Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COMEDY - TAMAT Slamet kan aku

KARENA HIDUP ADALAH PERJUANGAN


"Aaaauuuhhh." jerit bu Erlita saat ujung pare berototku mulai memasuki lubang kenikmatan miliknya. Meskipun suaranya tertahan karena tersumpal memek milik bu Vina. Sedangkan tangannya kini sedang meremas-remas payudara indah milik bu Melly.

Pasti kalian sedang kebingungan dengan apa yang terjadi, baiklah sebentar aku putar ulang semuanya. Dan silahkan menikmati.

Sekarang di depanku sedang duduk tiga orang yang menentukan masa depanku. Bu Erlita, bu Vina dan juga bu Melly. Trio dosen yang terkenal sangat galak terhadap para mahasiswanya. Dan sekarang mereka bertiga menjadi dewan penguji untuk skripsiku. Hampir saja aku pipis dicelana saat tahu 3 orang ini yang akan menjadi dosen pengujiku. Untung saja mereka masih memiliki sisa kecantikan saat masih muda. Jadi meskipun terlihat galak tapi aku tidak akan pernah bosan untuk memandang sisa kecantikan yang mereka miliki.

"Kamu mau minta nilai berapa mas Slamet?" tanya bu Melly.

Peli obah-obah,ooo, gawukmu megap-megap, oooo

Aku mencari dimana asal suara itu. Aku merogoh kantong celana dan melihat ke layar ternyata bukan dari HPku. Huft untung saja, karena untuk kesekian kali pasti nada dering ini tidak akan lucu lagi. Ternyata ada Slamet lain yang berada di ruang ruangan. Jadi biarkan semua kesialanku berpindah padanya. Atau jangan-jangan mas-mas tukang pijet yang kemaren lagi nungguin aku sidang. Kalau memang yang itu berarti aku harus berterima kasih padanya. Paling tidak 2 orang yang ada di depanku sudah sedikit melupakan tentang aku.

Salah satu dari dosen pengujiku keluar dan menyuruh orang yang berada diluar ruangan untuk tenang. Setelah itu duduk dan kembali memasang tampang yang lebih seram dari tampangnya sebelumnya. Sudahlah biarin aja, berapapun nilaiku nanti yang penting aku sudah berusaha, paling tidak abis ini aku akan menjadi seorang sarjana ekonomi. Dan bisa menyenangkan kedua orang tuaku.

"Sekali lagi, mas Slamet mau minta nilai berapa?" tanya salah satu dosen memastikan.

"A bu." jawabku mantap

Aku kan cuma disuruh minta, masa mau minta B atau C, tentu saja aku minta nilai A. Dan melihat perjuanganku selama ini tentunya aku pantas untuk menerima nilai itu.

Ketiga dosen hanya tersenyum ketika mendengar jawabanku, entah menyepelekan atau memang aku pantas dapat nilai segitu. Yang jelas mereka hanya tersenyum dan terlihat saling memandang satu sama lain. Sehabis itu aku dipersilahkan untuk keluar ruangan terlebih dahulu. Sambil menunggu ketiga dosenku untuk mendiskusikan nilai yang aku dapat.

Aku keluar ruangan dengan rasa yang bercampur aduk, lebih deg-deg kan dari saat terakhir aku ditinggal Janah, atau saat Paijo ngomong kalo Janah dia hamili. Eh itu deg-deg an nya sama. Yang jelas lebih deg-deg an dari saat aku salah mengira si Kopi pahit adalah Janah. Sudahlah nikmati saja, ini skripsiku tidak ada hubungannya dengan Janah.

Diluar ruangan ternyata tidak hanya Anas yang menungguku. Ternyata ada kedua orang tuaku yang telah menunggu hasil skripsiku. Ya Allah, sesayang ini kah mereka kepadaku, hingga mereka datang ke sidang skripsiku.

Belum sampai 5 menit aku diluar ruangan, aku sudah di panggil masuk oleh bu Erlita, sepertinya beliau akan memberitahukan hasil dari skripsiku barusan. Semoga tidak mengecewakan.

"Silahkan duduk mas Slamet." perintah bu Erlita

"Setelah kami bertiga berdiskusi, akhirnya kami memutuskan untuk memberikan nilai C kepada mas Slamet." kata bu Erlita

Waaadepukkkk, kok tega banget aku dikasih nilai C, apa mereka gak kasian lihat mukaku. Rasanya ingin aku meneteskan air mata ketika mendengar nilai C untuk skripsiku. Apa yang terjadi dengan kedua orang tuaku kalau sampai mendengar aku mendapatkan nilai C.

"Mbok dinaikin bu, masa nilai C sih, kasihanilah saya." kataku sambil terbata-bata.

"Naikin gak ya?" kata bu Erlita dengan logat sedikit gatel

"Sebenarnya kami bisa dengan mudah untuk menaikkan nilai mas Slamet, tapi ada syarat yang harus mas Slamet lakukan, gimana sanggup?" imbuhnya.

"Berapapun akan saya bayar bu, asal saya tidak dapat nilai C." jawabku.

"Kami tidak butuh uang kamu mas, tapi syarat dari kami tidaklah sulit, tetapi nilaimu tergantung seberapa bisa mas Slamet."kata bu Erlita sambil berjalan kearah pintu dan mengunci pintu dan tersenyum tanpa melanjutkan perkataannya.

Setelah mengunci pintu, bu Erlita melangkahkan kakinya ke arahku. Pinggulnya bergoyang kekanan dan kekiri seolah-olah benar-benar ingin menggodaku. Ya ampun Tuhan, jangan biarkan mereka bertiga memperkosa aku, karena tidak perlu diperkosapun aku pasti juga mau. Lagian bukannya aku belum mengiyakan, kenapa main kunci gitu aja, kalau sampai ada yang tahu gimana, Ya Tuhan berikan jalan yang terbaik, kalau memang aku harus diperkosa oleh mereka bertiga aku juga ikhlas kok.

Bu Erlita mendatangi tempat dudukku, tanpa babibu, beliau langsung duduk dipangkuanku. Aku yang masih belum percaya dengan apa yang terjadi hanya diam tak banyak bicara. Bibirnya mulai mendekat dan mulai berpagut dengan bibirku. Lidahnya mulai menari liar di rongga mulutku. Akhirnya tersadar dan mulai mengimbangi permainan lidar dari bu Erlita, tangan mungilnya membuka satu persatu kancing kemeja yang aku gunakan. Kini bajuku sudah terbuka sama sekali. Jari telunjuknya menari diantara kedua putingku.

Aku yang tak mau tinggal diam juga mulai berani membuka kancing kemeja yang dosenku pakai. Terlihat BH hitam berenda menutupi mahakarya Tuhan yang sangat indah. Putih bersih dengan hiasan urat berwarna hijau. Meski sudah agak turun kebawah tetapi tidak mampu mengurangi keindahan gunung kembar yang beliau miliki.

Bu Erlita mulai turun dari pangkuanku, kini beliau berusaha mengeluarkan pare berotot dari celana. Dan tanpa kesulitan yang berarti pare berotot menyembul dengan sempurna. Menampakan setiap otot-otot kuat yang selalu membuat korbannya merasakan kenikmatan. Bu Erlita mulai memainkan lidahnya dipucuk pare berototku.

Terlihat bu Vina dan juga bu Melly mulai mendekat ke arah kami. Entah kegilaan apa yang sudah mereka bertiga rencanakan, yang pasti sepertinya aku akan sangat menikmatinya. Mulut bu Melly mulai mendekat ke arah puting kananku. Sedangkan tangannya berusaha membuka pakaian yang dia kenakan. Sedangkan mulut bu Vina mendekat ke arah puting kiriku. Lidahnya bermain di seputaran warna coklat tua dan sesekali menggigit puting kiriku dengan ganas. Sedangkan bu Erlita masih sibuk dengan kegiatannya memanjakan pare berototku.

Aku tarik kepala bu Melly dan mendekatkannya ke arah bibirku. Aku hisap bibir bu Melly dengan sangat buas. Kali ini lidahku yang pertama masuk ke dalam rongga mulut beliau. Tanganku mulau meremas-remas payudara yang sepertinya lebih besar dari milik bu Erlita.

Tangan kanan bu Vina sekarang mulai mengelus bagian puting kanan yang bu Melly tinggalkan. Sedangkan tangan kirinya mulai sibuk meremas payudaranya sendiri.

"Aaahhhh." Aku melenguh saat lidah bu Erlita menyapu seputaran anusku tanpa jijik, bahkan beliau sangat menikmati apa yang beliau lakukan.

Aku meminta mereka bertiga untuk berhenti sebentar dan berpindah posisi. Kini aku menempatkan diriku untuk terlentang di meja penguji. Bu Erlita berpindah di atas kepalaku, sedangkan Bu Vina dan Bu Melly berebut memainkan pare berototku. Bu Vina memainkan batang pare berototku sedangkan Bu Melly memainkan kedua bola pare berototku. Double kenikmatan benar-benar menikmati permainan mereka bertiga. Bahkan lagi-lagi tanpa jijik bu Melly kembali menyapukan lidahnya dibagian anusku.

Kerang mentah bu Erlita kini tepat berada diatas bibirku. Aku tahu apa yang harus aku lakukan, lidahku mulai menjilati setiap jengkal kerang mentah yang ada dibibirku. Sesekali aku sedot dan gigit kecil tonjolan sebesar kacang tanah yang ada dibagian atas vaginanya.

"Aaahhhh, enak banget massss." erang bu Erlita.

Saat aku lirik ke arah selangkanganku, sepertinya kedua dosenku sudah mulai tidak tahan untuk merasakan kehebatan pare berototku. Terbukti bu Melly kini sudah berada di atas meja dan memposisikan kerang mentahnya di atas pare berototku. Rasanya agak susah, sepertinya dari tadi selalu meleset dari lubang kenikmatannya. Setelah beberapa saat, dengan bantuan dari bu Vina akhirnya pare berototku berhasil masuk ke dalam lubang kemaluan milik Bu Melly.

"Ooouugghhh." kembali suara desahan terdengar saat pare berototku merasakan kerang mentah miliki bu Melly.

Bu Melly menggoyangkan pinggulnya naik dan turun, sedangkan lidahku masih sibuk memainkan kerang mentah milik bu Erlita. Kini tanganku menarik bu Vina untuk lebih mendekat ke tubuhku bagian atas. Tangan kananku mulai mencari kacang tanah yang ada dikerang mentah milik bu Vina. Aku mulai menggosok-gosokan jariku dengan ritme pelan. Ternyata memeknya pun sekarang sudah sangat basah.

Desahan, demi desahan keluar dari mulut kami masing-masing. Mulut bu Vina terlihat mendekat ke arah payudara milik bu Melly, kini mulut beliau mulai bermain di daerah puting bu Melly. Sedangkan bu Melly dan bu Erlita yang saling berhadapan kini saling meraba dan memuaskan satu sama lain. Tampak tangan kanan bu Erlita kini berada dibagian atas vagina milik bu Melly. Sedangkan bibir mereka saling beradu memberikan kenikmatan.

Kerang mentah milik bu Erlita mulai berkedut semakin kencang. Sesekali lidahku masuk masuk ke rongga kenikmatan milik beliau. Bau khas kewanitaan membuatku semakin bersemangat untuk menikmati kerang mentah milik bu Erlita.

"Aaaaakkkkuuu saaaammpaaaaiii maaassss." erang bu Erlita seraya memeluk bu Melly dengan kencang.

Cairan kenikmatan kini membasahi bibirku, dan sebagian masuk kedalam mulutku. Rasanya asin tetapi nikmat, lebih seperti kuah mie instan yang bikin ketagihan.

"Kalaaauuu taahhuuu seperrtttiii iniii, menddingg aaaakkuu yaaanng jadddiii pemmbimmbingggmuuu massss." ceracau bu Melly sambil menggoyangkan pantatnya tidak beraturan.

"Rasanya memeekkuu peeennuuhh bangeeett." imbuhnya lagi.

Jari tanganku kini sudah mengobok-obok kerang mentah milik bu Vina, aku masukkan jari tengah dan jari telunjukku keluar masuk liang kenikmatan bu Vina. Bu Erlita yang baru saja merasakan kehebatan lidahku kini turun dan duduk di kursi penguji. Bibirku kini sudah berganti dengan bibir bu Vina yang ternyata lebih jago memainkan lidahnya.

Goyangan pinggul bu Melly semakin tidak beraturan, dan ternyata benar dia sebentar lagi akan mendapatkan orgasme. Terbukti memeknya semakin mencekeram pare berototku semakin kencang. Aku bantu bu Melly dengan menggoyangkan pinggulku seirama goyangan pinggul dari bu Melly.

"Lebiiihhhh kencceeenngggg maaasss, Aaaakkkuuu daaapppeetttt." teriak bu Melly sambil merebahkan badannya di dada bidangku, meskipun sedikit tertahan oleh perutku.

Setelah bu Melly mendapatkan orgasme, aku menyuruhnya untuk berpindah dari meja penguji dan merentangkan tubuh bu Vina di atas meja itu. Aku arahkan pare berototku, ke kerang mentah milik bu Vina. Kerang mentah tanpa rambut yang terlihat masih sangat imut dengan warna merah muda di dalamnya. Dengan perlahan ujung pare berototku berhasil memasuki lubang nikmat milik bu Vina itu.

"Ooouuuhhh, penuh banget mas."

Aku mulai menggoyangkan pare berototku secara perlahan. Cairan yang keluar dari vagina bu Vina memudahkanku untuk menikmati lubang nikmat yang beliau miliki. Tangan kanannya meremas-remas payudaranya secara bergantian, sedangkan tangan kirinya memainkan clirotis miliknya sendiri. Tidak butuh waktu lama bu Vina sudah menyuruhku untuk menggoyangkan pinggulku dengan kencang.

"Gooooyaaannng yaaanng keeenccaaang maaasss, aaakkuuu haaammmpirrr saaampaaiiii."

Dan benar saja, lubang kenikmatan milik bu Vina terasa memijit-mijit pare berototku. Konstraksi otot vaginanya membuat pare berototku merasakan pijatan yang luar biasa. Aku diamkan pare berototku di dalam vagina milik bu Vina, sambil memberikannya kesempatan untuk menikmati badai orgasme yang baru saja dia dapatkan.

Saat pandanganku tertuju ke arah bu Erlita dan bu Melly, ternyata bibir mereka sudah saling lumat, tangan mereka sudah saling raba. Pare berototku yang belum pernah merasakan kenikmatan dari kerang mentah bu Erlita segera menarik bu Erlita dan menyuruh bu Erlita untuk menungging di atas meja penguji.

"Pelan-pelan ya mas, belum pernah sama yang sebesar ini." kata bu Erlita yang hampir saja membuat aku tertawa.

Aku arahkan pare berototku untuk memasuki liang kenikmatan bu Erlita, tetapi beberapa kali sempat gagal karena meleset. Kini vagina bu Vina berada tepat di bawah kepala bu Erlita, sedangkan vagina bu Melly sudah menjadi santapan bu Vina sejak tadi.

"Aaaauuuhhh." jerit bu Erlita saat ujung pare berototku mulai memasuki lubang kenikmatan miliknya. Meskipun suaranya tertahan karena tersumpal memek milik bu Vina. Sedangkan tangannya kini sedang meremas-remas payudara indah milik bu Melly.

Desahan, demi desahan keluar dari mulut kami masing-masing, dan ketiga dosen cantik ini berebut untuk menjadi dosen pembimbingku. Padahal mereka tinggal merubah nilai yang aku dapatkan dan membuat aku lulus.

Aku menggoyang pinggulku secara perlahan. Vagina milik bu Erlita terasa sangat berbeda dengan kedua vagina lain yang barusan aku rasakan. Vagina bu Erlita terasa seperti vacum cleaner yang menyedot-nyedot pare berototku. Ditambah lagi liang vagina milik bu Erlita terasa lebih sempit dan nikmat dari bu Vina maupun bu Melly.

"Aaaahhhh, Ahhhhh, ahhhhh, terussss masss, terussss masss." ceracau bu Erlita.

"Meeemmeeekkkuu peennuuuhhh bangeeeetttt." imbuhnya lagi.

"Kenceeeengggiiinn laaaggiiii maaasss."

Sesuai perintah bu Erlita, aku menggoyangkan pinggulku semakin kencang, sedotan liang vagina milik bu. Erlitapun terasa semakin kencang. Membuatku tidak lagi memperhatikan apa yang dilakukan oleh bu Vina maupun Melly. Yang jelas sekarang pare berototku sudah siap menembakkan peluru kenikmatan yang sudah lama tidak keluar.

"Buuu, saaayaaaa maauu keluaaarrr."

"Keluaaaarrriiinnn bareeengg di daaleeemm ajaaaa maaasss, aaakkuuu amaaann." jawab bu Erlita.

Aku menggoyangkan pinggulku semakin cepat, diikuti dengan goyangan pinggul bu Erlita yang juga semakin cepat. Dan pijatan liang vagina milik bu Erlita membuatku tidak dapat menahan pare berototku untuk mengeluarkan oli yang sudah lama tidak aku keluarkan.

"Aaaaaaaahhhhh." erangku panjang saat tembakan sperma masuk kedalam liang kenikmatan dari bu Erlita.

Aku memeluk bu Erlita belakang dan membiarkan pare berototku untuk menikmati sisa pertempurannya dalam gua nikmat milik bu Erlita. Tetesan peluh membanjiri seluruh badan kami. Ternyata 1 jam lebih kami menempuh kenikmatan di dalam ruangan ini. Bahkan lebih lama dari sidang skripsiku tadi, padahal ini hanya menyampaikan nilai saja. Setelah beristirahat sebentar, kami berempat kembali mengenakan pakaian kami masing-masing. Dan aku dipersilahkan kembali untuk duduk di kursi hidup dan mati.

"Setelah menimbang dan mendiskusikan kelayakan skripsi an Slamet Arya Seta, bersama ini kami putuskan untuk memberikan nilai A kepada saudara Slamet." kata bu Erlita

"Selamat kepada mas Slamet untuk kelulusannya." imbuh bu Erlita

Rasanya sungguh tidak percaya saat aku mendengar dewan penguji memberiku nilai A. Nilai yang sangat sempurna, entah kesempurnaan skripsiku atau kesempurnaan yang baru saja aku berikan kepada mereka bertiga. Entahlah yang pasti aku sekarang sudah menjadi seorang Sarjana Ekonomi.

Aku beranjak berdiri dan menghampiri ke 3 dewan pengujiku untuk memberikan salam kepada mereka. Tangan mereka aku cium satu-satu dan tak lupa ku ucapkan terima kasih. Biarpun aku sempat dibuat tidak mampu berkata apa-apa, tetapi mereka tetap memberiku nilai yang maksimal. Masing-masing dari mereka malah memberiku cipika-cipiki sebagai ucapan selamat dan memberiku tawaran untuk menjadi mahasiswa bimbingan mereka lagi. Entahlah sekarang apa yang akan mereka bimbing, yang pasti senyum manis dari ketiga dosenku mengantarku menyudahi sidang skripsi yang yang menyenangkan ini.

Setelah menyalami ke 3 dewan pengujiku, aku langkahkan kakiku keluar untuk menemui kedua orang tuaku. Ingin rasanya aku berteriak, bahwa Super Slamet akhirnya menjadi Sarjana. Ibuku memelukku sambil mengeluarkan air mata. Entah bangga karena anaknya sudah menjadi Sarjana atau bahagia karena tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk anaknya kuliah. Yang pasti kali ini aku telah membuat orang-orang yang aku sayangi bangga dengan apa yang aku lakukan.

"Kok lebih lama dari sidangnya Met?" tanya Anas.

"Tawar-tawaran nilai Nas, makane kamu kuliah biar tahu rasane sidang skripsi." jawabku sekenanya.

20 Hari semenjak aku berada di ruangan untuk menjalani sidang skripsiku. Sekarang aku berada di dalam Aula dengan pakaian serba hitam dan memakai topi toga. Aku melangkahkan kaki ku ke depan saat nama Slamet Arya Seta di panggil untuk penyerahan Ijazah.

"Slamet Arya Seta, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akutansi dengan nilai 2,80."

Semua mata menuju ke arahku saat namaku dipanggil untuk ke depan. Rasanya begitu huaaaahhhh, setelah hampir 7 tahun akhirnya aku berhasil menyelesaikan kuliahku dengan baik.

Setelah acara penyerahan ijazah palsu berupa tulisan selamat anda lulus, aku keluar dari gedung Aula dan mencari keluargaku. Aku cari di setiap sudut kampusku tetapi belum juga menemukan kedua orang tuaku. Sebelum akhirnya aku dipanggil oleh Anas dan mengajakku untuk ke tengah lapangan. Disana sudah menunggu kereta mini bersama kedua orang tuaku serta teman-teman angkatanku.

Aku kira mereka sudah melupakan tentang keberadaanku, ternyata mereka masih mengingat salah satu dari mereka yang belum juga lulus. Sekali lagi hampir saja air mataku dibuat menetes karena hal ini. Selain orang tua dan teman-teman angkatanku ada juga Paijo, Hesti dan juga Janah yang perutnya terlihat semakin membesar.

"Selamat ya mas." Ucap Janah sambil menyalamiku

Bukankah seharusnya kamu yang saat ini mendampingiku untuk poto wisuda, tapi perut yang semakin membesar itu semakin meyakinkanku kalau Janah memang tercipta bukan buatku. Untuk sekedar meminjam dari Paijo agar bisa aku ajak poto bersama saja sepertinya tak mungkin.

Setelah Janah, satu persatu dari mereka menyalamiku dan memberikan ucapan selamat kepadaku. Setelah itu mengajakku untuk berpoto untuk kenang-kenangan. Ya meskipun aku tidak memiliki pendamping untuk poto wisudaku, tetapi tadi aku sempat meminjam Hesti untuk poto berpasangan denganku. Sebenarnya aku mau pinjam Janah, tetapi berhubung perutnya sudah besar aku tidak mau ketika anaknya nanti lahir dia akan memanggilku papa. Lagian aku udah terlihat cukup tampan karena tadi sempat meminjam selempang putih bertuliskan coumloude dari adek kelasku. Jadi anakku akan sangat bangga saat melihat poto papa nya waktu wisuda. Karena menjadi panutan yang baik bagi mereka.

Setelah sesi poto-poto selesai kereta Mini mengarakku sampai di depan rumah. Ya ampun, rasanya seperti menjadi seorang raja. Begitu sayangkah mereka kepadaku. Padahal aku sudah menghabiskan setengah waktu kuliahku untuk sekedar bersenang-senang. Sedangkan mereka tanpa mengeluh tetap menjadikanku orang yang mereka sayangi. Pokoknya terima kasih Tuhan karena memberikanku orang-orang seperti mereka.

Sesampainya dirumah ternyata acara belum selesai karena pesta penyambutan baru dimulai. Hampir seluruh warga kampungku menyambutku seperti seorang pahlawan. Tentu saja mereka juga sangat bangga, akhirnya ada Sarjana yang berasal dari kampung ini. Seorang pemuda yang sangat tampan, berhasil membuat kampung ini disegani dikampung-kampung lain karena telah memiliki seorang sarjana.

Pesta penyambutanpun berlangsung sangat meriah, selain tasyukuran ternyata kedua orang tuaku juga menyewakan seperangkat dangdut untuk menghibur para warga. Pokoknya hari ini benar-benar luar biasa untuk aku, keluargaku, teman-temanku dan juga warga kampungku. Akhirnya aku benar-benar bisa membuat orang-orang yang aku sayangi tersenyum bangga dengan apa yang telah aku lakukan.

Inilah kisahku Slamet Arya Seta, seorang pemuda yang berhasil menjalani kehidupannya yang penuh dengan lika-liku. Segala macam kesialan yang datang padaku tidak pernah membuatku mengeluh. Aku jalani garis hidupku dengan rasa ikhlas. Karena aku percaya Tuhan telah memberikan jalan hidup masing-masing kepada umatnya.

Dia tidak akan pernah membiarkanmu selalu berada di bawah. Seperti sekarang, seorang Slamet Arya Seta yang penuh dengan kesialan, sekarang sudah menjadi seorang Kepala Cabang di sebuah Bank Swasta di Jogja. Dan aku memiliki seorang istri dan putri yang sangat cantik. Dimana istriku adalah anak dari nasabah privillageku. Ya ini lah hidup, aku benar-benar menikmati hidupku saat ini.

Sedangkan Anas juga telah hidup berbahagia bersama Sekar, mereka memiliki 2 orang anak yang sangat imut. Paijo masih bersama Janah dengan 5 orang anak, entah karena Paijo memang sudah sukses atau memang mereka ingin ternak anak aku tidak tahu. Yang jelas mereka sudah mempunyai kehidupan masing-masing.

Karena hidupku tidak lagi kekurangan, bahkan jika aku mau, aku bisa ikut Expo seminggu sekali dengan uang recehku yang tidak terpakai. Dan sekarang aku yang akan berbalik menertawakan kalian dengan roda yang akan berputar.

TAMAT
 
Selamat udah tamat in cerita nya :tepuktangan:
 
Weiiiitsssss....
Walah kang, tak kiro bakal ketemu jelmaan ayam betina he he he
But selamat kang wes tamat,
Aku meh komen akeh kangelan kang, saben online ana wae gangguan he he he
Btw selmet yo kang...
 
Weiiiitsssss....
Walah kang, tak kiro bakal ketemu jelmaan ayam betina he he he
But selamat kang wes tamat,
Aku meh komen akeh kangelan kang, saben online ana wae gangguan he he he
Btw selmet yo kang...

Makasih banyak suhu DH :pandajahat:

Sesuk tak ketemukan jelmaan Anggun karo Slamet kakak..

Btw Terima Kasih banyak kakak DH.. :ampun:
 
Sukses cak man,, buat title TAMAT'nya..

Walaupun ane masih penasaran gmna crita'nya paijo bisa ama janah.. Ntah penasaran atau gak terima.. Hehhehe.. Mudah2'an ada side story'nya..

But skali lagi.. Selamat and sukses buat cak man.. Dan terima kasih sudah memberikan baca'an cerita bagi kami semua.. :beer:
 
wahh... udah TAMAT aja....
Selamat menempuh hidup baru met :D

btw, ayamnya masih di pelihara ga?
 
huaaaasyuuuu.
akhire malah oleh kerang mentah 3 ig.
tak kira si slamet bakalan mati ketindihan bu erlita =)) =)) =))

btw slamat slamet wes slumut.
oiya Nek mbak maya isih butuh bantuan, aku siap gantiin slamet :pandaketawa:
 
wahhhh..... selamat ya met, udah tamat, ditunggu cerita selanjutnya suhu.....
 
wih udah tamat. :ampun: beribu :ampun: suhu. baru sempat baca. selamat suhun endingnya keren ditutup :foursome:
 
Selamat ya met.
Great story suhu..
Maturnuwun.
Menanti karya2 anda selanjutnya, yg comedy tentunya.
:jempol: :jempol: :jempol:
 
Selamat atas tamatnya Slamet ganSole,..:jempol:

#nasib mbaMaya bagaimana gan, apakah Slamet masih rajin nongkrong disana menikmati susu coklat kopyor buatannya...
:galau:
 
Slamat hu akhirnya slamet wisuda dan ceritanya dapet prefix tamat
Di tunggu kisah slamet slamet yang lainya....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd