MANUSIA PERTAMA
Setelah kematian mbah Dharmo, saat ini aku disibukkan untuk menjaga si Anggun agar menjadi ayam yang berbakti untuk nusa dan bangsa. Karena si Anggun adalah satu-satunya peninggalan mbah Dharmo yang paling berharga karena istri mbah Dharmo tidak mungkin aku yang pelihara, bisa-bisa nanti aku malah diperkosa. Karena Super Slamet sangat menggoda bagi kaum hawa yang ada disekitarku. Tanpa terkecuali.
Hari ini hari kamis, yang berarti besok adalah hari dimana aku akan berangkat ke Banjarmasin. Menikmati kota 1000 sungai yang dipoto-poto sangat menarik. Ada pasar terapung dan juga pulau yang lebih banyak monyetnya dari pada manusia. Kalau kaya gitu berarti peradabadan monyet akan lebih maju dari manusia. Bisa-bisa monyet disana sudah mulai bermain android sedangkan manusianya masih bermain gembot. Tapi coba kita lihat besok, apakah benar yang terjadi seperti itu. Kalau emang iya besok aku bisa minta tolong dipotoin bersama Janah biar bisa aku ceritain di episode mendatang.
Tidak lupa aku mengingatkan Janah untuk jangan terlambat besok. Karena yang ada nanti malah ketinggalan pesawat dan kami gagal berangkat ke Banjarmasin. Kalau sampai kejadian kaya gitu kan mending aku ajakin dia nginep aja di Kaliurang. Terus aku beli aja oleh-oleh di Malioboro ngaku aja beli di Kalimantan. Memang rencana B yang sangat sempurna. Tapi semoga saja besok tidak ada ganjalan suatu apapun.
Setelah mengingatkan Janah, aku langsung mempacking barang bawaan yang akan menemaniku di Banjarmasin. Kalau saja Dolmen boleh aku naikin pesawat sudah pasti dia akan aku bwa untuk memudahkan perjalananku. Dan 1 lagi yang ingin aku bawa tentu saja si Anggun. Biar dia bisa menjadi ayam pertama yang pernah naik pesawat.
Aku mulai mencatat setiap barang yang aku butuhkan nanti, baik dari celana, kaos dan juga perlengkapan mandi. Dan tak lupa kamera digital yang sudah aku pinjam dari Anas. Siapa tahu dengan kamera itu aku bisa bikin film "nananina" dengan Janah. Karena disana cuma 3 hari, aku membawa 6 buah kaos, 6 buah celana dalam dan 1 buah celana yang besok akan langsung aku pakai saat aku berangkat. Karena untuk 3 hari aku rasa 1 buah celana sudah lebih dari cukup. Bukan aku malas untuk membawa celana banyak-banyak, namun ini adalah satu-satunya celana yang masih muat aku pakai.
Persiapan sudah selesai, waktunya untuk tidur agar besok tidak kelelahan saat perjalanan. Tidak lupa sebelum tidur aku harus menjenguk Anggun terlebih dahulu. Tapi ngomong-ngomong tentang Anggun, selama aku tinggal nanti harus aku titipkan sama siapa dia. Kalau sama ibuku tidak mungkin, karena kasian jika harus menganggu ibuku yang sudah sibuk. Sama Anas juga tidak mungkin, karena si Anas pasti akan tergoda dengan kemolekan tubuh Anggun yang sedang mateng-matengnya, yang ada ketika aku pulang Anggun sudah berbadan dua karena kelakuan Anas. Atau aku titipkan kepada mbak Maya, tapi hal itu akan lebih berbahaya karena yang ada mbak Maya akan cemburu buta terhadap Anggun, yang ada sepulang dari Banjarmasin si Anggun sudah menjadi hidangan di angkringan mbak Maya.
Setelah aku pikir-pikir, lebih baik si Anggun aku biarkan saja di dalam kandangnya, yang penting aku beri persediaan makan yang lebih selama aku tinggal. Terus nanti yang mandiin dia siapa, Badannya pasti akan jadi bau kalau sampai selama 3 hari dia tidak mandi. Baiklah aku sudah memutuskan, biar sama-sama enak, lebih baik aku titipkan Anggun kepada Anas, meskipun resikonya si Anggun akan berbadan 2 tetapi paling tidak aku tau siapa ayah dari anak Anggun.
Aku langsung ke rumah Anas dan membawa Anggun beserta kandangnya. Dan tak lupa memberikan wejangan kepada Anas agar menjaga baik-baik si Anggun. Perlakukan dia seperti wanita pada umumnya, jangan sakiti hatinya karena akan membuat dia menangis. Kalaupun dia akan mengapa-ngapain si Anggun aku minta Anas juga harus bisa bertanggung jawab karena dia seorang lelaki. Serta tidak lupa aku minta tolong agar dia mengantarku ke Bandara besok pagi. Karena ini penerbangan pertamaku, jangan sampai aku terlambat meskipun hanya 1 menit saja.
Masalah si Anggun sudah selesai, sekarang waktunya untuk pulang dan tidur pulas. Dan mempersiapkan diri untuk perjalanan panjang besok. Perjalanan melintasi pulau yang baru pertama kali aku lakukan. Tapi entah mengapa tumben mataku tidak bisa terpejam sama sekali. Semakin aku coba untuk memejamkan mata, semakin kelopak mataku memaksa untuk terbuka. Akhirnya malam ini aku tidak bisa tidur sama sekali.
Keesokan paginya, meskipun aku tidak mencicipi yang rasanya tidur tadi malam, tetapi mataku tetap saja tidak merasakan kantuk sama sekali. Mungkin karena terlalu bersemangatnya aku untuk naik pesawat, jadi rasanya kantuk pun akan kalah.
Mandi sudah, sekarang saatnya berdandan, berdandan setampan mungkin. Meskipun aku bersama Janah, tetapi aku akan bertemu cewek-cewek cantik yang bekerja sebagai pramugari. Kata Edi, pramugari yang cantik-cantik itu bisa melayaniku kalau mereka tertarik denganku. Aku sih yakin aja mereka akan tertarik dengan pesona bacan yang ada dikepalaku. Jadi kalaupun tidak langsung aku eksekusi di pesawat paling tidak aku nanti bisa bertukar kontak dengan mereka. Jadi aku bisa tetap berhubungan dengan mereka sewaktu ada waktu senggang. Atau siapa tau mereka akan memintaku untuk melayaniku saat mereka liburan di Jogja. Kan lumayan menyenangkan itu.
Aku berpamitan kepada ibuku dan ayahku agar perjalanan dan selama di Banjarmasin tidak terjadi masalah denganku. Setelah itu aku langsung meluncur ke rumah Anas untuk meminta tolong mengantarku ke Adi Sucipto. Dan tidak lupa memberikan ciuman di kening kepada si Anggun sebagai hadiah karena dia akan aku tinggalkan berbulan madu dengan Janah.
Tidak butuh waktu lama Anas juga sudah bersiap mengantarku. Selama perjalanan ke Bandara tidak perlu aku ceritakan ya. Karena jalannya tidak pernah berubah sampai sekarang. Cuma jalanan beraspal tanpa ada gambar cewek telanjang disana. Jadi sama sekali tidak menarik.
Sesampainya di Bandara ternyata Janah sudah menunggu disana. Dengan celana Jeans ketat dan kaos berbalut cardigan dia tampak cantik hari ini. Terlihat banyak orang berkerumunan, baik untuk mengantarkan saudaranya mau mereka yang akan berangkat entah kemana. Anas mengantarkanku sampai ruang tunggu. Dia juga ingin merasakan bagaimana rasanya nongkrong di Bandara.
"Met, siapa itu, kon cantik banget." tanya Anas saat dia melihat Janah.
"Weh, kenalin Nas, ini pacarku, Janah." jawabku bangga memiliki pacar yang dikatakan cantik oleh Anas.
"Mbak Janah lupa pakai kacamata ya, kok bisa mau sama Slamet?" imbuh Anas
Janah hanya tersenyum mendengar celoteh dari Anas. Juooohhh sekali memang Anas berkata seperti itu, dilihat dari manapun aku ya tetep lebih cakep dari dia. Bahkan aku adalah orang terkeren di kampungku. Apalagi sebentar lagi aku akan menjadi orang pertama di Kampungku yang pernah naik pesawat. Jadi pasti predikat terkeren akan semakin melekat dong.
Setelah beberapa waktu berbincang Anas memutuskan untuk pamit, karena ada acara setelah ini. Lha yang jadi masalah setelah ini apa yang harus aku lakukan. Karena ini pengalaman pertamaku, aku masih belum mengerti benar dengan apa yang harus aku lakukan. Aku segera menelpon Edi dan menanyakan apa yang harus aku lakukan. Menurut perintah dia, aku harus checkin terlebih dahulu dan setelah itu menunggu diruang tunggu hingga ada panggilan untuk naik pesawat.
Aku menuruti apa yang diperintahkan oleh Edi, makhlumi saja, aku sama sekali masih awam. Lagian dia tidak mungkin menipu sahabatnya sendiri. Apalagi selama ini apa yang dia katakan selalu benar.
Setelah checkin selesai aku dan Janah langsung masuk keruang tunggu. Disana kami menunggu panggilan untuk masuk ke dalam pesawat. Sudah hampir 1 jam tetapi pesawat yang kami belum juga di panggil. Tapi tidak apa-apa disini banyak paha bertebaran dimana-mana. Bahkan paha si Anggun bakal kalah rasanya jika dibandingkan dengan paha yang bertebaran disini. Dan beberapa kali si Janah menoyor kepalaku karena melihat mataku yang dari tadi jelalatan melihat pahat siap santap itu.
15 menit kemudia penumpang pesawat Harimau JT 522 jurusan Banjarmasin sudah dipersilahkan untuk masuk ke dalam pesawat. Rasanya itu sungguh deg-degan. Tidak dapat dikatakan dengan kata-kata. Apalagi aku naik pesawat dengan Janah si bidadari manisku. Huaammm sempurna sudah.
Kami memasuki pesawat lewat pintu belakang karena mendapatkan no kursi 34 A dan 34 B. Setelah masuk pesawat kami disambut oleh 2 orang pramugari yang super duper cantik. Bahkan ini lebih cantik dari yang ada dibayanganku. Kalau pacaran sama diantara dari mereka sudah pasti aku rela untuk memutuskan Janah maupun mbak Maya. Ups, hampir lupa aku harus melapas sandal yang aku pakai dan segera menitipkan ke pramugari itu. Untung saja tadi si Edi sudah mengingatkan jadi kan tidak malu-maluin.
"Tidak usah dilepas mas, dipakai saja." kata salah seorang pramugari tersebut
"Tidak apa-apa mbak nanti pesawatnya kotor." jawabku
Hampir semua penumpang pesawat melihat ke arahku. Makhlum saja sih, mereka pasti belum pernah meilihat orang setampan dan sekeren aku. Apalagi aku bersama orang secantik Janah dan sebentar lagi akan mendapatkan kenikmatan dari 2 pramugari ini. Siapa sih yang tidak iri dengan apa yang aku dapatin saat ini.
Setelah menitipkan sandal aku diantarkan ke kursiku. Aku berada di dekat jendela dan Janah berada di tengah. Dan kedua pramugari itu menjelaskan macam-macam yang aku tidak tau apa maksudnya. Tapi ngomong-ngomong kenapa mereka tidak ngajakin aku ke toilet ya, sekedar untuk secelup dua celup kan lumayan.
Pesawat sudah mulai mengudara, terlihat daratan yang ada semakin mengecil kini terlihat seperti maket, warna hijau yang indah tampak dari atas sini. Sungguh ciptaan Tuhan yang sangat sempurna. Kalau saja aku bisa meminta Tuhan untuk memutar waktu, pasti aku akan berusaha untuk menjadi Pilot yang setiap hari bisa menikmati pemandangan seindah ini. Warna hijau kini telah berubah menjadi biru, sepertinya aku sudah berada di atas laut Jawa. Sepanjang mata memandang hanya warna biru yang ada. Sesekali putih awan menutupi jendela pesawatku. Aku lirik Janah ternyata dia sedang tertidur. Jadi aku sibuk sendiri dengan pemandangan yang ada.
Sekitar 1 jam 15 menit akhirnya kami mendarat di Banjarmasin. Atau tepatnya di bandara Syamsudin Noor, setelah itu aku mengambil sandal yang aku titipkan ke pramugari tadi. Dan memberikan secarik kertas yang bertuliskan kontakku agar nanti salah 1 dari mereka bisa menghubungi aku. Karena aku melihat perubahan mimik wajah dari kedua pramugari tersebut. Kini mereka melihat aku dengan pangan orang aneh. Orang yang sedang jatuh cinta.
Dan sekarang secara resmi aku adalah manusia pertama di kampungku yang pernah merasakan naik pesawat.