Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Skandal Desa (discontinued,, sorry)

Kalian tim mana?

  • Bu Widya

    Votes: 452 62,8%
  • Kak Putri

    Votes: 135 18,8%
  • Bu Dea

    Votes: 61 8,5%
  • Kak Cindy

    Votes: 72 10,0%

  • Total voters
    720
Status
Please reply by conversation.
Skandal Desa
Part 5: Malam Pertama Rafi dan Widya



Widya Anindya 39 tahun, Ibu dari Rafi dan Anindya Putri


Anindya Putri 21 tahun, Kakak perempuan Rafi


Dea Mustika 41 tahun, Ibu dari Yudi dan Cindy


Cindy Purnamasari 20 tahun, Kakak perempuan Yudi


Pov Rafi

Hari sabtu, pukul 08:00

Oh sial...aku bangun kesiangan hari ini, kulihat jarum pendek sudah di angka delapan. Bisa bisanya aku bangun kesiangan gini, padahal aku selalu bangun dibawah jam enam pagi.

Ku bergegas keluar kamar dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi aku lalu menuju warung di depan rumah untuk menemui kakak atau ibuku.

Namun disana aku hanya mendapati ibu yang sedang menggoreng bakwan.

“Loh bu, kakak mana?..” tanyaku penasaran

“Eh rafi, baru bangun jam segini?..” balas ibu

“Hehe iya bu, semalam nyenyak banget...coba tiap hari boleh..” ujarku

“Hah maksud kamu apa?!..” balas ibu yang kini mulai menengok ke belakang ke arah ku

Muka ibu kali ini seperti mau marah, dengan pandangan judesnya yang seminggu ini tak pernah ku lihat lagi. Akupun mulai ketakutan, apa aku salah ngomong tadi?.

“E-engga bu engga...m-maksud aku ga gitu..” jawabku gagap

Aku pun mulai bangkit dari duduk dan bersiap cari aman untuk pergi.

“Ibu kira kamu pengen tidur bareng ibu tiap hari..”

Aku yang berniat untuk pergi jadi tertunda mendengar ucapan ibu.

“Ehehe itu sih terserah ibu aja..” ucapku cari aman

“Gimana yaa..hmm.., ibu merasa merasa ga enakkan aja sama kakak..”

“Kenapa emangnya bu?..”

“Ya menurut dia, anak seumuran kamu ga cocok tidur dikelonin..”

“Ah kakak mah iri doang bu, dia pengen dikelonin mang entis bawaannya itu hahaha..”

“Ssttt! Kamu jangan sembarangan ngomong, nanti ada yang beli dengar..malu kita..”

“Hehe iya maaf bu, jadi boleh kan bu? Nanti malam tidur sama ibu lagi?..”

Ibu tak menjawab, akupun menganggapnya sebagai iya.

Aku lalu keluar lewat pintu belakang warung dengan hati gembira sambil berjalan dengan riang. Siapa yang tak senang bisa tidur seranjang lagi dengan ibunya di umurku 18 tahun begini? Apalagi ibunya masih seksi dan cantik.

Aku sepertinya mulai kecanduan ibu, aku sebenarnya tak berniat untuk menjadikan ibu sebagai bahan pelampiasan, Namun nafsu birahi mendorongku untuk mencari pelampiasan wanita manapun yang terdekat.

Dan yang pertama dan terdekat adalah ibu kandungku sendiri.

Sejak kejadian pada malam hari ketika ibu menduduki kemaluanku di kursi teras lalu dilanjutkan tidur diranjangku dan membiarkan aku ejakulasi di pantatnya tiga kali semalam. Aku mulai berani blak blakan pada ibu. Tapi apa ibu terbuka juga dengan keinginanku?.

Keinginanku tak lain dan tak bukan adalah bersenggama dengannya, menikmati tubuhnya seutuhnya dan menjadi satu entitas lagi.

Entahlah...aku terlalu halu memikirkannya.

Bahkan aku tak tahu harus mulainya gimana.



Pukul 11:00

Aku saat ini sedang menonton acara tv hari minggu yang terkenal membosankan. Cocok lah untuk membuat mataku mengantuk lagi untuk siang nanti tidur, pikirku begitu.

Saat mataku mulai ngantuk. Seseorang berbisik di telingaku.

“Ahh sayang..”

“Enak ngga sayang...” ucapnya sambil mengelus kepalaku

Dalam setengah sadar, aku pikir ini ibu. Akupun kegirangan.

“Hmm?? Sekarang mau dipeluk apa diciumin sayang?..”

Arghh! lagi lagi ibu menggodaku, tahu saja saat ini kakak sedang tidak ada.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa membiarkan ibu menggodaku atau membuka mata dan membalas godaan ibu.

“Ahh ibu..” balasku

“Nak rafi sayang..”

“Ahh iya bu..”

“Jadinya..mau dipeluk apa dicium sayangg?..”

Nafsuku berkobar kobar, akupun dengan pede menjawab..

“Dicium dong buu...”

“Ahh anak nakal...yaudah sekali aja yach.., buka mulut kamu sayang...hmhh..”

Akupun membuka mulutku setengah

Lalu...

Petaka datang menghampiriku.

“HEEHH CIUM NIH KODOK!!..”

“HAHAHAHAAAHAAAHAAHAA!!!..”

*Braakk* suara pintu tertutup mengakhiri tawanya yang memudar

..........

Malu, aku malu.

Sedari tadi aku terbawa suasana, tanpa menyadari yang berbisik bukanlah ibu.

Namun kak putri yang sedari tadi berbisik.

Aku lupa kak putri bisa menirukan banyak suara! Termasuk suara ibu kami sendiri!

Siallll...

Seharusnya aku lebih berhati hati. Untung saja tak ada orang lain saat mulutku dijejali kodok-kodokan karet mainan.

Sekarang kakak sepertinya sudah tahu aku memiliki kedekatan yang berbeda dengan ibu. Ah makin sulit saja keadaan ini.



Pukul 13:00

“Rafi!! Tolong bantu kakakmu di warung dulu, ibu mau keluar sebentar..” panggil ibu dari luar kamar

“Iya iya bu!..”

Ah malas sebenarnya aku, tapi karena aku ingin mendapat perhatian lebih dari ibu mau gak mau aku lakukan.

Akupun segera ke warung untuk melakukan perintah ibu. Benar saja saat ini banyak ibu ibu yang makan ditempat.

“Heh anak mamah baru nongol! Lama banget sih!..”

“Iya iya sabar napa kak..”

“Buruan bikinin teh anget manis tiga..” Suruh kakak

Akupun melakukan tugasku sampai pelanggan terakhir pulang.

“fiuhh capek juga..” gerutu ku

“Halah anak mamah kecapean..payah kamu..”

“Ih apaan sih kak..”

“Ayo bantuin, udah mendung banget tuh!..”

Angin pun tiba tiba bertiup kencang dan langit bergemuruh. Cuacanya sejak pagi memang sudah mendung, jadi wajar jika siang ini akan turun hujan.

Aku segera membereskan warung sebelum ditutup tirainya. Sementara kak putri membawa peralatan dapur ke dalam.

Tiba tiba..

*PLTAAAAKKKKKK DRUUUUUUUUUMMMM* suara tiang listrik tersambar petir hingga menyebabkan listrik rumah padam

“HAAAAAHHH RAFII!!.” Teriak kakak ketakutan

Aku juga sebenarnya ketakutan juga, tapi aku berusaha tidak lebay dihadapan kak putri.

Tak lama hujan badai pun turun, anginnya lumayan kencang.

Akupun menghampiri kak putri di kamarnya karena aku ketakutan jika sendirian diluar dengan petir dan kilatannya yang terus menyambar, maklum aku memang agak penakut.

“Rafi kamu udah cabut semua colokan?..”

“Udah kak..”

“Terus mau ngapain kesini?..”

“Temenin dong kak boleh ya, ngeri petirnya..”

“Heeeelehhh...kirain apa..”

“Boleh ya..”

“Yaudah sini, naik..”

Setelah diberi izin, akupun naik keatas kasur merah muda kak putri.

“Ehh gaboleh dempetan ya!..”

“Ih siapa juga yang mau kak..”

“Hahah jangan harap kakak bakal kelonin kamu kayak ibu..”

“Cih, siapa juga yang mau! Lagian kakak ga ada empuk empuknya, beda sama ibu...eh?..”

“APA MAKSUD KAMU?!#!#@!..” Teriak kak putri

Aku yang keceplosan langsung bersembunyi dibawah selimut dan coba menidurkan diri.

Setelah beberapa saat aku mendengar dari bawah selimut, kak putri sedang mengobrol dengan seseorang di hp-nya.

Tak begitu jelas suaranya karena berisik suara hujan namun aku dapat menangkap beberapa ucapan kakak.

“M-maksud kamu apa ndy?!..”

“********!!..!*****!..”

“Jangan buat sensasi kamu ndy!..”

“*******!..”

“Y-yaudah iya iya nanti kalau udah reda kamu kesini aja..,sekarang tenang dulu..aku pasti bantu ndy..”

Lalu telepon pun terputus

Waduh terdengar kakak sedang bicara dengan cindy, kakaknya si yudi dan sepertinya cukup serius.

Akupun hendak bertanya pada kakak.

“Kak, itu cindy ya...kenapa emangnya..”

“Heh! Kamu ngagetin aja.., iya cindy..”

“Ada apa kak..”

“Duh, kamu ga bakal percaya..kakak aja belum percaya..”

“Apaan sih kak!..”

“Lebih baik kamu gak tahu raf..”

Aku langsung terdiam mendengar ucapan kakak, nampaknya cukup serius.

Sampai-sampai aku lebih baik tidak mengetahuinya. Hmmm... aku jadi semakin penasaran.

Lalu kakak pun membalikan badan membelakangiku dan terlelap, begitu juga aku. Suara hujan dan gemuruh memang sangat nyaman untuk dibawa tidur.

Ah andai yang disebelah ku adalah ibu, pasti sudah aku peluk, hihihi.



16:00

Aku terbangun sendirian dari tidur siangku, kak putri tampaknya sudah bangun duluan. Aku segera bangkit dan keluar dari kamar kak putri.

Di ruang tamu aku terkejut mendapati kak cindy sedang menangis ditemani kakak-ku.

Akupun coba bertanya pada kakak namun kal putri melarangku

“Sstt kamu pergi dulu rafi!..” ucap kak putri menyuruhku diam dan pergi

“Hah? Kenapa??..” balasku

Kak putri balas melototi ku dengan tatapan seramnya, aku yang sudah hafal maksudnya langsung buru buru pergi dari ruang tamu.

Aku memutuskan untuk pergi ke dapur untuk mencari makanan. Di dapur aku menemui ibu sedang makan di meja.

Syukurlah ibu sudah pulang, aku sangat khawatir tadi karena hujannya sudah sekelas badai.

“Loh ibu kapan sampainya..” tanyaku sambil ikut duduk di meja makan

“Eh sayang, baru bangun ya..., ibu udah dari jam tiga sampai.., kamu sama kakak masih tidur tadi hihihi..”

Ibu saat ini memakai tank top coklat dan terlihat agak basah di depannya. Sepertinya karena basah saat kehujanan tadi, pikirku.

“Ibu kehujanan ya tadi, bajunya basah tuh..” tanya ku

“Ah iya, tadi waktu reda hujannya tiba tiba deras lagi berangin pula...jadinya basah kuyup deh tadi kaosnya..” ungkap ibu

Aku tak bisa membayangkan betapa dinginnya ibu saat menembus hujan tadi. Aku merasa kasihan pada ibu saat ini.

“Ibu kedinginan ga?..” Tanya ku

“Hmm iya sih, kamu tahu kan di daerah tinggi kayak disini beda sama di kota sana dinginnya..”

Akupun menawarkan ibu untuk dibuatkan air panas untuk mandi. Ibu dengan senang hati menjawab iya lalu aku segera mengisi panci besar dengan air lalu ku didihkan airnya di kompor.

“Aduh makasih sayang, perhatian banget kamu..” puji ibu

“Aku ga tega aja ibu kedinginan..”

“Iya sayang makasih, ibu juga bakal buat kamu hangat nanti malam..” ucap ibu sambil menatap ku dengan manisnya.

Wah, sepertinya ibu menawarkan untuk tidur bareng lagi! Berbuat baik memang balasannya sangat instan!

Hati ku sangat berbunga-bunga sore ini, aku sungguh jatuh cinta pada ibuku sendiri. Rasa sayang paling tinggi ku persembahkan pada sosok paling penting dalam hidupku.

Akupun senyum senyum sendiri saat menuang air panas ke dalam bak kamar mandi. Saking senangnya.

Setelah siap, aku persilahkan ibu untuk mandi. Sementara aku menunggu di meja makan dapur. bukan tanpa tujuan, aku ingin melihat ibu yang hanya berbalut handuk nanti saat lewat.



19:30

Saat ini kami sedang bersantai di depan tv setelah kenyang makan malam, hujan pun malam ini turun kembali. Menambah suasana dingin di desa ini, ditambah angin yang sekali-kali berhembus.

Namun ketika bersama ibu dan kakak, rasa dingin itu terasa sirna diganti oleh kehangatan. Walau hanya perumpamaan.

Saat iklan mulai tayang ibu memulai pembicaraan pada kakak

“Eh kak, uhmm...tadi itu si cindy kenapa?..” tanya ibu

“Uhh..aduh bu.., aku ga bisa bahas sekarang..” balas kak putri

“Kenapa kak?..”

“Ada rafi..” ucap kakak sedikit berbisik

Waduh, kenapa aku?

“Hah? Emang kenapa..” tanya ku

“Bukan urusan kamu raf, sanah tidur aja!..” omel kak putri

“HuuH?!..”

Aku yang kesal lalu bangkit dan pergi ke kamarku. Aku tidak ingin berdebat malam malam gini, lebih baik aku ikuti saja ucapan kakak.



Dua jam telah berlalu dan waktu tidur pun tiba. Aku tidak sabar menunggu ibu datang ke kamarku, sesuai ucapannya tadi sore ibu akan tidur bersamaku lagi malam ini.

Lima belas menit berlalu namun ibu masih belum datang. Karena penasaran aku keluar kamar untuk mencari ibu.

Sayup sayup ku mendengar percakapan kakak dan ibu dari dapur. Akupun coba menguping.

“Ibu yakin mau dengar?..” ucap kak putri

“Iya lah, penasaran banget sampai rahasia rahasia gini kak..” balas ibu

Wah ini dia! Mereka sedang membahas hal yang mereka coba sembunyikan dari ku.

“Jangan kaget ya bu..”

“Hmm?..”

“Bu dea main sama yudi..”

Hahh?!?!?!?!????!! A-apa?!

“M-maksud kakak gimana?..”

“Iya bu, cindy katanya lihat waktu dia balik ke rumah lupa ngambil dompet..”

“Ya ampun..”

“Dia langsung lemes bu terus langsung telepon aku, yaudah aku suruh kesini aja buat cerita..”

“Semoga beritanya ga nyebar kak, kasian cindy..”

“Kakak aja sempat ga percaya bu, sampai dia kasih lihat bukti foto, baru percaya..”

“Y-yaudah kak, ibu mau tidur dulu..” ucap ibu terdengar ingin buru buru mengakhiri percakapan

“Bu, tolong mulai sekarang hati hati sama anak itu..”

Ibu tidak membalas kakak dan melanjutkan langkahnya.

Mendengar ibu akan tidur aku buru buru kabur ke kamarku.

Gilaa gila gila gila...sulit dipercaya!, Bisa bisanya anak culun sahabatku itu menyetubuhi ibunya sendiri. Apalagi itu bu dea yang ku idolakan badannya. Ahh dasar sialan anak beruntung!.

Dipikir-pikir ini ada hubungannya dengan kejadian minggu lalu saat aku dan ibu bertamu kesana.

Satu, saat itu pintu rumahnya terkunci. Untung ada cindy datang dengan kunci cadangannya

Dua, lalu bu dea dan yudi keluar bersamaan dari kamarnya yudi, mereka kemungkinan habis melakukan “sesuatu” didalam.

Aku yang mendengarnya jadi sedikit merinding, gimana tidak? Aku diposisi yang hampir sama dengan yudi saat ini dengan ibu yang jauh lebih cantik dari bu dea, bedanya kami baru sekedar tidur bersama dan sedikit menggesek gesek sejauh ini.

Suara pintu kamar yang terbuka memecahkan lamunanku, akhirnya ibu datang juga setelah sekian lama. Malam ini ibu memakai piyama merah muda dan putih, tak seperti biasanya dengan tank top, ini kurang terbuka. Tak sesuai harapan ku.

“Eh kok kamu belum tidur?..” ucap ibu sambil mengunci pintu dari dalam

“Ehehe iya bu, nungguin ibu lama..” ucap ku berbohong, padahal aku melamun memikirkan ucapan kak putri tadi

“Iya sayang tadi ngobrol dulu sama kakak..” balas ibu sambil menguncir rambut panjangnya

“Ngobrolin apa sih bu, lama banget..” ucapku pura pura tidak tahu

“Ah soal urusan dapur aja, kamu ga perlu tahu..”

“Ohh..” jawabku mengiyakan, padahal aku tahu yang sebenarnya

Lalu ibu menyuruhku untuk segera tidur karena waktu sudah setengah sebelas malam, Namun aku menolak dengan menggelengkan kepala.

“Kenapa?.., ini udah larut malam sayang..” ucap ibu keheranan

“Tapi, ibu lepas dulu piyamanya..” pintaku agak nekat

“Loh? Malam ini lumayan dingin sayang, ibu jadinya pengen pakai piyama ini..”

“Kan ada aku bu, jadi hangat dong ngga masalah..”

“Emang gimana cara kamu bikin ibu hangat? Hihi..”

“Aku peluk ibu yang kenceng..”

“Hmm? Yang kenceng apa yang erat hayo..” ucap ibu terdengar mulai menggoda

Suasana mulai menjadi panas di kamar ibu yang ventilasinya buruk.

“Duh ibu, apa bedanya sih..”

“Ehmm.. kalau erat berarti peluk sayang..”

“Kalau kenceng bu?..”

“Kalau kenceng berarti...., Niatnya jelekkk hahahaha!..”

Ibu tertawa sambil mendorongku untuk rebahan disampingnya, aku ikut tertawa terbawa suasana. Sudah lama ibu tidak bercanda ria seperti ini sejak menjanda. Sejak itu ibu dan kakak makin fokus pada urusan warung kami, untuk bercanda sedikit pun ibu tak pernah sama sekali pada kami.

Suara tawa ibu terdengar renyah dan lepas sekali, seperti sesuatu yang sudah ibu tahan tahan selama ini.

“Ahahahaha...haaa...hahh..” tawa ibu akhirnya berhenti

Akupun menatap ibu dari samping

“Ibu seneng banget kayaknya..” ucapku

“Ahh iya, sejak sekamar sama kamu ibu udah ga pernah kesepian lagi..” balas ibu sambil tersenyum

“Sejak sekamar?, berarti mulai sekarang aku bakal tidur bareng ibu terus?..”

“Emang boleh?..”

“Boleh banget bu! Aku seneng bisa peluk ibu tiap malam kayak dulu lagi..hihihi..” ucapku kegirangan

“Ah beda dulu mah peluknya ngga dari belakang terus..” balas ibu dengan nada manja

Duh, ibu makin menggodaku saja..

“Dulu kan bisa sambil nenen makanya dari depan bu..” ucapku berani

“Sekarang boleh kok..”

???????!

“M-maksud ibu?..nennnn..” belum selesai aku bicara ibu sudah menahan bibirku

“Dari depan! Bukan NENEN! Dasar kamu...”

“Duhh aku kira itu hehe..”

“Buruan tidur ih mau dari depan apa belakang..”

“Ibu buka piyamanya dulu.., jelek kayak gitu” pintaku mulai bernafsu

Ibupun mengiyakan permintaanku, langsung saja ibu berdiri dan melepas tali samping piyamanya. Rupanya ibu memakai tanktop putih dan celana pendek ketat berwarna hitam dibawah piyama tersebut, ini dia yang ku tunggu-tunggu.

Lalu ibu melempar piyama itu ke lantai, lalu meminta komentarku.

“Gimana sayang, kayak gini jelek maksud kamu?..”

Aku menelan ludahku, batang gembira alias joni alias kontol ku langsung mengeras melihat pemandangan indah di depan mata ini.

Aku masih tak menyangka akan tidur bersama wanita seksi nan semok ini, apalagi wanita ini ibu kandungku sendiri.

“B-bagus bu..” aku kehabisan stok kata kata pujian, hingga yang ku ucap hanya “bagus”

“Hah bagus?? Emangnya kapur barus?? Hahaha..” Ucap ibu lalu rebahan menghadapku

“Ayo buruan, mau dari belakang apa depan?..”

“Apanya bu?..”

“Peluknya!..”

“Ohh iya iya..uhmm belakang aja ya bu..”

“Loh emang kenapa dari depan?..”

“Engg...kalau dari belakang empuk aja ehehe..”

“Ehh enak tau dari depan empuknya diatas..” ucap ibu semakin nakal

“Ih ibu, kan barang aku adanya dibawah makanya dari belakang..”

“Ahh ssstttt malah ngarah kesana sih...udah udah sini sini peluk ibu dari belakang..”

Akupun mendekatkan badanku ke ibu yang rebahan menyamping membelakangiku, ku dempet tubuhku dari perut sampai kaki sementara tanganku yang sebelah ku selipkan dari bawah memeluk perut ibu sementara satunya lagi memegang pinggul ibu.

Aku langsung merasa keenakan karena kontolku langsung berdempetan dengan pantat ibu ditambah aroma tubuh ibu yang semakin santer karena sudah melepas piyamanya. Membuatku ingin menggesek gesekkan pantat ibu. Suara nafas ibu pun terdengar mulai berat

Namun aku tahan dulu karena belum saatnya, Setelah beberapa menit baru aku mulai beraksi.

“Enak gini kan bu..” ucapku sambil sedikit menghentak pinggulku.

“Ouh..maksud kamu apa itu..sayang..”

“Aku tanya enak gini kan..” aku lanjut menghentak pinggulku, kini lebih keras tekanan kontolku pada pantat ibu

“Oghh...” desah ibu saat ku hentak pantatnya

“Padahal dari depan aja sayang, sekali kali..” pinta ibu dengan manja

“Enakan dari belakang bu..enghh..” balasku sambil terus menghentak pantat ibu

“T-tapi kan biar kayak dulu lagi sayangg...ibu kangen..”

Aku menghentikan genjotanku.

“Berarti boleh sambil nenen dong bu? Kayak dulu lagi?..”

“E-hh ehh...maksud kamu apa..”

“Iya nenen, mimik cucu hihihi..”

“Enak ajah..kamu itu udah ABG mimik cucunya yang buatan pabrik!..” tolak ibu

“Ahh lebih sehat ASI bu, buatan pabrik kebanyakan gulanya..”

“Alesan aja kamu..rafi rafi...anak ibu paling manja..”

“Pegang boleh berarti bu..”

“Eh nggak berarti begitu..”

“Boleh ya bu..” (20X)

“Nggak..” (20X)

Setelah sekian lama aku meminta akhirnya ibu menyerah juga.

“Ihh yaudah nih! Maksa banget kamu pengen yang enak enak..”

Ibu lalu mengangkat tanktopnya hingga keatas dadanya.

Dari samping darahku berdesir melihat langsung sebelah payudara besar ibu yang sangat berisi namun tetap kencang tidak kendur.

Ibu tidak perlu melepas BH karena ibu tidak pakai.

“Ibu...uhhh..” ucapku saat melihatnya untuk pertama kali setelah 15 tahun

Jika 17 tahun lalu aku senang melihatnya karena sudah waktunya nenen untuk tidur.

Sekarang aku senang melihatnya karena hal yang berbeda, nafsu.

“Ayo pegang, kok diem aja udah ibu kasih juga..”

“Uhmm anu bu...aku mau dari depan..”

“Udah ah gini aja, dari belakang sambil kamu remas kamu tekan tekan burungnya kamu..”

“Bukan burung bu, aku udah gede, namanya kontol..”

“I-iya kontol..”

Akupun segera melakukan perintah ibu, kedua tanganku segera mencaplok kedua payudara besar ibu.

“Ouuhhhhhh” desah ku

“Emhh...enak sayang?..”

“E-enak bu ohhhhh...gede banget..”

“Empuk loh sayang, coba remas remas..emhhh..”

“I-iya bu..”

Ohhh gila! Ini seperti mimpi saja!

Kini aku sedang meremas kedua buah dada ibu dari belakang sambil menempel badannya dari belakang. Kedua buah dada ibu lumayan besar hingga tak muat semuanya di tangan ku. Empuk dan halus sekali di kedua telapak tanganku, sensasinya sulit dijabarkan.

“Ohh iya sayang, goyang terus ohh anak pintar..”

Sambil kuremas remas, aku juga memilin puting susu ibu. Aku tak tahu bentuk dan warnanya seperti apa, karena posisi ibu membelakangiku. Tapi terasa ditanganku puting ibu cukup menonjol dan agak keras.

“Ssshhhhh ouhh,, raff udah raf....ohh aduhh..” pinta ibu menyudahi aktivitas mesum kami

Aku tak menggubris permintaan ibu, aku ingin menikmati keintiman dengan ibu lebih lama. Aku terus meremas buah dada ibu sambil pinggulku maju mundur di bongkahan pantatnya.

Nafasku semakin memburu seirama dengan gerakanku yang makin cepat “mengacak-acak” badan ibu. Tanpa hentinya aku menggenjot pantat ibu dengan tusukan demi tusukan dari kontolku yang masih didalam sangkarnya. Karena sejujurnya bagian paling nikmat saat tidur bersama ibu adalah mendempetkan kontol ke pantat ibu.

“Emhhhh...”

“Ahhhhh oghhhh auhhh p-pelan pelan sayang j-jangan dicubit..”

“M-maaf bu, aku gemes sama susu ibu..”

“Ahh iya gapapa sayang, lain kali hati hati ya..”

“Lain kali? Berarti besok besok aku boleh lagi?..”

“Eng-nggaa...bukan gitu maksud ibu..”

“Ahh ibu mahh aku mau lagi nanti...kan belum liat terus belum nenenn...” ucapku sambil menggoyangkan kedua payudara ibu

“Udah paling jauh sayang ini ibu kasih kamu pegang..”

“Pliss buu...besok dikamar aku ya, nenen...aku mau nenen buu..” pintaku sambil terus menghajar pantat ibu

“Engh engh engh..engh..ahhh...j-jangan begitu dong sayangg...kok kamu kasar sama ibu..” desah ibu saat bokongnya ditekan tekan batang anak lelakinya

“Lagian ibu kenapa aku gaboleh lagi besok..”

“Kamu udah gede, sayang...ini susu buat adik bayi..”

“Arghh ibuuuu....”

“Sayang pelan pelan sayang bicaranya! Ada kakak kamu di kamar sebelah!..”

*PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK*

Tepukan antara selangkangan ibu dan penisku semakin kencang karena aku mengeluarkan seluruh tenagaku.

Kesal dengan ibu, aku melepas sebelah genggaman tanganku dari buah dada ibu menuju pinggulnya.

“Ouhh ohhh ohh emhhhh..emhh ngghh s-sayang kenapa dilepass...terus dong...remas terus..”

Tanpa pikir panjang akupun melorotkan celana pendek ibu hingga kedua pantatnya terpampang hanya berbalut celana dalam.

“Ehhh?!!...Rafii kamu ngapain sayang! Jangan!!..” teriak ibu

Lalu aku keluarkan kontolku yang sudah tegang maksimal dari celana pendekku.

Ibu menengok kebelakang dan terbelalak mendapati pantatnya dan penisku sedang berhadapan.

“Rafi! Kenapa kamu keluarin kontol kamu??!..” omel ibu

“I-ibu pengen ini kan?..”

“Engg-ngg-nggaaa enggak! Enak aja..” jawab ibu ragu

“Iya emang enak bu, udah ibu hadap sana lagi...biar aku ngecrot kelar deh bu..”

Lalu ku dorong ibu untuk kembali ke posisi semula.

“Ehh t-tunggu! jangan di masukin!..”

“Ah ibu tenang aja, aku cuman gesek gesek dijepitan paha ibu aja ngga bakal masuk kok bu..”

“Janji ya rafi? Jadi anak yang baik jangan bohong..”

“Rafi janji bu, rafi sayang banget sama ibu mmuach..”

Ciumku di leher ibu

“Ibu juga sayang sama kamu raf, sini dong bibir kamu..” ibu menengok kebelakang untuk menciumku

“Ahh iya bu, mmhhhhmmhmhmm slruuuuppp ahh mhmm..slrrup sluuurrpp..muachh..”

Akhirnya aku resmi berhubungan dengan ibu, ciuman mesra ibu menandai hubungan baru aku Rafi 18 tahun dengan ibuku sendiri Widya Anindya 39 tahun. Hubungan sedarah yang seharusnya tidak terjadi namun tak terelakkan.

Ditengah ciuman panas kami, bencana datang.

*tok tok tok*

“Buu, ibuu..”

“Kakak mau ambil barang ketinggalan..”

Sialan...

Itu kak putri.

Ibu pun kaget dan melepas bibirnya dari bibirku dengan keras, menghasilkan suara basah yang tak perlu dijelaskan lagi seperti apa.

“Sayang? Itu kakak?!..” tanya ibu dengan wajah panik

“I-iya bu kak putri itu..”

“Ibu buka dulu ya sayang, kamu pura pura tidur aja selimutan..”

“Maaf bu nanggung bu, aku belum crot..”

Kepalang nafsu, aku mengarahkan kontolku kedalam jepitan paha ibu yang sudah ku naikkan kakinya.

Ohhhhh rasanya begitu nikmat.

“Ehh rafi, nanti dulu kakak mu nunggu itu!..”

“Maaf bu aku ga tahan..”

Lalu aku mulai mengocok kontolku yang menyelip diantara jepitan paha ibu dan selangkangan ibu yang hanya terhalang CD tipis, dapat juga kurasakan bentuk bibir vagina ibu disana.

Sambil menggengam kedua payudara ibu aku menggoyang pantatku maju mundur agar terkocok dengan nikmat kontolku keluar masuk di jepitan paha dan selangkangan ibu.

Terasa nikmat sekali mengocok kontol di pantat ibu sambil meremas payudara ibu yang kenyal dan lembut. Keringat ibu juga terasa makin banyak di payudaranya, mungkin karena genjotanku yang tanpa henti sedari awal.

Kini sensasi baru menggenjot dengan jepitan paha ibu jauh ratusan kali lebih nikmat dibanding genjotan yang hanya sekedar dempet mendempet. Terhalang banyak kain.

“Ohh enak bangett buu ohhhhhhh...”

*pok pok pok pok pok pok pok*

“Ahnn s-sayang jangan keras keras, ada kakak diluar, nanti gawatt..”

“Ahh ahh ahh ahh ahhh ahh ahh ahnnnnnn ahnn..”

*pok pok pok pok pok pok pok*

“Oughhh buu enak banget buu, aku ga tahann...aku mau crot buu...ohhhh..”

*pok pok pok pok pok pok pok*

*pok pok pok pok pok pok pok*

“Ahh ahh iyahh goyang terus sayangg...goyang pantat ibu yang kenceng...terusss ohhhhhhh ibu juga mau sampee...”

*pok pok pok pok pok pok pok*

*pok pok pok pok pok pok pok*

“Aghh aghh aghh iya bu aku genjot yang kenceng ya bu...rasain nih..”

!!!*TOK TOK TOK TOK TOK*!!!

“IBUUU?!! LAMA BANGET BU..”

“Aduhh sayangg, kak putri udah ga sabaran sayang..”

“Ahh ahh ahh ganggu orang enak aja kak putrii huuhh..”

*pok pok pok pok pok pok pok*

“Ahnn ahnnn ahhh...b-buruan sayang keluarin peju kamu yang banyak...”

“Ahh iya iya buu..”

“Ohh gesekan kontol kamu enak banget di vagina ibu sayangg...ouhhhh ibu udah lama ga dienakin..”

“Nanti aku boleh ngentot berarti bu sama ibu?..”

*pok pok pok pok pok pok pok*

“Enghhh ohhh.... iyaa iyaa iyaa sayang iyaa....nanti kita ngentot sayang...ohh...nanti kita ngentot..”

“Ahh ibu makasih ibuu...”

“Buu aku mau keluar buu...ohhh..”

*pok pok pok pok pok pok pok*

“Ahh iya sayang ibu jugaaa ouhhh...”

“Buuuu ibuuuu maafin rafi buu...ohhhhhhhhhhhhhh...”

“Ahhhhh rafiii.........ibu juga nakk eengghhhhhhhh...”

*Crooot crooot crooot crooooot crooooooottt*

Akupun tak kuat menahan lagi, sambil menekan dalam dalam kontolku. Aku melepaskan pejuku berkali-kali.

Tampaknya ibu juga orgasme berbarengan denganku.



Semenit kemudian baru aku melepas badanku dari badan ibu. Nafas ku masih ngos-ngosan setelah menggenjot ibu tanpa henti.

Lalu ibu bangkit dan membenarkan pakaiannya yang habis ku acak acak. Badannya pun terlihat berkeringat dan rambutnya agak berantakan.

Dapat kulihat aku menumpahkan banyak peju ke sprei putih kesayangan ibu, semoga ibu tidak mempersoalkan ini besok.

Tak terlalu lama ibu keluar, semenit kemudian ibu sudah kembali ke kamar.

“Udah bu? Emang apa yang ketinggalan?..” tanyaku

“Ohh itu dompetnya tadi, buat belanja besok pagi ke pasar...mungkin takut kelupaan kakak..”

“Oalah bu, kirain apaan..***nggu orang lagi enak aja ya heheh..”

“Hush! Kamu ngomongnya..”

“Ih ibu, tapi beneran enak kan?..”

“Hmm?..”

Ibu tak menjawab lalu ikut naik keatas kasur.

“Bu, tadi enak banget bu..”

Lagi lagi ibu tak menjawab, hanya sebatas “hum” saja lalu ibu membalikkan badan. Aku takut ibu saat ini sedang marah denganku.

“Bu, ibu marah? Maafin rafi bu..”

“Buu?? Jangan diem terus dong..”

“Udah lah raf, kamu tidur aja..”

Akhirnya ibu bersuara.

“Maafin rafi udah kurang ajar ya bu..”

“Besok tolong cuci spreinya yah, lengket..”

“Aduh, yaudah deh bu iya...”

“Nah gitu dong, nurut..”

Lalu ibu mendekapku sambil mengelus-elus rambutku.

Fiuhhhh, nampaknya ibu tidak terlalu marah. Mungkin hanya bete sehabis bergumul denganku tadi. Mungkin karena secara akal sehat tidak seharusnya ibu dan anak melakukan itu.

Aku pun merasa lega sekali, bila ibu marah mungkin aku tak di-izinkan melakukan hal enak seperti tadi.

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 12 malam, mata aku sudah tak kuat menahan kantuk. Hingga akhirnya aku terlelap dalam dekapan ibu.

Malam yang indah, malam pertama aku dan ibu bercinta.



Hari minggu, pukul 07:30

Aku bangun kesiangan hari ini, namun dapat ku maklumi mungkin karena kecapekan “menggenjot” terus semalam.

Ibu juga sudah tidak dikamar, Pasti ibu sedang di warung. Pikirku.

“Apaan nih lengket...iuwwww..”

Tak sengaja kaki ku mengenai bagian lengket di kasur ibu saat sedang berusaha turun dari kasur. Aku langsung tahu itu apa, ini bekas peju ku semalam.

Aku jadi ngaceng teringat kejadian semalam. Lalu aku turun dari kasur dan mencari keberadaan ibu.

Di dapur aku hanya mendapati kak putri sedang mencuci piring. Aku pun bertanya.

“Kak, ibu dimana?..” tanyaku

“Heh bikin kaget aja kamu, ada tuh di depan warung..”

Aku segera menuju warung untuk menemui ibu.

“Ciee anak mamah kangen nih yeee, baru aja semalem dikelonin hiihihihihi..” ejek kak putri dari belakang

Aku tak peduli dan lanjut berjalan keluar, kak putri tak tahu yang sebenarnya terjadi bahwa aku tak sekedar dikeloni ibu, Jauh lebih nikmat dari itu.

Sesampainya di warung aku mendapati ibu sedang mengelap piring piring. Langsung saja aku peluk dari belakang.

“Ibuuu...mmhhhhmmm..”

Ku peluk erat perut ibu dan ku dempetkan badanku pada ibu.

“Ehh sayang..., kamu udah bangun.. telat banget..” balas ibu

“Hihi iya bu maaf, gara gara semalem..hihihii..”

“Ada perlu apa kesini?.., mau makan?..”

“Ngga bu, kangen aja.., tadi bangun tidur langsung kepikiran sama ibu..”

“Aduh anak muda ada ada aja.., tolong bantu kakak kamu aja sana angkat lauk kesini daripada meluk meluk gajelas..”

“Siap buu..”

Lalu akupun melakukan yang ibu perintahkan dengan senang hati. Tak lupa setelahnya aku mencuci sprei kasur ibu di kamar mandi.

Saat aku sedang mencuci, kak putri datang menghampiri.

“Wih tumben nih! Nyuci..” seru kak putri

“Heheh iya nih kak, kotor soalnya..”

“Ada bagusnya juga nih sejak suka dikelonin! Jadi makin rajin aja kakak lihat!..”

“Mungkin begitu kak, hehe..”

“Oiya sekalian nanti jaket kakak juga yah!..”

“Ehh apa apaan...ngga ngga!..”

Kak putri tanpa babibu langsung merendam jaket putihnya di ember disampingku, Sialan..aku dimanfaatkan.

Singkat cerita semua pekerjaanku sudah selesai dan sekarang tinggal aku dan ibu di warung sementara kak putri menggosok baju di dalam rumah.

Hari minggu seperti biasa pembeli tidak seramai hari biasa, warung sepi hanya satu dua orang datang dalam sejam-dua jam.

Tiba tiba aku kepikiran tentang si yudi, apa iya benar dia sudah bersetubuh dengan ibunya sendiri? Seperti ucapan kakak semalam pada ibu.

Aku pun izin pergi keluar ke ibu, dengan dalih pergi jajan.

Setelah mendapat izin dari ibu, aku langsung pergi ke rumahnya yudi siang ini.

Beberapa menit berjalan akhirnya aku sampai di tujuan. Suasana depan rumahnya seperti biasa tertutup rapat dan sepi, namun siapa tahu di dalam mungkin ada anak remaja yang sedang menggauli ibunya? Saatnya mencari tahu.

Tak begitu sulit sebenarnya untuk menyelinap ke dalam rumah yudi, bagian belakang rumahnya ada pintu yang tak pernah terkunci setahu aku.

Aku pun mengendap endap berjalan kesana, dan BINGO!, dengan mudah aku memutar knop pintu belakangnya dan pintu pun terbuka.

Keadaan di dalam lumayan gelap hanya bermodalkan cahaya matahari remang remang. Di dapur ruang pertama yang aku datangi tampak kosong, lanjut ke ruang makan pun kosong juga. Namun saat aku mendekati ruang tamunya, terdengar suara berdecit dari salah satu kamar.

Tak sulit aku menebak dari kamar yang mana, karena salah satu kamar lampunya menyala sementara yang satu lagi mati.

Makin kudekati suaranya makin jelas, bahkan diiringi suara desahan wanita.

“Ah ini dia, ini pasti mereka..” ucapku dalam hati

Aku yakin 100% bahwa yang di dalam adalah yudi bersama ibunya sedang bersetubuh. Siapa lagi kalah bukan mereka? Apalagi yang ku tahu dari kakak, kak cindy sedang di rumah neneknya.

Didorong rasa penasaran yang amat besar, aku pun mengambil sebuah kursi bakso atau kursi dingklik untuk mengintip ke dalam lewat ventilasi kamarnya.

Dan....

Ya benar saja, sesuai dugaan ku.

Yudi diatas kasurnya sedang memompa kontolnya keluar masuk memek ibunya yang sedang nungging dihadapannya.

Aku ereksi berat saat melihat mereka bercinta. Bagaimana tidak, tubuh bu dea yang semok sedang dipompa oleh badan si yudi yang cenderung kurus itu. Pemandangan yang erotis dan menambah suasana panas siang ini.

Tak lama mereka ganti posisi, kini bu dea telungkup sementara yudi menindih badannya sambil terus mengentoti pantat ibunya itu. Lalu bu dea memiringkan badannya, sepertinya itu permintaan si yudi karena dia langsung meremas buah dada ibunya. Posisi ini seperti yang aku dan ibu lakukan semalam, bedanya kami tak melakukan penetrasi dan tidak telanjang bulat.

Baru kali ini aku melihat tubuh telanjang bu dea, sayangnya harus saat disetubuhi anaknya. Dan buah dada bu dea terlihat lumayan besar, namun aku rasa milik ibuku masih lebih besar.

Andai semalam ibu mengizinkan ku melihat buah dadanya, tak hanya sekedar memegangnya. Pasti aku tak akan iri pada yudi yang sudah bisa memegangnya apalagi sambil menyetubuhi ibunya.

Aku tak bisa mengocok penisku saat ini, walau hasrat untuk itu sangat besar. Masalahnya aku ini harus berjinjit agar bisa melihat kedalam dan ini posisi yang buat kakiku pegal lama kelamaan.

Ku lihat kini yudi semakin mempercepat gerakan pinggulnya. Mereka pun mulai mengeluarkan suara khas orang ngentot.

“Oohhh ohh ohh buu bu... ibuuu...aahhhhh..”

“Yudi mau keluar buu..ohhh ohh ohh...”

“B-buruan yud ahh ahh ahh ahh ahh ahh ahh..”

“Arghh sialannn enak banget memek bu dea arghh...ngentotttt...”

“Terus yuddd...ooohhhhhhhhh..”

“Arghhhhh arghh aku ga kuat lagi buuu ..”

“ENGGHHHHHHHhhhhhh....aku keluar buuu....Ohhhhh hhh..”

“Ahhhhhhh yudiiiii ibu nanti hamil nakkk..ouhhh..”

Genjotan yudi pada ibunya pun berakhir dengan dicabutnya penis yudi.

Dapat kulihat samar samar cairan putih mengalir keluar dari vagina bu dea. Aku kagum dengan banyaknya peju yang ditembakkan yudi di rahim ibunya.

Mereka lalu terdengar sedang berbincang.

“Ahh bu, banyak banget keluarnya siang ini yah hehe..”

“Iya yud, ga nyangka ibu kirain tadi pagi udah semuanya..”

“Peju yudi selalu ada kapan aja deh bu hehe..”

“Hiiihh makin sayang aja deh hahaha..”

“Ngentot lagi yuk bu, mumpung belum sore..”

“Ayuk nak, ibu juga masih belum puas sekali doang..”

Dan mereka pun bersetubuh lagi, aku rasa sudah cukup mengintipnya. Rasa penasaranku sudah hilang, biarlah mereka lanjut bercinta.

Setelah menaruh kursi dingklik kembali ke posisi semula, aku pelan pelan menutup kembali pintu belakang lalu kembali ke rumahku.

Terjawab sudah mengapa yudi belakangan sering tidak masuk sekolah. Kemungkinan besar karena ingin berduaan dengan ibunya dirumah? Dan bercinta tentunya. Mereka terdengar sudah sering melakukannya, apalagi semenjak kak cindy pergi dari rumah itu. Mungkin kemarin seharian mereka bersenggama.

Sesampainya dirumah aku diomeli ibu karena terlalu lama keluar rumah.

“Rafi! Kok lama banget sih?!..., ibu capek tau beresin ini semua sendiri??..”

Oh sial...aku bingung harus menjawab apa

“M-maaf bu, tadi diajak nongkrong sama teman sekolah hehehe..” ucapku berbohong

“Hadeuhh...iya kamu nih sering banget kelupaan..”

“Maafin aku bu, rafi janji ga ngulang lagi..”

“Yaudah sana masuk, ibu maafin kali ini..”

“I-iya bu makasih..”

Fiuuuhh untung saja ibu tidak marah besar, hanya omelan sehari-hari yang biasa.



Setelah semua pekerjaan beres, ibu terlihat sedang telentang di kamarnya dengan tangan di dahi. Posisi khas orang yang sedang kecapekan.

Aku menghampiri ibu untuk menawarkan pijatan padanya.

“Hah pijat? Emang kamu ga tidur siang sayang?..”

“Ah engga tega aku lihat ibu dari luar kaya gini..”

“Baik banget kamu sayang, ibu mau dong pijetin, sinii naik naik..” ucap ibu menepuk nepuk kasur sebuah tanda agar ku naik

“Ini permintaan maaf aku bu, soal yang tadi..” ucapku saat memulai pijatan di kakinya

“Ngga usah minta maaf lagi sayang, ibu udah maafin kamu kok..”

“Ngga bu, ibu udah baik banget sama aku...aku tanpa ibu hampa rasanya, aku ga tega sekarang buat ibu kesel...apalagi semenjak bapak meninggal, ibu yang kerja keras semuanya buat aku..”

“Hiks... ngga papa sayang, ibu selalu ada buat kamu.., sini peluk ibu dong sayang..” ibu terlihat mengeluarkan air mata

Aku pun naik ke tubuh ibu yang terlentang untuk ku peluk.

“Aku sayang banget sama ibu...” ucapku mengeratkan pelukan

“Ibu juga nak, sama kak putri juga pasti sayang kamu juga..”

“Bu?..”

“Iya sayang?..”

“Aku mau nenen..”

“Nenen?..”

“Iya nenen yang ini bu..” ucapku sambil memegang buah dada ibu

“Nanti yah, pijetin ibu dulu..”

“Asikk! Habis pijetin ibu nenen ya bu..”

“Nanti malam maksud ibu..”

“Yeayy makasih bu..”

Aku senang sekali ibu bersedia melakukannya nanti malam, tanpa ada paksaan sedikit pun.

Akupun bangkit dan lanjut memijat kaki ibu.

Walau tidak bisa sekarang, setidaknya saat ini aku bisa mengelus elus paha ibu. Sebelum nanti malam hidangan utamanya, Susu.





Bersambung...

By: Asuka_Langley
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd