngga ada apa apa bu, bosen aja di kamar sendirian..jadi aku kesini..”

“Oalahh anak ibu kangen yaa hihi tumbenn..” ucap ibu dengan manisnya

Mendengar itu perlahan penis ku mengeras, apalagi ibu hanya memakai handuk saat ini. Terlihat sangat menggairahkan

“Ah ibu mah, biasa ajah ahh kan tiap hari ketemu..”

“Hihi udahh...ngaku aja sayang, kamu kangen kan dengan ibumu?..”

“Ih engga tuh, kalau ditinggal tiga hari mungkin iya..”

“Ah masa, terus ngapain kesini? Hihihi..”

“Yaudah kalau ga boleh mah, aku mau keluar aja lihat matahari terbenam di gunung kayak turis turis yang kesini..” ucapku sedikit ngambek lalu bangkit dari kasur

“E-ehh jangan...disini aja temenin ibu..” ucap ibu menahan tanganku

“Iya deh..”

“Rafi sini ibu bisikkin..” ucap ibu dengan kode jari menyuruhku mendekat

“Ada apa sih buu??..”

“Sstt ayo sini..”

Aku pun mendekatkan kuping ku pada mulut ibu.

“..*** ***** ****** ******* ****?..”

“Hah? Gamau ah bu, ada kakak..”

“..*** ****..”

“Ibu yakin?..”

“.. J..”

“Tapi aku belum pernah bu..”

“makanya coba aja dulu, nanti ibu arahin..” ucap ibu dengan nada rendah

“Yaudah deh ayo bu, jangan lama lama ya..”

“..Hihi makasih sayang...muach..” cium ibu di pipi ku



Beberapa saat kemudian..

“Sssshhh...Ouhhh s-sayangg..,

Ahhh iya terus raf, disitu...ohhh..”

“Ih ibuu..”

“Enghh iyaa disitu..ouhh enak sayang...,

Anak pintar..”

“IHH IBUU?!..”

“Ahh ahh ahh jangan dulu sayangg...ibu belum puas...lanjutin terus dong..enak tau..”

“IHHH IBUUUU!!!..”

“Ahh...oh yaa mainkan terus sayang disitu, emhhhhhhh enak banget...kamu emang pintar enakin ibunya...ohhh terus sayang..”

“Ah ah ah jangan udahan dulu sayang teruss...ibu belum puass enghhhh...”

“IHHHHHHHHHHH UDAH AHH JADI AMBIGU GINI..”

“PADAHAL MIJET DOANG..”

“AaaHahaha, ibu kira kamu kepancing..”

“Ah engga lah bu, masa sama ibu sendiri begitu..”

“Yaudah nanti sebelum tidur lagi ya sayang, makasih yaa..”

Akupun keluar dari kamar ibu dengan perasaan aneh.

Bercandaan ibu tadi terlalu mesum, aku belum siap meladeninya. Untung saja kakak masih tertidur di kamarnya. Bisa kiamat bila kakak mendengar ibu mendesah di kamar bersama ku.



Malam hari pun tiba, Ibu tampak sumringah sekali setelah menjahili ku tadi sore. Mungkin juga karena pijatan ku? Entah lah, aku hanya memijat bagian pundak dan punggung tak lebih.

Tapi yang pasti aku amat sangat ngaceng tadi saat memijat ibu karena ibu menurunkan handuknya hampir sampai pinggang. Tapi aku tak berani berbuat macam macam, walau aku sampai bisa melihat payudara ibu bagian samping yang menyembul kesamping karena saking besarnya gunung kembar ibuku itu. Tetap saja aku belum berani kurang ajar pada ibu kandungku ini.



20:30

Setelah makan malam, aku bersantai di teras menikmati udara segar nan dingin malam hari. Seperti dugaanku, ibu pun datang membawakan dua gelas teh manis hangat ke teras. Sepertinya ibu sudah hapal kebiasaan baru ku ini.

Ah ibu, masih saja memakai tanktop malam malam gini. Penis ku pun perlahan mengeras melihat ibu.

Akupun memulai percakapan duluan.

“Bu, emang ga kedinginan malam malam pakai baju gitu?..”

“Hmm? Oh ini, emang kenapa?..”

“Ngga bu, aku takut ibu kedinginan aja..”

“Ahh anak ibu makin sayang nih hihi gak biasanya...”

“E-ehh m-maksudnya..”

“Ngga papa, bukannya kamu suka ibu pakai tanktop iya kan?..”

DEGG... Tahu darimana ibu?

“Ehh ngg-ngga...kapan aku bilang gitu bu..”

“Hihi, ga perlu bilang...ibu tahu kamu suka lirik lirik ke ibu belakangan ini..,

Lagi pula kalau kedinginan kan ada kamu, ibu tinggal peluk anak ibu yang ganteng ini..” canda ibu

“Ihh ibu aku bukan anak kecil ah, Kalau ada banyak orang kayak ibu pabrik jaket bisa gulung tikar ini hahaha..”

“Loh kenapa, kamu ga suka ibu peluk?..”

“Engg-ngga ngga...malu aja kalau di lihat orang lain..”

“Hihi berarti sekarang boleh, kan cuma ada kita berdua?..”

Aku bingung mau jawab apa, di satu sisi aku merasa segan namun di sisi lain aku merasa sange ingin bersentuhan kulit dengan ibu. Ah masa bodo! Kapan lagi! Kesempatan gak datang dua kali kan?

“Boleh bu..”

Ibu pun bangkit dari kursi, lalu berdiri membelakangi ku.

“Ibu mau ngapain?..”

Ibu tak menjawab, lalu tiba tiba

*HENGGGGHHHHH*

Tanpa aba aba, Ibu duduk tiba tiba di pangkuan ku. Terasa sangat berat badan ibu menimpa ku, hingga nafasku jadi sesak. Posisi ku saat ini di duduki oleh ibu sementara ibu diatas ku duduk bertopang pada kedua sandaran samping kursi.

“A-apa apaan bu..hnnghhh a-aku sesak nafas b-bu...hhh-hh..” ucapku terbata-bata

“Katanya boleh peluk ibu?...ayo dong peluk..” ajak ibu

“T-tapi ngg-ngga gini juga kalii buu...”

“Ini namanya peluk pangku sayang, kamu peluk ibu dari belakang sambil mangku ibu gitu..” ucap ibu sambil mulai menekan nekan kebawah

“Aghh awas buu, aku ga kuattt! Beratt..”

Aku berusaha bangkit namun ibu melawan dengan mendorong bokongnya kebawah berlawanan dengan dorongan selangkangan ku ke atas.

“Enghhhhhh ibuu minggir ihh!! Ngeselin!..”

“Haha ayo dorong yang kuat sayang..”

“Ihh ibu malah jadi adu kuat gini..”

“Ayo dong masa kalah sih sama perempuan?..”

Aku tak mau kalah, ku makin intensifkan dorongan ku keatas, kekuatannya juga aku tambah. Ibu nampaknya juga makin serius, tekanannya di selangkanganku makin kuat saja. Aduh bisa kalah aku kalau gini.

Tapi, tunggu sebentar..

Aku baru sadar posisi ini sangat enak di penis ku. Si joni pun perlahan mulai mengeras, pikiran kotor mulai merasuki kepala ku.

Ahh enak sekali menekan nekan pantat besar ibuku ini. Apalagi kami sedang beradu kuat, tekanan yang di pusatkan pada penis ku dan belahan pantat ibu terasa sangat nikmat.

Aku pun mulai memberanikan diri bermain dengan badan ibu. Tangan ku yang sedari tadi menahan di kursi kini memeluk ibu.

Tekanan di selangkangan kami belum kendor, ibu kini malah menggoyang pantatnya berputar, aku membalas dengan hentakan hentakan keatas sambil menghirup dalam dalam lengan ibu bagian kanan.

“Rafi?..”

Aku tak menjawab pertanyaan ibu dan terus kehentak hentakkan penis kerasku ke pantat ibu.

“hengh,,hengh,,henghh,,” suara mulutku ketika menghentak hentak pantat ibu

“Raf? Sayang?..enghh nghh..”

“Rafi...nghh enghh..”

“Nak sudah..nghh nghh..”

Aku melepas pelukanku dan tanganku pindah memegangi kedua pinggul ibu, sambil terus menghentak hentak pantat ibu. Tak peduli walau ibu memanggilku terus.

Sudah kepalang tanggung, aku ingin menikmati momen ini, momen berharga ibu dan anak. Berpelukan penuh kasih sayang. Dan nafsu.

Terasa nikmat sekali, tak dapat dituliskan dengan kata kata. Empuknya pantat ibu menyervis penis perjaka ku, bau keringat yang mulai bercucuran ku endus endus hingga ku jilat juga, kedua pinggul besarnya ku gerayangi sambil ku remas remas pantat besarnya.

“Rafii..enghh..ouhh..”

“Udah sayangg..pelukannya udah..ohh nghhh..”

“Tapi enak bu..hngghhh hngghh ahh..”

“Ini bukan pelukan sayang..ngghh..”

“Nanggung bu sebentar lagi aku keluar..ahhh..”

“Ibu takut kakak lihat nak..ohh..”

“Ah gapapa bu, biasanya juga gapapa..”

“Udah udah stop stop...ahhh sayang..ibu tolong stop..”

Aku tak menghirau kan ucapan ibu, satu hentakan dua hentakan tiga hentakan empat hentakan lima hentakan...ahh sepertinya aku sudah di puncaknya. Servisan pantat ibu tiada duanya.

“Enghhh ibuuu aku mau sampe buu...ahhh nghh nghh nghh nghh nghhh..”

Aku semakin mempercepat hentakan di pantat ibu, dan...

“Ahhhhhh ibuuuu Ohhhhhhh..”

*Crot crot crotttt*

Ejakulasi, Untuk pertama kalinya aku ejakulasi pada perempuan lain. Tapi ini beda, perempuan yang membuatku ejakulasi adalah ibu kandung ku sendiri. Ada rasa sedikit penyesalan tersendiri setelah ejakulasi tadi.

Jika aku bisa memutar kembali waktu, aku akan memeluk ibu seperti biasa. Bukannya menggenjot bokongnya. Tapi semua sudah terlanjur basah.

Nafasku tersengal-sengal seperti habis lari marathon. Ibu pun demikian, nafas ibu juga terdengar berat. Semenit setelah ejakulasi, ibu akhirnya bangkit dari pangkuan ku pindah ke kursi di samping. Lalu meminum teh yang sudah dingin dengan santainya. Sementara aku masih menyender di kursi, tak percaya apa yang barusan terjadi.

“Sayang...di minum tehnya, sudah dingin loh..”

Aku tak menjawab, pikiran ku masih terngiang ngiang kejadian barusan.

“Sayang...tehnya nanti disemutin loh, ayo diminum..”

Kali ini aku bangkit dan mengambil secangkir teh.

*glek glek glek*

Lega sekali rasanya, aku menaruh teh kembali ke nampannya lalu aku bangkit menuju dalam, semoga saja kak putri tidak mendengar kejadian barusan.

Namun ibu menahan tanganku saat ku hendak masuk.

“Hm? Kenapa bu?..”

“Kamu sayang kan sama ibu?..” tanya ibu

Lho, kenapa ibu bertanya seperti itu?

Tentu saja iya!

“Iya bu..” jawab ku pelan

“Lain kali meluknya gausah heboh heboh ya hihi..”

Aku membalas dengan senyuman kecil lalu masuk kedalam.



Fiuhh untung saja kak putri sudah tertidur, saat ku tengok jam rupanya sudah jam 21:45. Berarti aku dan ibu “peluk pelukan” satu jam lebih! Jujur saja aku hampir melupakan kak putri tadi saat menikmati pantat ibu, rasa takut akan ketahuan kak putri hilang begitu saja oleh nafsu birahi.

“Wah hampir jam 10 ya sayang..” ucap ibu sambil membawa nampan

“Hehe iya bu, lama banget kita di luar..”

“Ah kamu itu yang bikin lama, heboh banget tadi hihihi..” ujar ibu

“Ibu juga kan yang mulai..” balas ku

“Ibu minta peluk doang eh kamunya ngasih yang lebih hihi..”

“Ya maaf bu, aku ga tahan..”

“Jangan sering sering ya..”

“Berarti boleh lagi bu??..”

“Hmmm...kalau peluk ibu mah kapan saja boleh dong sayangg..”

“Horee...makasih buu..”

“Tapi jangan heboh kayak tadi ya..hihi...nanti kelamaan..”

“Ah siap bu yang penting bisa meluk ibu terus..”

Senang sekali rasanya aku diizinkan memeluk ibu kapan saja, ibu yang dulu galak dan tegas. Dua hari ini berubah baik, sayang dan memanjakan ku sekali sampai aku bisa mengeluarkan peju ku di pantatnya yang hanya dihalangi 4 lapis celana kami.

Setelah menggosok gigi dan cuci kaki, aku bersiap untuk tidur. Namun aku mendapati ibu sedang mencuci piring di dapur. Oiya kamar mandi kami berdekatan dengan dapur.

Ibu tampak menggairahkan sekali dilihat dari belakang, bokongnya yang besar itu, yang barusan aku nikmati. Kedua lengan sekalnya yang putih seksi...aduhai buu buu. Kontol ku jadi ngaceng lagi dibuatnya.

Akupun menghampiri ibu dari belakang lalu memeluknya.

“Emhh ibuu..”

“Ehhh, bikin kaget aja kamu...”

“Ibuu...”

“Apa sayangg?..”

“Ibuuu...” ucap ku manja

Sambil begitu aku merapatkan badanku kedepan, ku tempel gundukan kontolku yang tersembunyi di balik celana pendek pada pantat ibu.

Tangan ku menggerayangi badan bagian depan ibu, sambil sedikit sedikit menyenggol teteknya yang besar. Saat ini aku belum berani frontal meremas tetek ibu, mungkin tak lama lagi aku bisa melakukannya.

“Ih itu kamu keras ya..” ucap ibu dengan nada seksi

“Iya buuu..”

“Udah tidur sanah, biar itunya ikutan tidur..”

“Tapi aku pengen lagi bu..”

“Pengen apa?..”

“Peluk pelukan sama ibu..”

“Lah ini lagi peluk ibu kan..”

“Bukan..beda...yang kayak tadi bu..”

“Ah kamu banyak maunya...udah tidur sanah, besok bangunnya telat loh..”

“Ah ibu mah...tolong bu...”

“Yaudah nanti ibu ke kamar kamu ya..”

“Yeess makasih bu, muach muach..” cium ku pada lengan ibu

Yesss, Pesta birahi malam ini rupanya belum usai! Ibu akan tidur bersama ku lagi malam ini, betapa senangnya aku. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti diatas ranjang ku bersama ibu kandung ku yang seksi ini.

Aku langsung menuju kamarku dan bersiap siap menyambut ibu. Ku lepas baju dan celana pendek ku, hanya menyisakan celana dalam saja.

Setelah 15 menit akhirnya ibu datang ke kamarku. Ibu masih menggunakan tanktop tadi dengan celana selututnya. Nampak sangat menggairahkan ibuku malam ini.

“Buruan bu kunci pintunya...ayo ayo ayo..”

“Duhh iya iya iya...kamu mau tidur kok ga sabaran banget sih..”

*KLEK* pintu terkunci

“Ehh kok kamu pakai celana dalam doang sayang??..”

“Biar gak gerah bu..”

“Tumben...biasanya kamu kedinginan..”

“Ada ibu mah malah jadi panas hehe..., ibu buka juga dong bajunya..”

“Ehhh enak aja...kita mau tidur atau apa sihh sayang..”

“Kan peluk pelukan kaya tadi bu..”

“Aduh...kamu jadi ketagihan nih..”

“Ayo bu tiduran, aku dibelakang ya..”

Ibu pun mengikuti perintah ku dan tidur membelakangi ku, langsung saja aku merapatkan badanku dan memeluk ibu.

Apa yang terjadi selanjutnya tak perlu di ceritakan lagi.

Aku keluar tiga kali malam ini.
Celana dalamku basah kuyup.

Hubungan aku dengan ibu sudah mulai ke arah yang lebih intim, semoga saja bisa lebih jauh lagi.

Jujur saja, Aku ingin bersenggama dengan ibu suatu hari nanti.






Bersambung

By: Asuka_Langley
 
menarik ceritanya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd