Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Syahwat Birahi: Wanita-Wanita Idaman

Up hu.....semangat buat lanjutin ceritanya....sangat menarik dan jalan ceritanya bagus....
 
Selamat malam teman-teman. Bagaimana kabarnya? Mudah-mudahan baik-baik saja.

Setelah sekian lama, akhirnya bisa muncul lagi. Kesibukan sedang banyak-banyaknya, mohon maaf sekali lagi.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, cerita ini akan berakhir di episode ke 20. Dan episode itu datang hari ini.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada pembaca yang sudah setia menunggui thread yang seringkali penuh debu dan sarang laba-laba. Terima kasih juga atas masukan, saran, kritik, dan tanggapan-tanggapannya.

Saya tidak janji, mudah-mudahan ada kisah lagi yang bisa saya bagikan. Karena ini memang dari perjalanan pribadi, maka tak ada yang bisa dibuat-buat, kecuali kalimat untuk menambah kenyamanan.

Sampai jumpa lagi di lain waktu. Kalau kangen, baca lagi dari halaman pertama.

Sekali lagi. Terima kasih banyak.

Salam.
 
PART XX
PENUTUP NIKMAT

Hari Minggu pagi aku sudah di bandara. Okta masih kembali siang nanti. Pesawatnya pukul 14.00 katanya. Aku kembali pagi karena ingin istirahat. Setelah bertempur habis-habis di malam Sabtu, persenggamaan kami berlanjut di hari Sabtu siang meski tak sepanas sebelumnya. Pesertanya masih sama. Aku juga akhirnya bisa merasakan Tante Lusi. Sebelas Duabelas dengan Tante Maya. Tapi sensasi payudara besarnya sungguh menambah gairah. Soal vaginanya ya begitulah. Dengan pengalaman panjang, wanita lebih memang pandai soal memuaskan. Itu yang membuatku ketagihan bermain dengan wanita-wanita seusia mereka.

Di dalam pesawat aku masih mengingat-ingat kegilaan yang sudah kulakukan. Dimulai dengan pertemuan bersama Okta alias Milly yang berlanjut pesta birahi kemarin. Aku tak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Mungkin akan lebih mudah untuk menyalurkan birahiku atau akan ada sesuatu yang membuatku kapok. Entahlah. Aku memilih untuk menikmati perjalanan ini dulu. Satu hal yang sedikit mengganggu adalah tawaran dari Tante Lusi dan Joyce yang ingin mengenalkanku pada kawan-kawan bulenya. Ini tawaran paling menarik. Dari dulu aku memang penasaran dengan bule, dari mana pun mereka berasal. Dan aku baru saja melepas rasa penasaranku dengan Joyce. Kalian sudah tahu sendiri bagaimana sensasinya. Hipotesis yang kuyakini dulu bahwa vagina dan kemampuan bercinta wanita bule luar biasa sementara terjawab oleh Joyce. Aku masih harus melakukan eksperimen lain untuk menarik kesimpulan. Jalannya sudah terbuka, tinggal eksekusinya. Yah, mudah-mudahan saja semua lancar. Lubang-lubang lainnya siap terbuka untuk Si Johny yang nampak makin haus kenikmatan.

Aku tiba di rumah setelah melakukan perjalanan darat selama 3 jam dari bandara kota S. Kelelahan membuatku cepat sekali tak sadarkan diri. Seks memang melelahkan tapi pasti menyenangkan. Percaya padaku.

Seminggu setelah peristiwa itu, aku ingin istirahat saja di rumah akhir pekan ini. Dua hari lalu aku juga melakukan check up rutin ke Rumah Sakit. Semenjak berpetualang dengan berbagai wanita, aku jadi lebih peduli pada kesehatan Si Johny dan tubuhku. Aku juga tak ingin kenikmatan ini berlangsung singkat karena tubuhku terserang penyakot mematikan. Maka dari itu, aku memilih berbagi birahi dengan orang yang kupastikan aman. Tentu sembari terus melindungi diri sendiri. Dan hasilnya masih sangat memuaskan.

"Duh yang lama nggak ada kabar"

Ada pesan masuk di ponselku. Tertera nama Dokter Ara. Setelah sekian lama, datang lagi wanita binal ini.

"Duh siapa ya yang sekarang sibuk karena yayangnya sudah pulang"

Aku balik menggodanya. Suaminya memang sudah kembali dari tugas belajarnya di luar negeri. Itu juga yang membuatku tak mau mengganggunya.

"Cemburu nih ye. Bikin kangen deh"

Ia malah menggoda. Rugi nih kalau tak ditanggapi.

"Kalau kangen mbok ya ditengokin. Kasih lo udah lama nggak ditengokin"

"Duh bikin pengen kan. Tanggung jawab!"

"Kalau aku sih yes. Nggak tau ibu dokter"

"YESSSSSSSSS!!!!"

Balasannya semangat sekali. Nggak jadi istirahat kalau begini.

"Ketemu di mana kita?"

"Deket kamu aja. Kamu cek in dulu."

"Yakin?"

"Absolutely. Jangan khawatir, aku profesional."

"Dicopy. Sejam lagi kukabari"

"See you beib"

"See you"

Aku beranjak. Kunaiki motorku menuju hotel yang dimaksud Dokter Ara. Badanku merinding juga membayangkan berbagi keringat lagi dengan dokter satu ini. Aku lupa kapan terakhir kami meneguk birahi. Apalagi kemudian banyak wanita yang hadir di hidupku. Tapi tetap, Bu Dokter selalu dapat tempat di hati.

"215" kukirim pesan singkat ke Dokter Ara

"15 menit lagi"

Tak kubalas lagi. Pikiranku masih menerawang. Nampaknya hidupku diarahkan kesini. Rasanya mau libur seminggu saja susahnya minta ampun. Ada saja yang tiba-tiba datang ingin bertukar lendir.

Tok.tok.tok

Ini pasti Dokter Ara. Aku beranjak.

"Hei. Sudah jangan kaget gitu, kita masuk dulu."

Gila. Lama tak bertemu, ada-ada saja kelakuan Dokter Ara. Aku masih kaget tak percaya dengan apa yang kulihat.

"Kenalan dulu dong. Apa sudah kenal?" Ia tertawa meledekku

Sialan. Dokter ini jahil sekali. Kelakuannya masih sama. Nakal dan tak bisa diprediksi. Rasa kagetku masih belum selesai. Aku juga masih canggung dengan seorang wanita yang dibawa oleh Dokter Ara tanpa memberi tahuku lebih dulu. Aku kenal wanita ini. Hampir tiap hari bertemu, bahkan kadang kugodai dia ketika bertemu di kantor. Orangnya supel dan gestur tubuhnya menggoda memang. Aku tak tahu usianya berapa, yang jelas lebih tua dari Dokter Ara. Posturnya juga lebih berisi ketimbang dokter binal itu.

Dokter Ara masih senyum-senyum puas. Ia nampak sukses mengerjai kami berdua. Aku yakin wanita yang dibawanya juga tak tahu bahwa ia akan diajak bertemu denganku siang ini. Wajahnya menunjukkan itu.

"Sorry lho. Aku sengaja nggak ngasih tahu kalian berdua. Biar surprise" Dokter Ara kembali tersenyum jahil pada kami berdua.

Mbak Yuni. Aku biasa memanggilnya begitu. Aku tak tahu nama lengkapnya. Ia salah satu pegawai koperasi karyawan tempatku bekerja. Itu yang membuatku sering berjumpa dengannya. Seperti sudah kusebutkan tadi, Ia sering kugoda entah itu dengan sengaja atau pun tidak. Entah itu sendiri atau pun rame-rame dengan kawan lainnya. Orangnya yang ramah membuat ia cepat akrab dengan karyawan lain. Aku sempat berpikiran yang tidak-tidak, tapi aku juga tak menyangka kami akan berada dalam posisi seperti ini.

"Dokter kok nggak bilang-bilang sih kalau cowoknya itu Mas Awang. Aku kan malu," Mbak Yuni protes pada Dokter Ara

"Nggak apa-apa Mbak Yun, kalau tak kasih tahu dulu nanti Mbak Yuni nggak mau" Dokter Ara menjawab sambil senyum nakal

"Pantes kok tiba-tiba dan buru-buru" aku menimpali mereka berdua

"Tadi itu sebenarnya nggak ada arah ke sini, Mas. Tapi kok ya pas ngobrol sama Mbak Yuni tadi keingetan kamu. Ya sudah. Apalagi kita lama nggak ketemu kan" Dokter Ara mengerlingkan matanya menggodaku, sialan.

Aku jadi curiga, mereka seperti ini baru pertama kali atau sudah sering. Semenjak jarang berkomunikasi, aku memang kehilangan cerita-cerita Dokter Ara. Ia memang sempat menceritakan punya fantasi seks ini dulu. Bisa jadi kali ini Ia bisa mewujudkannya.

"Rencana main bertiga sudah ada?" kutanya saja untuk menghilangkan rasa penasaranku

Dokter Ara tertawa. Mbak Yuni tersenyun malu-malu. Dua wanita ini bikin tambah penasaran saja. Aku jadi mulai berpikir bagaimana rasanya tubuh Mbak Yuni.

"Sebenarnya sudah obrolan lama sih, Mas. Aku sama Mbak Yuni sudah sering cerita-cerita. Tadi kebetulan ada acara bareng dan aku iseng saja menawarkan," Dokter Ara berusaha menjelaskan

"Tapi jangan mikir yang nggak-nggak lo Mas Awang" Mbak Yuni berusaha membela diri

"Yang nggak-nggak itu emang kayak gimana Mbak Yun?" kupancing saja wanita ini

"Ya kayak gitu" Ia malah tersenyum tanpa memberikan jawaban jelas

Mbak Yuni pamit ke kamar mandi. Tinggal aku dan Dokter Ara berdua. Kami saling memandang. Aku duduk di kasur, Ia di depanku, senderan di kursi. Aku rindu bau tubuhnya. Aku rindu erangannya. Aku juga rindu permainannya. Rasanya, semua harus dituntaskan hari. Aku tak tahu kapan kami akan bertemu lagi. Ia nampak berpikir sama. Dokter Ara beranjak dari kursi, mendekatiku. Sudah bisa ditebak, mulut kami bertemu. Rasa kangen yang begitu besar membuat percumbuan kami liar. Dengan baju yang masih lengkap, kami bertukar air luar dan mendengus sebisanya. Aku rindu pagutan ini. Bibir yang mengajariku memuaskan wanita. Seseorang yang memberi jalan menuju petualangan-petualangan berikutnya. Dokter Ara, aku benar-benar rindu.

"Ya ampun. Sudah nggak tahan banget kayaknya ya?" Mbak Yuni kaget melihat pergumulan kami

Aku tak peduli. Aku hanya ingin menjamah tubuh di depanku. Sudah lama bibirku tak mampir di sekujur tubuhnya. Dokter Ara juga demikian. Bibirnya tak mau lepas.

Puas saling memagut, aku membuka bajunya. Payudara bulat yang membuatku ketagihan itu bentuknya masih tak berubah. Kukecupi, rindu ini benar-benar membuat birahi tinggi. Kujelajahi dua bukit bulat itu. Air liurku membasahi keduanya, bergantian.

"Uhhhh aku kangen, Massss" Dokter binal ini mulai meracau

Rambutku dijambaknya. Kepalaku di dekap erat. Aku yang tak ingin kehilangan momen terus menyerang payudaranya bertubi-tubi.

Dokter Ara beranjak. Aku jadi tahu, Mbak Yuni sedang duduk di kursi menonton aksi kami. Ia masih berpakaian lengkap. Dokter melepas celananya, jilbabnya dibiarkan. Ia mendorong tubuhku rebah, Ia naikkan tubuhnya menuju mukaku. Sial. Ia menindihku. Kini vagina berbulu lebat itu berada tepat di atas wajahku. Baunya tak asing, hanya lama tak kukunjungi.

Tangan dan lidahku mulai bekerja. Ia meliuk-meliuk menikmati apa yang kulakukan.

"Aduuuh aku kangen banget uhhhh sama inii ohhhh"

Dokter Ara meracau sebisanya. Aku masih fokus pada kegiatanku sampai kemudian terasa ada yang melepas celanaku di bawah sana. Aku tak bisa melihat karena wajahku ditindih oleh Dokter Ara. Kalau dari posisi tubuhnya, rasanya tidak mungkin ini dilakukan Dokter Ara. Mbak Yuni! Tak tahan juga rupanya wanita itu melihat permainanku dengan Dokter Ara.

Celanaku terlepas, celana dalamku juga. Ada jari-jari yang mulai memainkan Si Johny. Fokusku terbagi, antara memuaskan Dokter Ara dengan lidah dan jariku atau menikmati permainan Mbak Yuni di bawah sana.

Dokter Ara makin kacau, orgasmenya makin dekat nampaknya. Ia sedikit berteriak. Aku takut saja ada yang mendengar di luar. Sementara penisku sudah hangat di dalam mulut Mbak Yuni. Ia terus memaju-mundurkan mulutnya menikmati Si Johny. Permainannya lumayan, hampir setara dengan Dokter Ara.

"Aduuuh oohhhhhh ampuuuuun" Dokter Ara sampai, mulutku pegal juga

Akhirnya aku dapat melihat Mbak Yuni sedang sibuk memainkan penisku. Jari-jari dan mulutnya nampak cekatan sekali. Penisku sudah berlumur air liurnya.

"Terus Mbak Yun, hajar anak ini" Dokter Ara memprovokasi Mbak Yuni meski nafasnya masih ngos-ngosan

Ternyata Mbak Yuni sudah mekepas pakaiannya. Kini tertinggal bra dan celana dalam yang masih utuh terpasang. Terpampang jelas bagaimana payudara jumbonya. Aku tak sabar menikmati gunung kembar itu.

Mbak Yuni melepaskan kulumannya. Ia naik, berbalik badan, lalu melepaskan celana dalam. Rimbun sekali vaginanya. Lebih rimbun dari milik Dokter Ara.

"Kayaknya Bu Dokter tadi keenakan, mau juga dong masss" Ia berkata dengan wajah sangat menggairahkan

Kami memainkan posisi 69. Kukeluarkan semua kemampuanku untuk membuatnya terkesan.

"Oooww pantess ohhhh Dokter sampai teriak uhhhh" Ia mulai tak fokus memainkan penisku

Kuhajar terus, kumainkan klitorisnya. Vaginanya nampak lebih tebal dari milik Dokter Ara, mungkin faktor bentuk tubuhnya juga. Tapi itu tak menyurutkan niatku mengerjainya.

"Massss Awaaang ooohh ohhhh" Ia makin meracau

"Ahhh ahhhhh ohhhhhh" Mbak Yuni akan mendapatkan orgasmenya

Iseng, aku melepaskan pagutanku di vaginanya. Kubalikkan tubuhnya untuk menungging. Ia nampak kecewa, tapi itu tak akan lama. Kuposisikan Si Johny di depan vaginanya, kumainkan dulu di permukaan, Ia menoleh ke belakang dengan birahi.

Sleeebbb.

"OOHHHHHH enaaaak yang kenceng massss ohhhh" Ia meracau, berisik seperti kebanyakan wanita yang pernah kusetubuhi

Kulirik Dokter Ara hanya senyum-senyum sabja. Sialan, pikirku. Ia menjebakku untuk mengerjai Mbak Yuni. Tapi tak apa, fantasiku pada wanita semok ini terealisasi juga.

"Masss lebih kenceeng uuuuhhh aku enaaak ohhhhh"

Kunaikkan tempo. Karena tubuhnya sedikit di atas rata-rata, aku agak kesulitan menjangkau gunung kembarnya, padahal ingin kurangsang juga agar Ia makin kelojotan.

Tak apa, aku punya cara lain. Kumainkan klitorisnya dengan jariku. Ia makin gusar. Kini bokong besarnya ikut memainkan peran. Gila. Jepitan bokong ini memabukkan. Dan ini yang paling mantap. Sedotan vaginanya bikin ampun-ampunan. Aku bisa tumbang kalau begini.

"Massss masss ohhhb aku mau sampaiii ohhhhh massss masss masss"

Kupercepat tempo tusukanku. Ia menoleh ke belakang, menaikkan tubuhnya, kami berciuman. Aku tetap bekerja di bawah sana.

"MAS AWAAAAANG OHHHHHH"

Mbak Yuni orgasme, tubuhnya bergetar. Sejurus kemudian ambruk di kasur. Penisku kubiarkan di sana. Kedutan vaginanya bikin melayang.

Dokter Ara beranjak, ternyata Ia memainkan vaginanya sembari melihat aksiku menyetubuhi Mbak Yuni. Ditariknya aku, lalu didorong rebah. Ia langsung menaiki tubuhku. Kami terlibat persenggamaan yang cukup liar. Penisku keluar masuk dengan ganas. Gerakan Dokter Ara pun tak kalah ganas. Ia nampak rindu sekali, juga birahi.

"Aku kangen ooohhh sama ini ohhhh" tubuhnya naik turun ngos-ngosan

Aku jelad fokus memainkan payudaranya. Sayang sekali kalau kedua pusaka itu dibiarkan begitu saja. Dokter Ara tak kenal lelah, goyang ke sana kemari mengejar kenikmatan birahi.

"Masss akuuu ohhhhh ayooo dooong ohhhh" Ia nampak akan orgasme sebentar lagi

Kubantu menghujami vaginanya dari bawah. Pikiranku fokus untuk membuat Si Johny orgasme. Dan itu bukan perkara sulit kalau bercinta dengan Dokter Ara. Vaginanya masih sama kemampuannya, masih legit jepitannya.

"Ayooo doook bentar lagi uhhh"

"MASSS MASSS OHHHHH AMPUUUUN OHHHHH"

"DOOOOOK OHHHH"

Kami terpakar. Tenagaku habis. Dokter Ara ambruk di atasku. Aku tak peduli di mana Mbak Yuni berada. Tubuh kami lengket. Keringat sudah tak karuan bentuknya. Tapi kenikmatan ini memang jempolan. Kerinduanku kepada dokter binal ini kesampaian. Juga rencana kami melakukan threesome. Ia memenuhinya, dan aku amat sangat menikmati. Mbak Yuni? Aku yakin petualangan kami akan ada ceritanya sendiri.

Kami menyelesaikan persetubuhan pada sore menjelang malam. Kami mengulangi sekali lagi. Mbak Yuni memang juara. Gerakan vaginanya ampuh. Dokter Ara masih tetap binal. Mereka kemudian pamit. Aku masih ingin istirahat sampai esok. Rugi kalau hotelnya ditinggal sekarang.

Petualangan-petualanganku dengan para wanita ini membuatku yakin kemampuan seksku makin meningkat. Aku tak sabar akan petualangan berikutnya. Pasangan? Entahlah. Kalau ketemu ya sikat saja. Kalau tidak, masih banyak lubang yang bisa disinggahi.
 
mantappppppp......
hatur nuhun suhu ....

semoga ada kisah suhu lainnya...
:beer::mantap:
 
terimakasih suhu sudah berlabel tamat di nanti karya-karya selanjutnya :)
 
Bimabet
Thanks suhu JhonyKecil atas ceritanya...
Dapat title TAMAT....
Dinantikan karya2 berikutnya suhuuu
Sehat dan lancar selalu suhuu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd