Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Skandal Desa (discontinued,, sorry)

Kalian tim mana?

  • Bu Widya

    Votes: 452 62,8%
  • Kak Putri

    Votes: 135 18,8%
  • Bu Dea

    Votes: 61 8,5%
  • Kak Cindy

    Votes: 72 10,0%

  • Total voters
    720
Status
Please reply by conversation.
Skandal Desa
Part 6


Pov Putri

Pukul 21:35



Akhirnya selesai juga semua masakan untuk esok dijual, tinggal dipanaskan esok pagi sebelum warung buka. Tanganku terasa pegal sekali melakukan ini semua, hufff..

Aku pun merebahkan badanku di sofa. Saking letihnya, aku sampai tertidur di sofa.

Tengah malam pukul dua belas aku terbangun.

“Lah kok?..” ucapku kebingungan

“Sial ketiduran disini..” gerutu ku sambil merapihkan rambutku lalu bangkit dari sofa.

Sebelum ke kamar, aku sempatkan ambil minum dulu ke dapur. Setelah tenggorokan lega aku pergi ke kamar untuk melanjutkan tidur.

Namun sesuatu menarik perhatianku, aku mendapati kamar ibu pintunya terbuka sedikit.

Muncul niat isengku untuk mengintip kedalam, pasti malam ini ibu dan rafi tidur bersama lagi.

Dan benar saja, kudapati ibu dan rafi sedang diatas ranjang berduaan. Mereka saling menghadap dan berpelukan.

“Dasar anak manja..” ucapku dalam hati

Aku sejujurnya iri dengan kasih sayang ekstra yang ibu berikan pada rafi belakangan ini, jujur saja aku juga ingin dipeluk ibu saat sedang tidur, Mengingatkan ku saat saat kecil dahulu.

Namun aku terlalu gengsi untuk memintanya, ya maklum seiring usiaku yang semakin dewasa.

Apalagi kuperhatikan rafi memeluk ibu dengan sangat erat, seakan besok tak berjumpa kembali.

Tak ada yang mencurigakan, kelihatannya ibu dan rafi hanya sekedar berpelukan. Hal yang wajar bagi ibu dan anak, pikirku.

Akupun menyudahi aktivitas mengintipku lalu pergi tidur ke kamarku.



Pov Rafi:

Pukul 21:45

“Buu!...” panggil ku di depan kamar ibu

*tok tok tok*

*kreeek* suara pintu tua terbuka

“Ada apa nak?..” tanya ibu setelah membuka pintu

“Aku mau tidur sekarang bu..”

“Tunggu kakakmu udah tidur belum?..”

“Udah bu, itu dia lagi tidur di sofa..” ucapku sambil menunjuk ke sofa dibelakang ku

“Loh kok dia tidur disana..” ucap ibu keheranan

“Gatau bu, mungkin bosen di kasur?..”

“Yaudah deh masuk sini raf, langsung tidur ya!..”

Aku pun masuk dan tak lupa menutup pintu kamar ibu.

Ibu langsung melepas kancing baju tidurnya satu persatu hingga ibu sekarang hanya memakai tank top coklat dengan celana panjang ketat.

Ibu tampaknya mulai hapal kesukaanku.

“Sini naik ke kasur..” suruh ibu sambil menepuk nepuk kasur

Aku tidak langsung rebahan, aku duduk disamping kasur terlebih dahulu karena ada yang ingin ku sampaikan. Sementara saat ini ibu sudah rebahan di kasur.

“Kenapa sayang? Kamu belum ngantuk?..” tanya ibu

“Ngg-nggaa…bu, aku cuman…anu…emmm..” balasku gugup

“Cuman apa? Ngomongnya yang jelas dong..”

“Soal yang tadi siang bu..”

“Tadi siang? Hmmm apa ya? Ibu lupa..”

“Itu loh buu…yang waktu lagi aku pijetin ibu..”

“Emangnya kamu ngomong apa? Coba ulang..”

“Emmm….aa-a…aku minta nenen bu..”

Ibu tak langsung menjawab, aku dibuat deg-degan menunggu jawaban dari ibu.

Setelah 30 detik ibu akhirnya bicara.

“Rafi…sini sayang, dekat ke ibu..”

Aku pun menuruti ucapan ibu, aku merayap mendekati ibu.

“Iya bu?..”

“Kamu tiduran aja sayang, hadap muka ibu..”

“Gini bu?..”

“Nah iya, kamu maju lebih dekat sayang..”

Kini aku dan ibu tiduran menyamping berhadapan, jarak wajah aku dan ibu kurang dari 10 senti, sementara aku langsung merapatkan tubuhku dan melilitkan kaki ku ke kaki ibu.

Dapat ku cium aroma nafas ibu yang segar karena sehabis sikat gigi barusan. Aku merasa nyaman sekali sedekat ini dengan ibu.

“Kamu.. ibu suruh mendekat, malah nempel yah hihihi..”

“Hehe m-maaf bu..

“Jadi…uhmm…boleh nih bu?..” tanyaku tak sabaran

“Apa?..” balas ibu dengan suara lembutnya

“Aku mau ini bu..” ucapku sambil memegang kedua buah dada ibu

“Hiih main nyosor aja..” ibu merespon dengan menjauhkan kedua tanganku

“Ahh bu, tadi siang katanya boleh..”

“Sayang…kamu ga bisa lebih jauh dari ini..”

Aku kecewa mendengar perkataan ibu, Ibu tidak menepati janjinya tadi siang.

“Tapi bu, kemarin malam kita ngapain bu?..”

“Iya sayang, kemarin itu yang pertama dan terakhir kalinya ya..”

“M-maksud ibu apa?!...aku ga boleh lebih dekat sama ibu lagi? Rafi pengen bu, bisa sedekat mungkin sama ibu!..” ucapku dengan suara tinggi

“Ibu juga mau lebih dekat nak, tapi ada batasannya…kita ini ibu anak, gak semestinya kita begituan..”

“Tapi bu, ibu bilang mau ngentot sama aku kemarin malam waktu aku tanya..”

Wajah ibu memerah saat ku tanya perihal tersebut

“I-itu kan kebawa suasana nak..”

“Argh aku kecewa sama ibu..”

“Rafi sayang, kita bisa lebih dekat tanpa harus berhubungan seks..”

“Ibu selama ini godain aku terus! Aku kira ibu mau…taunya nggak!..”

“Ibu godain kamu biar kamu perhatian sama ibu, selama ini kamu selalu sibuk sama urusan masing masing kan..”

“Arghh…kalau butuh perhatian kenapa nggak kawin lagi bu? Cariin aku ayah baru juga!..” ucapku agak membentak

“Kamu tahu sendiri, kakakmu nggak izinin ibu nikah lagi kan…padahal banyak yang mau sama ibu lho..-

Tapi belakangan ini ibu udah ga kesepian lagi kok sejak kita tidur sekamar terus..”

“Tapi ibu tahu kan, aku laki laki normal…ya pasti sange sekamar sama perempuan seksi semok kayak ibu..”

“Udah lah raf, tidur aja..” perkataan ibu membubarkan perdebatan

“Huhhh…gajadi deh nenennya..” keluhku membalikkan badan membelakangi ibu

“Hihi dasar anak nakal..”

Kami pun tertidur karena sudah mengantuk.



Keesokkan harinya, aku melakukan rutinitas ku sebelum sekolah seperti biasa. Namun aku masih kesal dengan ibu karena semalam menolak memberiku buah dadanya, aku ingin mencueki ibu dulu untuk saat ini.

Saat aku sedang mengikat tali sepatu, ibu datang menghampiriku.

“Raf, ini uang jajan kamu hari ini..”

“Hmmh..” aku membalas dengan anggukan saja

“Kamu keliatan murung raf?..” tanya ibu

“……” aku tak menjawab

“Ibu tahu ulangan pasti berat, tapi kamu kan udah belajar? Pasti bisa dong…gausah kebanyakan pikiran gitu..”

“…..” lagi, aku tak menjawab

(Duuhh kenapa malah bahas ulangan sih buuu??...*** peka banget??) Ucapku dalam hati

“Yaudah sana berangkat, hati hati…pulangnya jangan kelamaan ya sayang..” pesan ibu sambil menepuk bahuku

Aku pun berangkat, tak lupa salim terlebih dahulu. Yah walaupun aku sedang kesal dengannya tapi ia tetap ibuku yang harus kuhormati.



07:30, di SMA

“Murid murid, bapak punya berita yang cukup mengejutkan…”

“Waduh apaan tuh pak?..”

“Teman sekelas kalian, si yudi..-

Dia keluar dari sekolah ini..”

*DEGHH*

Aku terbangun dari lamunanku, tak percaya apa yang barusan pak gunawan sampaikan.

Yudi keluar dari sekolah?

“Laahh?! Kenapa pak??..”

“Iyaa pak! Kenapa?!..”

“Kok tiba tiba gitu pak?!..” Murid murid bersahutan minta penjelasan dari pak gunawan

“Ssttt sudah sudah diam, untuk sekarang bapak belum punya alasan yang pasti! Mungkin pindah kota? Mungkin mau fokus kerja? Bisa apa aja-

Tapi… sangat disayangkan kalau keluar duluan sebelum lulus seperti ini..”

“Lah emang si yudi fokus kerja apaan?..” tanya salah satu murid perempuan

“Si yudi mah fokus nanem jagung kali ahahaha..” canda si hendro, murid paling ga jelas di kelasku.

Sebenarnya benar juga ucapan si hendro, kemarin aku mendapati yudi sedang “menanam jagung” di kamar ibunya. Andai mereka tahu.

Singkat cerita waktu pulang sudah tiba, aku pun segera pulang ke rumah ku. Sesampainya di rumah aku langsung merebahkan badan ku ke kasur, karena ibu dan kak putri masih sibuk dengan urusannya masing-masing dan tampaknya tak membutuhkan bantuan ku. Tak butuh waktu lama aku pun tertidur.

Dua jam kemudian pukul 17:00 aku terbangun oleh ketukan pintu kamar ku.

*tok tok tok tok*

“Raff…bangun raf..”

Aku segera turun dari kasurku dan membuka slot pintu. Rupanya ibu yang memanggilku.

“Hoammm…ada apa siii..bu..” tanya ku sambil mengucek mata

“Itu…si yudi nyariin kamu..”

“Hah? Ngapain yudi jam segini kesini?..”

“Nggak tahu! Cepet sanah dia nunggu di warung..”

Aku lalu berjalan menuju warung, ada perlu apa si yudi kemari sore sore begini?

“Heh raf, baru bangun tidur lo ya?..” sapa yudi yang sedang duduk di bangku panjang warung dengan satu kakinya diatas. Tak biasa dia bersikap seperti ini, yang lebih tak biasa dia sedang merokok!

“Y-yudi?...eh iya iya baru bangun gue..”

“Udah lama nih kita ga ketemuan hahah..”

Entah kenapa aku merasa tidak sedang bicara yang biasanya. Kami sudah bersama selama bertahun-tahun dan yudi yang sekarang di hadapanku sangat berbeda. Apalagi sejak aku mendapatinya bersenggama dengan ibunya sendiri, bu dea.

“Ekhem…Iya sih, lu kan bolos terus?..”

“Alah lu dah tau semua raf, sekelas juga udah tau kan...”

“Hmm…iya, emang kenapa yud? Kenapa harus keluar?..”

“Gue udah muak, gue capek belajar..”

“Loh? Kok gitu? Nilai lu tahun lalu ga jelek jelek amat?..”

“Makin kesini makin sulit argh, meledak kepala gue hapalin semuanya..”

“Eitss…kok jadi gitu sih lu yud?...semangat dong..”

“Eh anj”ng gue tuh gak kayak lo yak! Sebelahan sama si dodi yang pinter! Lu biasa minta contekan kan?!..” bentak yudi menggebrak meja lipat warung

Waduh kenapa yudi malah jadi nge-gas gini? Tapi alu yang dituduh mencontek dodi jadi ikut terpancing emosi.

“Eeehhh apa apaan! Gue mana ada nyontek si dodi! Dan juga kalo lu sekali lagi mukul meja warung gue, gue ga segan bogem muka lo!!..” balas ku penuh emosi

“Ahahah anak kayak lo mana berani ribut? Gue tiap hari kerja di ladang! Otot gue lebih kebentuk daripada lo abis pulang sekolah tidur doang!..”

Ah sial benar juga, ku lihat belakangan yudi makin berotot saja badannya. Tidak kurus seperti ku.

“Ssssttt ehhh udah udah!! Kalian ngapain ribut sore sore begini hah???”

Fiuhh…untung saja ibu datang di waktu yang tepat. Hampir saja aku keluar dari warung dan hendak berkelahi. Ibu lalu menyuruh aku untuk pergi ke dalam.

Karena kesal, aku segera pergi dari warung. Tapi aku penasaran apa yang ibu dan yudi bicarakan di warung. Aku pun berbalik dan menguping dari belakang warung.

“Duh…ada masalah apa sih nak yudi…kalian bukannya teman baik?..” tanya ibu

“Oh haha ngga ada apa apa bu widya, biasa lah anak muda gesek gesekan pasti ada hahah..”

“Yakin??..”

“Ah kalau ga percaya ngobrol aja di rumah saya bu hehe..”

“Ih jangan ah, kerjaan ibu belum selesai..”

Waduh? Si yudi mengajak ibu ke rumahnya?? Apa apaan ini?! Percaya diri sekali anak itu mengajak ibu.

“Ah udah lah bu wid, nanti aja kan bisa…sebentar aja yuk..”

“Maksud kamu apa yud..”

“Maksud saya ibu widya main ke rumah saya sebentar aja…aman kok cindy masih di rumah neneknya dan ibu lagi jaga toko..”

Duh…percakapan mereka kenapa terdengar mencurigakan begini?? Aku jadi kesal lama kelamaan.

“hmmh nanti lain kali aja deh yud, udah mau malam juga nih..” ucap ibu terdengar menolak

“Ahh bu widya mah, udah lama bu aku kangen..”

KANGEN??!

APA APAAN?!!

“Besok siang yah? gimana??..”

“Yaudah dah deh huft…tapi janji ya bu widya..”

“Iyaa iyaa…tapi syaratnya kalian harus baikkan lagi?”

“Gampang bu wid, siapp..”

“Sipp, gitu dong! Kalian kan udah barengan dari orok, jangan sampai musuhan gitu… dah sana pulang..” ucap ibu mengakhiri percakapan

Tampaknya percakapan mereka telah berakhir, tak terdengar lagi suara si yudi dan ibu juga terdengar sedang mencuci piring di dalam.

Saat aku hendak kembali ke dalam rumah, aku dikagetkan dengan sosok jangkung sedang nyengir di samping menatap ku.

“HAYO NGAPAIN?!!!!!..”

“HAAAAAAHHHHH!!!!!!!!!!!..” *BRUGGG!*

Aku sangat terkejut sampai jatuh ke belakang.

“Haaahahahahaa…rafii rafii..”

Yah siapa lagi kalau bukan kak putri, ia dengan kedua tangan di samping pinggulnya tampak puas sekali mengejutkan ku. Aku sangat serius sekali menguping pembicaraan ibu dengan yudi sampai tak menyadari kak putri di samping ku selama ini.

Mendengar kerusuhan di luar, ibu pun keluar warung untuk mengecek.

“Kakak? Rafi?? Kalian ngapain disini?? Kamu juga raf ngapain duduk di tanah??..” tanya ibu heran melihat kami berdua

“Ah lagi main aja bu hahah, ya kan raf???..” ucap kakak sambil mengedipkan sebelah matanya pada ku

Ohh…aku mengerti, apa maksud kedipan sebelah mata kakak. Aku pun mengiyakan ucapannya.

“E-ehhehe iya iya bu..” jawabku sambil bangkit berdiri

“Ih kalian udah gede masih aja main main, dah sana masuk! Udah mau maghrib ini!..” omel ibu pada kami

“Siap bu..” Balas kak putri dan kami bertiga pun masuk ke dalam rumah karena langit makin gelap.



Pukul 18:30

Malam harinya aku sudah was-was ibu akan curiga pada kami perihal kejadian tadi sore di warung. Namun tampaknya ibu santai-santai saja seperti tidak terjadi apa-apa. Kami makan bersama dan berbincang seperti biasa. Padahal seharusnya ibu tahu aku atau bahkan kakak ikut menguping percakapannya dengan yudi di warung tadi.

Entah ibu yang tak tahu atau tidak menaruh curiga pada kami sedikit pun. Tapi dari yang ku dengar tadi ibu seperti memiliki hubungan dengan yudi, entah hubungan seperti apa. Kenapa yudi bisa kangen dengan ibu? Kenapa yudi memaksa ibu pergi ke rumahnya?

Ah aku jadi tak nafsu makan memikirkan hal hal itu. Aku pun izin mengakhiri makan ku duluan dan menaruh piring ku ke dalam tudung saji.

Setelah itu aku ke kamar ku lalu merebahkan badan ku ke kasur. Ku pejamkan mataku sambil melupakan pikiran pikiran aneh ku, lama kelamaan akhirnya aku tertidur.



Pukul 22:30

Aku terbangun dari tidur ku yang tidak di sengaja, ku lihat bahkan lampu kamar ku masih menyala dan pintu kamar ku tidak tertutup. Tak biasanya aku tidur seawal itu, kepala ku pun terasa pusing.

Aku melangkahkan kaki menuju dapur untuk mengambil air minum. Di luar aku mendapati ibu dan kak putri sudah tidur juga.

Saat aku hendak kembali ke kamar, aku tiba tiba merasa ingin tidur dengan ibu. Aku pun beralih ke kamar ibu di samping, lalu ku coba membuka pintunya pelan pelan.

Ah sial pintunya di kunci dari dalam, aku dengan perasaan kecewa pergi kembali ke kamar ku.

Namun saat aku sedang duduk di kasur, tiba tiba terdengar pintu kamar ibu terbuka. Dan benar saja tak lama ibu muncul di depan kamar ku.

“Sayang? Kamu ya tadi mau buka pintu kamar ibu?..” tanya ibu, oh iya ibu malam ini mengenakan tank top coklat kesukaanku dengan celana pendek jeans.

“E-ehh i-iya bu heheh..” jawabku malu

“Ibu udah tau pasti kamu hihii.., mau apa emang?..”

“Uhmm anu bu…mm-mau dikelonin kayak biasa hehe..”

“Hhmmmm tuh kan udah ketebak..”

“Ngga boleh ya bu?..”

“Bolehh lah, kamu kan anak ibu yang paling ibu sayang…masa ngga boleh..hmmmhhh..”

“Ahh ibuu….”

Ibu menghampiriku yang sedang duduk lalu merangkul leher ku sambil mengusap rambut ku. Di posisi ini otomatis wajahku terbenam di dada bagian atas ibu. Sungguh nikmat dan harum, membuat batang penis ku mengeras.

“Ahh kenapa sayang? Kamu udah ga sabaran yah?..” tanya ibu menunduk pada ku

“I-iya bu…mmmuach..” jawabku sambil iseng mencium belahan dada ibu

“Hmmhh nakal yah cium cium susu ibunya..” protes ibu

“Yah bu lagian di sodorin gini aku ga tahan bu..”

“Kamunya aja yang nakal, main cium cium susu ibu..”

“Udah ah bu ayo ke kamar, aku udah ga tahannn…” ucapku tak sabaran

“Duhh ga tahan mau ngapain sih emang? Hihihi..”

Masih di posisi yang sama, aku meremas kedua buah dada ibu yang besar itu.

“Mau ini bu…mau susu, nenen susu ibu..”

“Duh bayi gede udah ga sabaran nih hihihi, yuk ke kamar ibu..” ucap ibu melepas rangkulannya dan menarik tanganku menuju kamarnya

Sesampainya di kamar ibu, aku di suruh mengunci pintu dan menutup jendela. Ibu langsung menyuruh ku naik ke atas kasur, tapi aku tak langsung naik karena mau memastikan dulu.

“Kamu nunggu apa sayang? Katanya mau di kelonin?..” tanya ibu

“A-anu bu...jadi kan?..” jawabku terbata-bata

“Hmm?..”

“Nyusu bu..”

“Duh sejak kapan sih kamu jadi suka sama susu ibu mu ini..” keluh ibu sambil memegang kedua buah dadanya

“Emm..sejak kita tidur bareng..” jelasku

Ibu tak menjawab, hanya menatapku kosong.

Aku menunggu jawaban ibu dengan canggung sambil terus berdiri di samping kasur, ibu terus memperhatikan ku dengan tatapan datarnya. Sepertinya ibu juga melihat gundukan menonjol di celana ku.

Kemudian ibu menghela nafas dan menyuruhku naik keatas kasur lagi. Aku pun menurut dan segera merebahkan badan ku di samping ibu. Posisi kami saat ini ibu tidur menyamping menghadapku sementara aku terlentang.

Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, ini sudah larut sekali. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

“Bu jadi boleh?..” tanya ku memastikan

“Boleh, tapi ada syaratnya..”

“Apa syaratnya bu..”

“Kamu harus tutup mata..”

“Yah ibu...kok gitu..” keluh ku

“Kan kamu mau nyicip doang kan? Ga lebih?..” jelas ibu

“I-iya sih bu tapi...”

“Kalau gamau yaudah, kita tidur aja langsung...udah larut juga ini..”

“Iya iya deh buu..aduhhh..”

Terpaksa aku mengiyakan syarat dari ibu, daripada aku tak mendapat apa apa malam ini. Padahal aku kecewa sekali tak bisa melihat buah dada ibu dari dekat. Walau kemarin sudah bisa meremasnya saat malam hari aku menggesekkan penis ku di jepitan pahanya.

“Hadap sini sayang, buka mulut mu..”

Aku memiringkan tubuh ku ke arah ibu dan merangkul badan ibu. Tak lupa memejamkan mataku.

“Aaaaaa...”

“Buka yang lebar sayang, ibu keluarin dulu ya nenennya..”

“Iya bu, aaaa..”

“Awas matanya hayoh...kalau dibuka kamu tidur sendirian malam ini..”

“Iya iya bu..aaaa..”

Inilah momen batu loncatan dalam hubungan aku dengan ibu.

“Ini sayang susu ibu, nikmati lah..”

*emmmngg*

Setelah menunggu akhirnya aku merasakan sebuah puting memasuki mulutku. Rasanya manis dan agak asin, puting ibu juga terasa agak keras di mulutku.

“Sayang, kamu inget kan caranya nyusu?..” tanya ibu sambil menaikkan kaki kirinya menindih kaki kanan ku, tubuh kami makin menempel satu sama lain

“Lupa bu..”

“Emut emut sambil disedot yang kenceng sayang..”

Mendengar ibu bicara seperti itu mulutku langsung menyedot dengan kuat.

“Sssssluurrrrpppp slrrruuppppphh slrrruuupppphhs..” aku menyedot buah dada ibu sangat kuat sampai berbunyi suara mulutku dan puting ibu beradu

“Emmhhh...uhhhh..p-pelan pelan aja s-ssayang..ohhh..” desah ibu kaget dan sedikit menggelinjang badannya.

Aku ingin sekali membuka mataku sekarang, tapi aku takut mengecewakan ibu.

Aku pun terus menyedot, mengunyah serta menjilat buah dada ibu. Aku coba menggigit putingnya tapi ibu langsung protes pada ku.

“Ouuchh...ahhnn sayang...susu ibu sakit kamu gigit gitu ahh...yang bener dong nyusunya..” ujar ibu

“M-maaf bu..kan matanya harus ditutup jadinya gatau heehee..”

“Ahh alasan aja kamu...awas lho di buka..”

Aku lalu lanjut menikmati buah dada ibu sambil terus berpelukan.

“Emmhh emhhh emhh slrruuuppp...ahh ibuu..”

“Nah gitu sayang..emut emut aja terus jilat..oouuhh..” desah ibu dengan suara agak berbisik, yang mana terdengar menggoda sekali tepat di depan telinga ku

Tangan kanan ku yang sedari tadi merangkul di pinggang ibu kini aku pindahkan ke buah dada ibu sebelah kiri yang masih terbalut kain tank top tipis.

Lalu ku remas remas buah dada ibu sebelah kiri dengan lembut.

“Ahhhh ouhh ss-sayanggg...lepasin s-sayang..” protes ibu, aku tak menghiraukan protes ibu.

Aku terus meremas sambil menyusu pada buah dada ibu walau ibu terus melarang ku meremas buah dadanya.

Lama kelamaan ibu akhirnya capek terus melarangku, akhirnya ibu membiarkan tangan anak kandungnya ini meremas buah dadanya yang sekal dan besar itu. Bahkan ibu malah keenakan ketika aku tingkatkan intensitas remasan dan sedotan ku di buah dadanya

“Ouhh yaa gitu...emhhhh..”

“Slruupp slruupp slruupp slrruuppsshh..ahhhhss..”

“Ahh ibuu...slruuppssh..ahh..”

“Yah ohh ohh ohh gitu iya sayangg betul...sedott susu ibumu yang kencengg ouuuhhh emhhhhhhhh..”

“Enghh iya bu, susu ibu enak banget ouuhh yess slrruupp..”

“Enak ya sayang..enghh mhmmm..”

“Ahh iya...rafi suka nyusu lagi sama ibu..slrruuppss slrruup..ahhh..”

“Padahal nggak ada susunya lhoo...tapi kamu semangat banget sedotnya sayang..”

Lalu aku melepas mulutku dari puting ibu.

“Loh kenapa di lepas? Ayo nenen terus sayang..” ucap ibu sambil mengelus rambutku

“Biar ada susunya ibu harus punya bayi kan??..” tanya ku

“I-iyaa betul...ee-eehh m-mmaksud kamu..!..”

“Boleh nggak, umhh rafi buatin ibu bayi...” pinta ku

“Eehhhh apa apaan...nggak nggak!..” protes ibu keras sambil menjauh dari ku dan merapihkan bajunya

Aku yang sudah dipenuhi nafsu langsung saja secara blak blakan mengajak ibu untuk berhubungan seks, betapa bodohnya aku!

“Ahh ibu boleh yaa...sekali tusukan aja deh, yang penting nyobain dulu..” ujarku memelas

“Ssstt kamu jangan kurang ajar yah, kita ini ibu anak..*** semestinya ibu mengandung anak dari anaknya..” jelas ibu

“Tapi dua hari lalu ibu bilang mau ngentot sama aku???..”

“Duh itu kan ibu lagi di aduk aduk nafsunya sama kamu sayang...ibu udah mau orgasme juga kan, makanya ibu kepikirannya ya gitu..”

Ah aku kecewa sekali, rupanya ibu tak benar benar ingin ngentot dengan ku. Tak seperti ucapannya malam itu.

Tapi aku tak kehabisan ide.

“Kalau pakai pengaman rafi boleh ngentotin ibu?”

“Pengaman maksud kamu kondom?!..”

“Iya bu, kondom. Biar kalau peju aku keluar ga kemana-mana..”

“Duh kamu ngotot banget yah pengen ngentot sama ibumu..”

“Ahh iya bu, badan ibu masih seksi putih, nenen ibu enak, pantat ibu semok...mana tahan aku bu..” puji ku pada ibu.

Aku benar benar tergoda dengan posisi ibu yang setengah tiduran di hadapanku dengan tank top yang agak berkeringat dan celana pendeknya. Pria mana pun pasti tak tahan disuguhi pemandangan seperti ini. Bahkan aku anaknya pun sampai ingin menyetubuhinya.

“Ah bisa aja kamu godain ibunya..”

“Boleh ya bu, pakai kondom..” pinta ku sekali lagi

“Ah udah ah malah bahas begituan, udah hampir jam dua belas tuh..” ucap ibu sambil menunjuk jam

“Tapi jawab dulu bu, baru aku tidur..”

“Ah ibu takut ketagihan penis kamu, jangan deh..”

“Kalau ketagihan mah gapapa bu hehe, asal bisa diatur aja waktu ngentotnya kapan..”

“Duuhh.. ibu ngerasa aneh bahas ginian sama kamu, kamu kan anak ibu sendiri, dah ah ibu mau tidur..” ucap ibu lalu berbaring membelakangiku.

Aku lalu mendempetkan badan ku ke ibu dari belakang lalu memeluknya dengan erat.

“Hmmhh...kalau kamu masih pengen, genjot aja pantat ibu-

Biar ibu jepit penis kamu pakai paha ibu..” tawar ibu

“Iya bu, baru aja aku mau minta itu..”

“Siniin penis kamu..” ucap ibu sambil menaikkan sebelah kakinya

Aku segera mengeluarkan penis ku dari celana pendek ku dan menaruhnya di pangkal paha ibu agar enak saat dijepit. Ibu lalu menurunkan kakinya dan kini penis ku terjepit oleh kedua paha ibu yang hangat dan nikmat.

Dengan posisi berbaring menyamping dibelakang ibu aku mulai menggerakkan penis ku keluar masuk jepitan paha ibu.

“Genjot sampai kamu keluar ya sayang, ibu mau tidur duluan..” ujar ibu

“Loh, emang ibu gamau ikutan..” balas ku

“Nggak ah, ibu mah ga sangean kayak kamu..”

Aku pun lanjut menggenjot penis ku sampai akhirnya aku keluar sekitar lima menit kemudian. Ibu benar benar sudah terlelap ketika peju ku muncrat, sepertinya ibu sangat lelah seharian ini.

Aku sebenarnya masih ingin tapi aku tak tega membangunkan ibu ku tersayang ini. Aku pun lanjut tidur sambil memeluk ibu.

Aku merasa agak kurang karena tidak berhasil menyetubuhi ibu malam ini, setidaknya aku sudah bisa menyusu padanya sekarang. Entah bagaimana caranya agar ibu mau bersetubuh dengan ku.



Pov Putri

Keesokkan harinya, pukul 06:30 pagi



Pagi ini aku dan ibu melakukan rutinitas kami sehari-hari menyiapkan hidangan untuk warung sebelum nanti buka jam 8.

“Bu, si rafi belum bangun?..” tanya ku sambil mengupas bawang

“Hmm? Oh biarin aja, nanti juga bangun sendiri..” balas ibu yang juga sedang menggoreng ayam

“Bu, aku mau tanya sesuatu..tapi jangan marah ya..”

“Duh apaan sih kak pagi pagi udah serius aja bahasannya, kupas yang bener tuh bawangnya jangan oleng..”

“Emmm...perihal rafi bu, apa ibu ga merasa risih tidur bareng terus, m-maksud aku...rafi kan udah bukan anak anak lagi..”

“Hhmmmm, gimana yah kak...rafi itu anak terakhir ibu, jadi ibu sayang banget sama rafi-

Kalau tidur bareng bisa buat dia senang ya ibu ga keberatan, toh seorang ibu juga harus membuat anak anaknya senang dan bahagia kan?..” jelas ibu panjang lebar

“Ah iya...benar juga..” sahut ku

“Maksud kamu takut rafi berbuat yang nggak nggak kan?..”

“Nah itu iya bu, apalagi ibu tidur cuma pakai tank top doang..”

“Mana ada kak, rafi itu anak baik ngga kurang ajar sama ibunya..hihihi..”

Aku tidak membalas lagi, jawaban ibu sudah cukup menenangkan ku. Lalu aku lanjut fokus menyiapkan sambal untuk di ulek.

Setelah mendengar cerita dari cindy tentang skandal adiknya dan ibunya membuat ku ngeri setiap malam bila melihat kamar rafi yang kosong dan kamar ibu yang terkunci. Pikiran kotor ku berpikir mungkin rafi dan ibu sedang bercinta di dalam!

Ah tapi kemungkinannya kecil bila menurut fakta bahwa rafi jebolan pesantren. Tapi ibunya... ini dia yang sulit. Ibunya ini kerap memakai pakaian terbuka sehari hari jika sedang di rumah. Aku yakin 50% rafi pasti tergoda dengan tubuh ibu yang masih aduhai itu.

Ah sial aku terlalu sibuk memikirkan hal ini, sampai sampai tempe yang ku goreng jadi gosong. Omelan ibu pun aku yakin akan segera terdengar. Siapkan mental mu putri...



Pukul 08:00

Aku mendapat giliran menjaga warung pagi ini, karena barusan ibu pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur.

Lalu sosok yang tak duga datang ke warung dan langsung duduk.

“Eh kak putri, es teh dong satu..” pesan yudi

“Loh yudi? Kamu gak sekolah lagi??..” tanya ku

“Udah keluar kak, disuruh ibu fokus nyari duit hahah..”

“Loh kok gitu?? Duh sayang banget belum lulus juga..”

“Gapapa lah, aku sendiri kok yang nanggung, eh ngomong ngomong bu widya mana?..” tanya yudi

Duh anak ini, sesuai dugaanku. Pasti mencari ibu.

“Lagi ke pasar, emangnya kenapa??..” jawabku

“Perlu aku bantu jemput nggak?..”

“Lah emang ada motornya?..”

“Ada lah pakai punya kak cindy..”

“Oalah cindy udah balik toh..***usah lah yud ngerepotin aja..”

“Ah gapapa kak! Aku jalan dulu yah!..”

Eleh ini bocah main pergi aja, baru aja es tehnya selesai ku buatkan.

Satu jam kemudian yudi bersama ibu pun datang dengan motor. Setelah turun, mereka langsung duduk di kursi panjang warung.

“Duh makasih banyak ya yud, udah jemput ibu.., padahal ga di suruh loh..” ucap ibu

“Iya bu wid sama sama, aku kan udah dianggap keluarga juga kan sama bu widya? Hehe..”

“Eh kata siapa??! Sotoyy!!..” tukas ku

“Ssstt kakak! Ga boleh gitu, si yudi kan udah dekat sama kita dari dulu ya wajar dong ibu anggap keluarga juga..”

Argh sialan, kenapa ibu malah membela si yudi ini. Bahkan sudah dianggap bagian dari keluarga kami. Aku cukup kesal mendengarnya, terutama setelah aku mengetahui skandal yang mereka lakukan di belakang ku.

“Noh kak put denger...aku udah jadi anaknya bu widya juga hehehe..”

“Cih! Najis!..” umpat ku kesal

“Ehh kak putri ga boleh kasar gitu...kenapa sih, yudi udah baik mau jemput ibu dari pasar lhoo..”

“Huuhhh ya ya ya ya ya iya!..” balas ku mengiyakan dengan terpaksa

“Oiya yud, tolong bawain belanjaannya ke dapur ya, sini ikut ibu..”

“Siap ibu ku, laksanakan..”

Kemudian ibu dan yudi masuk membawa barang belanjaan.

Saat aku intip kebelakang lewat pintu belakang warung aku mendengar samar samar ibu dan yudi bercakap.

“Wah yang bener bu wid?..”

“Iya yud, badan ibu pegel banget sehabis belanja ini.., mau ya?..”

“Mau banget bu..”

“Sip, nanti sehabis belanjaan di taruh langsung ke kamar ibu ya..”

“Oke buu, wah aku jadi gak sab....” suara mereka pun menghilang

Mata ku melotot mendengar percakapan mereka barusan, ini tak bisa di biarkan lagi. Aku pun segera meninggalkan warung untuk masuk kedalam, namun..

“SIALLL KENAPA MESTI DI KUNCI??!!..”

Aku telat, pintu depan sudah terkunci.





By: Asuka_Langley
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd