Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Syahwat Birahi: Wanita-Wanita Idaman

Bimabet
Selamat malam semua.

Bagaimana? Masih mau lanjut?

Mudah-mudahan masih betah ya gaes di thread ini. Kisah Si Awang masih akan berlanjut. Semoga tidak cepat bosan dan setia menunggu update. Karena eh karena memang tak bisa secepat kilat nulisnya, nunggu waktu dan kesempatan juga.

Baiklah, siapkan waktu dan pikiran. Mari kita lanjutkan.

Salam semprot!
Di tunggu aksi nya suhu
 
PART XV
MENUJU PINTU SELANJUTNYA






Kami terkapar. Babak pertama usai. Milly sudah dua kali mendapatkan orgasme. Sedangkan Si Johny hanya sekali memuntahkan cairannya. Itu pun tak banyak setelah semalam dikuras olah Mbak Rani. Mungkin itu yang membuatku cukup bertahan lama pada pertempuran tadi. Tidak. Aku tak mengeluarkan spermaku di dalam vagina Milly. Terlalu berisiko. Dengan posisi MOT, aku menumpahkan cairan kental itu di perut Milly. Aku juga tak bertanya, hanya sadar diri saja. Kalau dengan Dokter Ara atau Mbak Rani kan ada yang tanggung jawab kalau terjadi apa-apa. Tiwi? Sama dia sih sudah dapat izin dan penuh perhitungan.

"Padahal biasanya aku selalu maksa pasanganku pakai kondom lho Lang," aku cukup terkejut, kutatap wajahnya dengan memasang wajah penuh pertanyaan.

"Entahlah. Tadi sensasinya luar biasa. Apalagi waktu temanku telepon. Gila kamu! Aku nggak sempat mikir buat pakai kondom"

"Padahal tau mau enak-enak kan?"

"Ya mungkin, tapi kan nggak prepare kesana"

Kami tertawa. Menertawakan kebetulan-kebetulan yang terjadi sedari tadi. Pengalaman yang luar biasa. Kami tak canggung lagi. Tapi masih terengah-engah.

"Tadi siapa sih?" aku penasaran dengan seseorang yang menelepon Milly tadi

"Penasaran ya?" Ia malah menggodaku

"Habis kamu bilang nanti kita coba," aku memasang wajah bersemangat

Milly tertawa. Keras sekali. Aku malah bingung. Sini tanya dengan sungguh-sungguh malah dibalas dengan tawa meledak. Sialan.

"Oke-oke bentar," Ia mengambil ponselnya, membuka Instagram, menunjukkan fotonya berdua dengan wanita di profil instagramnya sendiri.

"Dia?"

"Yesss! Itu temenku yang telepon tadi"

"Sex appeal nya tinggi ya" aku tertawa, Milly mengikuti

"Daya tarik utamanya memang itu" ia meletakkan ponselnya lagi, "Dia yang ngajari aku teknik melampiaskan birahi"

Milly memasang mimik menggairahkan. Sensual sekali. Dimasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut, lalu dimainkan menggodaku. Reflek, kugelitiki badannya. Ia menghindar. Kami tertawa.

"Gitu aja?" waktunya memancing.

"Menurutmu?"

"Percuma sih kalau cuma ngajari tekniknya tanpa praktik langsung"

"Justru itu, dia ngajarinnya langsung malah"

Aku memasang wajah heran.

"Eitsss. Sorry to say yak aku masih normal," Ia memasang kuda-kuda.

"Ih siapa yang nuduh" Milly reflek mencubit lenganku

"Sometimes, kami main bertiga sih" Ia tersenyum, menggoda

"Menarik"

Kami melanjutkan percakapan dengan saling bercerita. Yup. Putri adalah orang yang mengajak Milly masuk ke dunia ini. Putri yang bekerja di salah satu perusahaan rokok memang memiliki banyak sekali rekan pria. Meski sudah punya pasangan, tapi rasa-rasanya tak cukup baginya. Dan Milly sebagai salah satu teman akrabnya terbawa ke kehidupan Putri. Kalau tak salah, kata Milly, mereka sudah 4kali threesome dengan 3 orang berbeda. Hanya satu laki-laki yang merasakan vagina mereka dua kali. Milly tak mau cerita siapa lelaki itu dan laki-laki lainnya yang telah menikmati mereka.

Sebuah kisah yang menarik. Bagaimana ternyata wanita seperti Milly dan Putri adalah seorang petualang seks. Dan kuduga tak sedikit wanita di kota tempat Milly tinggal yang seperti dia. Di riuh dan sibuknya kota, mereka butuh pelarian untuk ketenangan, kepuasan, hingga kenikmatan. Dan wanita-wanita lajang seperti mereka memilih jalan itu. Sepertinya itu juga berlaku untuk mereka yang sudah bersuami. Fenomena yang menarik.

"Gila juga ya mainan kalian" aku terheran-heran

Ia tertawa, "Banyak lah Lang yang kayak gitu disana, cuma emang tertutup diantara mereka-mereka aja"

"I know. Memang aku yang belum tahu kayaknya"

"Mau coba masuk?"

"Sepertinya menarik" aku tertawa lagi.

"Dan kalau penilaianku, kamu bisa lah mengimbangi mereka-mereka. Karena mereka akan lebih senang dengan hubungan 'senang-senang'. No baper, no drama, no matre" Milly nerocos menerangkan kehidupan petualang-petualang itu.

"Dan mereka pemilih emang. Mereka aware lah ya soal kesehatan. Kayak gini kan juga harus perhatiin gituan" Ia melanjutkannya.

Aku hanya mengangguk. Memikirkan sensasi berpetualang bersama wanita-wanita yang aku yakin tak jauh beda bentuknya dengan Milly. Bergetar rasanya membayangkan kenikmatannya. Petualang seks pemula sepertiku pasti tertarik untuk masuk ke dunia seperti itu.

"Boleh tahu nggak seberapa jauh kamu di dunia ini?" Milly mulai menginterogasiku

"Ah Mil. Malu aku. Masih cupu. Baru tiga orang, dan orang-orang di sekitarku" aku merendah, jelas tak ada apa-apanya dibanding Milly

"Tapi jujur ya, permainanmu oke loh" Ia memujiku, aku cukup besar kepala

"Sampe keluar cepet dan dua kali dalam satu ronde?"

Ia mencubitku lagi. Nampaknya pembicaraan ini mengarah ke ronde berikutnya.

"Gimme once again, pliss"

Benar kan. Mari kita tuntaskan.

Milly mengambil inisiatif menciumku. Kami mulai naik, bibir kami rasanya tak ingin lama-lama kering. Ciuman kami jadi lebih rileks setelah percakapan yang cukup panjang tadi. Benar memang, after play menentukan kualitas seks pasangan. Dan tentu kunci untuk memulai pertempuran selanjutnya.

Tanganku jelas langsung bergerilya di payudaranya. Kalau dia memang petualang, tingkat kekencangan payudaranya harus diacungi jempol. Mungkin karena olahraga rutin dan perawatan yang jelas dilakukan Milly.

"Uuhhhhh Laaaang" Ia melepaskan ciuman sebentar untuk mengambil nafas

Aku meneruskan pekerjaanku. Kami berubah posisi. Milly kini di atas. Ia mulai mengambil alih permaian. Hal yang tak ia lakukan pada ronde pertama tadi. Dimulai dari telinga, ia terus menelusuri tubuhku. Dijilatinya leherku, lalu turun ke dada, mampir ke kedua puting, Ia bermain cukup lama disana. Aku berdesir. Tak menyangka akan mendapatkan pelayanan dari wanita secantik Milly. Darahku naik turun, nafasku juga, jantungku apalagi. Milly berangsur ke bawah. Ini menemukan benda yang sudah tegak mengacung. Benda yang tadi sudah membuat Ia orgasme dua kali. Setelah tadi juga tak sempat memainkannya, kini Milly mulai unjuk gigi. Tanpa bantuan jari-jari tangannya, lidah dan bibirnya bekerja sama mengerjai Si Johny. Kutahan eranganku sekuat mungkin meski sebenarnya sudah tak karuan rasanya. Milly menelusuri batangku dengan lidahnya. Tak tahu lagi berapa air liurnya yang keluar. Ketika kemudian secara tiba-tiba Ia memasukkan Si Johny ke dalam mulutnya.

"Aaauuuuwwww" aku tersetak, Ia menahan tubuhku dengan tangannya.

Melanjutkan aksi, Milly mulai bermain penuh semangat. Penisku keluar masuk mulutnya dengan cepat. Teknik yang dipakai Milly cukup ampun. Meski rasanya berbeda dengan Dokter Ara, tapi rasanya tak beda jauh.

"Aaaaahhhh shhhhh" aku mulai tak kuat menahan

Kutangkap kepala Milly dengan kedua tanganku. Tak rela kalau penisku lepas dari lubang hangat itu. Milly tak bergeming, Ia terus bermain. Sedangkan aku sekuat tenaga menahan Si Johny agar tak keluar dulu. Untung tenagaku masih ada. Semoga saja akan bertahan hingga ronde ini berakhir. Kalau ditanya setelah ini, mungkin aku akan angkat tangan.

"Aaaawwww Mill"

Milly menyedot penisku dalam sekali. Ini teknik blow job terbaik yang pernah kudapatkan rasanya. Nafasku ngos-ngosan, Milly melepaskan mulutnya. Ia memandangku, tersenyum penuh kemenangan. Aku yang tak mau kalah memberi kode padanya untuk berbalik, Ia menangkap kode itu dengan baik. Ia diatas, menyodorkan vaginanya padaku dan tentu kembali memainkan penisku.

Kami fokus pada mainan masing-masing. Kukeluarkan semua kemampuanku dalam mengoral wanita. Guna menaikkan nilai tawar, semua harus aku lakukan. Lidahku mencari klitorisnya, tanganku bermain di kedalaman. Ketemu. Biji kecil yang sedikit tersembunyi ini akan kugarap sebaik mungkin.

"Aaaaaahhhhhh" Milly mulai mendesah

Ia kini memainkan Si Johny dengan jari-jarinya. Nampaknya ia ingin menikmati vaginanya yang sedang kukerjai. Aku jelas tak mau kalah. Klitorisnya kini jadi sasaran utama. Lidahku sebagai penyerang utama, dibantu oleh jempol sebagai playmaker dan jari tengah membantu menyerang di kedalaman. Begitu terus dengan kecepatan yang terus naik.

"Ssshhhhhb ohhhhhhh"

Milly mulai sering mendesah dan melenguh. Ia malah sering melepaskan penisku dari genggamannya.

Kunaikkan tempo. Meski posisinya tak sempurna tapi terbantu oleh ukuran tubuh Milly yang cukup ramping. Apalagi vaginanya sedikit lebih tebal.

"Aduuuuh uuuuhhhhhh"

Milly mulai menaik turunkan pantatnya. Ia mencari posisi yang paling nikmat. Aku tak peduli selain terus menghajar vaginanya.

"Ooohhh aduuuh aduuuh aduuuhohhhh"

Milly makin tak beraturan gerakannya. Aku kesulitan bermain. Jari-jariku masih on position sebisa mungkin.

"Addduuuuuuh Galaaang ohhhhh"

Milly memegangi kakiku. Gerakannya makin liar. Aku tambah semangat.

"Ohhhhhh laaaang ooooohhhh"

Milly mulai kalap. Ia makin membenamkan vaginanya.

"ADUUUUUHHH OOOOHHHHH"

Ini dia. Aku berhasil. Aku berhasil. Meski wajahku basah tapi aku puas. Sekali lagi aku berhasil.

"AAAAAAHHHH SHIIIT!"

Nafasnya memburu. Tapi ia bangkit. Dengan wajah berkeringat dan ngos-ngosan, Ia berbalik. Wajahnya binal sekali. Menggairahkan. Wajahku basah oleh cairan vaginanya. Begitu juga dengan bantal dan sprei.

"Shit. Aku baru dua kali kayak gini Lang. Kamu harus tanggung jawab."

Milly nampak beringas. Tanpa jeda, ia menunggangiku. Ini dia. Dia menggenggam penisku dan mengarahkan ke vaginanya. Sleeebbb.

"Uuuuuhhhhh ohhhhh"

Milly mulai naik turun. Temponya cepat. Ia nampak nafsu sekali. Birahinya sangat tinggi. Aku pasif, memberikan kesempatan padanya untuk memegang kendali. Ia terus memompa, terus naik turun, tak kenal lelah.

"Ohhhhhh shhhhhhh"

Milly terus beraksi, temponya naik. Cepat sekali.

"OHHHHHHH SHIIITT"

Cairannya keluar lagi, Ia dapat lagi. Tapi tak berhenti. Genjot lagi. Kini gerakannya divariasikan. Kadang memutar kadang naik turun tapi tetap, kecepatan tinggi.

"LAAAANGGG OOOOHHH"

Ia keluar lagi. Tak dapat kuungkapkan bagaimana basahnya vaginanya. Milly nampak tak pernah puas.

Aku mulai ikut memegang kendali. Tubuhnya ambruk. Sambil tetap bergoyang, aku menambahkan tekanan. Tubuh kami beradu, tempo cepat. Kecipak. Kecipak.

"Ohhhhb terussss sssshhhhh"

Milly tak berhenti mendesah Milly terus melenguh. Penisku sudah gatal sekali.

Tiba-tiba Ia bangkit, menarik tubuhku untuk duduk. Ia lagi-lagi bergoyang naik-turun. Tubuh kami berpelukan. Peluh kami tak karuan. Alat vital kami bersahutan.

"Adduuuhh Laaaang ohhhh"

Aku yang makin tak tahan menckba bertahan sekuat mungkin.

"Mil ohhhhh wheree?"

"Ssshhhh gimme your cum ohhhh"

Kami terus berpacu. Orgasmeku sebentar lagi. Ia sudah squirt lagi. Sudah orgasme lagi. Tapi tak mengendurkan goyangan sama sekali.

"Mill ohhhhhh ohhhh"

"Ayo laaaang gimme your ohhhh"

"Wanna come ohhhhh"

"Yesss ohhhh yesss ohhhh"

"AAAAAHHHHHH MILLLYYY"

"GALAAAANG OOOOOHHHHHH"

Kami meraung. Kami melepaskan semuanya. Kami berpelukan. Milly rubuh. Aku rubuh.

Aku sudah tak punya tenaga lagi. Milly juga sama sekali tak bergerak. Tubuh kami basah. Entah cairan apa saja yang melekat. Kami diam. Menikmati puncak masing-masing. Menikmati kepuasan yang baru saja kami raih. Aku yakin akan mendapatkan satu tempat di vagina Milly untuk pertempuran selanjutnya.

Milly mengangkat kepala. Ia memandangku. Tubuhnya masih tak bergerak.

"Ini salah satu yang terbaik, Lang"

Aku tersenyum. Ia ambruk lagi. Tak apa, tubuhnya tak terlalu berat. Dan rasanya aku rela posisi ini bertahan cukup lama.

Tak terdengar suara apapun selain nafas kami berdua. Aku tak kuat lagi. Kupejamkan saja mataku. Biarkan Milly dengan kenikmatannya sendiri.

Entah berapa lama mataku memejam. Milly tak lagi berada dian atasku. Ada suara air dari dalam kamar mandi. Dengan tenaga tersisa, aku menggapai ponselku yang ada di meja. Sudah jam 16.28. Milly sedang membersihkan diri. Aku berdiri, memaksa tubuhku tegak lalu melangkah ke kamar mandi.

"Hallooo. Sudah kuat jalan pak?" Sialan. Ia malah menggodaku dengan tubuh telanjangnya di bawah guyuran air.

"Untung masih bisa bangun"

Ia tertawa. Kubalas dengan senyum kecut. Nampaknya ia menyudahi mandinya.

"Ini nih yang bikin orang ga kuat bangun tadi" Ia menyentil Si Johny yang lemah tak berdaya

"Awwww Mil" aku kesakitan, Ia berlari menghindari serangan balasanku sambil tertawa

Sialan. Memang sih rezeki dapat wanita cantik dan seksi tapi hasilnya tubuh rasanya mau copot semua.

Tak lama kami sudah duduk berhadapan. Ia di kursi, aku di tepi ranjang.

"Mau pulang sekarang? Atau mau nginep?"

"Pulang aja deh. Aku pamitnya nggak nginep tadi. Lagian bisa nggak bangun beneran kalau aku nginep" Ia malah menggodaku

"Ampun deh ampun tenagaku sudah tinggal sisa-sisa ini" aku memberi tanda menyerah

Dia tertawa. Memencet hidungku.

"Tapi aku pulangnya gimana?" Ia mulai bingung

Kini giliranku yang tertawa. Dipukulnya kakiku.

"Kusewakan mobil deh. Mau kuantar sekalian?"

"Boleh. Dengan senang hati," Ia sumringah

Aku menelepon temanku untuk disewakan mobil. Kami melanjutkan perbincangan. Tak terlalu serius hanya tentang keseharian dan pekerjaan kami masing-masing diselingi dengan canda tawa. Seolah pergumulan yang kami lakukan beberapa jam lalu tak ada.

Hampir satu jam akhirnya temanku menelepon kalau sudah di bawah. Kami turun, Milly menunggu di lobby, aku keluar menemui temanku. Kami serah terima kunci, laku ia segera pergi. Kupanggil Milly, kami melanjutkan perjalanan menuju Kota S.

Aku penasaran, apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi yang lebih membuatku bersemangat adalah kesempatan masuk ke dunia wanita-wanita karier yang haus akan seks seperti cerita Milly tadi. Ah, siapa tahu kehadiran Milly adalah pembuka jalan ke sana. Kita tunggu saja.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd