Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Skandal Desa (discontinued,, sorry)

Kalian tim mana?

  • Bu Widya

    Votes: 452 62,8%
  • Kak Putri

    Votes: 135 18,8%
  • Bu Dea

    Votes: 61 8,5%
  • Kak Cindy

    Votes: 72 10,0%

  • Total voters
    720
Status
Please reply by conversation.
Skandal Desa Part 4



Widya Anindya 39 tahun, Ibu dari Rafi dan Anindya Putri


Anindya Putri 21 tahun, Kakak perempuan Rafi


Dea Mustika 41 tahun, Ibu dari Yudi dan Cindy


Cindy Purnamasari 20 tahun, Kakak perempuan Yudi
Pov Putri

04:00

*KRIIIIIINNNNGGG*!!!!!

Suara alarm hp dibawah bantal ku berdering, tandanya sudah waktunya bangun dan memulai hari. Akupun turun dari ranjangku dan menuju dapur untuk ambil minum.

Dengan langkah lemah aku berjalan menuju dapur, sesampainya disana aku segera menyiapkan dapur untuk memasak dagangan untuk warung.

Namun ada yang aneh, biasanya ibu sudah bangun jam segini, kenapa sekarang belum ya?

Aku hendak mengecek ke kamar ibu, namun pintunya terkunci, huftt...

Mau gimana lagi, sepertinya aku harus mengerjakan ini semua sendirian.

Jam 04:30 aku niatkan pergi ke pasar untuk berbelanja kebutuhan warung yang kurang. Ku ambil jaketku lalu ku kayuh sepeda menuju pasar. Jarak ke pasar terdekat lumayan jauh, sekitar 1,5 kilometer di bawah. Hampir dekat kota.

Namun hal itu tak masalah bagiku karena aku sudah biasa kerja keras sejak kecil. Tak seperti adikku yang pemalas itu, Jam segini ia pasti masih di alam mimpi.

Jam 05:15 aku sudah selesai berbelanja dan sampai di rumah dengan selamat.

Kegiatan pagi ini tak ada yang aneh, semua berjalan lancar sampai waktunya membuka warung jam 9 pagi.

Saat aku sedang bosan menjaga warung, ibu datang menghampiriku.

“Kak, udah mateng semua?..” tanya ibu yang ikut duduk di sebelah ku

“Eh belum sih bu, ini lagi nunggu rice cooker yang kedua belum mateng..”

“Oh itu emang agak lama, oh iya kak..nanti siang ibu mau ke rumah pak RT urus izin usaha ini..”

“Waduh bu, kirain udah di urus dari dulu..”

“Ya waktu ibu kan ga banyak kak..”

“Hihi bilang aja malas bu..” canda ku

“Hahaha ada benernya sih itu, oh iya nanti kakak jangan ikut ya.., tolong jagain warung aja..”

“Iya bu siapa juga yang mau ikut..”

“Yaudah ibu mau siapin berkasnya ya kak, tolong jagain warungnya..”

Lalu ibupun pergi meninggalkan ku, Entah apa lagi yang akan ibu rencanakan sekarang. Perasaan ku jadi tidak enak.



12:00

Waktu siang pun tiba. Saat aku sedang mencuci piring kotor, ibu datang menghampiri ku untuk pamit pergi.

“Kak! Ibu pergi dulu ya!..” ujar ibu terlihat buru buru

“E-eh iya bu...buru buru amat?..”

Ibu tak menjawab dan langsung naik motor ojek mang aden yang sudah dipesan sebelumnya.

“Huftt...sendiri lagi deh..” gumam ku

Entah kenapa aku memiliki firasat buruk pada ibu sekarang. Belakangan ini ibu sudah ketahuan punya hubungan gelap dengan teman adikku, sekarang apa lagi?

Aku tak kuat lagi melakukan misi pengintaian lagi, waktu dan tenaga ku tak cukup mengurus semua pekerjaan rumah ini!

Tolong lah bu hentikan! Aku capek bu!

Andai bisa ku putar balik waktu, mungkin aku akan mengurus bapak yang sakit daripada fokus sekolah ku. Dan keluarga ku akan baik baik saja..

Entah aku yang terlalu paranoid atau apa.



14:15

Semua dagangan di warung sudah hampir habis, akupun segera menutup warung setelah menghitung pendapatan hari ini.

Rafi yang sudah pulang pun aku suruh membantu merapihkan warung sebelum ditutup.



16:00

Sudah empat jam sejak ibu pergi, masih juga belum pulang. Aku sedari tadi menunggu dengan harap harap cemas.



17:00

Lima jam berlalu..



18:00

Enam jam berlalu, hari mulai gelap. Rafi pun mulai gelisah menanyakan terus tentang ibu padaku.



19:00

Tujuh jam berlalu, Ini sudah terlalu lama! Aku tidak bisa diam terus begini!, Aku segera mengambil jaket ku untuk melindungi tubuhku menembus dinginnya malam demi mencari ibu ku.

“Kakak mau kemana?? Ibu kenapa belum pulang juga kak?..”

“Itulah, kakak mau cari tahu sendiri jawabannya!..”

“Rafi mau ikut kak!..”

“Jangan! Mana bisa...kakak capek bonceng kamu kalau lama..”

Setelah rafi mengalah aku segera kayuh sepeda ku mencari keberadaan ibu. Tujuan pertama ku tentu saja rumah pak RT.

Sesampainya di tujuan, aku mengetuk pintu agak keras sambil memanggil penghuni rumah.

Tak lama seseorang memutar gagang pintu. Rupanya bu RT Tedjo yang muncul.

“Waduh waduh ada sih neng putri malam malam gini?..”

“M-maaf bu tedjo...aku nyari bu widya, katanya tadi siang kesini?..”

“Lohh bu widya, ibumu itu ga kesini neng..”

BLAAAARRRRR, Jiwaku bagai tersambar petir, badanku pun langsung lemas.

Yang ku takutkan nyata rupanya, ibu berbohong lagi!

Nafas ku jadi sesak dan berat, faktor kelelahan dan syok di campur udara dingin pegunungan.

“H-hahh h-hahh h-hhaahh..” suara nafasku berusaha untuk tetap bernafas walau terasa sangat berat

“Loh loh lohh neng putri! Kenapa kamu??..”

Aku pun jatuh pingsan..



...

...

...

Dua jam kemudian

“Kakak?..”

“Coba kasihkan lagi minyak kayu putihnya lagi bu wid..”

“Hmmh..hmmh..”

“Kakak udah bangun kan?..”

“Waduh bu widya, gimana sih bisa sampai dicariin anaknya gitu..”

“Tadi lama di ngantrinya bu tedjo..”

“Loh emang ngantri? Urusan gituan mah cepat kali bu wid?.., Kasihan anak gadismu bu wid dia ini cemas sama ibunya..”

“Saya gak berniat tinggalin mereka lama lama bu, tapi memang ada urusan usaha..”

“Kalau ada begitu mah sms saya aja bu, pasti saya bantu biar cepat.., kalau gini kan mohon maaf aja nih... saya jadi curiga bapak habis ngapa ngapain sama bu widya..”

“Ng-ngga kok bu, saya ngga di apa apain..”

“Hmh..yaudah lah bu, pulang aja dulu kasihan si rafi nunggu larut malam gini..”

“Yuk pulang kak, mohon maaf jadi ngerepotin ya bu tedjo..”

“Dasar janda..” ucap bu tedjo menyindir



Keesokkan harinya, jam 05:00 pagi

“Kakak udah bangun bu?..”

“Udah ini kayaknya..” ucap rafi

“Kak? Bangun kak, ya ampun jangan buat rafi khawatir terus kak..”

“Ibu kenapa sih kemarin lama banget?..” tanya rafi

Mendengar percakapan mereka aku jadi terbangun, dari tidur ku. Kepala ku masih terasa pusing, namun sudah terasa jauh lebih baik.

“Ermm itu...Ehh tuh kan kakak bangun!..” ucap ibu gembira

“Aduhh kalian berisik..” gerutu ku

“Kakak udah baikkan sekarang?..” tanya ibu sambil memegang tangan dingin ku

“Iya iya bu huhhh..” jawabku malas malasan

“Maafin ibu ya kak, gara gara ibu kamu jadi khawatir..”

Otakku saat ini masih belum panas, jadi aku pun membalasnya dengan malas malasan.

“Huh? Iya iya iya, jangan gitu lagi bu..” balasku

“Ngomong ngomong semalam diantar siapa bu?..” tanyaku

“Diantar anaknya bu tedjo pakai motor..” jawab ibu

“Loh bu, sepeda aku masih disana dong??..”

“Tenang aja nanti rafi ambil..” ungkap ibu

Akupun kembali merebahkan tubuhku karena masih lemas

“Yaudah hari ini kamu istirahat dulu ya, libur dulu warungnya.., ibu mau mandi dulu..”

“Iya iya...bu..”

Tak lama kemudian aku kembali tertidur.

Sungguh hari yang aneh.





Pov Rafi

Aku lega sekali mengetahui kak putri sudah bangun dan membaik, rasanya plong sekali setelah semalam aku begitu cemas saat di tinggal sendirian di rumah.

Oh iya hari ini adalah hari libur, jadi aku bebas bangun jam berapa saja. Seperti sekarang ini, aku baru bangun jam 9 pagi, hampir siang. Aku sudah mewanti-wanti akan di omeli ibu. Seperti yang lalu lalu jika aku bangun kesiangan.

Kemudian aku keluar kamar untuk lalu menuju dapur karena tercium dari sana aroma masakan yang paling kusukai, Nasi goreng.

Sesampainya disana ibu langsung menyapa ku.

“Eh sayang, baru bangun ya..” ucap ibu sambil menuangkan nasi goreng ke piring²

“Hmm..iya bu, aku kebangun sama bau dari sini hehe..”

Loh kok ibu tidak marah?

“Iya sebentar lagi siap ya, tunggu aja di ruang tengah..”

“E-eh iya iya..” jawabku gugup, merasa sedikit aneh

Setelah siap, ibu pun membawa dua piring untukku yang sudah duduk manis menunggu dari tadi.

Pagi ini ibu memakai daster putih tanpa lengan, terlihat sangat cocok warnanya dengan kulit putih ibu. Mataku tak tahan untuk tidak melirik ke arahnya.

Aku pun mengajak ibu mengobrol agar tidak canggung, padahal sebenarnya aku hanya ingin menatapi tubuh seksi ibuku ini.

Setelah makanan kami habis, baru ibu bangkit lalu menuju dapur untuk mencuci piring.

Saat aku sedang menghabiskan waktu bermalas malasan di depan tv, ibu memanggilku dari kamarnya.

“Rafii!..sini dulu sebentar!..” teriak ibu dari dalam

“Hadeuhhh...iya iya!! Sebentar...duhh..” jawabku malas malasan. Aku kemudian bangkit lalu menuju kamar ibu.

Sesampainya disana, aku mendapati ibu sedang bersolek di depan meja rias.

“Loh ibu mau kemana dandan gitu?..” tanyaku heran

“Mau kelarin urusan yang kemarin sama pak RT..” jawab ibu. Aku yang mendengar itupun merasa keberatan.

“Emang kemarin selama itu belum kelar juga bu?..”

“Iya belum sayang, makanya ibu manggil kamu buat kasih tau itu..” ujar ibu

“Kasihan kakak bu, kalau ibu pulang terlalu malam.., nanti dia nyari nyari lagi..,

Terus kenapa perizinan usaha rumahan gini lama bu?..”

“Ah udah lah, kamu tahu apa sih perihal urusan orang dewasa?.., urus kakakmu ya selagi ibu pergi? Ngerti?”

“T-tapi bu, ibu apa nggak kasihan sama kakak?..”

“Ibu sudah masak banyak tadi, seharusnya rafi bisa makan nanti siang atau malam... gausah buat stigma negatif bahwa ibu gak peduli sama kakak gitu dong...lagi pula kayaknya ngga sampai malam.."

Ibu tampaknya tidak mengerti kekhawatiran kami. Aku bertanya lagi sampai kapan ibu pergi, ibu menjawab tidak tahu. Dapat kulihat raut muka ibu agak kesal setelah ku tanyai terus.

Aku pun pergi dari kamar ibu tanpa mengucap sepatah kata pun.

Tak lama setelah ku berbaring di depan tv, ibu lewat dan pamit kepada ku.

“Rafi, ibu jalan dulu ya! Ingetin kakakmu buat minum obat!..”

“Iya iya..” jawabku singkat

Hari hari membosankan pun kembali, hanya ada aku dan kak putri yang masih istirahat di kamarnya.

Tanpa ibu terasa hari libur sangat membosankan, biasanya akhir pekan kami habiskan dengan menghabiskan waktu bersama, entah menonton tv bersama atau pergi jalan jalan ke tempat wisata di atas gunung.

Terbesit di pikiran ku untuk mengunjungi yudi, sudah lama aku tidak bertemu makhluk itu. Tapi..., apa iya aku tinggalkan kakak sendirian di rumah?.

Ah masa bodo lah, lagipula kakak sudah dewasa, harusnya bisa mengurus diri sendiri kan?.

Akupun segera mengambil sepeda ku lalu pergi ke rumah si yudi.

Sesampainya di rumah yudi, ku mendapati rumahnya sepi dan tertutup rapat bahkan satu sendal pun tak nampak di terasnya. Aku pun iseng masuk untuk mengintip lewat jendelanya, kebetulan siang ini jalanan sangat sepi. Pasti aman hehe..

*tuk tuk tuk tuk tuk*

Langkah kaki ku sepelan mungkin tidak mengeluarkan suara saat memasuki teras rumah yudi.

Namun ada yang aneh, terdengar suara orang dari dalam. Bukan suara orang biasa, suara ini seperti orang yang kepedesan. Diiringi suara tepukan berulang ulang. Semakin dekat semakin jelas suaranya, sepertinya bersumber dari ruang tamu.

Sayangnya tak ada celah untuk mengintip, karena tirai jendela menghalangi niatku.

Ah aku langsung tahu, ini pasti suara orang bersetubuh. Hahah, ada ada saja orang tuanya yudi melakukan kegiatan semacam itu siang bolong. Tak ambil pusing aku niatkan untuk kembali pulang. Aku jadi merasa ngeri di lihat orang lewat, bisa bisa ku dikira maling pangsit.



14:00

Singkat cerita aku pun kembali ke rumah. Di teras, ku mendapati sendal ibu. Pasti ibu sudah balik, pikirku.

Dan ternyata benar, ibu sudah pulang dan sedang selonjoran di sofa ruang tamu.

“Eh nak, kamu abis dari mana?..” tanya ibu sambil mengipas ngipas badannya

“Tadi mau ke rumah yudi bu, eh orangnya ga ada hehe..” balasku cengengesan

“Haduh untung aja..”

“Hah? Untung kenapa bu?..” tanyaku heran

“Iya untung aja yudi ga ada, jadinya kamu ada di rumah hihi..”

“Huu...ibu mah seneng kalau anaknya ga jadi main..” balasku sedikit nyinyir

“Hmm...emangnya kamu lebih seneng main di luar apa dirumah sama ibu?..”

Haduh, ada ada saja pertanyaan ibu. Aku kebingungan mau jawab apa. Terutama sejak kejadian kemarin malam.

Akupun menjawab asal.

“Lebih seneng di rumah sih bu, bisa tidur sepuasnya hahah..” ucapku sambil berjalan menuju kamarku

“Ehhh tunggu dulu..” ucap ibu menghentikan jalanku

Akupun berhenti.

“Kenapa lagi sih bu?..”

Ibu tanpa aba aba langsung membuka kaos dan celana panjangnya. Menyisakan tank top putih dan celana pendeknya saja.

*glek* aku menelan ludahku melihat pemandangan panas di hari yang panas ini

“Nih tolong bawain ke mesin cuci sayang..”

Aku mengambil pakaian ibu, tapi aku tak segera berjalan. Badanku masih mematung melihat ibu yang bercucuran keringat hanya memakai tank top, sampai kelihatan cetakan BH-nya dibalik kain tipis itu. Andai ibu tak memakai BH, waduh bisa dibayangkan seperti apa.

“Eh kamu kenapa, bengong gitu?..rafii? rafii??!..” tanya ibu sambil melambai lambaikan tangannya

Bagai tersetrum, aku pun langsung sadar. Lalu aku segera menuju mesin cuci di dapur, meninggalkan ibu yang kebingungan sendiri.

Sambil memasukan pakaian, aku merasa kontolku mengeras. Ah ini pasti gara gara lihat ibu barusan.

Aku tak bisa keluar dengan kondisi seperti ini, entah apa kata ibu apalagi kakak melihat “tenda” di celana ku. Bisa habis kena omel aku.

Akupun segera pergi ke kamarku.

Setelah di dalam, ku segera tutup pintunya dan ku merebahkan diri ke kasur.

Ah aku harus mengalihkan pikiran kotor ku dari ibu..

Sepertinya tidur siang dapat membantu melemaskan batang gembira ku ini.

Saat aku mulai memasuki dunia mimpi, tiba tiba aku menyadari sesuatu yang janggal pada kejadian hari ini.

Ya, saat aku pergi ke rumah yudi tadi..

Sepertinya bukan orang tuanya yudi yang berhubungan badan tadi...

Karena...

Bapaknya yudi sedang kerja di sumatera...

Apa mungkin yudi?

Tapi dengan siapa?

Ah mana mungkin dengan bu dea apalagi kak cindy..., mereka kan ibu dan kakaknya yudi.

Tapi... Ah sial, aku jadi memikirkan yang tidak tidak.

Bagaimana bisa anak cemen seperti yudi sudah bisa berhubungan intim.

Lama kelamaan akhirnya ku tertidur.



20:00, setelah makan malam.

Aku menghampiri ibu yang sedang mencuci piring. Malam ini ibu masih memakai tank top putih yang ibu pakai tadi siang.

Malam ini aku ingin menikmati ibuku, maka aku akan meminta izin tidur di kamar ibu.

“Bu, rafi boleh minta sesuatu ga..” ucapku dari belakang ibu

“Hmm? Apa sayang?..”

“Rafi mau tidur di kamar ibu nanti malam..” pintaku

“Ehh...ada apa nih hahaha, kok pengen tidur sama ibu lagi..” balas ibu sambil tertawa

“Ngga bu, cuman nyaman aja...lebih hangat kalau tidur meluk ibu..”

“Ih kangen dikelonin yah sayang hihihi..”

“Hehe iya bu, boleh ya bu...boleh ya..”

Lalu ibu membalikkan badannya.

“Boleh, kamu kan anak ibu..... dah sana ke kamar ibu.., nanti ibu nyusul, oke?..”

Hati ku kegirangan mendapat izin tidur di kamar ibu malam ini, aku reflek memeluk ibu.

“Yeee, makasih buu muachhh..” cium ku di pundak dan leher ibu

“Ihh ihh apaan sihh hahaha cium cium segalaa!..”

“Muach muachh muachh muachhh muachh hngghh..”

“Ihh udah udah lepas ih, malu kalau kakak lihat..”

Sebelum mengakhiri pelukan dan ciumanku di leher ibu, aku nekat mencium bibir ibu sebentar.

“muach..”

“E-engghh?!?!..”

“Dadah bu, aku tunggu ya..jangan lama lama..”



21:30

*kreek*

“Rafi? Kamu udah tidur sayang?..”

“Hmm? Hampir bu..”

“Yaudah kamu tidur aja..”

“Sini dong bu aku mau peluk..”

“Iya iya, sebentar ibu mau kunci pintunya dulu..”

“Udah bu, ayo..”

“Hihihi kamu ga sabaran banget sih sayang..”

“Hmhhh..enak banget bu..”

“Hangat kan? Enak ya..”

“Iya bu, buka dong bajunya bu..”

“Eh tapi ibu cuman pakai bh dong nanti..”

“Boleh ya bu...biar aku makin hangat kena kulit ibu..”

“J-jangan ah, nanti kamu macem macem..”

“Ahh ibu mahh..”

“Udah gini aja, peluk ibu yang erat gapapa sayang..”

Akupun memeluk ibu makin erat hingga kedua tubuh kami yang berhadapan menempel seluruhnya. Dapat ku rasakan tetek besar ibu menempel di dadaku, sementara kontolku yang mulai menegang menempel di selangkangan ibu.

Rasanya sangat hangat dan nikmat, aku pun tertidur dalam pelukan ibu.



Pov Putri, keesokan harinya.

06:10

Tadi malam agak aneh rafi tidur bersama ibu, apa mungkin sekarang ibu yang minta di pijat oleh rafi? Kegiatan apa yang mereka lakukan belakangan ini?

Aku berusaha tetap berpikir positif, tak mungkin mereka melakukan yang tidak tidak. Apalagi saat ini aku sedang mengiris cabai, bisa gawat kalau sambil memikirkan yang aneh aneh.

“Eh kakak, maaf ibu telat bangunnya..” ucap ibu dari belakang

“Oh iya bu, gapapa..” balasku

Aku yang dilanda rasa penasaran pun bertanya pada ibu.

“Rafi tidur dimana?..” tanya ku

“Eh i-iya…rafi semalam tidur sama ibu kak..”

Hmmm benar dugaan ku..

“Oalah bu, masih manjain rafi aja bu..”

“Ibu nggak enak nolaknya kak, dia sendiri yang minta di kelonin..”

“Tapi kapan dewasanya dong kalau gitu terus bu?..”

“Udah lah kak, kakak kalau mau ibu kelonin tinggal bilang aja...”

“Ihh malu ah bu, udah ah aku mau angkat magic jar ke warung..”

Aku agak kecewa dengan jawaban ibu, nampaknya ibu masih ingin memanjakan rafi.

Aku bukannya cemburu, tapi aku takut hubungan ibu dan anak ini jadi terlalu dekat. Karena tak seharusnya seorang anak 18 tahun tidur seranjang bersama ibunya sendiri. Karena PASTI aku yakin akan menjurus ke hal yang berbau seksual.

Ihhh memikirkannya saja aku jadi ngeri. Semoga saja tidak terjadi yang aneh aneh.

Ada ada saja ibu belakangan ini..





Bersambung

By: Asuka_Langley
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
menarik ceritanya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd