Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Subarkah

Chapter 13 : Kehancuran Sang Tirani

Sesampainya di rumah Barkah, mereka berdua segera menuju ke tempat Harni tertidur. Meskipun kelakuannya binal, tapi kemampuan Bu Marsih sebagai ahli pengobatan tidak perlu diragukan lagi. Dia segera memeriksa suhu tubuh Harni dengan punggung tangannya, mengecek denyut nadi Hari dengan dua jari dipergelangan tangan Harni.

"Hummm......ini fisiknya sepertinya normal, tapi suhu tubuhnya tinggi, perlu aku cek lebih lagi penyebab demamnya. Udah yang penting kita kasih obat dulu untuk menurunkan panasnya Bar"

"Bar ambil air hangat, aku mau meracik obat untuk diminum Harni, setelah itu kamu ke rumahku, ambil tas batik yang ada di rak dekat kasur terapi, ada peralatan lain yang aku butuhkan" perintah Bu Marsih kepada Barkah.


Mendengar penjelasan Bu Marsih, Barkah merasa sedikit lega, kini Harni berada di tangan yang tepat. Barkah bergegas melaksanakan perintah Bu Marsih dan bergegas kembali ke rumah Bu Marsih.


Setibanya Barkah di rumah Bu Marsih.


Nyai Darsih masih menunggu di sana, melihat Barkah kembali dia menanyakan dimana Bu Marsih.
"Masih merawat pasien Nyai, permisi Nyai saya mau ambil tas peralatan Bu Mar dulu" jawab Barkah sopan.


Melihat bahwa saat ini hanya ada mereka berdua, muncul niat jahat Nyai Darsih untuk memperkosa Barkah. Cerita mengenai kejantanan Barkah yang selama ini hanya bisa didengar dari Bu Marsih akhirnya muncul kesempatan untuk merasakannya juga.

Maka bangkitlah Nyai Darsih menuju pintu depan, ditutup dan dikunci rapat. Kunci pintu dimasukkan kedalam belahan payudaranya. Nyai Darsih melangkah pelan menuju ke arah Barkah yang masih berjongkok sibuk mencari tas milik Bu Marsih.


Ketika sudah berada dekat, Nyai Darsih yang masih berdiri mengusap pelan rambut Barkah, sembari berujar
"Bar.....tadi pagi aku melihat tonjolan celanamu, aku jadi penasaran, kayaknya burungmu itu gede juga ya Bar"


Barkah yang terkejut secara refleks bangkit berdiri dari jongkoknya. Dia tahu perangai Nyai Darsih yang suka memaksa pria pria muda. Barkah juga sebenarnya takut dan segan sama Nyai Darsih.
"Anu Nyai.....enggak kok Nyai, biasa aja" jawab Barkah singkat.


"Udah ndak usah bohong kamu, aku tau kok kalo Mbak Mar sudah ngobatin burungmu, ayo coba buka"
"Panggil Mbak saja, nggak usah Nyai" sahut Nyai Darsih sambil mengerling nakal.


Barkah yang kebingungan karena dia mau segera cepat kembali ke rumah, tapi disisi lain saat ini dirinya sedang dicegah oleh Nyai Darsih.
"Nganu Nyai....eh Mbak, saya lagi buru buru, kalo lain kali saja gimana?" Jawab Barkah.


"Halah, ndak usah khawatir, belum tentu juga burungmu itu bisa tahan sama empotan memek ku ini Bar, ayo ta, bukaen cepet"
Sembari berkata, Nyai Darsih merangsek maju dan mendorong Barkah sampai menempel di rak kayu belakangnya. Tangannya bergerak cepat merogoh celana Barkah dan mencari batang kelelakian Barkah.


Ketika menemukan yang di cari, diraba dan digenggam batang kelelakian Barkah, terkejutlah Nyai Darsih
"Astaga, ini beneran sebesar ini?"
Maka semakin birahilah Nyai Darsih, dengan tak sabar dipelorotkan celana kumal Barkah, dan terbalalak lah matanya.


Selangkah dia mundur kebelakang untuk memastikan sebesar apa burung Barkah. Ukurannya sangat panjang, diameternya sangat gemuk, sampai Nyai Darsih susah untuk mendeskripsikan sebesar apa.
"Astaga gusti.....monster" hanya itu yang terucap dari bibirnya.


Melihat benda sebesar itu dengan tak sabar Nyai Darsih langsung berlutut di depan burung Barkah, dia mulai memegang dengan kedua tangan, tampak tangan Nyai Darsih tidak bisa sepenuhnya menggenggam burung Barkah. Dia mulai mengocok pelan dan bibirnya mulai menciumi kepala burung Barkah yang sudah bersunat itu.


Barkah dalam kondisi dilema, dia ingin cepat balik ke rumah, tapi disisi lain dia merasakan kenikmatan juga diperlakukan seperti itu. Nyai Darsih mulai meludahi burung barkah sebagai pelicin untuk mengocok burung Barkah dengan tangan. Mulutnya mulai mengemut kepala burung itu dengan perlahan.


"Nyai.....jangan Nyai.....lain kali saja....sa...saya mesti buru buru"
Barkah mulai kesal dengan sikap Nyai yang tak memperdulikan omongannya.
Nyai Darsih memang terkenal suka seenak perutnya sendiri. Dia tidak takut dengan siapapun. Hanya Bu Marsih satu satunya orang yang dia hormati karena umur Bu Marsih yang sudah lebih tua. Nyai Darsih jika sakit juga sering meminta pertolongan kepada Bu Marsih apalagi beliau adalah sahabat ghibahnya.


Barkah sebenarnya jengkel, tapi dia juga takut kalau digampar oleh Nyai Darsih. Pernah suatu kali ketika salah mengirim pesanan tembikar Barkah nyaris dilempar tembikar oleh Nyai Darsih.


Dengan rasa jengkel yang sudah menumpuk dari lama, dan rasa terburu buru yang ingin segera balik. Barkah akhirnya mengambil keputusan, "sudahlah, aku puaskan saja wanita kasar ini, supaya aku bisa segera balik ke rumah" demikian pikir Barkah.


Barkah langsung memegang kedua lengan dekat ketiak Nyai Darsih dan menarik dengan tenaga perkasanya agar Nyai Darsih berdiri. Tenaga Barkah sebenarnya sangat kuat. Hal ini karena dia terlatih setiap hari naik gunung, untuk mencari bahan baku tembikar.

Dari membuat tembikar hingga memanggul tembikar setiap harinya untuk dijual. Otot ototnya menjadi keras dan terlatih. Hanya saja sifat Barkah yang baik hati dan tidak suka kekerasan membuat dia seringkali tidak melawan jika tak sengaja berseteru dengan warga lain. Dia lebih memilih jalan damai, dan menjauhi perkelahian.


Nyai Darsih yang masih terkejut dengan perubahan sikap Barkah tidak bisa merespon dengan cepat. Barkah langsung menarik Nyai Darsih ke arah kasur terapi, kemudian mendorong dengan keras agar Nyai Darsih dalam posisi tertelungkup diatas kasur. Tanpa berkata apa apa Barkah menarik kasar rok panjang Nyai Darsih ke atas. Ditariknya celana dalam Nyai Darsih ke kanan dan kekiri hingga robek ditengah tengah. Dengan kasarnya Barkah langsung melesakkan batang penis besarnya ke memek Nyai Darsih tanpa pemanasan terlebih dahulu.


"Argggggghhh.......BARRRRR PELANNNN BARRRRR......PEDES BAR PERIHHHHH"
Nyai Darsih sangat sangat terkejut dengan ukuran batang Barkah. Dia tidak siap dan seumur hidup belum pernah merasakan seperti ini. Biasanya dia yang menindas para pria, kali ini dia yang menjadi object pelampiasan seks pria.


Barkah yang sudah terlanjur emosi tidak menghiraukan teriakan Nyai Darsih. Dia hanya mencabut sesaat batang perkasa nya, meludahi nya supaya sedikit licin, kemudian kembali melesakkan keras ke rongga memek Nyai Darsih.


Tanpa berkata apa apa, Barkah mulai memompa dengan kencang memek Nyai Darsih. 2..7...10...20 pompaan sudah, terasa mulai licin dan basah rongga memek Nyai Darsih.

Barkah menambah kecepatan dan makin keras menghentak hentakkan pinggulnya membentur pantat Nyai Darsih.

"HEKKK......HEKKKKK......BARRRR......AMPUNNNN BARRRRR......HEKKKKK....YAAAA GUSTIIII BESAAARRRRR.....BESAARRRRR"


Hanya itu suara yang keluar dari mulut Nyai Darsih, tubuh mulai pinggang ke atas terlonjak lonjak dengan keras, ikat rambutnya putus dan rambutnya bergerak acak acakan. Mukanya meringis menahan ngilu dan enak secara bersamaan. Tangan nya meremas kencang sprei kasur terapi. Ingin rasanya dia menarik pantatnya supaya tidak terus dihujam kasar. Tapi tangan kekar barkah menahan pinggangnya hingga tak bisa bergerak. Ada terbesit rasa sesal yang bercampur dengan rasa tak ingin berhenti dihajar Barkah tepat di lubang memeknya. Sungguh campur aduk perasaannya saat ini.


Barkah yang awalnya hanya ingin lekas tuntas dan sedikit membalas perlakuan Nyai Darsih, perlahan mulai menikmati juga. Pijatan rongga memek yang licin, ketat dan bergerinjal terasa dari ujung hingga pertengahan batangnya. Nafsu mulai naik, diangkatnya kaos Nyai Darsih hingga tersingkap dan terlepas bagian lengannya. Kini kaos itu menggantung dileher Nyai Darsih belum terlepas sempurna. Dari belakang tali beha nyai Darsih dibetot dan ditarik dengan kencang ke kanan dan ke kiri hingga pengaitnya jebol rusak. Tereksposlah payudara milik Nyai Darsih dengan bebas.


Merasa belum cukup membalaskan dendam dan karena birahi yang makin naik. Barkah menarik kedua lengan Nyai Darsih dari belakang hingga tubuh bagian atasnya terangkat. Sekarang posisi Nyai Darsih berdiri dengan pantat sedikit menungging masih terus dipompa memeknya oleh Barkah dari belakang. Barkah dengan satu lengan mengunci tubuh Nyai Darsih agar tidak kembali jatuh ke depan. Satu tangan lagi meraba payudaranya, diremas kuat payudaranya sampai si pemilik mengaduh kesakitan, puting susunya dipilin oleh jari kasar Barkah dengan keras. Menambah sensasi nikmat kepada sang pemilik tubuh.


Mulut Barkah sibuk menjilat tengkuk, pundak, menjalar naik ke leher dan kuping. Turun lagi ke tengkuk dan dibuat cupangan cupangan merah di leher bagian kanan. Tanpa ampun Barkah merangsang hebat Nyai Darsih.


Lelehan lendir memek yang mulai menumpuk tampak memutih di bibir memek Nyai Darsih. Sebagian menempel dan terseret ke pangkal batang penis Barkah. Hingga akhirnya teriaklah Nyai Darsih sejadi jadinya.


"ARGHHHHH........BARKAHHHHHH.......SUDAHHHH BARRRR......NGILUUUUU"
Teriak sang Nyai menyambut orgasmenya yang mencapai puncak.


Tubuhnya akhirnya dilepas Barkah hingga lunglai jatuh kedepan, terbaring menelungkup di atas kasur. Barkah yang sedikit terengah engah sebenarnya ingin menyudahi hal ini dan segera kembali ke rumah. Tapi gara gara birahinya sedang tinggi dan merasa sedang di atas angin untuk membalas kelakuan kasar Nyai Darsih entah mengapa Barkah justru merangsek maju. Dibalikkan badan Nyai Darsih yang sudah tak karuan. Dibuka lebar lebar pahanya, dipegang kuat kedua pergelangan kakinya. Barkah justru kembali menusukkan batang perkasanya itu.


"BLASSSSHHHHHH" Memek itu kembali tersumpal batang besar yang berurat.


"Kyaaaaa.......Barrrr udah toooo.....aku mohonnnn" inilah yang ingin di dengar Barkah, Nyai Darsih yang disegani kini memohon ampun kepada dirinya.


Tak dihiraukan ucapan Nyai Darsih. Barkah kembali memompa dengan keras


"Blecek...blecek....ceplek ceplek ceplek.....cleppp" bunyi nyaring peraduan dua kelamin mereka.


Nyai Darsih sudah terkapar tak berdaya. Kepalanya terdongak menggantung ditepi ranjang. Mulutnya menganga lebar,matanya terbuka mendelik keatas terlihat bagian putihnya. Tangannya terlonjak lonjak menggapai udara kosong. Payudaranya berguncang guncang keras sambil sesekali ditangkap dan diremas kencang oleh Barkah hingga memerah.


Sampai akhirnya Barkah merasakan puncak ejakulasinya sudah mendekat. Segera dicabut batang penisnya, dan dikocok cepat, diarahkan ke perut Nyai Darsih.


"Cretttt......crott...crotttt" keluarlah cairan yang membuat nikmat itu dari kepala burung Barkah menyembur deras di atas perut Nyai Darsih


Sang pemilik batang sedikit meringis merasakan rasa enak di batang kelelakiannya.


Setelah selesai Nyai Darsih masih terengah engah dalam diam, tak mampu berkata kata. Barkah juga diam terengah engah mematung berdiri. Kaki Nyai Darsih sudah terkulai lemas menjuntai di tepi kasur.


"Nyai.....eh Mbak.....sudah ya, saya tak pulang dulu, saya ditunggu Bu Marsih" ucap barkah memecah kebisuan diantara mereka.


Nyai Darsih tak menjawab, dia hanya mengangguk sambil matanya menatap langit langit dengan kosong. Barkah pun bergegas merapikan pakaiannya. Diambilnya tas yang diminta oleh Bu Marsih dan kunci pintu rumah yang terjatuh di lantai ketika baju Nyai Darsih dibuka paksa oleh Barkah dipungut untuk membuka pintu depan.


Ketika Barkah meninggalkan rumah Bu Marsih dan menutup kembali pintu depan, nampak dari sela pintu yang mulai tertutup Nyai Darsih masih tergolek lemah dikasur dan termenung dalam diam.


Sesampainya kembali di rumah, Barkah menyerahkan tas yang diminta oleh Bu Marsih.


"Kok suwi men to Bar?" Tanya Bu Marsih dengan heran sambil memperhatikan Barkah.


Langsung pahamlah Bu Marsih akan apa yang terjadi. Di rumahnya ada sahabatnya Darsih, dan Darsih sudah lama penasaran dengan burungnya Barkah. Mengingat perangai binal sahabatnya itu Bu Marsih sudah bisa menebak apa yang terjadi.


"Kamu habis diperkosa wewe gombel itu ya Bar? Tanya Bu Marsih sambil tersenyum.


"I....iya Bu" jawab Barkah sambil tertunduk malu malu


Pecahlah tawa Bu Marsih mendengar jawaban Barkah.
"Hahahahahahahaha........tolong bilang padaku, kalo kamu kasih pelajaran dia sampe ampun ampun kan Bar?"


Barkah pun hanya menjawab singkat "iya....bu" sambil masih tertunduk.


"Bagus Bar, josss, Ibu bangga sama kamu nak" lanjut Bu Marsih

"Si Darsih itu aslinya orangnya baik, tidak kasar dan semena mena seperti sekarang ini. Tapi karena telah lama suaminya lemah syahwat, dia jadi berubah perangainya. Maklum, kebutuhan batinnya susah terpenuhi di rumah. Aku pernah berusaha mengobatinya. Tapi tidak berhasil, karena kerusakan burung suami Darsih ada di jaringan syaraf yang sangat halus. Ilmu pengobatan tradisional ku belum mampu untuk mengobati itu. Makanya sekarang dia menjadi seperti ini"

"Bar, salah satu tujuanku mengobati kamu yang untuk wanita wanita seperti Darsih. Aku ingin dia kembali ke dirinya yang dulu. Wanita yang ceria, halus, dan memiliki banyak teman"


"Yowis cah bagus, sekarang kamu mandi sana, buatkan makanan untuk kita. Ini Harni udah stabil nafasnya, demamnya juga sudah menurun, aku mau lanjut pengobatan dulu" tutup Bu Marsih sambil membuka tas peralatan yang dibawa oleh Barkah.

Barkahpun kembali tersenyum bagai seorang anak polos yang baru dipuji orang tuanya. Barkah melangkah melakukan persis apa yang dipinta oleh Bu Marsih. Asal Bu Marsih yang meminta apapun pasti diusahakan oleh Barkah.


Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd